Anda di halaman 1dari 19

BAB IV

PENYAJIAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Penyajian Data

1. Pola Komunikasi Pembelajaran Satu Arah PAI dan Budi Pekerti

Pada dasarnya pembelajaran yang terjadi di dalam kelas adalah proses komunikasi,

yaitu proses penyampaian materi oleh pendidik kepada peserta didik. Melalui proses

komunikasi, materi yang disampaikan oleh pendidik dapat diterima, diserap dan

dihayati oleh peserta didik. Dalam menyampaikan materi melalui proses komunikasi

bisa dilaksanakan dengan menerapkan pola komunikasi pembelajaran satu arah,

sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Yusro selaku guru PAI dan Budi Pekerti

di SMP Plus Al-Ishlah, beliau mengatakan:

Pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas merupakan komunikasi


penyampaian materi yang terjadi antara guru dan siswa, guru disini sebagai
penyampai materi sedangkan siswa sebagai penerima materi. Begitupun pola
komunikasi satu arah yang sampai saat ini masih saya gunakan ketika
pembelajaran berlangsung. Pola tersebut tidak bisa terlepas ketika seorang guru
berada di dalam kelas, karena memang dibutuhkan dalam pembelajaran.

Apa yang telah dipaparkan oleh Bapak Yusro selaku guru PAI dan Budi

Pekerti, beliau mendefinisikan bahwasanya pembelajaran yang terjadi di dalam kelas

merupakan komunikasi yang terjadi antara guru dan siswa. Ketika pembelajaran

berlangsung maka komunikasi juga berlangsung, didalam penyampaian materi yang

dilakukan oleh seorang guru, maka guru bisa menggunakan pola komunikasi

pembelajaran satu arah. Pola komunikasi satu arah yang sampai saat ini masih

digunakan oleh Bapak Yusro dalam pembelajarannya.

Mengenai kapan diterapkannya pola satu arah ini, beliau menuturkan bahwasanya :

Dalam penerapan pola komunikasi pembelajaran satu arah ini, guru harus
terlebih dahulu melihat materi yang akan diajarkan, sesuai atau tidak
menggunakan pola komunikasi satu arah. Kemudian ketika saya menggunakan
metode ceramah dalam pembelajaran otomatis bisa dikatakan saya
menggunakan pola komunikasi satu arah, karena ketika saya menggunakan
metode ceramah, yang aktif itu gurunya sedangkan siswa itu pasif.

Sebagaimana penjelasan Bapak Yusro, bahwasanya beliau menggunakan pola

komunikasi satu arah ini apabila materi yang akan disampaikan sesuai dengan pola

satu arah. Jadi dalam penerapan pola satu arah beliau harus melihat materi yang akan

disampaikan terlebih dahulu. Beliau juga menuturkan, apabila metode ceramah ia

gunakan sudah pasti beliau juga menggunakan pola komunikasi satu arah dalam

pembelajaran.

Pak Yusro juga menuturkan mengenai respon peserta didik ketika pola komunikasi

satu arah diterapkan di dalam kelas, beliau menjelaskan:

Ketika saya menerapkan pola satu arah ini pada respon peserta didik baik, akan
tetapi saya melihat ada sedikit kejenuhan, karna dalam penerapan pola satu arah
ini siswa pasif dan gurunya yang aktif. Saya mencoba membuat rasa jenuh serta
kebosanan peserta didik berkurang dengan cara menggunakan media yang ada
di sekolah ini, contohnya laptop dan projektor. Saya memanfaatkan media
tersebut untuk membuat peserta didik tidak jenuh dan mengantuk ketika
mengikuti pelajaran. Saya menyampaikan materi pelajaran melalui slide power
point yang saya tampilkan dengan menggunakan projektor. Kadang kala anak-
anak saya bawa belajar diluar kelas seperti dihalaman sekolah atau ke masjid.

Sebagaimana penjelasan Bapak Yusro, respon peserta didik ketika beliau

menerapkan pola komunikasi satu arah, peserta didik menerima dengan baik. Dalam

penerapan pola komunikasi satu arah ini, Bapak Yusro juga berusaha membuat

peserta didik tidak merasa jenuh dan bosan ketika mengikuti pelajaran yaitu dengan

memanfaatkan media pembelajaran yang ada di sekolah dan mengajak peserta didik

belajara diuar kelas misalnya di halaman sekolah atau di masjid. Karena apabila

peserta didik sudah merasa jenuh dan bosan dalam mengikuti pelajaran maka materi

yang disampaikan oleh beliau tidak maksimal bisa diterima oleh peserta didik.

Senada dengan yang disampaikan oleh Dwi yang merupakan siswi dari SMP Plus

Al-Ishlah, dia menuturkan:


Saya merasa senang apabila mengikuti pelajaran dari Bapak Yusro, karena
beliau orangnya sabar dan kadang-kadang menggunakan layar lebar apabila
menyampaikan meteri pelajaran sehingga membuat anak-anak senang di dalam
kelas. Bukan hanya itu kadang anak-anak merasa mengantuk apabila guru hanya
menerangkan materi dan peserta didik hanya medengarkan saja.

Sebagaimana penjelasan dari Sonia bahwasanya ia merasa senang ketika mengikuti

pelajaran dari Bapak Yusro, walaupun pola satu arah terkadang membuat peserta

didik di dalam kelas merasa bosan dan jenuh, maka Bapak Yusro mencoba untuk

mengatasi kejenuhan peserta didik melalui media pembelajaran yang tersedia

disekolah. Beliau juga salah satu guru yang mempunyai sifat yang sabar dan itu

membuat siswa senang dalam mengikuti pelajaran beliau.

Yudi yang merupakan sisa kelas VII di SMP Plus Al-Ishlas Curah Kendal juga

menuturkan:

Apabila saya mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
yang di ajar sama Bapak Yusro, saya merasa semangat dalam mengikuti
pelajaran beliau. Walaupun terkadang juga merasa bosan, apalagi saat Pak
Yusro menerangkan materi pelajaran dengan waktu yang lama, itu membuat
anak-anak merasa bosan, peserta didik hanya diam mendengarkan materi yang
disampaikan oleh Pak Yus. Tetapi lama kelamaan Pak Yus itu memakai layar
dalam menyampaikan materi pelajaran, mengajak belajar diluar kelas dan itu
membuat anak-anak bisa menghilangkan kebosanannya dalam mengikuti
pelajaran.

Penjelasan dari Yudi di atas menyatakan bahwa dalam mengikuti pelajaran PAI dan

Budi Pekerti yang diampu oleh Bapak Yusro, ia merasa bersemangat dalam

mengikuti pelajaran tersebut. Kreatifitas guru dalam mengajar sangatlah

berpengaruh terhadap pembelajarannya. Guru haruslah memaksimalkan

kreativitasnya dalam menumbuhkan semangat belajar siswa.

Pak Yusro juga menambahkan kondisi kelas ketika beliau menerapkan pola satu

arah, beliau mengatakan:

Kalau berbicara masalah kondisi kelas baik kelas VII, VIII, dan IX, anak-anak
lebih pasif, diam, hanya guru saja yang aktif memberikan materi kepada peserta
didik. Hanya saja mereka jarang menanyakan tentang materi yang sudah saya
sampaikan. Dengan penerapan pola satu arah ini dengan menggunakan metode
ceramah, kondisi kelas menjadi kondusif, sehingga siswa mudah dalam
menerima materi pelajaran yang saya sampaikan.

Penuturan dari Bapak Yusro, beliau menjelaskan kondisi kelas ketika beliau

menerapkan pola satu arah baik di kelas VII, VIII ataupun IX, kondisi kelas mejadi

kondusif dan komunikasi yang terjadi antara pendidik dan peserta didik menjadi

efektif. Dengan kondisi seperti ini siswa lebih mudah dalam menerima materi

pelajaran yang disampaikan oleh pendidik.

Sonia yang merupakan siswa yang duduk dibangku kelas III, juga mengatakan:

Ketika pak Yusro mengajar dengan menggunakan pola komunikasi satu arah,
kondisi peserta didik didalam kelas tidak ramai, tenang, peserta didik
mendengarkan materi yang diterangkan sama Pak Yus beliau juga guyonan, jadi
dengan guyonan itu membuat siswa tidak mengantuk kalau sedang diajar sama
Pak Yus. Kadang-kadang juga diadakan games didalam kelas, dimana dengan
menggunakan spidol. Sambil menyanyikan lagu, lagu berhenti maka siapa
peserta didik yang memegang spidol itu diberikan pertanyaan oleh beliau.
Dari penjelasan Sonia diatas, bahwa kondisi peserta didik dalam mengikuti pelajaran

PAI dan Budi Pekerti, suasana kelas menjadi kondusif, akan tetapi suasana tersebut

terkadang membuat peserta didik mengantuk. Hal tersebut dapat teratasi karena guru

pengampu PAI dan Budi Pekerti mengkombinasikan pola komunikasi satu arah

dengan berbagai games, salah satunya talking stik. Untuk menghilangkan rasa

kejenuhan siswa di dalam kelas.

Pak Yusro juga menambahi penuturannya mengenai bagaimana cara mengatasi

kejenuhan siswa di dalam kelas ketika beliau menerapkan pola komunikasi satu

arah, beliau menuturkan:

Apabila peserta didik mengalami kejenuhan didalam kelas ketika saya hanya
menggunakan pola komunikasi satu arah, maka disitulah saya harus
menggunakan games dalam pembelajaran. Walaupun mereka tidak menuturkan
bahwasanya mereka jenuh, tetapi wajah-wajah dari peserta didik itu sudah
kelihatan. Saya terkadang menggunakan games, salah satunya talking stik,
supaya keadaan di dalam itu tidak membosankan dan kejenuhan siswa itu bisa
teratasi. Bukan hanya memanfaatkan media yang ada, akan tetapi menggunakan
games dalam pembelajaran itu juga penting menurut saya dan juga sangat
membantu.
Menurut Bapak Yusro, ada beberapa cara untuk menghilangkan kejenuhan yang

dialami oleh peserta didik ketika beliau menerapkan pola komunikasi satu arah.

Salah satunya dengan mengadakan games didalam kelas, karena beliau menganggap

hal tersebut sangat membantu dalam mengatasi kejenuhan yang dialami peserta

didik ketika pelajaran berlangsung. Talking stik menjadi games yang terkadang

beliau gunakan saat di dalam kelas.

Pak Yusro juga menuturkan ketika beliau menerapk an pola komunikasi satu arah

didalam kelas, beliau mengatakan:

Saya rasa menerapkan pola komunikasi satu arah dalam pembelajaran, tidak
terlalu sulit apa lagi kondisi kelas mendukung. Akan tetapi sulitnya mengatasi
kejenuhan peserta didik di dalam kelas, jadi harus ada tambahan permainan di
dalam kelas, kreatifitas guru disini sangatlah dibutuhkan untuk menunjang
semangat peserta didik dalam mengikuti pelajaran.
Menurut Pak Yusro, dalam menerapkan pola komunikasi satu arah ini tidak terlalu

sulit. Apabila kondisi kelas mendukung untuk menerapkan pola komunikasi satu

arah ini itu akan mempermudah dalam menerapkannya. Beliau merasa kesulitan

apabila peserta didik sudah merasa jenuh didalam kelas, jadi beliau menyiapkan

beberapa permainan guna untuk mengatasi kejenuhan peserta didik.

Berdasarkan wawancara dengan berbagai informan di atas dapat disimpulkan

bahwasanya dalam penerapan pola komunikasi pembelajaran satu arah pada mata

pelajaran PAI dan Budi Pekerti, respon peserta didik baik dalam menerima

penerapan pola satu arah didalam kelas oleh gurunya. Keadaan kelas menjadi

kondusif, komunikasi yang terjadi antara guru dan peserta didik juga efektif karena

apabila keadaan kelas kondusif maka peserta didik mudah dalam menerima materi

pembelajaran yang di sampaikan oleh guru. Dalam penerapan pola komunikasi

pembelajaran satu arah, tidak menutup kemungkinan peserta didik mengalami

kejenuhan dalam mengikuti pembelajaran, akan tetapi guru dilembaga ini berusaha
secara maksimal agar dapat mengatasi kejenuhan tersebut dengan cara

memanfaatkan media yang sudah tersedia, menyiapkan bermacam games dalam

pembelajaran supaya kejuenuhan peserta didik dapat berkurang di dalam kelas.

2. Pola Komunikasi Pembelajaran Dua Arah PAI dan Budi Pekerti

Pola komunikasi pembelajaran dua arah masih digunakan sampain saat ini dalam

pembelajaran.Pola komunikasi menempatan dimana guru dan peserta didik sama-

sama aktif didalam kelas. Apabila pola komunikasi satu arah, hanya gurunya saja

yang aktif dan peserta didik pasif maka berbeda denga pola komunikasi dua arah ini.

Pada pola komunikasi dua arah ini, peran guru dan siswa sama-sama aktif dalam

pembelajaran.

Begitupula yang dituturkan oleh Bapak Yusro, beliau sangat berantusias sekali

ketika peneliti menanyakan tentang pola komunikasi dua arah pada pembelajaran

PAI dan Budi Pekerti, beliau mengatakan:

Pola komunikasi dua arah ini melibatkan keaktifan antara guru dan peserta
didik. Ketika pembelajaran berlangsung maka disini peran guru dan peserta
didik sama-sama aktif. Seperti halnya diskusi yang terjadi antara guru dan
peserta didik. Guru disini memberikan beberapa pertanyaan dan peserta didik
menjawab pertanyaan dari guru, saling sharing kalau bahasa sekarang. Atau
bahkan guru mendiskusikan materi pembelajaran dengan peserta didik supaya
peserta didik itu juga aktif dalam mengikuti pembelajaran, tidak hanya diam
saja. Peserta didik juga akan terbiasa memberanikan diri dalam menyampaikan
pendapatnya.

Menurut penuturan Bapak Yusro diatas, beliau menjelaskan bahwasanya pola

komunikasi dua arah merupakan pola komunikasi yang melibatkan guru dan peserta

didik, peran guru dan peserta didik didik dalam pola komunikasi ini sama-sama

aktif. Tepatnya diskusi yang terjadi antara guru dan peserta didik.Tujuannya agar

peserta didik juga aktif dalam mengikuti pembelajaran, dan tidak pasif di dalam

kelas. Jadi peserta didik belajar untuk memberanikan diri dalam menyampaikan

pendapatnya.
Beliau juga menambahkan mengenai kondisi kelas ketika beliau menerapkan pola

komunikasi dua arah, beliau mengatakan:

Ketika saya menerapkan pola komunikasi dua arah, kondisi kelas tidak pasif
karena siswa disini dituntut agar bisa menyampaikan pendapatnya. Biasanya
saya mengajukan beberapa pertanyaan kemudian saya memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk menjawab pertanyaan itu atau sebaliknya siswa yang
menanyakan materi yang belum ia dapat pahami. Kemudian berbicara keadaan
kelas, apabila saya menerapkan pola komunikasi dua arah ini keadaan kelas
tidak kondusif tapi saya senang walaupun kondisi kelas rame tapi hal tersebut
disebabkan oleh kegiatan diskusi yang terjadi antara guru dan peserta didik.
Ketika pola ini diterapkan maka suasana belajar menjadi seru.

Bapak Yusro menjelaskan, ketika beliau menerapkan pola komunikasi dua arah pada

pembelajaran PAI dan Budi Pekerti maka kondisi kelas tidak kondusif, karena

peserta didik dituntut untuk aktif dalam mengikuti pembelajaran ataupun

menyampaikan pendapatnya yang berhubungan dengan materi pembelajaran yang

disampaikan oleh gurunya. Beliau juga merasa senang walaupun keadaan kelas tidak

bisa kondusif akan tetapi hal tersebut disebabkan oleh kegiatan diskusi yang terjadi

antara guru dan peserta didik.

Riski selaku peserta didik dari SMP Plus Al-Ishlah yang masih duduk dibangku

kelas VII, ia mengatakan:

Pak Yus sering mengadakan kegiatan tanya jawab didalam kelas, anak-anak
rame rebutan untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Pak Yus. Saya
terkadang juga kurang tepat dalam menjawab pertanyaan beliau. Suasana kelas
menjadi seru, kadang yang suka mengantuk didalam kelas, disuruh menjawab
pertanyaan dari Pak Yus.

Menurut Riski, pola komunikasi dua arah yang diterapkan oleh Bapak Yusro

membuat peserta didik bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Terutama dapat

menghilangkan rasa ngantuk peserta didik ketika kegiatan diskusi terjadi di dalam

kelas. Hal ini menjadi salah satu cara alternatif dalam menghilangkan kejenuhan

bahkan rasa kantuk yang dialami peserta didik. Keadaan kelaspun menjadi lebih

hidup.
Aviv menambahkan mengenai penuturan di atas, ia mengatakan:

Kegiatan diskusi yang terjadi didalam kelas pada saat pembelajaran PAI dan
Budi Pekerti berlangsung membuat suasana kelas seru, karena ketika tanya
jawab terjadi antara Pak Yus berlangsung, dan siapa yang tidak bisa menjawab
pertanyaan dari Pak Yus maka pulangnya belakangan atau disuruh kasi
hukuman.

Penuturan Aviv di atas bahwasanya dengan adanya pola komunikasi dua arah

membuat suasana kelas menjadi seru, membuat peserta didik menjadi aktif dalam

mengikuti pembelajaran. diskusi menjadi salah satu cara untuk menumbuhkan rasa

semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran di dalam kelas.

Kemudian dengan penerapan komunikasi dua arah, apakah komunikasi yang terjadi

antara guru dan peserta didik dapat berjalan dengan efektif. Sehubungan dengan hal

tersebut Bapak Yusro menuturkan:

Dengan diterapkannya pola komunikasi dua arah didalam kelas, suasana kelas
memang tidak kondusif, tetapi komunikasi yang disampaikan guru dapat
dikatakan efektif karena apabila peserta didik, diberikan pertanyaan dan
kemudian bisa menjawab pertanyaan dari guru, maka materi yang disampaikan
oleh guru bisa diterima oleh peserta didik. Saya senang apabila murid-murid
saya bisa menjawab ataupun merespon pertanyaan dari saya, karena itu
menunjukkan bahwa mereka bisa menerima materi yang saya ajarkan.
Walaupun tidak semua peserta didik didalam kelas bisa menjawab dengan tepat,
setidaknya mereka merespon.

Menurut Bapak Yusro, dengan diterapkannya pola komunikasi dua arah, suasana

kelas tidak kondusif, akan tetapi komunikasi yang terjadi didalam kelas dapat berjalan

secara efektif. Ketika peserta didik bisa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh

guru, maka hal tersebut menandakan bahwa peserta didik bisa menerima materi yang

disampaikan oleh gurunya.

Wahyu yang merupakan peserta didik kelas VII, juga mengatakan:

Ketika saya di ajar oleh Pak Yus, saya merasa senang dan bisa memahami
tentang materi yang disampaikan oleh beliau dengan cara memperhatikan ketika
Pak Yus sedang menjelaskan materi. Terkadang beliau juga memberikan
pertanyaan diakhir pelajaran, pertanyaan mengenai materi yang diterangkan.
Maka saya harus mendengkan ketika Pak Yus menjelaskan materi pelajaran.
Wahyu menjelaskan bahwasanya ketika pembelajaran PAI dan Budi pekerti

berlangsung, ia merasa senang akan pelajaran tersebut. Ia juga bisa memahami

materi yang disampaikan oleh Pak Yusro selaku guru mata pelajaran PAI dan Budi

Pekerti. Ia bisa memahami materi tersebut yaitu dengan cara memperhatikan ketika

materi disampaikan oleh guru. Tanya jawab serta yang terjadi antara guru dan

peserta didik juga menjadi alasan agar peserta didik menyimak materi yang

disampaikan oleh guru.

Begitupun A’yun salah satu murid dari Bapak Yusro yang duduk dibangku kelas

VIII juga mengatakan:

Diskusi yang terjadi antara guru dan peserta didik bisa melatih anak-anak
berani berbicara didepan teman-teman yang lain. Aktif dalam mengikuti
pelajaran, Pak Yus ndak akan marah apabila kelas rame tetapi ramenya dalam
keadaan diskusi. Engkel-engkel juga kadang-kadang yang terjadi di dalam
kelas.

Menurut A’yun, kegiatan diskusi yang melibatkan keaktifan antara guru dan peserta

didik merupakan kegiatan yang bisa melatih keberanian peserta didik berbicara di

depan teman-temannya.

Bapak Yusro juga menambahkan mengenai hal diatas, beliau mengatakan:

Saya tidak mempermasalahkan ketika kondisi kelas menjadi ramai, dengan


catatan keramaian tersebut merupakan kegiatan berjalannya diskusi atau tanya
jawab yang terjadi antara guru dan peserta didik mengenai materi yang akan
diajarkan pada saat itu. Bukan rame karena suatu hal yang tidak ada sangkut
pautnya dengan materi pelajaran. Ketika murid-murid saya aktif pada saat
pelajaran saya malah senang, berarti mereka tanggap. Rame karena rebutan
untuk menjawab pertanyaan dari saya itu sudah menjadi hal biasa.

Bapak Yusro menjelaskan bahwasanya keaktifan peserta didik pada saat kegiatan

tanya jawab ataupun diskusi yang terjadi antara guru dan peserta didik membuat

beliau tidak merasa terganggu apabila kondisi kelas menjadi tidak kondusif. Bahkan

beliau merasa senang apabila peserta didik aktif pada saat pelajaran, berarti mereka

tanggap akan materi yang beliau sampaikan.


Berdasarkan hasil wawancara dengan berbagai informan, dapat disimpulkan

bahwasanya penerapan komunikasi pembelajaran dua arah sampai saat ini masih

digunakan. Pola komunikasi dua arah ini menempatkan peran antara guru dan

peserta didik sama-sama aktif dalam pembelajaran. bapak Yusro selaku guru PAI

dan Budi Pekerti menuturkan bahwa Pola komunikasi dua arah ini lebih cocok

diterapkan pada kelas tinggi yaitu kelas VIII dan IX. Anak yang duduk dibangku

kelas VIII dan IX memudahkan beliau dalam menerapkan pola komunikasi dua arah

tersebut. Penerapan pola komunikasi dua arah didalam kelas yaitu dengan mengajak

siswa dalam berdiskusi dan tanya jawab, dan hal tersebut juga melatih peserta didik

untuk berani berpendapat serta berntanya kepada guru, jadi peserta didik tidak hanya

pasif. Respon baik juga ditunjukkan oleh peserta didik di SMP Plus Al-Ishlah ketika

diterapkannya pola dua arah dengan terjadinya umpan balik yang terjadi, setelah

guru menerangkan materi kemudian ada beberapa peserta didik yang bertanya akan

materi yang diterangkan gurunya.

3. Pola Komunikasi Pembelajaran Multi Arah PAI dan Budi Pekerti

Pola komunikasi pembelajaran multi arah merupakan pola komunikasi yang

digunakan oleh guru dalam pembelajaran dengan tujuan keadaan kelas menjadi

hidup dengan terjadinya interaksi antara guru dan peserta didik, peserta didik

dengan peserta didik.

Seperti halnya yang disampaikan oleh Bapak Yusro, beliau mengatakan:

Pola komunikasi multi arah ini, saya terapkan di kelas tinggi yaitu kelas IX.
Pola ini bertujuan agar terjadinya interaksi antara guru dengan peserta didik
maupun peserta didik dengan peserta didik lainnya. Metode diskusi ataupun
tanya jawab merupakan salah satu metode yang sesuai dalam menerapkan pola
multi arah ini. Saya akui pola komunikasi multi arah agak sulit diterapkan di
kelas rendah seperti kelas VII.

Menurut penuturan Bapak Yusro diatas bahwa pola komunikasi multi arah

merupakan pola komunikasi yang bertujuan terjadinya interaksi antara guru dan
peserta didik ataupun peserta didik dengan peserta didik lainnya. Pola komunikasi

multi arah lebih mudah diterapkan pada kelas tinggi yaitu kelas IX. Apabila

diterapkan pada kelas rendah yaitu kelas VII, maka penerapannya akan terasa sulit.

Bapak Yusro juga menambahkan mengenai kesulitan penerapan pola multi arah

pada kelas rendah, beliau mengatakan:

Pola komunikasi multi arah ini sulit diterapkan dikelas rendah tetapi bukan
berarti tidak bisa diterapkan dikelas rendah. Karena dalam menerapkan pola
komunikasi ini harus memang bisa menghandle peserta didik, karena kalau
tidak seperti itu bukannya malah terjadi kegiatan diskusi, yang ada peserta didik
rame ataupun teriak-teriak di dalam kelas. Tujuan dari pola komunikasi multi
arah ini menurut saya, guru dan peserta didik sama-sama aktif dan peserta didik
antara peserta didik juga aktif.

Bapak Yusro menuturkan bahwasanya, pola komunikasi multi arah ini memang sulit

diterapkan dikelas VII akan tetapi kata sulit bukan berarti tidak bisa diterapkan

karena membutuhkan persiapan yang matang supaya tujuan dari pola komunikasi

multi arah bisa diterapkan secara maksimal dalam pembelajaran.

Sedangkan penerapan pola komunikasi multi arah sendiri dikelas tinggi yaitu kelas

VIII dan IX, beliau menuturkan:

Penerapan pola komunikasi multi arah didalam kelas, saya biasanya membentuk
anak-anak menjadi beberapa kelompok, kemudian saya berikan tugas yang
berbeda pada setiap kelompoknya. Setelah mereka mendiskusikan soal tersebut
dengan kelompoknya, setiap kelompok maju ke depan. Dan kelompok yang lain
menanggapi kelompok yang tampil ke depan atau bisa juga memberikan
pertanyaan. Sedangkan saya sebagai penengah dan meluruskan diskusi yang
terjadi.

Menurut Bapak Yusro, penerapan pola multi arah yang diterapkan didalam kelas

yaitu dengan membentuk beberapa kelompok, setiap kelompok diberikan tugas yang

berbeda-beda dengan tujuan agar diskusi antara guru dan peserta didik maupun

peserta didik dengan peserta didik berlangsung. Dengan begitu suasana kelas

menjadi aktif dengan terjadinya interaksi antara guru dengan peserta didik maupun

peserta didik dengan peserta didik lainnya.


Fikri yang merupakan peserta didik dari kelas IX, ia mengatakan:

Saya kelas tiga mbk, yang ngajar PAI dan Budi Pekerti Pak Yus, terkadang Pak
Yus kalau ngajar dikelas, siswa itu dijadikan 5 kelompok atau 3 kelompok,
kemudian diberi tugas yang berbeda antara kelompok satu dengan lainnya.
Kalau sudah selesai maka setiap kelompok maju ke depan untuk menyampaikan
tugas itu, kelompok lain mendengarkan karena kalau tidak paham bisa
menanyakan kepada kelompok yang maju. Kalau yang maju tidak bisa
menjawab, maka Pak Yus ikut membantu menjawabnya.

Menurut penuturan Fikri di atas, bahwasanya ketika Bapak Yusro mengajar

dikelasnya. Beliau terkadang membentuk peserta didik menjadi beberapa kelompok,

dan masing-masing kelompok diberi tugas yang berbeda-beda. Hal tersebut

dilakukan oleh Bapak Yusro dengan tujuan diskusi antara peserta didik dengan

peserta didik lainnya berjalan saat pembelajaran berlangsung.

Wahyu juga menambahkan kegiatan yang terjadi didalam kelas ketika pembelajaran

PAI dan Budi Pekerti berlangsung, ia mengatakan:

Ketika pelajaran PAI dan Budi Pekerti berlangsung, biasanya Pak Yus
menjelaskan pelajaran minggu lalu kemudian apabila peserta didik sudah
paham, maka Pak Yus melanjutkan menerangkan materi selanjutnya. Beliau
juga terbiasa membagi peserta didik dalam beberapa kelompok, dan masing-
masing kelompok diberi tugas beda-beda. Pak Yus memberikan waktu untuk
menyelesaikan tugas tersebut, dan satu persatu setiap kelompok disuruh maju ke
depan untuk menyampaikan tugasnya.

Pemaparan Wahyu di atas menjelaskan bahwa ketika pembelajaran PAI dan Budi

Pekerti berlangsung, Bapak Yusro terbiasa menjelaskan pelajaran minggu lalu, agar

peserta didik mengingatnya. Kemudian, beliau melanjutkan materi selanjutnya.

Setelah materi disampaikan, beliau juga terbiasa membagi peserta didik dalam

beberapa kelompok, setiap kelompok diberi tugas yang berbeda. Supaya nantinya

pembentukan kelompok tersebut bisa mengaktifkan peserta didik dalam kegiatan

berdiskusi.

Berbicara mengenai suasana belajar peserta didik di dalam kelas ketika pola multi

arah diterapkan oleh Bapak Yusro, beliau mengatakan:


Suasana belajar peserta didik akan menjadi aktif ketika pola multi arah ini saya
terapkan, ketika setiap kelompok maju ke depan kelompok lain menyimak dan
apabila mereka kurang memahami akan apa yang disampaikan oleh kelompok
yang maju, maka mereka bisa menanyakannya. Tidak semua kelompok
menanyakan pada mulanya, tetapi saya menharuskan setiap kelompok harus
mempunyai satu pertayaan untuk ditanyakan kepada kelompok yang maju
tersebut. Itu merupakan salah satu cara agar diskusi terjadi antara guru dan
peserta didik maupun diskusi peserta didik dengan peserta didik lainnya.
Sebagaimana penjelasan dari Bapak Yusro, beliau menyampaikan suasana belajar

peserta didik di dalam kelas ketika pola multi arah diterapakan. Suasana belajar

peserta didik menjadi aktif, karena beliau juga berupaya secara maksimal supaya

keaktifan yang tejadi bukan hanya terletak pada gurunya melainkan peserta didik

antara peserta didik terlibat aktif dalam mengikuti pembelajaran saat berada di

dalam kelas.

Dari ketiga pola komunikasi yang diterapkan dalam pembelajaran PAI dan Budi

Pekerti oleh Bapak Yusro, beliau menyampaikan:

Ketiga pola komunikasi tersebut masih tetap saya gunakan sampai saat ini, akan
tetapi dalam menerapkan pola yang ada, saya harus menyesuaikan dengan
jenjang kelas. Misalnya pola satu arah lebih banyak saya gunakan pada kelas
rendah yaitu kelas VII. Sedangkan pola dua arah sudah sering saya terapkan
dikelas VIII dan IX karena peserta didiknya diajak diskusi itu mudah, sudah
berani mengemukakan jawaban mereka, berani berbicara didepan kelas. Seperti
yang saya paparkan, saya terbiasa membagi mereka menjadi beberapa kelompok
di dalam kelas, supaya terjadinya kegiatan diskusi antara guru dan peserta didik
maupun peserta didik dengan peserta didik lainnya. Pola multi arah menjadi
pola yang membutuhkan persiapan dalam menerapkannya didalam kelas.
Tetapi dalam pembelajaran memang tidak bisa hanya menggunakan satu pola
saja mbk, seperti halnya saya mengkombinasikan beberapa pola komunikasi
pembelajaran, pola satu arah dan dua arah terkadang saya gunakan sekaligus di
dalam kelas.

Penjelasan dari Bapak Yusro di atas, beliau menyampaikan bahwasanya penerapaan

ketiga pola yang ada haruslah melihat atau menyesuaikan dengan jenjang kelasnya.

Menurut beliau, pola komunikasi pembelajaran satu arah lebih banyak diterapkan

pada kelas VII, sedangkan pada jenjang kelas VIII dan IX sudah sering

diterapkannya pola komunikasi pembelajaran dua arah dan multi arah pada
pembelajaran PAI dan Budi Pekerti. Akan tetapi dalam pembelajaran Pak Yus

menyadari memang tidak bisa hanya menggunakan satu pola saja, seperti halnya

beliau mengkombinasikan beberapa pola komunikasi di dalam pembelajaran, pola

satu arah dan dua arah terkadang beliau gunakan sekaligus di dalam kelas.

Bapak Yusro juga menambahkan mengenai keefektifan komunikasi yang terjadi

antara guru dan peserta didik ketika pola tersebut diterapkan, beliau mengatakan:

Menurut saya, ketiga pola komunikasi tersebut memberikan dampak yang


berbeda-beda pada saat diterapkan, pola komunikasi satu arah ketika
diterapakan didalam kelas maka keadaan kelas kondusif, tenang sehingga materi
yang saya sampaikan kepada peserta didik dapat diterima dengan baik jadi
komunikasi yang disampaikan berjalan dengan efektif. Begitupun pola
komunikasi dua arah dan multi arah juga efektif apabila guru disini benar-benar
mempunyai persiapan yang matang, agar pola komunikasi pembelajaran bisa
diterapkan dengan baik di dalam kelas. Kembali lagi pada kreatifitas dan
kemampuan seorang guru dalam mengajar.
Sebagaimana penjelasan dari Bapak Yusro, beliau menjelaskan bahwa ketiga pola

komunikasi tersebut memberikan dampak yang berbeda-beda pada saat diterapkan,

ketika pola komunikasi satu arah diterapkan maka suasana kelas menjadi kondusif

sehingga peserta didik mudah menerima materi pelajaran. Begitupun pola

komunikasi dua arah dan multi arah juga efektif apabila guru disini benar-benar

mempunyai persiapan yang matang.

Sedangkan mengenai komunikasi yang baik di dalam pembelajaran, beliau

menuturkan:

Berbicara mengenai komunikasi yang baik ialah komunikasi yang


menggunakan tutur kata yang baik pula, karena perkataan guru sedikit
banyaknya akan di ingat oleh peserta didik bahkan juga ditiru oleh mereka.
Jadi harus benar-benar bisa menjaga ucapan ketika berkomunikasi dengan
peserta didik supaya peserta didik ndak ngelamak kepada gurunya
Penjelasan Pak Yusro di atas, beliau menjelaskan bahwasanya komunikasi yang baik

ialah komunikasi dengan menggunakan tutur kata yang baik, karena perkataan yang

disampaikan oleh gurunya sedikit banyaknya akan di ingat oleh peserta didik. Guru

juga harus memberikan contoh yang baik terhadap peserta didiknya.


Jadi, berdasarkan wawancara dengan berbagai informan di atas dapat

disimpulkan bahwa dengan penerapan pola komunikasi pembelajaran multi arah

dapat mengaktifkan peserta didik didalam kelas dengan menggunakan metode

diskusi dan tanya jawab yang dilakukan oleh guru. Dengan penerapan pola ini,

setelah guru menerangkan materi pembelajaran guru biasanya membagi peserta

didik menjadi beberapa kelompok didalam kelas, setiap kelompok diberikan tugas

yang berbeda-beda. Hal tersebut dilakukan oleh guru supaya peserta didik aktif

dalam berdiskusi dengan peserta didik lainnya maupun dengan gurunya. Bapak

Yusro juga menjelaskan bahwa pola komunikasi pembelajaran multi arah ini dalam

penerapannya harus menyesuaikan dengan materi pembelajaran. Akan tetapi dalam

pembelajaran Pak Yus menyadari memang tidak bisa hanya menggunakan satu pola

saja, seperti halnya beliau mengkombinasikan beberapa pola komunikasi di dalam

pembelajaran, pola satu arah dan dua arah terkadang beliau gunakan sekaligus di

dalam kelas. Sedangkan komunikasi yang baik menurut Pak Yus ialah komunikasi

dengan menggunakan tutur kata yang baik, karena perkataan yang disampaikan oleh

gurunya sedikit banyaknya akan di ingat oleh peserta didik.

B. Temuan Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian melalui metode observasi, wawancara dan dokumentasi


di lapangan ditemukan beberapa temuan.

1. Penerapan pola komunikasi pembelajaran satu arah

Pada hakikatnya pola komunikasi pembelajaran satu arah sampai pada saat ini

masih digunakan oleh guru khususnya guru PAI dan Budi Pekerti yang ada di SMP

Plus Al-Ishlah baik dikelas VII, VIII maupun IX. Setelah diterapkannya pola
komunikasi pembelajaran satu arah, suasana belajar peserta didik menjadi kondusif.

Komunikasi yang terjadi antara guru dan peserta didik menjadi efektif. Apabila

suasana kelas kondusif maka peserta didik mudah menerima pembelajaran yang

disampaikan oleh gurunya.

Penerapan pola satu arah yang diterapkan didalam kelas, mengakibatkan ada

beberapa peserta didik yang merasa jenuh, bosan dan terkadang mengantuk. Akan

tetapi Bapak yusro selaku pengampu guru pendidikan agama Islam dan budi pekerti

dapat mengatasi hal tersebut dengan memanfaatkan media pembelajaran yang ada,

seperti laptop, projektor, audio serta beberapa tanyangan-tanyangan animasi yang

berkaitan dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan, jika guru gaptek

maka guru tersebut bisa menggunakan kreatifitas yang mereka miliki. Selain itu

beliau juga menyiapkan beberapa games dalam pembelajaran, hal tersebut dilakukan

agar kejenuhan dan rasa ngantuk peserta didik dapat teratasi. Karena pola

komunikasi pembelajaran satu arah ini, yang aktif adalah gurunya sedangkan peserta

didik pasif, semua materi, informasi hanya didapatkan dari guru saja.

Sedangkan penerapan pola komunikasi pembelajaran satu arah di dalam kelas

tidak telalu sulit, dan mendapatkan respon yang baik dari peserta didik. Hanya saja

ada beberapa peserta didik yang mengalami kejenuhan ketika pola tersebut

diterapkan seperti yang disampaikan oleh peserta didik yang bernama Dwi, akan

tetapi hal tersebut bisa teratasi oleh guru pengampu PAI dan Budi Pekerti yang ada

di SMP Plus Al-Ishlah.

2. Pola komunikasi pembelajaran dua arah

Di dalam pembelajaran guru tidak hanya menerapkan pola komunikasi

pembelajaran satu arah, tetapi pola komunikasi pembelajaran dua arah juga bisa

diterapkan oleh guru di dalam pembelajaran.


Pola komunikasi dua arah sendiri melibatkan komunikasi guru dan peserta

didik, peran guru dan peserta didik sama-sama aktif ketika pembelajaran

berlangsung di dalam kelas. Seperti halnya metode diskusi menjadi salah satu contoh

yang beliau gurnakan dalam menerapkan pola komunikasi pembelajaran dua arah.

Pak Yus sebagai guru PAI dan Budi Pekerti, setelah beliau menerangkan materi

pembelajaran kepada peserta didik, maka beliau mengajak peserta didik berdiskusi,

memberikan tanya jawab. Hal tersebut bertujuan agar peserta didik aktif di dalam

kelas. Menurut salah satu murid yang bernama Riski, ketika mengikuti pembelajaran

PAI dan Budi Pekerti ia merasa senang karena ada keseruan tersendiri ketika Pak

Yus memberikan tanya jawab, terkdang anak-anak rebutan untuk menjawab

pertanyaan dari beliau.

Meskipun penerapan pola komunikasi pembelajaran satu arah membuat

suasana belajar tidak menjadi kondusif, akan tetapi Pak Yus merasa senang karena

keramaian yang terjadi merupakan keramaian dalam berdiskusi. Suasana tersebut

bisa menghilangkan kejenuhan serta kebosanan pserta didik ketika di dalam kelas.

Selain itu hal tersebut bisa melatih peserta didik untuk berani mengemukakan

pendapat, berbicara didepan kelas supaya nantinya mereka akan terbiasa menjadi

peserta didik yang aktif serta tanggap dalam menerima materi pembelajaran yang

disampaikan oleh gurunya. Selain itu dengan diterapkannya pola komunikasi dua

arah, maka guru dan peserta didik bisa bertukar pikiran, informasi tidak hanya

didapatkan dari guru saja. Pak Yus juga menegaskan, ketika pola komunikasi dua

arah saya terapkan dan suasana belajar menjadi tidak kondusif itu wajar, karena

peserta didik juga harus aktif dalam mengikuti pembelajaran, kemudian ketika

muncul pertanyaan dari perserta didik, saya akan merasa senang karena itu pertanda
bahwa peserta didik bisa merespon dan tanggap akan terhadap materi yang saya

sampaiakan.

3. Pola komunikasi pembelajaran multi arah

Pola komunikasi pembelajaran multi arah di SMP Plus Al-Ishlah

oleh Bapak Yusro sebagai guru mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti juga masih

diterapkan di dalam kelas. Pola ini sering diterapkan di kelas tinggi yaitu kelas.

Ketika diterapkan di kelas tinggi, maka proses penerapan pola ini lebih mudah. Pola

komunikasi pembelajaran multi arah mengharapkan agar terjadinya interaksi antara

guru dan peserta didik maupun antara peserta didik satu dengan lainnya. Metode

diskusi dan tanya jawab menjadi salah satu metode yang digunakan oleh guru PAI

dan Budi Pekerti dalam penerapan pola tersebut.

Dalam penerapan pola ini, guru haruslah bisa menguasai kelas, karena apabila

tidak seperti itu, bukannya terjadi proses diskusi malah sebaliknya peserta didik

ramai ataupun sibuk dengan hal lainnya. Selain itu guru juga bisa mengetahui

karakter peserta didiknya, menguasai materi, menggunakan strategi yang tepat agar

proses diskusi terjadi di dalam kelas. Karena tujuan dari pola komunikasi

pembelajaran multi arah ialah mengaktifkan guru dan peserta didik ketika

pembelajaran berlangsung.

Sedangkan penerapan pola komunikasi pembelajaran multi arah di dalam kelas

yang dilakukan oleh Bapak Yusro sebagai guru pengampu PAI dan Budi Pekerti,

ketika pelajaran berlangsung didalam kelas beliau membagi peserta didik menjadi

beberapa kelompok, kemudian beliau memberikan tugas yang berbeda-beda pada

setiap kelompok. Setelah tugas yang diberikan sudah selesai dikerjakan. Maka setiap

kelompok maju kedepan untuk menyampaikan hasil tugas tersebut, sedangkan

kelompok lain, bisa mengajukan pertanyaan apabila mereka belum mengerti. Ketika
kelompok yang maju memberikan jawaban yang kurang tepat maka guru yang

meluruskan jawaban tersebut. Hal tersebut dilakukan supaya terjadi diskusi antara

guru dengan peserta didik maupun peserta didik satu dengan lainnya dan suasana

kelas juga menjadi aktif.

Ketiga pola komunikasi tersebut memberikan dampak yang berbeda-beda pada

saat diterapkan, pola komunikasi satu arah ketika diterpakan didalam kelas maka

keadaan kelas kondusif, tenang sehingga materi yang saya sampaikan kepada peserta

didik dapat diterima dengan baik jadi komunikasi yang disampaikan berjalan dengan

efektif. Begitupun pola komunikasi dua arah dan multi arah juga efektif apabila guru

disini benar-benar mempunyai persiapan yang matang, agar pola komunikasi

pembelajaran bisa diterapkan dengan baik di dalam kelas. Kembali lagi pada

kreatifitas dan kemampuan seorang guru dalam mengajar. Komunikasi yang baik

menurut Pak Yusro adalah komunikasi yang penyampaiannya menggunakan tutur

kata yang baik, karena perkataan yang disampaikan oleh gurunya sedikit banyaknya

akan di ingat oleh peserta didik. Guru juga harus memberikan contoh yang baik

terhadap peserta didiknya.

Anda mungkin juga menyukai