Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH AGAMA

“PEMUDA DAN TANTANGAN ZAMAN “

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 12

ANGGOTA KELOMPOK :

NAFIKA WIDYA PRAMESTHI (C.111.19.0063)

ANDINI RISMA PUTRI (C.111.19.0074)

HANNA AVINKA (C.111.19.0075)

EKA BOGI ANISA (C.111.19.0088)

RIMA RACHMAWATI (C.111.19.0093)

YAYASAN ALUMNI UNIVERSITAS DIPONEGORO

UNIVERSITAS SEMARANG

FAKULTAS TEKNIK – JURUSAN TEKNIK SIPIL

TAHUN 2019

Jl. Soekarno-Hatta Tlogosari Telp. 024.6702757 Fax. 024.6702272 Semarang


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT .Karena atas segala limpahan
rahmat ,karunia serta hidayahnya-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu.Dalam makalah ini kami membahas mengenai ‘’Pemuda dan Tantangan Zaman’’.Makalah ini
kami buat dalam rangka memperdalam pemahaman mengenai sejarah Islam di Indonesia.

Dalam proses penyusunan makalah ini ,tentunya kami berterimakasih kepada pihak yang
telah membantu menyelesaikan tugas makalah ini,maka dalam kesempatan ini kami ingin
menyampaikan terimakasih kepada:

1.Bapak Rico Setyo Nugroho,S.Sosl,M.Pd.I,selaku dosen pengampu mata kuliah agama Fakultas
Teknik Universitas Semarang yang telah memberikan arahan ,bimbingan,serta dukungan kepada
kami dalam menulis dan menyelesaikan tugas makalah ini .

2.Teman-teman kelas Teknik Sipil B yang telah ikut berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini
khususnya kelompok 8.

Dan kami menyadari bahwa sebagai manusia tidak luput dari kesalahan dan kekurangan
sehingga hanya ada demikian sajalah yang dapat kami berikan .

Kami juga sangat mengharapkan kritikan dan saran dari para pembaca sehingga penulis
dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam penyusunan makalah selanjutnya.

Dengan demikian makalah ini ,semoga bermanfaat bagi kita semua .Amin.

Semarang,16 September 2019

Penulis
BAB I
ARTI PEMUDA

Manusia sebagai insan berakal memiliki beberapa fase proses kehidupan, yakni lahir, menjalani
kehidupan, lalu mati. Pada fase menjalani kehidupan ini, manusia mengalami satu fase yang akan
menentukan arah hidup manusia tersebut yaitu fase remaja biasa dikenal dengan istilah pemuda.

Pemuda adalah individu yang bila dilihat secara fisik sedang Mengalami perkembangan dan
secara psikis sedang mengalami perkembangan emosional, sehingga pemuda merupakan sumber
daya manusia pembangunan baik saat ini maupun masa datang. Sebagai calon generasi penerus
yang akan menggantikan generasi sebelumnya.

Pada fase pemuda, ia dikenalkan dengan berbagai hal-hal baru bukan hanya dari keluarga, namun
dari lingkungan sekolah, lingkungan bermain, dan lingkungan lainnya. Sehingga apa yang ia diserap, apa
yang ia ditangkap tentu itulah yang akan ia bawa dalam mengarungi kehidupan selanjutnya.

Saat ini perubahan gaya hidup masyarakat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi, informasi,
komunikasi, dan transportasi. Hal tersebut merucut pada media massa, dimana masyarakat sangatlah
mudah mendapatkan informasi baik dari dalam maupun luar. Tak ada dasar kepribadian karakter bangsa
yang ditanam pada generasi muda, menyebabkan masyarakat tidak dapat memfilter segala informasi dan
pelaku utamanya adalah pemuda.

Namun peran pemuda yang dinamis ,penuh energi dan optimis diharapkan bisa menjadi
pemimpin masa depan yang lebih baik dari pemimpin masa kini. Pemuda diharapkan untuk
menjadi change agent, yaitu pihak yang mendorong terjadinya transformasi dunia ini ke arah yang
lebih baik melalui efektifitas, perbaikan dan pengembangan.
BAB II
TANTANGAN ZAMAN

Perkembangan zaman di satu sisi membawa pengaruh positif bagi pemuda, namun di sisi
lain juga berdampak negatif. Seperti sudah di bahas sebelumnya, bahwa perkembangan zaman
dapat membawa pemuda terbawa arus perubahan zaman. Dakwah islam saat ini menghadapi
tantangan yang lebih kompleks. Menyebarnya ajaran-ajaran barat yang kemudian mencemari jiwa
keislaman membuat pemahaman umat islam terhadap islam berada pada titik yang terlemah.
Realitas yang ada masa kini adalah munculnya berbagai macam ideologi di dunia yang bertolak
dengan ajaran islam. Secara tidak kita sadari paham-paham tersebut menyebabkan kaum muslim
menjadi berkelompok – kelompok. Permasalahan utama yang harus dihadapi oleh kaum muslimin
sesungguhnya adalah bagaimana menegakkan kembali hukum yang diturunkan Allah. Dari
permasalahan tersebut maka kita dapat melihat banyaknya tantangan yang harus dihadapi
pemuda muslim, diantaranya :

1. Masalah Ideologi
Saat ini banyak ideologi yang menyebar dan sesungguhnya bersumber dari kekufurun
manusia terhadap Allah SWT karena paham-paham tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai
ajaran islam. Seperti paham kapitalisme yang memisahkan urusan agama dengan Negara.
Sehingga peraturan-peraturan yang terdapat di Negara yang menetapkannya sepenuhnya
berasal dari manusia. Selain itu juga terdapat faham kapitalisme yang tujuan utama dari
paham ini adalah mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dengan menekan biaya yang
harus dikeluarkan. Sangat jelas merebaknya kapitalisme menyebabkan Negara-negara
berkembang menjadi semakin dirugikan, sebalik nya dengan Negara maju yang mendapat
banyak keuntungan. Hal ini dapat menyebabkan pemuda-pemuda muslim menjadi kritis
identitas dengan identitasnya sebagai seorang muslim sehingga mudah terbawa arus.
Selain itu juga akan menimbulkan sikap hedonisme dan pragmatisme, yaitu terlalu
mementingkan urusan duniawi serta mengenyampingkan urusan agama dan semua aturan
hidup nya berdasarkan peraturan yang dibuat oleh manusia.
2. Masalah Sosial-Budaya
Lahirnya faham liberalisme yang merupakan paham kebebasan yang menghendaki adanya
kebebasan individu dalam berinteraksi menimbulkan sikap bahwa setiap individu memiliki
hak dan privasi yang harus dihormati. Sikap ini kadang terlalu membebaskan seseorang
sehingga menimbulkan hal-hal yang tidak seiring dengan agama. Disamping itu
Westernisasi yang identik dengan budaya popularitas dan hedonisme juga merebak di
kalangan pemuda, dampaknya akan berakibat ajaran islam menjadi ajaran yang dianggap
asing bagi mereka karena ajarannya dianggap terlalu kuno dan tidak sesuai dengan
perkembangan zaman.

3. Masalah Ekonomi
Sebagian besar Negara dengan mayoritas penduduknya islam adalah Negara berkembang.
Sehingga kemiskinan adalah permasalahan yang harus dihadapi umat muslim. hal ini
disebabkan oleh lemahnya semangat juang dan lemahnya semangat saling berbagi. Selain
itu system perekonomian masih didominasi oleh system kapitalisme sehingga sistem
ekonomi  yang sesuai dengan syariah islam masih jauh dari impian. Inilah yang menjadi
tantangan bagi pemuda untuk mengobarkan semangat  perjuangannya agar dapat berjuang
memajukan bangsa serta umat islam.

4. Masalah Politik
Berkembangnya sistem demokrasi menyebabnya banyak terbentuknya partai-partai islam,
sehingga umat islam terpecah-pecah menjadi beberapa golongan. Selain itu umat islam
cenderung menjadi objek politik bukan menjadi subjek sehingga cenderung menjadi target
politik.
BAB III
ISLAM, INDONESIA, DAN GENERASI MILENIAL

Dunia informasi dan telekomunikasi yang canggih telah membawa perubahan yang sangat
drastis kepada generasi muda kita. Perubahan ini mulai kita rasakan dari cara berkomunikasi,
berbagai kemudahan akses terhadap informasi sampai cara kita berpikir dan respons kita terhadap
permasalahan yang ada. Selama perubahan ini menguntungkan kita, tidak ada yang perlu
dikhawatirkan. Namun, justru perubahan ini terkadang membawa kita menjadi makhluk yang
bodoh dan cenderung pemalas. Kita terlalu asyik menikmati semua hasil penemuan generasi
sebelumnya, sehingga merasa cukup dan terbiasa. Di sinilah tantangan kita untuk bangkit dari
lembah kehancuran ini.

Generasi muda suatu umat atau bangsa menjadi tolak ukur terhadap nasib dan masa depan
dari umat atau bangsa tersebut. Jika kita ingin melihat kekuatan dan ketahanan suatu umat dan
bangsa, maka lihatlah dari kualitas generasi muda yang mereka miliki. Jika generasi muda mereka
baik, maka pastilah kekuatan mereka juga baik dan sulit untuk dipengaruhi oleh ideologi atau
pemikiran bangsa atau umat lainnya. Namun sebaliknya, jika generasi muda suatu bangsa atau
umat buruk, maka dapat dipastikan mereka sangat rentan dengan kehancuran dan mudah untuk
dipengaruhi oleh ideologi bangsa atau umat lain.

Karena itu, bila kita cermati lebih lanjut gerakan-gerakan musuh Islam dalam memerangi
Islam adalah dengan menghancurkan generasi mudanya terlebih dahulu. Caranya adalah mereka
gencar dalam memperkenalkan budaya mereka yang bertentangan dengan ajaran Islam hingga
generasi muslim tertarik dan terjerumus ke dalamnya. Bila generasi suatu umat atau bangsa rusak,
maka untuk menghancurkannya tidak perlu menggunakan perang senjata dan angkatan perang.
Inilah yang dipesankan oleh Napoleon Bonaparteketika dia dan pasukannya memenangkan perang
salib dari kaum Muslim, bahwa satu-satunya cara berperang dengan generasi Muslim adalah
dengan cara perang pemikiran.

Selanjutnya, ini menjadi hal yang sangat penting dan menarik untuk dibahas. Mulai dari
mengapa hal ini dapat terjadi, bagaimana kondisi umat pada zaman keemasan Islam sedang
berlangsung dan bagaimana nikmatnya hidup pada zaman sains dan teknologi Islam sedang
berkembang dengan pesat sampai bagaimana kondisi umat di tengah zaman yang rentan ini.
Terlepas dari ingin mengingatnya kembali, justru hal ini dapat menjadi sesuatu yang dapat kita
petik pelajaran dari padanya. Dengan membahas kembali, kita ingin agar pemuda Islam bangkit
dengan cara mempelajari konsep ilmu keislaman dan menentang penjajahan ideologi bangsa barat
yang jelas-jelas memecah umat Muslim di seluruh dunia.
Berkaca pada sejarah, salah satu faktor melemahnya Islam adalah runtuhnya kekuasaan
Khilafah di berbagai kekuasaan negara di dunia pada zaman keemasan Islam. Ada 2 nilai inti dari
konsep Khilafah ini yang nilainya hilang dari pemuda Islam pada saat itu:

Pertama adalah nilai pemahaman pemuda Islam dari konsep-konsep keislaman.

Kedua adalah memudarnya nilai penerapan dari nilai-nilai keislaman yang diwariskan kepada
pemuda Islam. Inilah titik kehancuran fondasi Islam dan terbukanya pintu untuk negara barat
memasuki dan memengaruhi pemuda Islam dengan ideologi yang mereka bawa.
BAB IV
MEMUDARNYA KONSEP KEISLAMAN PADA PEMUDA

Hilangnya konsep pemahaman nilai Islam menjadi salah satu inti permasalahan yang
lambat laun akan membawa Islam ke gerbang kehancuran. Penulis ibaratkan konsep pemahaman
ini sebagai batu bata yang akan menjadi fondasi sebuah rumah mewah. Tentunya, batu bata yang
kita perlukan adalah batu bata berkualitas, yang bentuknya rapi dan simetris, tidak mudah rapuh
dan cukup kuat untuk membangun dinding yang kokoh. Yang jika kita ditanya mengapa memilih
batu bata yang ini ketimbang batu bata yang lain, kita akan tahu jawabannya dengan yakin. Kira-
kira seperti itulah konsep yang seharusnya ada dalam setiap jiwa pemuda Islam. Konsep yang akan
menjadi penjaga keimanan dan kekuatan dari nilai Islam pada pemuda selaku generasi muda Islam.
Yang akan memberikan alasan yang kuat mengapa mereka mempertahankan konsep keislaman
seperti itu. Di sinilah letak kekuatan konsep keislaman yang seharusnya dipertahankan oleh
generasi muda Islam dari dulu.

Kelemahan pemahaman ini antara lain berkenaan dengan nas-nas ajaran Islam, Bahasa
Arab dan ketidaksuaian praktik ajaran Islam dalam realitas kehidupan. Ketiga bentuk pelemahan ini
juga diperparah dengan intensifnya serangan-serangan budaya dan peradaban barat yang
bertentangan dengan budaya dan ajaran Islam, di tengah melemahnya budaya dan peradaban
Islam itu sendiri. Masuknya budaya dan peradaban barat ini meliputi hampir setiap aspek
kehidupan dalam konsep pemerintahan Khilafah itu sendiri.

Cara barat meyakinkan umat Islam dengan ideologi yang mereka bawa juga terkesan unik.
Mereka menyampaikan bahwa peradaban dan budaya barat tidak bertentangan dengan budaya
dan peradaban Islam itu sendiri. Mereka meyakinkan bahwa peradaban barat akan
menyempurnakan peradaban Islam dan tidak akan menghapuskannya dari keberadaan
masyarakat, hingga akhirnya pemahaman umat terhadap Islam makin melemah. Buktinya adalah
umat mulai melegalkan hukum barat di negaranya, menakwilkan riba dan membuka bank-bank,
memberhentikan penegakan hudud dan mengambil gantinya dari undang-undang barat.

Adapun kelemahan dalam penerapan Islam, salahnya penerapan konsep keislaman pada
aspek kehidupan. Diantaranya ialah, maraknya partai-partai politik yang menggunakan kekuatan
militer sebagai basis kekuatan partai dan menjaga kekuasaan, bukan berorientasi pada dukungan
umat. Seperti golongan Arbaiyah yang menduduki Persia dan Irak serta menjadikan wilayah ini
sebagai sentral kekuasaannya. Lalu dari sini mereka menggulingkan kekuasaan dan menjadikan
Bani Hasyim sebagai penguasanya. Di samping itu, kelemahan lainnya tampak dari pemberian
otoritas yang besar dan luas kepada para Wali (Gubernur) di berbagai wilayah. Hal ini menjadikan
Khalifah memberikan wewenang dan otoritas yang sangat luas kepada para Wali sehingga mereka
mengatur wilayah mereka sendiri secara independen, terlepas dari pusat. Hubungan dengan pusat
hanya sebatas formalitas, seperti doa kepada Khalifah di mimbar Jumat, pencetakan mata uang
atas namanya, pengiriman kharaj kepadanya, dan sebagainya.

Dua inti permasalahan inilah yang mengantarkan Islam pada gerbang kehancuran. Dimulai
dari kurangnya pemahaman konsep keislaman pada umat, terlebih pada kaum pemudanya,
hebatnya gempuran barat dengan membawa peradaban dan budaya mereka ditengah-tengah
kaum muslim, hingga memudarnya hukum-hukum Islam dari penerapan pada internal Islam itu
sendiri dan kurangnya kewaspadaan gempuran hukum-hukum barat pada zaman keemasan Islam
itu sendiri. Hingga detik-detik saat hancurnya Islam ditandai dengan bubarnya Khilafah Islamiyah
terakhir di Turki tahun 1924 Masehi oleh Mustafa Kemal Attaturk.
BAB V
KONDISI UMAT DI INDONESIA

Di Indonesia pun berita penghapusan Khalifah telah sampai dan mendapat respons dari ulama dan
tokoh pergerakan umat Islam pada saat itu. Pada Mei 1924, dalam kongres Al-Islam II yang diselenggarakan
oleh Syarikat Islam dan Muhammadiyah, persoalan tentang pengganti Khalifah pun menjadi topik
pembicaraan kongres. Dalam kongres yang diketuai oleh Haji Agus Salim ini diputuskan bahwa untuk
meningkatkan persatuan umat Islam maka kongres harus ikut aktif dalam usaha menyelesaikan persoalan
Khalifah yang menyangkut kepentingan seluruh umat Islam di dunia. Semenjak kongres ini dilakukan, mulai
banyak pergerakan-pergerakan Islam yang bermunculan seperti Syarikat Islam, Al-Irsyad, Muhammadiyah
dan menyusul kemudian Nadhatu Ulama.

Jauh sebelum detik-detik penghapusan dan pembubaran Khalifah oleh Kemal Attaturk, umat di
Indonesia sudah gencar-gencarnya membahas kekhalifahan tersebut. Ini dikarenakan, sejak awal Kemal
Attaturk berkuasa di Turki, banyak kebijakan-kebijakan kontroversial yang dilakukan oleh Kemal Attaturk,
seperti membatasi pergerakan Muslim di Turki, lebih banyak berkoalisi dengan Barat ketimbang negara
Arab, membenci Agama dan Bahasa Arab, serta pada akhirnya Ia secara resmi memberhentikan Khilafah di
Turki. Ini membuat umat di Indonesia mempersiapkan langkah guna mengantisipasi kehancuran sistem
Khilafah dan meneruskan perjuangan Khalifah Abdul Majid II. Umat juga kebingungan disertai kewaspadaan
terkait siapa yang akan menggantikan Khalifah Abdul Majid II. Mereka tidak hanya memiliki hasrat untuk
terlibat dalam perbincangan ini, namun umat berkewajiban untuk memperbincangkan dan mencari
penyelesainya.

Saat gagasan penegakan Khalifah muncul, umat di Indonesia sedang berada di zaman pergerakan
Nasional. Organisasi-organisasi pergerakan umat yang muncul tadi menjadi wadah perjuangan mereka
untuk berjuang melawan penjajahan Belanda. Berbeda dengan perjuangan generasi sebelum mereka yang
melakukan perlawanan melalui kontak fisik dan bersenjata, maka generasi umat ini pun melakukan
perjuangan dengan adu pemikiran dan intelektual.

Perjuangan umat dengan cara yang modern ini dilakukan dengan berdiskusi melalui Muktamar-
muktamar dalam organisasi. Dengan cara lakukan diskusi, umat dengan tepat dapat menyelesaikan
permasalahan yang ada. Ditambah, kekuatan media dan siaran-siaran yang menyiarkan kegiatan mereka
membantu menyebarluaskan informasi yang akan dikirimkan kepada umat banyak di dalam negeri dan
umat banyak melakukan koordinasi dengan gerakan-gerakan keislaman dari negeri lain.

Koordinasi dengan gerakan dari luar negeri ini pun menghasilkan terlaksananya sebuah kongres
dunia Islam di Kairo dengan mengundang perwakilan dari seluruh umat Islam di Dunia. Umat Islam di
Indonesia harus terlibat dalam kongres di Kairo ini dengan mengirimkan utusan ke kongres tersebut. Untuk
maksud tersebut, maka dibentuk suatu badan khusus bagi perjuangan Khilafah di Indonesia bernama
Comite-Chilafat dengan ketua Wondosoedirdjo dari Organisasi Syarikat Islam dan Wakil Ketua K. H. Abdul
Wahab Hasbullah dari kalangan tradisi yang kemudian menjadi salah seorang pendiri Nadhatu Ulama.
Aspirasi umat Islam di Indonesia Pergerakan Khilafah ini terus menyebar di Indonesia. Kesadaran
tentang urgensi perjuangan Khilafah terus diopinikan. Hal itu di upayakan dengan membentuk cabang-
cabang Comite-Chilafat di berbagai wilayah di Indonesia dan dengan diadakannya pertemuan-pertemuan
yang membahas Khilafah di beberapa kota.

Bertahun-tahun suara perjuangan kekhilafahan di suarakan demi tidak memudarnya identitas umat
Islam di Tanah Air. Berbagai latar belakang organisasi keislaman dan ormas mencari penyelesaiannya dan
berusaha menemukan kembali jati diri umat yang di hancurkan oleh rezim Kemal Attaturk di Turki dengan
cara yang lebih modern. Kekuatan intelektual dan cara berpikir umat Islam menjadi prioritas, sampai
akhirnya umat dihadapi dengan tantangan yang baru.

Tantangan dimana umat Islam harus berperang habis-habisan gempuran informasi dari Barat dan
mudahnya bagi Barat menyusupkan ideologi-ideologi mereka yang bertentangan dengan Syariat Islam di
era globalisasi. Meskipun Indonesia tidak menerapkan syariat Islam ini dan memilih untuk menjadi Negara
Hukum, namun yang harus diperhatikan adalah jumlah mayoritas penduduk Muslim di negeri ini sangat lah
banyak. Tidak mengherankan, ini menjadi suatu tantangan bukan hanya penduduk muslim di negara ini,
namun ini juga menjadi tantangan bagi pemerintah Indonesia.

Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana generasi muslim Millennials di Tanah Air
menjaga dan mempertahankan dua pilar utama dari kekuatan Islam di zaman mereka. Mau tidak mau,
mereka ini harus menghadapi kenyataan bahwasanya budaya dan peradaban Barat tidak dapat dibendung
lagi. Mereka harus memiliki benteng pertahanan yang lebih kuat ketimbang generasi pendahulu mereka.
Mereka harus memutar otak mencari cara bertahan di tengah arus modernitas ini, bukan hanya
mempertahankan nilai pemahaman dan konsep penerapan hukum Islam, namun mereka harus
menyampaikannya dengan cara yang dapat diterima masyarakat modern, tidak melalui kekerasan dan
menunjukkan kasih sayang Islam ke seluruh umat manusia.

Faktanya, masih banyak umat Muslim di Tanah Air tidak memahami konsep-konsep ini dan
pemerintah belum sepenuhnya mendukung. Pengetahuan mereka sangat lemah, bahkan kebanyakan dari
mereka tidak tahu identitas agama mereka sendiri. Terkadang mereka malu untuk menunjukkan bahwa
"AKULAH ISLAM". Mereka terlalu bangga untuk menggunakan identitas Barat yang modern. Padahal, Islam
dan Modernitas berjalan beriringan tidak ada kontradiksi di antaranya. Islam di ciptakan timeless, berlaku
untuk semua zaman dan cocok untuk diterapkan kapan pun dan di negara mana pun.

Buktinya, masih banyak generasi muda Indonesia yang tertarik untuk menempuh pendidikan di
sekolah formal milik pemerintah ketimbang menempuh pendidikan di pondok pesantren. Mereka lebih
menyukai kebebasan ketimbang mendapatkan ilmu agama yang konstan diberikan di pondok pesantren.
Padahal, di sinilah seharusnya letak basis kekuatan umat di Indonesia. Pemerintah sepatutnya mulai
memperhatikan penuh keberadaan pondok pesantren yang ada di Indonesia dan mendukungnya, tidak
membedakan bentuk dukungan tersebut dengan sekolah formal pemerintah seperti SD, SMP, dan SMA
Negeri. Misalnya memberikan jumlah beasiswa yang sama kepada santri-santri yang ada di Indonesia dan
kesempatan yang sama untuk mereka melanjutkan Pendidikan ke dalam maupun luar negeri. Bukan tidak
mungkin, justru santri-santri di Indonesia kemudian yang akan membawa pengaruh besar kepada
perubahan bangsa.
Di sisi lain, kondisi generasi muslim muda di Indonesia jauh dari kata baik. Pasalnya, mereka terlalu
banyak mengadopsi budaya dari luar. Mereka hanyut dalam arus globalisasi dan lupa dari mana mereka
berasal. Mulai dari cara berpakaian, tingkah laku, sopan santun seakan hilang bertahap dari jiwa muda
muslim di Indonesia. Perlahan mereka meninggalkan budaya berpakaian Islam yang sopan dan lebih senang
menggunakan budaya berpakaian dari Barat yang terkesan terbuka. Mereka beranggapan bahwa
berpakaian Islam itu ketinggalan zaman dan berpakaian mengadopsi Barat menunjukkan modernitas.

Di sisi lain, keadaan ini pun bertambah buruk dengan pemanfaatan waktu yang kurang. Generasi
Millennial ini cenderung terlalu sering menatap gadget mereka. Keadaan ini di sebabkan karena mereka
tidak mau ketinggalan dengan informasi yang ada di gadget mereka. Kebanyakan dari orang yang
mengakses gadget ini menggunakan sosial media yang kurang bermanfaat untuk mengisi waktu luangnya.
Hal ini sebenarnya wajar, karena generasi ini hidup di lingkungan yang beda dari generasi X sebelumnya
dimana pemanfaatan teknologi masif dilakukan untuk memudahkan hidup. Tetapi, hal ini tidak wajar jika
hal ini sampai mempengaruhi kualitas Iman dari seorang Muslim, lebih-lebih waktu mereka banyak tersita
untuk gadgetnya.

Konteks jati diri sebagai Muslim seharusnya tidak goyang dengan adanya teknologi seperti ini.
Generasi Muslim Millennials harus mampu menjaga kualitas diri dan iman mereka. Ada tiga hal yang harus
dijabarkan terkait prioritas seorang generasi muda muslim dalam pemanfaatan teknologi. Yang pertama
adalah dunia spiritual mereka, yang kedua di dunia nyata, yang ketiga adalah di dunia digital.

Di dunia nyata, mestinya generasi ini tetap melakukan hubungan sosial dengan lingkungan sekitar
mereka. Tidak boleh gadget membuat muslim yang berkualitas menjadi anti-sosial, tidak memedulikan
keadaan lingkungan sekitar mereka. Tetap hormat kepada orang dituakan, berperilaku baik kepada orang
lain dan menjaga orang yang lemah. Tetap mencintai majelis dan berkumpul dengan orang-orang yang
saleh.

Dan yang ketiga, tugas seorang muslim di dunia digital adalah berdakwah. Ini lah pemanfaatan yang
luar biasa dari teknologi dan ini membantu Islam secara umum. Pada dasarnya, sosial media sangat menarik
bagi generasi muda ini dan menjadi wadah yang sangat bagus untuk menyebarkan informasi secara cepat
ke siapa pun dan dimana pun. Dan kekuatan sosial media ini juga menjadi jembatan antara ustaz atau ahli
agama kepada jamaahnya, karena secara tidak langsung sosial media menghubungkan langsung kedua
pihak ini dan penyampaian materi Agama Islam pun lebih masif.

Jangan lupa dengan mengikuti informasi-informasi kajian dan ilmu seputar Islam di dunia maya.
Banyak informasi yang dibagikan di internet mengenai informasi kajian ini termasuk jadwal, pembicara dan
tempat dilaksanakannya. Dengan begini, maka seorang muslim dapat terus menjaga kualitasnya sebagai
Islam sejati dan bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain.

Terkadang, memanfaatkan teknologi tidak hanya dibutuhkan penggunaan yang bijak, tetapi kita
harus menjadi muslim yang cerdas dalam mengakses informasi yang luas di internet. Ini dikaitkan dengan
kondisi Indonesia belakangan marak munculnya situs palsu atau sumber yang tidak dapat dipercaya sebagai
sumber Ilmu Islam. Orang-orang yang tidak bertanggung jawab berusaha memecahbelah umat di Indonesia
dengan membuat situs palsu yang mengatasnamakan Islam. Bahayanya, jika hal ini tidak diperhatikan oleh
muslim dan mereka mengakses informasi yang salah maka hal ini dapat menghancurkan fondasi konsep
keislaman. Akibatnya, mereka akan memperdebatkan hal-hal yang seharusnya tidak diperdebatkan
mengenai konsep Islam itu sendiri.
Hal terakhir yang perlu diperhatikan adalah generasi muda muslim di Indonesia harus bersatu dan
tidak gampang dipengaruhi oleh pihak yang menginginkan kehancuran Islam. Ini berkaca dari banyaknya
kasus-kasus di negara Timur Tengah yang notabene adalah negara Islam. Mereka berhasil di adu domba
oleh pihak Barat dan menyebabkan mereka memperdebatkan hal yang tidak penting dan memusuhi
sesamanya. Padahal, dulunya mereka ini sangat kuat dan susah untuk dipengaruhi oleh pihak mana pun
karena mereka sangat berpegang teguh pada nilai-nilai keislaman.

Setelah negara Barat berhasil mempengaruhi mereka, bukan tidak mungkin mereka sedang
mengintervensi Indonesia, negara dengan populasi Muslim terbanyak di dunia. Mereka pun akan
menargetkan pemuda muslim Indonesia terlebih dahulu dengan teknologi yang melalaikan, karena mereka
percaya bahwa kekuatan suatu negara ditentukan oleh generasi mudanya.

Sekarang, negara yang sedang bangkit menghapuskan sekularisme adalah Turki. Di bawah pimpinan
Recep Tayib Erdogan, Turki mulai menghapuskan peraturan yang bertentangan dengan Syariah Islam yang
telah diterapkan selama bertahun-tahun. Erdogan percaya bahwa kekuatan Turki berada di tangan umat,
dan ia percaya dengan kekuatan itu dia bisa menghentikan rencana negara-negara Barat beserta sekutunya
untuk menghancurkan Islam.

Demikianlah penjelasan mengenai perjalanan kekhilafahan di muka bumi dan siapa saja yang
terlibat di dalamnya. Sejarah Islam tidak akan pernah hilang. Cukuplah sejarah kelam kekhilafahan di muka
bumi menjadi pelajaran yang tidak akan terulang lagi. Waktunya generasi muslim Millennials aktif dalam
merubah dunia dan membawa Islam kepada zaman kejayaan dan maju seperti zaman Abbasiyah.
BAB VI
PENUTUPAN

Berbagai tantangan pemuda saat ini adalah sebagai tantangan seluruh elemen masyarakat.
yang terpenting adalah bagaimana mengurangi bahkan menghilangkan perbuatan buruk pada
pemuda. Melainkan menciptakan kembali pemuda-pemuda yang berkarakter, berakhlak, dan
bermoral. Adapun cara-cara yang dapat dilakukan diantaranya yaitu Pertama, memberikan wadah
berkreasi bagi mereka dengan gaya kekinian, contohnya:

Pertama, ada tempat khusus bagi pemuda untuk mereka menuangkan kreativitas
mencorat-coret tembok yang berseni atau dikenal dengan Graffiti.

Kedua, memberikan wadah organisasi atau komunitas sesuai dengan minat dan bakat
mereka, agar segala kegiatan berlandaskan hukum dan melaporkan segala kegiatan kepada
Pembina yang mendampinginya, contohnya perkumpulan pemuda yang bergerak dibidang
perdamaian. Di Cirebon kurang lebih lima tahun dikenal dengan organisasi PELITA (Pemuda Lintas
Iman).

Ketiga, pemerintah, intuisi pendidikan, dan orang tua memperkenalkan bagaimana bahasa
narkoba, pergaulan bebas, tawuran antar pelajar. Agar tidak terjadi ha;-hal seperti itu, karena jika
seluruh elemen menyaurakan hal itu, pasti akan mengurangi perbuatan-perbuatan buruk bagi
pemuda terutama pelajar.

Anda mungkin juga menyukai