Anda di halaman 1dari 52

A.

Judul Penelitian
IMPLEMETASI KURIKULUM DALAM MENINGKATKAN MUTU
MADRASAH ALIYAH BAHRUL ULUM KECAMATAN SILO
KABUPATEN JEMBER TAHUN PELAJARAN 2017/2018
B. Konteks Penelitian
Globalisasi menuntut kesiapan sumberdaya manusia yang produktif,
kreatif dan berdaya saing. Berbagai kesepakatan kerjasama perdagangan
bebas antar negara seperti Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), Asia Free
Trade Area (AFTA), China – ASEAN Free Trade Area (CAFTA), World
Trade Organization (WTO) dan sejenisnya berkosekwensi logis bagi negara
kita untuk bersaing, tidak hanya dalam mengolah sumberdaya alam yang
melimpah di negara kita, namun juga pengelolaan sumberdaya manusia.
Mengesampingkan peningkatan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) sama
saja dengan menyerahkan Sumberdaya Daya Alam (SDA) kita pada negara
lain.
Pendidikan merupakan bagian yang sangat penting dalam
mewujudkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan merupakan suatu
investasi yang paling berharga dalam bentuk peningkatan kualitas sumber
daya insani untuk pembangunan suatu bangsa. Sering kali kemajuan suatu
bangsa diukur sejauh mana masyarakatnya mengenyam pendidikan. Semakin
tinggi pendidikan yang dimiliki suatu masyarakat, maka semakin majulah
bangsa tersebut. Sehingga tercapai masyarakat berpendidikan dan berkhlak
mulia yang dapat membawa kemajuan dalam berbagai bidang. Dengan
demikian, sangat diperlukan adanya kesinergian antara pendidikan dan
sumber daya manusia1.
Kualitas sumberdaya manusia antara lain juga ditentukan oleh
kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan yang rendah menyebabkan kualitas
sumberdaya manusia rendah; makin tinggi tingkat pendidikan, maka makin
tinggi pula kualitas sumberdaya manusia2. Hal ini berpengaruh terhadap cara
1
Azzumardy Azra”Pendidikan Islam: Tradisi dan Modenisasi Ditengah Tantangan Millenium
Ke III,(Jakarta: Kencana,2014),61
2
Masdar Hilmy,” Pendidikan Islam dan Tradisi Ilmiah”,(Malang: Intrans Publising,2016),131

1
pikir, nalar, wawasan, keluasan dan kedalaman pengetahuan. Disamping itu,
kompetensi masa depan yang harus dimiliki seperti kemampuan
berkomunikasi , berpikir jernih, kritis , mempertimbangkan segi moral suatu
permasalahan, menjadi warga negara yang bertanggungjawab, mampu hidup
dalam masyarakat yang mengglobal, memiliki minat luas dalam kehidupan,
kesiapan untuk bekerja, memiliki kecerdasan sesuai dengan bakat/minatnya
serta memiliki rasa tanggungjawab terhadap lingkungan adalah efek samping
(side effect) yang dihasilkan dari pendidikan yang bermutu. Namun demikian,
semua perubahan harus dimulai dari lingkungan terdekat dan dari manusia
itu sendiri, sebagaimana firman Allah SWT :

‫إِنَّ هَّللا َ ال ُي َغ ِّي ُر َما ِب َق ْو ٍم َح َّتى ُي َغ ِّي ُروا َما ِبأ َ ْنفُسِ ِه ْم َوإِ َذا أَ َرا َد هَّللا ُ ِب َق ْو ٍم‬...
‫ال‬ٍ ‫سو ًءا َفال َم َردَّ َل ُه َو َما َل ُه ْم مِنْ دُو ِن ِه مِنْ َو‬ ُ
“....Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum
sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan
apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada
yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain
Dia.”3
Dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan bermutu,
diharapkan akan lebih mudah memperoleh kesempatan guna mendapatkan
pekerjaan yang lebih baik dengan penghasilan yang relatif lebih tinggi, dan
dengan penghasilan yang relatif tinggi akan dengan sendirinya dapat
memelihara kesehatan yang relatif lebih baik. Dengan kata lain, kesehatan
yang baik hanya dapat diperoleh dan ditingkatkan apabila memiliki
penghasilan yang mencukupi, sedangkan penghasilan yang cukup bergantung
pada pekerjaan yang dilakukannya dan kesempatan kerja untuk mencukupi
kebutuhan hidup, dan akhirnya pekerjaan dengan penghasilan yang cukup
ditentukan oleh tingkat pendidikan.
Berdasarkan indikator - indikator tersebut, maka United Nation
Development Programme (UNDP), salah satu badan Perserikatan Bangsa-
bangsa (PBB) yang mengurusi tentang pembangunan internasional
mengeluarkan Human Development Report (HDR) berupa laporan tahunan
3
Q.S. ar-Radd : 11

2
tentang pembangunan manusia di seluruh dunia. HDR mengurutkan negara di
dunia berdasarkan peringkat dari Human Development Index (HDI) .4 UNDP
mendefinisikan pembangunan manusia sebagai suatu proses untuk
memperluas pilihan-pilihan bagi penduduk dalam hal pendapatan, kesehatan,
pendidikan, lingkungan fisik, dan sebagainya5. Dalam laporan terakhir, 6
Indonesia menempati urutan 113 dari 188 negara dan wilayah, menurut
Briefing note yang dirilis oleh UNDP beberapa waktu yang lalu, sedangkan
dari rangking tingkat Association of South East Asian Nation (ASEAN),
Indonesia menempati urutan ke 5 tertinggal dari negara tetangga Malaysia
bahkan Thailand. Urutan pertama ASEAN masih ditempati oleh Singapura.7
Melihat relitas ini, pemerintah Indonesia mengambil langkah
kongkrit dalam upaya meningkatkan kualitas sumberdaya melalui berbagai
program strategis dan kebijakan yang mendukung pada perbaikan tersebut.
Langkah yang diambil salah satunya adalah perbaikan dari sektor pendidikan
yang menjadi salah satu indikator kelayakan hidup. Berbagai kebijakan
maupun program dibuat dan dilaksanakan dalam rangka meningkatkan
kualitas pendidikan. Kepedulian pemerintah dalam mewujudkan pendidikan
yang lebih berkualitas diawali dari adanya program pendidikan yang bermutu.
Tidak hanya dengan program sekolah gratis dan pemberian bantuan
berupa Bantuan Operasional Sekolah (BOS), namun juga melakukan
perbaikan salah satunya adalah pengembangan kurikulum.
Kurikulum yang merupakan salah satu komponen penentu dalam
keberhasilan pendidikan merupakan salah satu bidang yang sangat serius
digarap oleh pemerintah. Sejak zaman kemerdekaan hingga saat ini,
pendidikan di Indonesia tak kurang dari sepuluh kali mengalami perubahan
4
HDI dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM
merupakan indikator komposit tunggal yang walaupun tidak dapat mengukur semua dimensi
penilaian HDI. Ada 3 (tiga) kemampuan dasar yang dihitung oleh dalam HDI yakni umur
panjang dan sehat, berpengetahuan dan berketrampilan, serta akses terhadap sumber daya yang
dibutuhkan untuk mencapai standar hidup layak.
5
UNDP Human Development Report 2016, Briefing note for countries on the 2016. Human
Development Report.2-3
6
UNDP Human Development Report 2016, Briefing note for countries on the 2016 Human
Development Report......4-5
7
http://hdr.undp.org/en/countries diakses pada tanggal 15 Januari 2018

3
kurikulum. Hal ini mengindikasikan keseriusan pemerintah dalam
membenahi pendidikan khususnya pendidikan dasar dan menengah. Dimulai
dari tahun 1947 dengan nama Rentjana Pelajaran 1947 hingga yang terbaru
Kurikulum 2013. Upaya ini dimaksudkan untuk memperbaiki tidak hanya
rating HDI, namun juga mempersiapkan manusia Indonesia dalam
menghadapi tantangan global menuju persaingan Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA). Oleh karenanya, pengembangan kurikulum wajib
hukumnya untuk terus dikembangkan seiring dengan kemajuan zaman.
Pengembangan kurikulum sebenarnya telah mendapatkan payung
hukum yang jelas, yakni dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 butir 19, yang
menjelaskan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu, sehingga kurikulum merupakan salah satu komponen
pokok aktivitas pendidikan, dan merupakan penjabaran idealisme, cita-cita,
tuntutan masyarakat, atau kebutuhan tertentu8. Disamping itu, kurikulum juga
dijabarkan sebagai suatu program pendidikan yang berisikan berbagai
program ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan dan dirancang
secara sistemik atas dasar norma – norma yang berlaku yang dijadikan
pedoman dalam proses pembelajarn bagi pendidik dan peserta didik guna
mencapai tujuan pendidikan.9 Dari kurikulum inilah, akan diketahui arah dan
fungsi , serta hasil pendidikan yang hendak dicapai dari aktivitas pendidikan.
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis. Kurikulum
dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan daerah
untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pengembangan kurikulum harus dilakukan karena adanya tantangan yang

8
Ruwiah Abdullah Buhungo, Implementasi Dan Pengembangan Kurikulum 2013 Pada
Madrasah Aliyah ( Jurnal Tadbir Vol. 3 No.1 Februari 2015), 105
9
Abdul Manab, Manajemen Kurikulum : Pembelajaran Di Madrasah,(Yogyakarta:
Kalimedia,2016),118

4
harus dihadapi, baik tantangan internal maupun eksternal. Untuk menghadapi
tuntutan perkembangan zaman, perlu adanya penyempurnaan pola pikir dan
penguatan tata kelola kurikulum serta pendalaman dan perluasan materi.
Pengembangan kurikulum juga dilakukan guna mengakomodir beberapa
persepsi masyarakat dimana pendidikan terlalu menitikberatkan pada aspek
kognitif. Sementara di sisi lain, muncul berbagai kritik antara lain beban
pelajaran siswa terlalu berat, kurang bermuatan karakter serta munculnya
fenomena negatif yang mengemuka perkelahian pelajar, narkoba, korupsi,
Plagiarisme, kecurangan dalam Ujian, penyalahgunaan internet (internet
abuse) serta berbagai masalah lain menuntut pengembangan kurikulum yang
sesuai dengan era post – modern.10
Untuk itulah, kurikulum perlu dikembangkan sedemikian rupa agar
sesuai dengan semangat zaman dan selalu mampu menjawab tantangan
keadaaan. Berangkat dari sinilah, manajemen pengembangan kurikulum
diperlukan guna memastikan kurikulum yang terkini (up to date) serta
mengikuti alur manajemen kurikulum. Dalam manajemen kurikulum,
diperlukan adanya pengembangan kurikulum (curriculum development)
yaang mengakomodasi fungsi – fungsi manjemen sehingga menghasilkan
kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat ini.. Para ahli
kurikulum memandang pengembangan kurikulum merupakan siklus dari
adanya keterjalinan, hubungan antar komponen kurikulum yaitu antara
komponen tujuan, bahan, kegiatan dan evaluasi. Keempat komponen yang
merupakan suatu siklus tersebut tidaklah berdiri sendiri, tetapi saling
mempengaruhi satu sama lain.11
Dalam pengembangan kurikulum terdapat beberapa model
pengembangan seperti model Tyler Rationale –nya Ralph Tyler, Converter
Model-nya Hilda Taba, Cycle Model-nya Wheeler, Model Beauchamp, Model
Skillbek,Model Saylor,Model Kemmis dan Mc. Taggart serta model

10
Patrik Slattery, Curriculum Development in Post Modern Era (Second Edition) ,(New York :
Routledge,2006),284
11
Sulistiyorini, Manajemen Pendidikan Islam: Konsep, strategi dan Aplikasi,(Yogyakarta: Teras,
2009),53

5
pengembangan kurikulum terpadu (integrated curriculum).12 Beberapa model
pengembangan diatas banyak dipergunakan oleh sekolah/madrasah dalam
mengembangkan kurikulum di masing – masing institusi pendidikan dengan
mempertimbangkan asas – asas pengembangan kurikulum seperti asas
filosofis,psikologis, yuridis dan organisatoris.
Secara umum, pengembangan kurikulum di Madrasah Aliyah
Bahrul Ulum cenderung memiliki persamaan pada prinsip pengembangan
maupun proses pengembangan yang dipakai oleh madrasah – madrasah lain
di Kabupaten Jember, namun terdapat beberapa hal yang menjadi pembeda
seperti pengembangan Standar Komptensi Lulusan ( SKL), struktur
kurikulum berupa penambahan mata pelajaran pesantren seperti tahfidz
qur’an dan nahwu sharraf , penambahan pendidikan kecakapan hidup (life
skill) berupa latihan pidato, karya tulis ilmiah dan kursus komputer dan
muatan lokal yang disesuaikan dengan kondisi masyarakat sekitar madrasah.
Salah satu yang menarik adalah kurikulum yang dikembangkan
berdasar pada prinsip relevansi yaitu menyesuaikan tuntutan kebutuhan
masyarakat, ilmu pengetahuan dan kondisi psikologis peserta didik. Salah
satu contohnya adalah pada mata pelajaran Fiqih dimana kompetensi dasar
(KD) ditambahkan mengikuti standar baku yang ditetapkan oleh Pondok
Pesantren Bahrul Ulum Silo sebagai lembaga yang menaungi MA Bahrul
Ulum dimana siswa harus berkompeten pada kebutuhan masyarakat seperti
perawatan jenazah, menjadi muadzin dan khatib sholat jumat, memimpin
acara - acara keagamaan lainnya sehingga masyarakat dapat merasakan
manfaat dari keberadaan madrasah di lingkungan tersebut dan yang paling
unik adalah penambahan standar kelulusan yang tidak hanya berkutat pada
hasil Ujian Nasional (UN) maupun Ujian Akhir Madrasah (UAM) , namun
juga para siswa/siswi diwajibkan membuat makalah tentang suatu topik yang
sudah ditentukan dan dibagikan kepada masing-masing siswa/siswi kelas
XII. Makalah tersebut kemudian diujikan sebagai ujian lisan (munaqasyah)

12
Abdullah Idi,” Pengembangan Kurikulum : Teori dan Praktek (Jakarta: Ar –Ruzz
Media,2011),199

6
sebagai salah satu syarat kelulusan dan wajib mengulang (remidial) bagi
mereka yang tidak lulus dalam ujian ini. Hal ini dilakukan untuk
meningkatkan mutu lulusan dari MA.Bahrul Ulum Kec. Kalisat.
Berangkat dari observasi awal tersebut diatas, peneliti merasa
tertarik untuk mendalami prinsip – prinsip, proses dan strategi
pengembangan kurikulum di MA Bahrul Ulum Silo ini dengan judul
penelitian “ Manajemen Pengembangan Kurikulum Dalam Meningkatkan
Mutu Madrasah Aliyah Bahrul Ulum Kec. Silo Kabupaten Jember Tahun
Pelajaran 2017/2018”.
C. Fokus Penelitian
1. Bagaimana Proses pengembangan kurikulum dalam meningkatkan mutu
madrasah aliyah Bahrul Ulum Kecamatan Silo Kabupaten Jember Tahun
Pelajaran 2017/2018?
2. Bagaimana Pengembangan Struktur Kurikulum meningkatkan mutu
madrasah aliyah Bahrul Ulum Kecamatan Silo Kabupaten Jember Tahun
Pelajaran 2017/2018?
3. Bagaimana bentuk partispasi Stakeholders (Pemangku Kepentingan )
dalam Pengembangan Kurikulum di madrasah aliyah Bahrul Ulum
Kecamatan Silo Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2017/2018?
D. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan proses pengembangan kurikulum meningkatkan mutu
madrasah aliyah Bahrul Ulum Kecamatan Silo Kabupaten Jember Tahun
Pelajaran 2017/2018.
2. Mendeskripsikan pengembangan struktur kurikulum meningkatkan mutu
madrasah aliyah Bahrul Ulum Kecamatan Silo Kabupaten Jember Tahun
Pelajaran 2017/2018.
3. Mendeskripsikan bentuk partisipasi Stakeholders (pemangku
kepentingan ) pengembangan kurikulum dalam meningkatkan mutu
madrasah aliyah Bahrul Ulum kecamatan Silo kabupaten Jember tahun
pelajaran 2017/2018
E. Manfaat Penelitian

7
Manfaat penelitian sangat perlu dipertimbangkan untuk memberikan
kontribusi apa kepada pihak –pihak tertentu. Adapun manfaat penelitian yang
diharapkan adalah sebagai berikut :
1. Bagi Peneliti
a. Menambah pengalaman dan wawasan keilmuwan serta pengetahuan
tentang manajemen pengembangan kurikulum madarsah.
b. Mengembangkan keilmuwan tentang manajemen pengembangan
kurikulum madrasah.
2. Bagi lembaga pendidikan.
a. Bisa dijadikan pedoman bagi kepala sekolah/madrasah dalam rangka
mendesain, mengembangkan dan menerapkan kurikulum.
b. Sebagai bahan informasi dan bahan masukan bagi kepala sekolah /
madrasah guna meningkat efektifitas pengembangan kurikulum.
F. Definisi Istilah
1. Manajemen
Manajemen adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, serta
pengendalian sumber daya manusia dan sumber daya lainnya untuk
mencapai tujuan organisasi secara efektifif dan efisien.13 Sedangkan
pengertian manajemen dalam pendidikan didefinisikan oleh Arikunto
adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses
pengelolaan usaha kerjasama sekelompok manusia yang tergabung dalam
organisasi pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan sebelumnya, agar efektif dan efisien.14

2. Pengembangan kurikulum (curriculum development)


Pengembangan kurikulum (curriculum development) merupakan istilah
yang komprehensif yang didalamnya mencakup perencanaan, penerapan,dan

13
Mason Carpenter,Talya Bauer and Berrin Erdogan,”Management Principles “,(Chicago:
Creative Common,2012),11
14
Arikunto, Suharsimi dan Lia, Yuliana. 2008. Manajemen Pendidikan. (Yogyakarta: Aditya
Media, 2008),3

8
penilaian. Ini artinya, pengembangan kurikulum diperlukan keahlian
manajerial dalam arti mampu memanfaatkan 4 (empat) fungsi manajemen
secara komprehensif15. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum memiliki
implikasi terhadap adanya perubahan dan perbaikan, maka istilah
pengembangan kurikulum terkadang disamakan dengan istilah perbaikan
kurikulum (curriculum improvement). Meskipun pada banyak kasus,
sebenarnya perbaikan itu merupakan akibat dari adanya pengembangan. Tyler
mendefinisikan bahwa “ curriculum development needed to be terated
logically and systemtaticaly. Ia berupaya menjelaskan pentingnya pendapat
secara rasional , menganalisis , menginterpretasi kurikulum dan program
pengajaran dari suatu lembaga pendidikan, sedangkan Hilda Taba
menganjurkan untuk menggunakan pertimbangan ganda terhadap isi
(organisasi kurikulum yang logis) dan individu pelajar (psikologi organisasi
kurikulum). DK Wheeler mempunyai argumen sendiri agar pengembang
kurikulum dapat menggunakan lingkaran proses, yang setiap elemennya
saling berhubungan dan saling bergantung.16
3. Mutu Madrasah
Mutu pendidikan merupakan salah satu tolak ukur yang menentukan
martabat atau kemajuan suatu bangsa. Mutu adalah kecocokan penggunaan
produk (fitness for use) untuk memenuh kebutuhan pelanggan . Mutu adalah
upaya untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan mengartikan mutu sebagai
keunggulan (Excellence) dengan alasan cocok dengan tujuan. Definisi lain
mengatakan “Quality is often defined in term outcome to match a costumer
satisfaction”.17 Dalam konteks mutu madrasah, kepuasan orang tua,
masyarakat, dan pihak terkait (stakeholder) terhadap lulusan yang berkualitas
dan pelayanan madrasah yang baik merupakan kata kunci madrasah yang
diandalkan.
Jadi, yang dimaksud manajemen pengembangan kurikulum dalam
meningkatkan mutu madrasah aliyah dalam penelitian ini adalah serangkaian
15
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006),
16
Abdullah Idi,” Pengembangan Kurikulum : Teori dan Praktek....,179
17
Edward D.Sallis” Total Quality Manajemen in Education”,(London: Kogan Page,1993),32

9
proses manajemen yang diimplementasikan dalam kegiatan pengembangan
kurikulum guna meningkatkan mutu madrasah aliyah Bahrul Ulum .
G. Kajian Pustaka.
Dalam penelitian ini, peneliti memakai kajian pustaka
menggunakan penelitian terdahulu dan kajian teori
1. Penelitian Terdahulu.
Dalam pengamatan peneliti, berdasarkan penjelajahan data pustaka
atau lebih dikenal dengan grand tour, terdapat beberapa artikel penelitian
yang dapat dijadikan acuan dalam rangka mendalami manajemen
pengembangan kurikulum pada madrasah.
a. Tesis Mashadi berjudul “ Manajemen Kurikulum Pondok Pesantren Salaf
Dalam Meningkatkan Mutu Santri di Pondok Pesantren Hidayatul
Mubtadiin Lirboyo Mojoroto Kota Kediri Jawa Timur Tahun 2014.
Metode Penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa manajemen kurikulum yang
dilakukan oleh pondok pesantren didalam meningkatkan mutu santri yaitu:
a). Program kurikulum di lakukan oleh BPK-P2L (Badan Pengawas
Kesejahteraan Pondok Pesantren Lirboyo), bersama pengurus pondok dan
pengurus madrasah diniyah dengan berlandaskan kaidah memakai,
menganalisa kebutuhan santri dan menerima usulan; b) Pelaksanaan
terbagi menjadi dua pelaksanaan, Kepala Madrasaah dan Ketua Pondok,
yang kedua pelaksanaan kelas dilakukan oleh guru; c)
Pengawasan program dilakukan oleh Pengasuh Pondok; d) Evaluasi
terhadap program dan pelaksanaan kurikulum dilakukan oleh BPK-P2L.
Manajemen Kurikulum Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi’in dalam
meningkatkan mutu dapat dilihat dari kegiatan perencanaan, pembelajaran,
evaluasi dapat menghasilkan ouput yang berkualitas.Persamaan dengan
penelitian ini adalah peningkatan mutu peserta didik yang dalam penelitian
diatas disebut dengan santri. Perbedaanya terletak pada model kurikulum
yang diterapkan berbeda dengan penelitian ini

10
b. Tesis St. Mau’izatul Hasanah yang berjudul “Manajemen Kurikulum
Pondok Pesantren Salafiyah Penyelenggara Wajib Belajar Pendidikan
Dasar 9 Tahun Di Kabupaten Barito Kuala Tahun 2012”. Metode
penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan desain
penelitian analisis kegiatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pesantren memiliki kurikulum baku yang tidak tertulis dan
terdokumentasikan. Pesantrean memiliki keunggulan dalam model
pendidikannya, pesantren dibangun oleh, dari dan untuk masyarakat
sekitar. Persamaan dengan peneltian ini terletak pada fungsi – fungsi
manajemen yang diperguankan sedangkan perbedaannya terletak pada
dokumen kurikulum yang tidak tertulis secara jelas.
c. Tesis Siti Subarkah berjudul “ Manajemen Pengembangan Kurikulum
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Alam al Aqwiya Cilongok Banyumas
Tahun 2016”. Metode penelitian Metode penelitian menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
manajemen pengembangan kurikulum Sekolah Menengah Pertama Alam
Al Aqwiya Cilongok sebagai berikut: proses manajemen pengembangan
kurikulum dilakukan melalui tahap perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasan. Pengembangan kurikulum yang dilakukan
di tingkat mikro yaitu menempuh prosedur yaitu merumuskan tujuan
sekolah atau standar kompetensi lulusan masing-masing
lembaga, penetapan isi, dan struktur program, dan
penyusunan strategi penyusunan kurikulum secara
keseluruhan. Sekolah Menengah Pertama Alam Al Aqwiya Cilongok
dalam mengembangkan kurikulum telah menggunakan fungsi manajemen
dengan baik sehingga tujuan dapat tercapai.. Persamanya terletak pada
proses manajemen pengembangan kurikulum dilakukan melalui tahap
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan sedangkan
perbedaanya terletak pada jenjang pendidikan pendidikan.
d. Tesis Ahmad Abrar Rangkuti berjudul “ Penerapan Manajemen Kurikulum
Pada Kelas Unggulan Di Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan Tahun 2012.

11
Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif menggunakan
metode pengumpulan data dan analisis data yang mengacu pada kaidah-
kaidah penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fungsi
perencanaan dan evaluasi kurikulum pada kelas unggulan sudah berjalan
sebagaimana mestinya. Akan tetapi fungsi pengorganisasian dan
pelaksanaan kurikulum kelas unggulan belum sepenuhnya berjalan secara
optimal. Persamaan dengan peneltian ini terletak pada jenjang pendidikan
yang sama yakni setingkat SMA/MA sedangkan perbedaan terletak pada
pengembangan kurikulum yang hanya dikhususkan pada kelas unggulan.
e. Tesis Musarrofah Berjudul “Manajemen Pengembangan Kurikulum
Lembaga Pendidikan Islam di Kota Balikpapan Tahun 2015. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus yang
dilaksanakan di tiga Madrasah Ibtidaiyyah. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa manajemen pengembangan kurikulum lembaga pendidikan Islam di
kota Balikpapan dilakukan dengan cara yang berbeda-beda. Pada MI Ibnu
Umar Balikpapan perencanaan kurikulum dilakukan melalui rapat kerja
yang dilakukan oleh stakeholder yayasan Ibnu Umar. Hal yang menjadi
fokus pembahasan stakeholder adalah terkait dengan visi, misi serta profil
out put yang diharapkan oleh lembaga. Selain itu, para stakeholder juga
menyeleksi materi-materi atau mata pelajaran-mata pelajaran yang akan
diajarkan di lembaga tersebut. Demikian juga dengan desain pengalaman
belajar dimana MI Ibnu Umar Balikpapan menyelenggarakan
pembelajarannya dengan system fullday school. Kebijakan yang ditetapkan
oleh stakeholder kemudian dilanjutkan dengan training guru. Persamaanya
terletak pada prinsip – prinsip pengembangan kurikulum sedangkan
perbedaanya terletak pada jenjang pendidikan serta jumlah lembaga
pendidikan yang diteliti.
Secara visual, persamaaan dan perbedaan penelitian
terdahulu dengan penelitian ini disajikan pada tabel 1.1

Tabel 1.1 Persamaaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu


dengan Penelitian Sekarang

12
Judul
No Peneliti Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Penelitian
1 2 3 4 5 6
Manajemen Manajemen Peningkatan Model
Kurikulum Kurikulum Pondok mutu kurikulum
Pondok Pesantren Hidayatul pendidikan yang
Pesantren Salaf Mubtadi’in dalam diterapkan
dalam meningkatkan mutu berbeda
Meningkatkan dapat
Mutu Santri Di dilihat dari kegiatan
Pondok perencanaan,
Pesantren Salaf pembelajaran,
1 Mashadi Hidayatul evaluasi dapat
Mubtadi’in menghasilkan ouput
Lirboyo yang berkualitas.
Mojoroto Kota
Kediri Jawa
Timur Tahun
2014

Manajemen 1. Pesantren Proses Kurikulum


Kurikulum memiliki Manajemen tidak
Pondok kurikulum baku kurikulum tertulis
Pesantren yang tidak secara jelas
Salafiyah tertulis dan
Penyelenggara terdokumentasik
Wajib Belajar an.
Pendidikan 2. Pesantren
Dasar 9 Tahun memiliki
St. Di Kabupaten keunggulan
2 Mau’izatul Barito Kuala dalam model
Hasanah Tahun 2012 pendidikannya,p
esantren
dibangun oleh,
dari dan untuk
masyarakat
sekitar

1 2 3 4 5 6
Siti Manajemen Proses pengembangan Strategi Jenjang
3 Subarkah Pengembangan kurikulum dilakukan pengembanga pendidikan
Kurikulum melalui tahapan n kurikulum berbeda
Sekolah perencanaan,
Menengah pengoranisasian,
Pertama (SMP) pelaksanaan dan

13
pengawasan
Pengembangan
Alam al kurikulum dilakukan
Aqwiya di tingkat mikro
Cilongok dengan prosedur
Banyumas Tahun pengembangan
2016 kurikulum.

Fungsi perencanaan Proses Pengembang


dan evaluasi manajemen an
kurikulum pada kelas dan jenjang kurikulum
Penerapan unggulan sudah pendidikan berfokus
Manajemen berjalan sebagaimana yang setingkat hanya pada
Ahmad Kurikulum Pada mestinya. Akan tetapi kelas
4 Abrar Kelas Unggulan fungsi tertentu.
Rangkuti Di Madrasah pengorganisasian dan
Aliyah Negeri 1 pelaksanaan
Medan Tahun kurikulum kelas
2012 unggulan belum
sepenuhnya berjalan
secara optimal

Manajemen Proses Jenjang


pengembangan pengembanga pendidikan
kurikulum lembaga n kurikulum yang diteliti
pendidikan Islam di serta jumlah
kota Balikpapan lembaga
dilakukan dengan cara pendidikan
yang berbeda-beda. yang diteliti.
perencanaan
kurikulum dilakukan
Manajemen
melalui rapat kerja
Pengembangan
yang dilakukan oleh
Kurikulum
stakeholder yayasan
Lembaga
5 Musarrofah Ibnu Umar. MI RM
Pendidikan Islam
Putra menggunakan
di Kota
cara yang berbeda
Balikpapan
dimana perencanaan
Tahun 2015
kurikulum
MI RM Putra
dilakukan melalui
rapat kerja, perumusan
tujuan lembaga, bedah
dan modifikasi
kurikulum MI RM
Putri melakukan
perencanaan
1 2 3 4 5 6
kurikulum melalui
rapat kerja, perumusan
tujuan kurikulum, dan
rasionalisasi mata
pelajaran
Sumber : Artikel hasil penelitian diunduh dari laman www.moraref.com.

14
Diakses pada tanggal 16 Januari 2018.

2. Kajian Teori.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teori dari
para pakar dibidangnya. Dalan kajian teori ini, akan dipaparkan beberapa
teori yang dipakai diantaranya teori manajemen, pengembangan kurikulum
dan mutu madrasah.
a. Manajemen
Manajemen merupakan salah satu teori yang dikembangkan oleh
para pakar kemudian digunakan perusahaan / industri namun dalam
perkembangan mulai dipergunakan dalam pendidikan. Berikut ini akan
dibahas pengertian manajemen dan proses manajemen.
1) Pengertian manajemen.
Goerge R. Terry mengemukakan bahwa manajemen adalah
kegiatan untuk mencapai tujuan dilakukan individu yang menyumbangkan
upayanya yang terbaik melalui tindakan - tindakan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Hal tersebut mencakup apa yang harus dilakukan, memahami
bagaimana harus melakukan dan mengukur efektivitas dan efisiensi atas
usaha yang dilakukan.18
Hamalik mendefinisikan manajemen dengan rumusan yang
operasional adalah suatu proses sosial yang berkenaan dengan keseluruhan
usaha manusia dengan bantuan orang lain serta sumber - sumber lainnya,
menggunakan metode efisien dan efektif untuk mencapai tujuan yang
ditentukan sebelumnya.19
Manajemen menginginkan tujuan tercapai dengan efektif dan
efisien. Dua kata tersebut semakin penting sekarang ini. Dengan kata lain,
prestasi manajer diukur dari efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan
organisasi, tidak sekadar mencapai tujuan organisasi. Dua kata tersebut
dipopulerkan oleh Peter Drucker, penulis manajemen paling laris. Menurut

18
Terry, George R. , Prinsip-Prinsip Manajemen, (Jakarta: Bina Aksara, Terj. J. Smith. D. F. M. ,
2003),9
19
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2006),16

15
Drucker, efisiensi berarti mengerjakan sesuatu dengan benar (doing things
right), sedangkan efektif adalah mengerjakan sesuatu yang benar (doing the
right things).20
Efisien adalah kemampuan menggunakan sumber daya dengan
benar dan tidak membuang-buang sumber daya yang tidak perlu. Dalam
bahasa seharihari, kita sering mendengar berita perusahaan ingin melakukan
efisiensi dengan memangkas biaya-biaya yang tidak perlu. Penghematan
dilancarkan di semua lapis organisasi. Barangkali pengertian tersebut
kurang jelas. Efisiensi akan lebih jelas kalau dikaitkan dengan konsep
perbandingan output-input. Output merupakan hasil atau keluaran suatu
organisasi dan input merupakan sumber daya yang digunakan untuk
menghasilkan output tersebut. Organisasi yang efisien akan berusaha
memaksimalkan rasio output/input. Sebaliknya, kalau rasio output/input
semakin rendah, perusahaan menjadi semakin tidak efisien .
Efektivitas adalah mengerjakan sesuatu yang benar. Suatu
perusahaan barangkali efisien, tetapi tidak efektif. Misalnya, perusahaan
mobil Amerika Serikat pada tahun 1970-an memproduksi mobil dengan
ukuran besar. Mereka barangkali bisa mengerjakan dengan efisien, tetapi
tidak efektif karena permintaan terhadap mobil kecil yang hemat energi
semakin banyak. Memproduksi mobil besar tidak sesuai dengan tujuan
perusahaan, yaitu memperoleh keuntungan. Efektivitas banyak berkaitan
dengan pencapaian tujuan, sejauh mana organisasi bisa mencapai tujuan
yang telah ditentukan. Semakin dekat organisasi ke tujuannya, semakin
efektif organisasi tersebut. Efektivitas akan sangat menentukan
kelangsungan organisasi. Perusahaan harus efektif lebih dulu (mengerjakan
sesuatu yang benar), baru kemudian berusaha mencapai efisiensi
(mengerjakan sesuatu dengan benar)21.
2) Proses Manajemen

20
Sulistiyorini, Manajemen Pendidikan Islam: Konsep, Strategi dan Aplikasi...., 98
21
Mason Carpenter,Talya Bauer and Berrin Erdogan,”Management Principles “,....,28

16
Proses manajemen mencakup kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian. Kata proses ditambahkan
untuk mengartikan kegiatan yang dilakukan dengan cara sistematis dan
kegiatan tersebut dilakukan oleh manajer pada semua tingkat. Pada proses
manajemen dalam penelitian ini meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengendalian
a) Perencanaan (Planning)
Perencanaan berarti kegiatan menetapkan tujuan organisasi dan
memilih cara yang terbaik untuk mencapai tujuan tersebut. Pengambilan
keputusan merupakan bagian dari perencanaan yang berarti menentukan
atau memilih alternatif pencapaian tujuan dari beberapa alternatif yang ada.
Perencanaan diperlukan untuk mengarahkan kegiatan organisasi. Langkah
pertama, rencana ditetapkan untuk organisasi secara keseluruhan.
Kemudian, rencana yang lebih detail untuk masing-masing bagian atau
divisi ditetapkan dan dengan cara semacam itu, organisasi mempunyai
perencanaan yang konsisten secara keseluruhan.
Dalam melakukan perencanaan, seorang perencana haruslah
melihat kondisi dan peduli terhadap perubahan lingkungan dan para
pengguna jasa pendidkan. Perencana haruslah bisa meramal kondisi masa
depan. Ramalan adalah basis dari proses perencanaan.22
Beberapa manfaat perencanaan adalah (1) mengarahkan kegiatan
organisasi yang meliputi penggunaan sumber daya dan penggunaannya
untuk mencapai tujuan organisasi, (2) memantapkan konsistensi kegiatan
anggota organisasi agar sesuai dengan tujuan organisasi, dan (3) memonitor
kemajuan organisasi. Jika organisasi berjalan menyimpang dari tujuan yang
telah ditetapkan, dapat dilakukan perbaikan. Manfaat nomor tiga tersebut
erat kaitannya dengan kegiatan pengendalian. Pengendalian memerlukan
perencanaan dan perencanaan bermanfaat bagi pengendalian.
1) Pengorganisasian ( Organizing and Staffing)

22
Mason Carpenter,Talya Bauer and Berrin Erdogan,”Management Principles “,....,28

17
Tahap berikutnya adalah pengorganisasian. Pengorganisasian
dapat diartikan sebagai kegiatan mengoordinasi sumber daya, tugas, dan
otoritas di antara anggota organisasi agar tujuan organisasi dapat dicapai
dengan cara yang efisien dan efektif. Sebagai contoh, kegiatan perusahaan
kebanyakan diorganisasi berdasarkan fungsi pokok perusahaan, seperti
pemasaran, keuangan, produksi, administrasi, dan personalia. Masing-
masing dikelompokkan menjadi departemen atau bagian sendiri. Masing-
masing bagian dipimpin oleh manajer yang bertanggung jawab kepada
direktur utama. 23
Dalam melakukan pengoragnisasian penting diperhatikan adalah
menetapkan secara jelas pembagian kerja (job descpription) yang bertujuan
membagi pekerjaan sesuai denga perencanan yang telah ditetapkan sehingga
tujuan akhir bisa dilaksanakan. Pembagian kerja tersebut juga dilakukan
sesuai dengan kompetensi dan kualifikasi yang sesuai dengan jenis
pekerjaan yang akan dilakukan. Dalam pengorganiasian kurikulum sangat
penting untuk mengorganisasikan para pengembang kurikulum yang bisa
dibentuk dengan sebuah tim pengembang kurikulum yang bertugas untuk
merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan dan mengevaluasi kurikulum
secara meneyeluruh.24
2) Pengarahan (Leading)
Setelah struktur organisasi ditetapkan, orang-orangnya
ditentukan. Langkah selanjutnya adalah membuat bagaimana orang-orang
tersebut bekerja untuk mencapai tujuan organisasi. Manajer perlu
“mengarahkan” orang-orang tersebut. Lebih spesifik lagi pengarahan
meliputi kegiatan memberi pengarahan (directing), mempengaruhi orang
lain (influencing), dan memotivasi orang tersebut untuk bekerja
(motivating). Pengarahan biasanya dikatakan sebagai kegiatan manajemen
yang paling menantang dan paling penting karena langsung berhadapan
dengan manusia. Bagaimana membuat orang lain bekerja untuk tujuan

23
Mason Carpenter,Talya Bauer dan Berrin Erdogan,”Management Principles “,....,29
24
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum....,136-137

18
organisasi merupakan pekerjaan yang tidak mudah. Manajer harus mampu
menciptakan suasana (atmosfer) yang bisa mendorong orang untuk bekerja.
Cara yang dipakai mungkin sangat berlainan dari satu organisasi ke
organisasi lain.
3) Pengendalian (Controlling)
Elemen terakhir proses manajemen adalah pengendalian.
Pengendalian bertujuan melihat apakah kegiatan organisasi sesuai dengan
rencana. Manajer harus selalu memonitor kemajuan organisasi. Fungsi
pengendalian meliputi empat kegiatan: (1) menentukan standar prestasi, (2)
mengukur prestasi yang telah dicapai selama ini, (3) membandingkan
prestasi yang telah dicapai dengan standar prestasi, dan (4) melakukan
perbaikan jika ada penyimpangan dari standar prestasi yang telah
ditentukan. Kemudian, kembali lagi ke fungsi perencanaan untuk periode
berikutnya.
Keempat proses manajemen tersebut tersebut dapat dilihat pada
gambar berikut ini. Tanda panah gelap menunjukkan urutan kegiatan secara
teoretis, dimulai dari perencanaan, kemudian diakhiri oleh pengendalian,
yang kemudian berputar lagi kembali ke perencanaan. Tanda panah terang
menunjukkan urutan yang lebih realistis, yang terjadi di praktik
manajemen.25

Gambar 1. Proses manajemen

Perencanaan
*) Menetapkan tujuan
*) Menentukan cara mencapai
tujuan tersebut
25
Mamduh Hanafi, Konsep Dasar dan Perkembangan Teori Manajemen (tk.tp,20?),10

Pengendalian Pengorganisasian
*) Memonitor *)Mengorganisasi kegiatan
*) Memastikan tujuan telah tercapai dan orang 19
*)Menentukan apa yang harus
dikerjakan

Pengarahan
*) Memotivasi dan mengarahkan orang

Sumber : Mamduh Hanafi, Konsep Dasar dan Perkembangan Teori Manajemen , 12


c. Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum dipahami sebagai kegiatan untuk
merevisi dan mengembangkan kurikulum menjadi lebih baik. Untuk
lebih memahami apa dan seperti apa pengembangan kurikulum, berikut
akan dipaparkan tentang pengertian kurikulum dan pengembangannya.
1) Kurikulum
Ada beberapa pendapat tentang arti kurikulum. Kurikulum
berasal dari bahasa Latin, yaitu curriculum yang berarti „bahan
pengajaran‟; yang berasal dari kata dasar “currere” yang artinya „berlari
cepat dan tergesa-gesa‟. Ada pula yang mengartikan „perlombaan‟
(race cause) Pendapat lain, kurikulum berasal dari bahasa Perancis;
courier; yang berarti „berlari‟26. Makna lainnya disebutkan bahwa
kurikulum diartikan ,kumpulan subjek yang diajarkan di sekolah, atau
arah suatu proses belajar. Ada pula pendapat; kurikulum berasal dari
bahasa Inggris “curriculum” berarti „susunan rencana pelajaran27
Alistair Ross mengemukakan bahwa :
Curriculum is a definition of what is to be learned. The origins of
the word are from the Latin curriculum, a racing chariot, from which
is derived a racetrack, or a course to be run, and from this, a course
of study. The term is often confined to formal definitions of what is
26
Clifton F Cebtral , The Undergraduate Curriculum : A Guide to innovation and refarm,
(Colorado, Boulder, Westive Bless, 1978),4
27
William B. Ragan, Modern Elementary Curriculum (Revised Edition), (USA: Rinehart and
Winston, Inc, 1960), 3

20
to be taught in specific institutions—perhaps even as narrow as the
notion of a National Curriculum that confines its coverage to the
prescribed content of learning during the years of compulsory
education.28
Kurikulum adalah adalah sebuah definisi dari apa yang harus
dipelajari. Istilah ini juga sering diterjemahkan menjadi definisi formal
dari apa yang harus diajarkan di institusi tertentu yang secara lebih
sempit diartikan sebagai kurikulum nasional yang menjangkau pada isi
dari pembelajaran selama 1(satu) tahun.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 ayat 19
menjelaskan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Kurikulum merupakan syarat mutlak yang memiliki
peran sentral dalam bidang pendidikan. Kurikulum diarahkan kepada
proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang
berlangsung sepanjang hayat. Pemberdayaan peserta didik untuk belajar
sepanjang hayat dirumuskan dalam sikap, keterampilan, dan pengetahuan
dasar yang dapat digunakan untuk mengembangkan budaya belajar29
Lebih lanjut, Sukmadinata mendeskripsikan bahwa
kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua
pengalaman belajar yang disediakan bagi siswa di sekolah atau di
lembaga pendidikan lainnya. Terintegrasi didalamnya filsafat nilai-nilai,
pengetahuan dan perbuatan pendidikan.30 Dengan kurikulum, manajemen
sekolah dapat menentukan kebutuhan-kebutuhan lainnya yang sesuai
dengan kebutuhan pendidikan dalam tingkatannya. Kurikulum harus
menyentuh aspek masa yang akan datang tiga unsur pembentuk essensial
manusia yaitu qalbu, akal, dan fisik; dengan mempertimbangkan
kepentingan stakeholder dan lingkungan masyarakat sekitar.

28
Alistair Ross ,”Curriculum: Construction and Critque”,(London : Falmer Press, 2000),8
29
Pusat Pengembangan Kurikulum ,Kurikulum 2013 (Jakarta : Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2012), 10
30
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek: (Bandung; PT.
Remaja Rosdakarya, 2010) ,58

21
Pengelolaan kurikulum harus diarahkan agar proses
pembelajaran berjalan baik dengan tolak ukur pencapaian tujuan siswa.
Tahap pelaksanaan kurikulum di sekolah melalui empat tahap yaitu (a)
perencanaan , (b) pengorganisasian dan koordinasi ,(c) pelaksanaan dan ,
(d) pengendalian.31
2) Pengembangan Kurikulum
Dalam mengembangkan kurikulum, yang perlu diperhatikan
adalah prinsip – prinsip pengembangannya agar sejalan dengan tujuan
pengembangan kurikulum yang diingikan oleh para pengembang dan
model pengembangan kurikulum yang dipakai dalam mengembangkan
kurikulum yang sesuai dengan tujuan nasional , institusi, kurikuluer dan
tujuan pembelajaran.
a) Prinsip – prinsip Pengembangan Kurikulum
Ketika para pengembang kurikulum melakukan proses
pengembanagn kurikulum, maka perlu terlebih dahulu memperhatikan
prinsip – prinsip pengembangan kurikulum agar didapat kurikulum yang
sesuai perencanan kurikulum. Prinsip – prinsip tersebut adalah sebagai
berikut ;
Pertama, relevansi, Kata relevansi bermakna kedekatan
hubungan dengan apa yang terjadi. Apabila dikaitkan dengan
pendidikan ,berarti perlu adanya kesesuaian dengan antara pendidikan
dengan tuntutan kehidupan masyarakat. Pendidikan dikatakan relevan
bila hasil yang diperoleh akan berguna bagi kehidupan masyarakat.32
Kedua, Efektifitas. Prinsip Efektifitas yang dimaksudkan adalah
sejauh mana perencanaan kurikulum dapat sesuai dengan keinginan yang
ditentukan. Dalam proses pendidikan, efektifitas dapat dilihat dari dua
sisi, pertama efektifitas mengajar pendidik sejauh mana kegiatan belajar
mengajar.33 ,

31
Zaenal Aqib, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam(Bandung : Satu Nusa,2015),96-97
32
Abdullah Idi,” Pengembangan Kurikulum : Teori dan Praktek..., 201
33
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek.... ,151

22
Ketiga,Efisiensi. Prinsip efisiensi sering dikonotasikan sebagai
penggunaan sumberdaya sesedikit mungkin untuki mencapai hasil yang
memuaskan. Efisiensi dalam proses pengembangan kurikulum adalah
bagaimana mengarahkan biaya, waktu, tenaga dan usaha yang digunakan
dalam mneyeleasikan program pembelajaran secara optimal, tentunya
dengan pertimbangan yang wajar dan rasional.34
Keempat, Fleksibilitas. Prinsip fleksibilitas berarti tidak kaku
dan bisa menerima perubahan jika diperlukan. Pengembangan kurikulum
dengan prinsip ini dapat bergerak bebas dalam bertindak tanpa terikat
dengan hal apapun dalam mengembangkan kurikulum.
Kelima, Kontinuitas. Prinsip kontinuitas adalah kesinambungan
perkembangan dan proses belajar anak berlangsung secara
berkesinambungan tidak terputus – putus dan tanpa henti. Oleh
karenanya, pengalaman belajar yang disediakan kurikulum juga
hendaknya berkesinambungan antara satu tingkat kelas dengan kelas
lainnya. Antara satu jenjang pendidikan dengan jenjang lainnya.35
b) Model Pengembangan Kurikulum
Dalam mengembangkan kurikulum terdapat beberapa model
yang bisa diaplikasikan dalam mengembangkan kurikulum. Model –
model ini adalah model yang sering digunakan oleh berbagai institusi
pendidikan.
(1) Model Tyler
Pengembangan kurikulum model Tyler mengacu pada 4
pertanyaan pokok yang mengacu pada pilar –pilar kurikulum. Proses
pengembangan kurikulum pada dasarnya digunakan untuk menjawab 4
pernyataan tersebut, dan jawaban dari 4 pertanyaan tersebut membentuk
hasil berupa kurikulum dan pembelajaran36. Model pengembangan
kurikulum Tyler dapat dilihat pada gambar berikut .
Gambar.2. Model pengembangangan Kurikulum Tyler
34
Abdullah Idi,” Pengembangan Kurikulum : Teori dan Praktek..., 205
35
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek....151
36
Abdullah Idi,” Pengembangan Kurikulum : Teori dan Praktek...179

23
What educational purposes should
Objective to school, seek to attain?
What educational experince can be
provide that are likely to attain
Selecting learning Experince these purpose?
How can these educational
Organizing Learning experince experince be effectively organised?
How can we determine whether
Evaluation these purpose are being attined?
Diadaptasi dari Abdullah Idi “ Pengembangam Kurikulum: Teori dan Prkatik”.
(2) Model Taba
Hilda Taba mengungkapkan pendekatannya untuk proses
pengembangan kurikulum dalam bukunya Curriculum Development :
Teory and Practice. Ia memodifikasi model Tyler agar lebih representatif
terhadapat pengembangan kurikulum di berbagai sekolah. lima langkah
pengembangan kurikulum model Taba ini. Pertama, mengadakan unit-
unit eksperimen bersama guru. Di dalam unit eksperimen ini diadakan
studi yang saksama tentang hubungan antara teori dengan praktik.
Perencanaan didasarkan atas teori yang kuat, dan pelaksanaan
eksperimen di dalam kelas menghasilkan data-data yang untuk menguji
landasan teori yang digunakan. 37
Ada delapan langkah dalam kegiatan unit eksperimen ini;
1. Mendiagnosis Kebutuhan.
2. Merumuskan tujuan-tujuan khusus.
3. Memilih isi.
4. Mengorganisasi isi.
5. Memilih pengalaman belajar.
6. Mengorganisasi pengalaman belajar.
7. Mengevaluasi.
8. Melihat sekuens dan keseimbangan
(3) Model Beauchamp.
37
Abdullah Idi,...80

24
Model pengembangan ini, dikembangkan oleh Goerge A.
Beuachamp, seorang ahli kurikulum. Ia mengemukakan lima hal dalam
pengembangan kurikulum antara lain sebagai berikut :
Pertama, menetapkan arena atau lingkup wilayah yang akan dicakup
oleh kurikulum tersebut, apakah suatu sekolah, kecamatan, kabupaten,
provinsi ataupun seluruh negara. Kedua, menetapkan personalia, yaitu
siapa –siapa yang turut serta terlibat dalam pengembangan kurikulum.
Ketiga, organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum. Langkah ini
berkenaan dengan prosedur yang harus ditempuh dalam merumuskan
tujuan umum dan tujuan yang lebih khusus. Keempat, implementasi
kurikulum. Langkah ini merupakan langkah implementasi atau
melaksanakan kurikulum yang bukan sesuatu yang sederhana, sebab
membutuhkan kesiapan yang menyeluruh baik kesiapan guru – guru,
siswa, fasilitas, bahan maupujn biaya disamping kesiapan menajaerial
dari pimpinan sekolah atau adminsitrator setempat. Kelima, Evaluasi ,
langkah ini minimal mencakup 4 (empat) hal yaitu evaluasi tentang
pelaksanaan kurikulum oleh guru – guru , desain kurikulum, hasil belajar
dan evaluasi dari keseluruhan sistem kurikulum.38
c) Tahapan Pengembangan Kurikulum
Prosedur atau tahapan pengembangan
kurikulum tidak dapat dilepaskan dari model
pengembangan kurikulum yang mendasarinya.
Adapun prosedur tahapan pengembangan kurikulum
terdiri atas perencanaan, implementasi dan evaluasi
pengembanagn kurikulum.

(1) Perencanaan (planing) Pengembangan Kurikulum


James A. Baene mendefinisikan perencanaan kurikulum :

38
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek...., 163-164

25
“ Curriculum planning is a process in which participants
at many levels make decisions about what the purposes of
learning ought to be, how those purposes might be carried out
through teaching-learning situasions, and whether the purposes
and means are both appropriate and effective”.39
Perencanaan kurikulum sebagai suatu proses yang
melibatkan berbagai unsur peserta dalam banyak tingkatan membuat
keputusan tentang tujuan belajar, cara mencapai tujuan, situasi belajar –
mengajar, serta penelaahan keefektifan dan kebermaknaan metode
tersebut. Sehingga tanpa perencanaan kurikulum, sistematika berbagai
pengalaman belajar tidak akan saling berhubungan dan tidak mengarah
pada tujuan yang diharapkan.
Perencanaan adalah pemilihan atau penetapan tujuan
organisasi dan penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program,
prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan. Dalam pengembangan kurikulum dibutuhkan
perencanaan karena perencanaan sangat bermanfaat untuk:
1) membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dari perubahan-
perubahan lingkungan; 2) membantu dalam kristalisasi kesesuain pada
masalah-masalah utama; 3) memungkinkan manajer memahami
keseluruhan gambaran; 4) membantu penempatan tanggungjawab lebih
tepat; 5) memberikan cara perintah untuk beroperasi; 6) memudahkan
dalam melakukan koordinasi di antara berbagai bagian organisasi; 7)
membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan mudah dipahami; 8)
meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti; 9) menghemat waktu,
usaha dan dana.40

Suatu rencana yang baik terdiri setidaknya dari 5 unsur


khusus yakni :
a. Tujuan dirumuskan secara jelas
39
James. A Beanne,” Toward Coherent Curriculum”,(Virginia: ASCD,1995),176
40
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum....,155

26
b. Komprehensif, namun juga jelas bagi staf dan para anggota
organisasi
c. Hierarki rencana terfokus pada daerah yang paling penting.
d. Bersifat ekonomis, mempertimbangkan sumber –sumber yang
tersedia.
e. Layak, memungkinkan perubahan.41
Dari paparan di atas terlihat bahwa jika dalam
pengembangan kurikulum terdapat perencanaan yang baik, akan
membuat kurikulum tersebut lebih operasional sehingga
pelaksanaannya memiliki arah yang tepat. Perencanaan pengembangan
kurikulum merupakan kegiatan untuk menentukan langkah atau
prosedur dan strategi dalam pengembangan kurikulum yang di
dalamnya meliputi kegiatan menentukan tujuan pendidikan, menseleksi
pengalaman belajar, organisasi bahan kurikulum dan kegiatan belajar,
dan evaluasi hasil kurikulum.
(2) Implementasi Pengembangan Kurikulum
Implementasi atau pelaksanaan pengembangan kurikulum
merupakan kegiatan membuat atau menyusun kurikulum sesuai dengan
model pengembangan kurikulum yang dipiih. Dalam pelaksanaannya,
pengembangan kurikulum harus menempuh tahap-tahap sebagai
berikut: Studi kelayakan dan analisis kebutuhan, Perencanaan
kurikulum (draft awal), Pengembangan Rencana operasional
kurikulum, Pelaksanaan uji coba terbatas kurikulum di lapangan,
Implementasi kurikulum, Monitoring dan evaluasi kurikulum,Perbaikan
dan penyusunan. 42
Pembelajaran di dalam kelas merupakan tempat untuk
melaksanakan dan menguji kurikulum. Dalam kegiatan pembelajaran,
semua konsep, prinsip, nilai, pengetahuan, metode, alat, dan
kemampuan guru di uji dalam bentuk perbuatan, yang akan

41
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum....,136
42

27
mewujudkan bentuk kurikulum yang baik. Implementasi kurikulum
merupakan bagian dari kegiatan inovasi, perubahan dan pengalaman
belajar kepada siswa.43
Dalam pelaksanaan pengembangan kurikulum dibagi menjadi
dua tingkatan yaitu pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah dan tingkat
kelas.
(a) Pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah, yang dalam hal ini
langsung ditangani oleh kepala sekolah. Selain dia bertanggung
jawab supaya kurikulum dapat terlaksana di sekolah, dia juga
berkewajiban melakukan kegiatan-kegiatan yakni menyusun
kalender akademik yang akan berlangsung disekolah dalam satu
tahun, menyusun jadwal pelajaran dalam satu minggu, pengaturan
tugas dan kewajiban guru, dan lain-lain yang berkaitan tentang
usaha untuk pencapaian tujuan kurikulum.
(b) Pelaksanaan kurikulum tingkat kelas, yang dalam hal ini dibagi dan
ditugaskan langsung kepada para guru. Pembagian tugas ini
meliputi; (1) kegiatan dalam bidang proses belajar mengajar, (2)
pembinaan kegiatan ekstrakulikuler yang berada diluar ketentuan
kurikulum sebagai penunjang tujuan sekolah, (3) kegiatan
bimbingan belajar yang bertujuan untuk mengembangkan potensi
yang berada dalam diri siswa dan membantu siswa dalam
memecahkan masalah 44
(3) Evalusasi Pengembangan Kurikulum
Evaluasi pengembangan kurikulum diadakan untuk
mengetahui apakah hasilnya memenuhi harapan-harapan yang
terkandung dalam tujuannya dengan maksud untuk mengadakan
perbaikan dan melanjutkannya atau menggantikannya dengan yang
baru. Evaluasi pengembangan kurikulum yang komprehensif
memerlukan tenaga ahli dan penelitian yang banyak ragamnya.
43
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek...., 176-177
44
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum....,173

28
Dalam melakukan evaluasi kurikulum, Zais mengatakan:
“.... curriculum evaluation can and should play variety
of appropriate roles even as it moves toward its principal
goal assesment of curriculum quality. One such role
(connected with the process of curriculum development)
migh be ongoing improvemnet of the curriculum (and
instruction)45
Evaluasi kurikulum harus mengikuti aturan – aturan yang
tepat guna menuju kurikulum yang bermutu. Satu aturan yang
berhubungan dengan proses pengembangan kurikulum adalah
peningkatan terus menerus dari kuirkulum (dan pembelajaran).
Evaluasi pengembangan kurikulum adalah pengumpulan
informasi berdasarkan data yang tepat, akurat, dan lengkap tentang
pelaksanaan pengembangan kurikulum dalam jangka waktu tertentu
oleh pemantau ahli untuk mengatasi permasalahan dalam kurikulum.
Pelaksanaan kurikulum di dalam pendidikan harus dipantau untuk
meningkatkan efektifitasnya. Pemantauan ini dilakukan supaya
kurikulum tidak keluar dari jalur. Oleh sebab itu seorang yang ahli
menyusun kurikulum harus memantau pelaksanaan kurikulum mulai
dari perencanaan sampai mengevaluasinya. 46
Secara garis besar pemantauan kurikulum bertujuan untuk
mengumpulkan seluruh informasi yang diperlukan untuk pengambilan
keputusan dalam memecahkan masalah. Dalam tataran praktis,
pemantauan kurikulum memuat beberapa aspek, yaitu sebagai berikut:
(a) Peserta didik, dengan mengidentifikasi pada cara belajar, prestasi
belajar, motivasi belajar, keaktifan, kreativitas, hambatan dan
kesulitan yang dihadapi.
(b) Tenaga pengajar, dengan memantau pada pelaksanaan tanggung
jawab, kemampuan kepribadian, kemampuan kemasyarakatan,
kemampuan profesional, dan loyalitas terhadap atasan.
(c) Media pengajaran, dengan melihat pada jenis media yang
digunakan, cara penggunaan media, pengadaan media,
pemeliharaan dan perawatan media.

45
Robert R.Zais, Curriculum: Principles and Foundation,(New York: Harper and Row
Publiser,Inc),.380
46
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek...., 179

29
(d) Prosedur penilaian: instrument yang dihadapi siswa, pelaksanaan
penilaian, pelaporan hasil penilaian.
(e) Jumlah lulusan: kategori, jenjang, jenis kelamin, kelompok usia,
dan kualitas kemampuan lulusan.47
3) Struktur Kurikulum
Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten
kurikulum dalam bentuk mata pelajaran, posisi konten/mata pelajaran
dalam kurikulum, dostribusi konten/mata pelajaran dalam semester
atau tahun, beban belajar untuk mata pelajaran dan beban belajar per
minggu untuk setiap siswa. Struktur kurikulum adalah juga merupakan
aplikasi konsep pengorganisasian konten dalam sistem belajar dan
pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran.
Pengorganisasian konten dalam sistem belajar yang digunakan adalah
sistem semester sedangkan pengorganisasian beban belajar dalam
sistem pembelajaran berdasarkan jam pelajaran per semester.48
Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten
kurikulum dalam bentuk mata pelajaran, posisi konten/mata pelajaran
dalam kurikulum, dostribusi konten/mata pelajaran dalam semester
atau tahun, beban belajar untuk mata pelajaran dan beban belajar per
minggu untuk setiap siswa. Struktur kurikulum adalah juga merupakan
aplikasi konsep pengorganisasian konten dalam sistem belajar dan
pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran.
Pengorganisasian konten dalam sistem belajar yang digunakan adalah
sistem semester sedangkan pengorganisasian beban belajar dalam
sistem pembelajaran berdasarkan jam pelajaran per semester.
Struktur kurikulum juga gambaran mengenai penerapan
prinsip kurikulum mengenai posisi seorang siswa dalam
menyelesaikan pembelajaran di suatu satuan atau jenjang pendidikan.
Lebih lanjut, struktur kurikulum menggambarkan posisi belajar

47
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum....,199
48
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, Kompetensi Dasar Sekolah Menengah Atas (SMK)/
Madrasah Aliyah (MA ) 2013

30
seorang siswa yaitu apakah mereka harus menyelesaikan seluruh mata
pelajaran yang tercantum dalam struktur ataukah kurikulum memberi
kesempatan kepada siswa untuk menentukan berbagai pilihan.
Untuk mewadahi konsep kesamaan muatan antara SMA/MA
dan SMK/MAK, maka dikembangkan Struktur Kurikulum Pendidikan
Menengah, terdiri atas Kelompok Mata pelajaran Wajib dan Mata
pelajaran Pilihan. Mata pelajaran wajib mencakup 9 (sembilan) mata
pelajaran dengan beban belajar 24 jam per minggu. Isi kurikulum (KI
dan KD) dan kemasan substansi untuk Mata pelajaran wajib bagi
SMA/MA dan SMK/MAK adalah sama. Struktur ini menerapkan
prinsip bahwa peserta didik merupakan subjek dalam belajar yang
memiliki hak untuk memilih mata pelajaran sesuai dengan minatnya.
Mata pelajaran pilihan terdiri atas pilihan akademik untuk
SMA/MA serta pilihan akademik dan vokasional untuk SMK/MAK.
Mata pelajaran pilihan ini memberi corak kepada fungsi satuan
pendidikan, dan didalamnya terdapat pilihan sesuai dengan minat
peserta didik. Beban belajar di SMA/MA untuk Tahun X, XI, dan XII
masing-masing adalah 42, 44, dan 44 jam pelajaran per minggu. Satu
jam belajar adalah 45 menit. Sedangkan beban belajar untuk
SMK/MAK adalah 48 jam pelajaran per minggu. Beban belajar dapat
dinyatakan dalam satuan kredit semester (SKS) yang diatur lebih lanjut
dalam aturan tersendiri.

Berikut disajikan tabel struktur kurikulum untuk


SMA/MA/SMK/MAK sesuai dengan peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan No. 70 Tahun 2013.
Tabel 2. Strutur Kurikulum SMA/MA (PERMENDIKBUD
No. 70 TAhun 2013

31
3. Mutu Madrasah.
Mutu madrasah merupakan istilah yang banyak dipakai
sebagai ukuran dalam menetukan maju tidaknya sebuah madrasah
yang dilihat dari beberapa indikator salah satunya ialah pengambangan
kurikulum. Berikut akan dipaparkan tentang definisi mutu dan
peningkatan mutu madrasah serta relevansi antara pengembangan
kurikulum dengan peningkatan mutu madrasah.
a) Defenisi Mutu
Mutu pendidikan merupakan salah satu tolak ukur yang
menentukan martabat atau kemajuan suatu bangsa. Dengan mencermati
mutu pendidikan suatu bangsa/negara, seseorang akan dapat
memperkirakan peringkat negara tersebut di antara negara-negara di
dunia. Oleh karena itulah, bangsa yang maju akan selalu menaruh
perhatian besar terhadap dunia pendidikannya, dengan melakukan
berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Deming mendefinisikan mutu adalah apapun yang menjadi
kebutuhan dan keinginan pelanggan. Crosby mendefinisikan mutu adalah

32
kesesuaian terhadap spesifikasi. Juran mendefinisikan mutu adalah
kecocokan penggunaan produk (fitness for use) untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan. Meskipun ketiganya berbeda dalam
mempersepsikan mutu, namun ketiganya menjadi dasar pemikiran dalam
sistem mendefinisikan mutu adalah sebagai kesesuaian terhadap
persyaratan.49 Sedangkan Sallis mengemukakan mutu adalah upaya untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan, masih dalam buku yang sama Evard
mengartikan mutu sebagai keunggulan (Excellence) dengan alasan cocok
dengan tujuan. Definisi lain mengatakan “Quality is often defined in term
outcome to match a costumer satisfaction”50. Dalam konteks mutu
madrasah, kepuasan orang tua, masyarakat, dan pihak terkait
(stakeholder) terhadap lulusan yang berkualitas dan pelayanan sekolah
yang baik merupakan kata kunci sekolah yang diandalkan.
Dari berbagai uraian di atas bisa disimpulkan bahwa yang
dimaksud mutu ialah nilai moral terkait pelayanan dengan kriteria
persyaratan untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan
pelanggan. Jadi dalam hal ini, madrasah mempunyai konsep kualitas
pelayanan yang digunakan untuk memenuhi spesifikasi tertentu dan
memuaskan pelanggan sesuai dengan kebutuhannya.
b) Peningkatan Mutu Madrasah
Pendidikan yang bermutu adalah Pendidikan yang mampu
mengembangkan kemampuan, membentuk Karakter dan Peradaban
Bangsa. Oleh karena itu, harus dikembangkan dalam pendidikan di
sekolah aspek: keimanan, ketaqwaan, akhlak mulia, kesehatan, ilmu,
kecakapan, kreativitas, kemandirian, demokrasi dan tanggung jawab pada
anak didik dan seluruh stakeholders Pendidikan.51
Mutu pendidikan, sebagai salah satu pilar pengembangan
sumber daya manusia sangat penting maknanya bagi pembangunan
49
Jasuri,” Implementasi Total Quality Management Pada Kelas Internasional dan Akselerasi MTs.
PPMI as - Salaam Surakarta “,Jurnal Tadbir ,2,( Februari 2014), 15
50
Edward D.Sallis” Total Quality Manajemen in Education”...., 32
51
Ahmad Khori, Manajemen Strategik dan Mutu Pendidikan Islam ( Jurnal Manageria : Volume 1,
Nomor 1, Mei 2016), 77

33
nasional. Bahkan dapat dikatakan masa depan bangsa terletak pada
keberadaan pendidikan yang berkualitas pada masa kini, pendidikan yang
berkualitas hanya akan muncul apabila terdapat lembaga pendidikan
yang berkualitas. Karena itu, upaya peningkatan mutu pendidikan
merupakan titik strategi dalam upaya untuk menciptakan pendidikan
yang berkualitas. Dalam meraih mutu pendidikan, maka perlu
direncanakan, dilaksanakan, dikendalikan, dan dikembangkan oleh setiap
satuan pendidikan di jalur formal pada pendidikan dasar dan pendidikan
menengah52
Peningkatan mutu pendidikan merupakan suatu metode
peningkatan mutu yang bertumpu pada lembaga itu sendiri,
mengaplikasikan sekumpulan teknik, mendasarkan pada ketersediaan
data kuantitatif dan kualitatif, dan pemberdayaan semua komponen
lembaga pendidikan untuk secara bersinambungan meningkatkan
kapasitas dan kemampuan organisasi guna memenuhi kebutuhan peserta
didik dan masyarakat.
Peningkatan mutu madrasah mengacu pada peningkatan 8
(delapan) standar yang ditetapkan oleh BSNP. Peraturan Pemerintah (PP)
No.19 tahun 2005 merupakan bagian dari peningkatan mutu yang
diimplementasikan melalui perangkat-perangkat seperti perencanaan
mutu (quality planning), pengendalian mutu (quality control), jaminan
mutu (quality assurance), dan peningkatan mutu (quality improvement)53.
Tanggung jawab manajemen mutu terdapat pada semua tingkatan
manajemen dan implementasinya melibatkan semua orang pada semua
unit dalam organisasi pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah
kota/kabupaten dan pada organisasi satuan tingkat pendidikan/sekolah.
Perencanaan mutu (quality planning) dalam konteks sekolah
tentunya adalah pemenuhan akan kebijakan mutu tentang 8 standar yang

52
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 28 Tahun 2016 tentang Penjaminan
Mutu Pendidikdan Dasar dan Menengah
53
Erlina Farida , Pengelolaan Peningkatan Mutu Madrasah ,( Jurnal Dialog Vol. 37, no.2,
Desember 2014), 237

34
telah ditetapkan oleh pemerintah pusat. Dengan demikian, sasaran dari
program sekolah adalah pencapaian dari 8 standar minimal yang telah
ditetapkan oleh pemerintah pusat. Sementara itu, dalam melaksanakan
pengendalian mutu (quality control) dalam PP No.19 tahun 2005
dijelaskan bahwa dalam rangka pengendalian mutu akan dilakukan oleh
pemerintah pusat, pemerintah daerah tingkat provinsi, pemerintah daerah
tingkat kota/kabupaten, tingkat satuan pendidikan, Badan Standar
Nasional Pendidikan (BNSP), dan Badan Akreditasi Nasional (BAN).
Untuk meningkatkan mutu pendidikan di madrasah, Sudarwan
Danim mengemukakan bahwa jika sebuah institusi hendak meningkatkan
mutu pendidikannya maka minimal harus melibatkan lima faktor yang
dominan, yaitu:
(1) Kepemimpinan Kepala sekolah; kepala sekolah harus memiliki dan
memahami visi kerja secara jelas, mampu dan mau bekerja keras,
mempunyai dorongan kerja yang tinggi, tekun dan tabah dalam
bekerja, memberikan layananyang optimal, dan disiplin kerja yang
kuat.
(2) Guru; pelibatan guru secara maksimal, dengan meningkatkan
kompetensi dan profesi kerja guru dalam kegiatan seminar, lokakarya
serta pelatihan sehingga hasil dari kegiatan tersebut diterapkan
disekolah.
(3) Siswa; pendekatan yang harus dilakukan adalah “anak sebagai pusat
“ sehingga kompetensi dan kemampuan siswa dapat digali sehingga
sekolah dapat menginventarisir kekuatan yang ada pada siswa.
(4) Kurikulum; adanya kurikulum yang konsisten, dinamis, dan terpadu
dapat memungkinkan dan memudahkan standar mutu yang
diharapkan sehingga goals (tujuan ) dapat dicapai secara maksimal.54
c) Relevansi Kurikulum Dengan Peningkatan Mutu Madrasah
Dalam peningkatan mutu madrasah, pengembangan kurikulum
memegang peranan yang penting dalam membangun madrasah yang
54
Sudarwan Danim..Visi Baru Manajemen Sekolah. (Jakarta : Bumi Aksara, 2007),56

35
bermutu. Dalam pelaksanaanya, pengembangan kurikulum merupakan
salah satu jaminan mutu yang perlu diberikan bagi penggunan produk
pendidikan sehingga madrasah bersangkutan akan diminati oleh
masyarakat karena menggunakan kurikulum yang dikembangkan
mengikuti kemauan para konsumen . Oleh karenanya, penting dalam
perencanaan , implementasi dan evaluasi, para pengembang kurikulum
memperhatikan masukan – masukan dari beberapa stakeholders seperti
wali murid, para ahli pendidikan, dunia usaha dan industri agar siswa
yang lulus dari madrasah mampu memberikan kontribusi positif dalam
kehidupan masyarakat.
Kurikulum yang bermutu lahir dari proses yang mengakomadasi
fungsi – fungsi manajemen secara utuh. Hal ini dapat terlihat dari mulai
proses perencanaan yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan
pendidikan, berdasar pada tujuan pendidikan, mengacu pada 4 (empat
asas) kuirkulum serta berpedoman pada prinsip – prinsip pengembangan
kurikulum. Dalam implementasi pengembangan kurikulum, guru sebagai
pelaksana kurikulum disamping menyampaikan materi belajar juga
berfungsi sebagai penilai. Peran ini dilakukan untuk guna mengetahui
sejauh mana kurikulum yang telah dikebangkan dapat meningkatkan
mutu pendidikan mulai dari mutu hasil belajar, sikap peserta didik serta
ketrampilan yang meningkat dibanding waktu sebelumnya. Peran tak
kalah penting dilakoni kepala madrasah selaku manager yakni
memastikan implementasi pengembangan kurikulum dapat berjalan
sesuai dengan perencaan yang telah dibuat. Evaluasi pengembangan
kurikulum dilakukan guna memastikan jika kurikulum yang telah
dikembangkan sudah berjalan sesuai perencanaan dan kendala – kendala
apa saja yang ditemui selama proses implemenatasi sehingga dapat
diperbaiki dengan segera sesuai dengan semangat budaya mutu yakni
perbaikan terus menerus (countinues improvement).
4. Kerangka Konseptual

36
Dalam penelitian ini, untuk memfokuskan penelitian maka
diperlukan kerangka konseptual yang bertujuan untuk menunjukkan arah dan
fokus penelitian. Kerangka konseptual dalam penelitian ini ditunjukkan oleh
gambar 3
Gambar 3. Kerangka Konseptual.

Pengembangan Kurikulum Dalam Peningkatan Mutu Madrasah Aliyah Bahrul Ulum


Kec. Silo Tahun Pelajaran 2017/2018

Pengembangan Kurikulum
Proses Pengembangan Kurikulum
Pengembangan Struktur Kurikulum Peningkatan Mutu Madrasah
Partisipasi Stakeholders dalam
Pengembangan Kurikulum

Kesesuaian di lapangan
Observasi
Wawancara
Dokumentasi

H. Metode Penelitian
Bagian ini menjelaskan metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini.
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metode
penelitian kualitatif dinamakan sebagai metode baru karena
popularistasnya belum lama, dinamakan metode postpositivistik karena
berlandaskan pada filsafat post – positivisme. Metode ini juga dikenal
sebagai metode artistik, karena proses penelitiannya bersifat seni (kurang

37
terpola).55 Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat post – positivisme yang digunakan untuk
meneliti pada kondisi objek yang alamiah dimana peneliti sebagai sumber
instrumen kunci. Pengambilan sampel sumber data dilakukan secara
purposive sampling , tekhnik pengumpulan data dengan trianggulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif dan hasil penelitiannya
lebih menekankan pada makna dari pada genaralisasi56
Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian
naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah
(natural setting) . Juga disebut sebagi metode etnografi karena pada
awalnya, metode ini lebih banyak digunakan pada penelitian bidang
antropologi budaya. Selain itu, disebut metode kualitatif karena data yang
terkumpul dan analisnya lebih bersifat kualitatif.57
Untuk Jenis penelitian, dalam penelitian ini digunakan
pendekatan kualitatif fenomenologis, Creswell mengemukakan bahwa
penelitian kualitatif fenomenologis digunakan untuk mengambarkan
pengalaman yang dialami oleh beberapa invididu dari sebuah konsep atau
fenomena. Fokus dari penelitian fenomenologis adalah menggambarkan
apa yang dialami oleh semua oramg dalam sebuah kelompok sebagaimana
mereka alami sebagai sebuah fenomena58.
Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini akan membahas suatu
gambaran yang lengkap dan mendalam tentang manajemen pengembangan
kurikulum kurikulum di M.A Bahrul Ulum Silo Jember.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, dimana peneliti
diharuskan terjun ke lapangan penelitian dan berperan serta didalamnya.
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil lokasi penelitian di Madrasah

55
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan ( Kuantitatif, Kualitatif dan R&D).... , 13 -14
56
Sugiyono...., 15
57
Dadang Kuswana, Metode Penelitian Sosial,(Bandung : Pustaka Setia,2011),43
58
John W Creswell,”Qualitative Inquiry& Research Design : Choosing Among Five Approaches
(Second Edition)”,(California: Sage Publications,2007),57

38
Aliyah Bahrul Ulum yang terletak di Desa Glagahwero Kecamatan Silo
Kabupaten Jember.
3. Kehadiran Peneliti
Untuk memperoleh data sebanyak mungkin , detail dan juga
orisinalitas maka selama penelitian di lapangan , peneliti sendiri atau
dengan bantuan orang lain merupakan alat atau instrumen pengumpul data
utama. Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus
pengumpul data karena dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya
adalah manusia. Peneliti Kualitatif sebagai human instrument berfungsi
menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data,
melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data,
menafsir data dan membuat kesimpulan59
Dalam rangka mendukung pengumpulan data dari sumber yang
ada di lapangan, peneliti juga memanfaatkan buku tulis, paper dan alat
tulis seperti pensil dan ballpoint sebagai alat pencatat data. Kehadiran
peneliti di lapangan dapat menunjang keabsahan data sehingga data yang
diperoleh memiliki orisanalitas tinggi, maka dari itu peneliti hadir untuk
mengadakan observasi langsung ke lokasi penelitian dengan intensitas
yang cukup tinggi.
4. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah informan dan hal-hal lain yang menjadi
sumber penelitian. Dalam memperoleh informan peneliti harus hati-hati,
tidak langsung menunjuk satu orang yang dianggap memahami
permasalahan tetapi mata dan telinga dibuka lebar-lebar sehingga
menemukan orang yang memang paling tahu tentang variabel yang diteliti.
Adapun informan dalam penelitian ini adalah:
1. Kepala Madrasah
2. Wakil Kepala Madrasah Bid. Kurikulum
3. Guru
4. Pegawai/Staf TU

59
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan ( Kuantitatif, Kualitatif dan R&D)...., 306

39
5. Siswa
6. Komite Madrasah
7. Orang Tua Siswa
Adapun informan dalam penelitian ini dipilih menggunakan
teknik sampling, yaitu purposive sampling. Teknik sampling ini dipilih
karena hanya orang – orang tertentu yang memahami dan mengerti tentang
tema penelitian ini.
Untuk kepentingan penelitian dengan purposive sampling
semacam ini, ditentukan sample sebagai subyek penelitian yaitu: (1).
Pengurus Pesantren/Yayasan ,(2) Kepala Sekolah,; (3). Wakil Kepala
Sekolah/ Madrasah ,(4) Guru; (5). Pegawai/staf TU; (6) Siswa/ Santri ,
yang dianggap terlibat langsung pada pengembangan kurikulum di
Madrasah Aliyah Bahrul Ulum Kecamatan Silo Kabupaten Jember Tahun
Pelajaran 2017/2018. Sebagai kelengkapan digunakan sumber-sumber dari
kepustakaan dan dokumentasi.
5. Sumber Data Penelitian
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber
data primer dan sekunder. Yang merupakan data primer dalam penelitian
ini adalah dokumen Kurikulum , Kepala Madrasah, Wakil Kepala Sekolah
bidang kurikulum, Guru, Staff administrasi dan semua pihak yang
dianggap memahami terkait dengan obyek penelitian yang berada di
Madrasah Aliyah Bahrul Ulum Kecamatan Silo Kabupaten Jember.
Sedangkan data sekunder meliputi dokumentasi baik berupa
catatan – catatan, agenda rapat, draf kurikulum maupun aktifitas serta
perilaku – perilaku yang dapat diamati dari lokasi penelitian.
6. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan dalam
penelitian untuk mengumpulkan data, menghimpun data, dan memperoleh
data yang valid terkait dengan fokus penelitian antara lain prinsip –
prinsip, proses pengembangan dan strategi pengembangan kurikulum di
MA. Bahrul Ulum Kalisat. Sebelum pengumpulan data, terlebih dahulu

40
diadakan ujicoba/latihan, agar diperoleh data yang sesuai dengan harapan.
Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan antara
lain: metode observasi, metode interview dan metode dokumentasi.
a. Metode Observasi
Metode observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para
ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia
kenyataan yang diperoleh melalui observasi60 Observasi dilakukan untuk
memperoleh informasi tentang kelakuan manusia seperti yang terjadi
dalam kenyataan.61
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi
partisipatif, atau jika meminjam istilah Susan Stainback , peneliti
mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang diucapkan,
dan berpartisipasi dalam aktifitas mereka62. Metode observasi juga
dilakukan guna mengecek – silang (crosschesk) data hasil metode
wawancara63

Data yang diperoleh dari metode ini adalah:


1) Letak geografis tempat penelitian: di Madrasah Aliyah Bahrul Ulum
Kecamatan Silo Kabupaten Jember.
2) Kondisi tempat penelitian: keadaan sarana prasarana, keadaan siswa,
keadaan lingkungan belajar dan lain-lain yang ada di Madrasah
Aliyah Bahrul Ulum Kecamatan Silo Kabupaten Jember Tahun
Pelajaran 2017/2018
b. Metode Interview
Interview (wawancara) merupakan suatu proses interaksi dan
komunikasi. Dalam proses ini, hasil wawancara ditentukan oleh beberapa
faktor yang berinteraksi dan mempengaruhi arus informasi. Sugiyono

60
Sugiyono....300
61
Moh. Soehandha, Metode Penelitian Sosial Kualitatif Untuk Studi Agama,(Yogyakarya: SUKA
Press,2012),121
62
Sugiyono....311
63
Moh. Soehandha....,,121

41
mengklasifikasikan interview menjadi beberapa jenis, antara lain interview
terstruktur, Interview Semi-terstruktur dan Interview Tak-terstruktur 64.
Dalam penelitian ini, digunakan jenis interview tidak terstrukur
yang bertujuan untuk menggali informasi secara mendalam, karena
pengumpulan data yang dilakukan peneliti berupa pertanyaan yang
jawabannya belum disiapkan, dalam hal ini peneliti belum mengetahui
dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Data yang
diperoleh dari metode ini adalah:
1) Profil Madrasah Aliyah Bahrul Ulum Kecamatan Silo Kabupaten
Jember Tahun Pelajaran 2017/2018.
2) Peran stakeholders (pemangku kepentingan) kurikulum di Madrasah
Aliyah Bahrul Ulum Kecamatan Silo Kabupaten Jember Tahun
Pelajaran 2017/2018.
3) Struktur kurikulum di Madrasah Aliyah Bahrul Ulum Kecamatan Silo
Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2017/2018.
4) Proses pengembangan kurikulum di Madrasah Aliyah Bahrul Ulum
Kecamatan Silo Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2017/ 2018.
c. Metode Dokumentasi
Tidak kalah penting dengan metode lain adalah metode
dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan,
transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan
sebagainya65. Dengan demikian metode dokumentasi adalah untuk
mempelajari data-data yang sudah didokumentasikan, seperti buku-buku,
arsip, atau dokumen-dokumen yang diperlukan dalam mengumpulkan
data, di Madrasah Aliyah Bahrul Ulum Kecamatan Silo Kabupaten Jember
Tahun Pelajaran 2017/2018.
7. Analisis Data
Dalam penelitian ini, digunakan analisis data “ model interaktif
“ Miles and Hubermann. Model interaktif adalah model dimana data dapat

64
Sugiyono,....319
65
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik...., 27

42
dikomunikasikan antara satu bagian data dengan bagian data yang lain
yang bersifat interaktif. Analisis data ini terdiri dari Collection data,
Reduction data, data display dan conclution drawing/ verivication66.
a. Pengumpulan Data ( Data Collection)
Pengumpulan data merupakan proses untuk mengumpulkan
semua data terkait dengan fokus penelitian menggunakan tehnik
pengumpulan data berupa observasi, interview maupun dokumentasi. Data
dikumpulkan sebanyak mungkin agar diperoleh gambaran komprehensif
dari penelitian yang dilakukan.
b. Reduksi Data (data reduction)
Reduksi data merupakan upaya peneliti untuk memilih,
memfokuskan dan mentransformasikan data berserakan dari catatan
lapangan. Reduksi data sebagai bagian dari kegiatan analisis, maka peneliti
melakukan analisis sekaligus memilah dan memilih mana data yang
dikode, mana data yang diperlukan dan mana data yang dibuang. Itulah
sebabnya, reduksi data merupakan kegiatan menggolongkan,
mengarahkan, meringkas, mengkategorikan, mengkode, menemukan tema,
membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data hingga dapat
mengambil kesimpulan. Proses reduksi berlangsung selama penelitian di
lapangan sampai laporan selesai.
Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang
memerlukan kecerdasan dan keluasan serta kedalaman wawasan yang
tinggi. Bagi peneliti yang masih baru, dalam melakukan reduksi data dapat
mendiskusikan pada teman atau orang lain yang dipandang ahli. 67 Melalui
diskusi, wawasan peneliti akan berkembang sehingga dapat mereduksi
data – data yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang
signifikan.
c. Penyajian Data (Data Display)

66
Mathew B. Miles dan A Michael Hubermann,”Qualitaive Data Analysis : An Expanded
Sourceebook (second Edition), (California: Sage Publication, 1994), 9
67
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan ( Kuantitatif, Kualitatif dan R&D...., 339

43
Penyajian data merupakan upaya peneliti untuk menyajikan data
sebagai suatu informasi yang memungkinkan untuk mengambil
kesimpulan. Disini peneliti berupaya membangun teks naratif sebagai
suatu informasi yang terseleksi, simultan dan sistematis dalam bentuk
(gestalt) yang kuat sehingga data yang diperoleh dapat menjelaskan atau
menjawab masalah yang diteliti
Penyajian data masing –masing kasus didasarkan pada fokus
penelitian yang mengarah pada pengambilan kesimpulan sementara yang
menjadi temuan penelitian. Disamping penyajian data melaui teks naratif,
juga digunakan matrik atau bagan yang dapat memudahkan peneliti
membangun hubungan teks yang ada , sehingga tersusun secara sistematis
dalam bentuk padat dan mudah difahami, yang pada gilirannya akan
memudahkan pula dalam penarikan kesimpulan dari data yang ditemukan.
d. Penarikan Kesimpulan (conclution drawing/ verification).
Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan kegiatan
lanjutan dari reduksi data dan penyajian data, dimana peneliti mencari
makna secara holistik dari berbagai proposisi yang ditemukan mengenai
fokus penelitian.. Dalam konteks ini,makna holistik sebagai suatu
kesimpulan masih memerlukan verifikasi ulang pada catatan lapangan atau
diskusi dengan teman sejawat. Dengan kata lain, kesimpulan yang dibuat
masih ada pelung untuk menerima masukan. Penarikan kesimpulan
sementara masih diuji kembali dengan data lapangan, dengan cara
merefleksi kembali. Disamping itu , peneliti dapat bertukar fikiran dengan
teman sejawat, atau dengan cara triangulasi sehingga kebenaran ilmiah
dapat mendekati kesempurnaan.
Berikut adalah “ model interaktif “ yang digambarkan oleh
Miles dan Huberman.
Gambar.4. Model Interaktif Miles and Huberman

44
Sumber : Mathew B. Miles dan A Michael Hubermann,”Qualitaive Data Analysis : An
Expanded Sourceebook (second Edition)
8. Keabsahan Data
Untuk memastikan keabsahan data dalam penelitian kualitatif,
Sugiyono memberikan penjelasan bahwa terdapat 4 (empat) alat uji
meliputi uji credibility (validitas interbal), transfebility (validitas internal),
dependability (raelibilitas), dan comfirmability (obyektifitas).68
a. Credibility (Validitas interbal)
Dalam melakukan penelitian kualitatif yang notabene naturalisti,
instrumen kunci penelitian adalah peneliti sendiri. Karena itu, untuk
menghindari kemungkinan terjadinya kecenderungan purbasangka (bias)
diperlukan adanya pengujian keabsahan data ( credibility)
Kredibilitas data adalah upaya peneliti untuk menjamin
kesahihan atau keabsahan data dengan mengkomfirmasikan antara data
yang diperoleh dengan objek penelitian, tujuannya adalah untuk
membuktikan bahwa apa yang diamati peneliti sesuai dengan apa yang
sesungguhnya ada dan sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi pada
objek kajian.
Adapun untuk melakukan uji kredibilitas setidaknya terdapat 7
(tujuh) teknik yaitu meliputi : 1) perpanjangan keikutsertaan, 2) Ketekunan
pengamatan, 3) triangguilasi (sumber, data, metode, situasi,dll), 4)
Pengecekan sejawat (member check), 5) kecukupan referensi, 6) kajian
kasus negatif, dan 7) pengecekan semua anggota.
Perpanjangan keikutsertaan peneliti pada latar penelitian akan
dapat meningkatkan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan., hal
tersebut karena penelitian kualitatif beroreintasi pada situasi.
Dalam perpanjangan pengamatan untuk menguji kredibilitas
data penelitian, sebaiknya difokuskan pada pengujian terhadap data yang

68
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan ( Kuantitatif, Kualitatif dan R&D...., 366

45
telah diperoleh, apakah data yang diperoleh itu setelah dicek kembali ke
lapangan benar atau tidak, berubah atau tidak,. Bila telah dicek kembali ke
lapangan data sudah benar berarti kridibel.69
Adapun ketekunan berarti melakukan pengamatan secara cermat
dan berkesianmbungan. Dengan caara tersebut maka kepastian data dan
urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.dengan
meningkatkan ketekunan itu, maka peneliti dapat melakuakn pengecekan
kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak. Dengan
demikian meningkatkan ketekunan, maka peneliti dapat memberikan
deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.70
Sedangkan trianggulasi, menurut Sugiyono adalah pengujian
kredibilitas ini diartikan sebagai penegcekan data dari berbagai sumber
dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Trianggulasi dalam penelitian
ini diklasifikasikan menjadi 5 (lima) macam yakni trianggulasi
sumber/data, trianggulasi metode, trianggulasi penyidik, trianggulasi teori,
dan trianggulasi situasi.
Sementara pemeriksaan anggota (member check), dilakukan
melalui individu atau diskusi. Member check adalah proses pengecekan
data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuannya adalah untuk
mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang
diberikan oleh pemberi data71. Apabila data yang diperoleh telah disepakati
oleh pemberi data berarti data – data yang ada dianggap valid dan kredibel.
Adapun caranya dapat dilakukan individual dengan cara peneliti datang ke
pemberi data atau melalui forum diskusi kelompok. Dalam diskusi
tersebut, bisa diungkapkan adanya kemungkinan data yang perlu ditambah,
dikurangi atau mungkin ditolak oleh pemberi data. Setelah data disepakati,
maka pemberi data diminta untuk menandatangani agar diperoleh
keotentikan data.

69
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan ( Kuantitatif, Kualitatif dan R&D...., 370
70
Sugiyono....,371
71
Sugiyono....,375

46
Kemudian yang dimaksud kecukupan referensi disini adalah
kelengkapan data pendukung untuk membuktikan data yang telah
ditemukan oleh peneliti. Sebagai contoh, data hasil wawancara perlu
didukung oleh adanya rekaman wawancara. 72 Dengan kata lain, seluruh
data yang digunakan harus dipastikan original dan bisa digunakan sebagai
patokan dalam menganalisis dan menguji data.
b. Transferability ( Validitas Internal )
Agar hasil penelitian yang didapatkan bisa diaplikasikan oleh
pemakai penelitian, maka penelitian ini memperoleh tingkat yang tinggi
bila para pembaca laporan memperoleh gambaran dan pemahaman yang
jelas tentang konteks dan fokus penelitian.
Salah satu tujuan penelitian ialah untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat luas.
Karena itu, ketika temuan penelitian berupa pola atau kaidah sudah
diperoleh , tugas peneliti sebenarnya belum berakhir, masih ada tugas lain
yaitu melaporkan atau mempublikasikan hasil penelitiannya untuk
kepentingan umum dalam bentuk laporan penelitian.
c. Depandabilitiy (Realibilitas)
Dalam penelitian kualitatif, Sugiyono berpendapat bahwa uji
dependability dilakukan dengan melakukan audit secara menyeluruh
terhadap semua proses penelitian untuk menghindari penelitian yang tidak
realible.73 Caranya bisa dilakukan oleh auditor yang independen atau
pembimbing untuk mengaudit secara keseluruhan aktifitas penelitian mulai
dari peneliti menetukan fokus penelitian, memasuki lapangan, menentukan
sumber, melakukan analisis data, melakukan uji keabsahan data sampai
membuat keseimpulan harus dapat ditunjukkan oleh peneliti.
d. Confirmability (objektiftas)
Objektifitas (Confirmability) dalam penelitian ini dilakukan
secara bersama dengan depandabilitas, perbedaannya terletak pada

72
Sugiyono....,375
73
Sugiyono....,377

47
orientasi penilaianya. Konfirmabilitas digunakan untuk menilai hasil
penelitian, terutama terkait dengan deskripsi temuan penelitian dan diskusi
hasil penelitian. Sedangkan depandibilitas, digunakan untuk menilai proses
penelitian mulai pengumpulan data sampai berbentuk laporan yang
terstruktur dengan baik. Dengan adanya depandibilitas dan konfimabilitas
ini, diharapkan hasil penelitian dapat memenuhi standar penelitian yang
baik.
9. Tahapan – tahapan Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian, peneliti akan melalui tahapan-
tahapan sebagaimana yang ditetapkan sebagai berikut:

a) Tahap Pra-lapangan, dalam hal ini peneliti menyiapkan berbagai


keperluan sebelum terjun ke lapangan, termasuk kesiapan etika dan
mental dan administrasi sebelum penelitian(termasuk perijinan) baik
dari Pascasarjana IAIN Jember maupun dari Madrasah Aliyah Bahrul
Ulum Kecamatan Silo Kabupaten Jember.
b) Tahap pekerjaan lapangan, meliputi (1). memahami latar penelitian;
(2).memasuki lapangan; dan (3).mengumpulkan data terkait dengan
Madrasah Aliyah Bahrul Ulum Kecamatan Silo Kabupaten Jember.
c) Tahap Analisa data hasil penelitian, dalam hal ini setelah semua data
terkumpul, peneliti menganalisa keseluruhan data dan kemudian
dideskripsikan dalam laporan.
10. Sistematika Penulisan
Dalam sitematika penulisan ini akan dijelaskan kerangka
pemikiran yang akan digunakan dalam penyusunan proposal tesis ini,
agar lebih mudah dalam pembahasanya. Untuk sistematika
penulisannya adalah sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan, pada bab ini peneliti berisi tentang
konteks penelitian, fokus penelitian, manfaat penelitian dan definisi
istilah.
Bab II : Kajian Pustaka, pada bab ini berisi tentang kajian
pustaka, yang meliputi; hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh

48
peneliti lain yang permasalahannya ada kesamaan dengan penelitian
ini, tinjauan pustaka tentang pengertian dan teori, meliputi
manajemen pengembangan kurikulum KTSP di madrasah.
Bab III : Metode Penelitian, dalam bab ini peneliti
mengemukakan tentang metode dan prosedur penelitian merupakan
hasil penelitian yang meliputi; (1) Pendekatan dan Jenis Penelitian; (2)
Lokasi Penelitian; (3) Subyek Penelitian; (5) Sumber Data (6) Teknik
Pengumpulan Data; (7) Analisa Data; (8) Keabsahan Data; dan (9)
Tahap-tahap.

Bab IV : paparan data dan analisis, dalam bab ini peneliti


mengemukakan hasil penelitian yang mencakup tentang paparan data
dan analisis data serta temuan penelitian.
BAB V : Pembahasan, dalam bab ini, peneliti akan
mendeskripsikan hasil temuan tentang manajemen pengembangan
kurikulum madrasah di Madrasah Aliyah Bahrul Ulum Kecamatan
Silo Kabupaten Jember Tahun Pelajarn 2017/2018.
Bab VI : Penutup, dalam bab ini dijelaskan tentang
kesimpulan , implikasi dan tindak lanjut penelitian serta saran –saran
atau rekomendasi.

49
DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zaenal.2015. Manajemen Lembaga Pendidikan Islam. Bandung: Satu Nusa.

Arikunto, Suharsimi dan Lia, Yuliana. 2008. Manajemen Pendidikan.


Yogyakarta: Aditya Media

Azra, Azzumardy. 2014.Pendidikan Islam: Tradisi dan Modenisasi Ditengah Tantangan


Millenium Ke III.Jakarta: Kencana.

Beauchamp, George.A. A Hard Look At Curriculum (Jurnal “ Educational


Leadership ASCD) Ed.Februari 1978.

Buhungo, Ruwiah Abdullah. Implementasi Dan Pengembangan Kurikulum 2013


Pada Madrasah Aliyah ( Jurnal Tadbir Vol. 3 No.1 Februari 2015),

Carpenter, Mason. Bauer, Talya and Erdogan, Berrin,2012.Management


Principles.Chicago: Creative Common.

Cebtral, Clifton F.1978. The Undergraduate Curriculum : A Guide To Innovation


And Reform.Colorado, Boulder, Westive Bless

50
Hamalik, Oemar.2012. Manajemen Pengembangan Kurikulum.Bandung: Remaja
Rosdakarya

2011. Dasar – dasar Pengembangan Kurikulum . Bandung:


Remaja Rosdakarya

2012. Kurikulum dan Pembelajaran .Jakarta : Bumi Aksara

Hamid, Hamdani.2012.Pengembangan Kurikulum.Bandung: Pustaka Setia.

Hanafi, Mamduh, 200?. Konsep Dasar dan Perkembangan Teori Manajemen


.tk.tp.

Hilmy, Masdar. 2016. Pendidikan Islam dan Tradisi Ilmiah.Malang: Intrans


Publising.

Jasuri, Implementasi Total Quality Management Pada Kelas Internasional dan


Akselerasi MTs. PPMI as - Salaam Surakarta (Jurnal Tadbir Vol.2 No.1
Februari 2014)

Janesick, Valerie J. . 2003. Curriculum Trends: A Reference Handbook .


California : ABC-CLIO, Inc.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.2012. Kurikulum 2013 Jakarta : tp.

Kuswana, Dadang .2011.Metode Penelitian Sosial. Bandung : Pustaka Setia

Manab, Abdul.2016.Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran Di Madrasah.


Yogyakarta: Kalimedia.

McNeil, John D.2003. Curriculum: The Teacher’s Initiative (3rd Edition).Ohio:


Pearson Education, Inc.

Miles ,Matthew B. , Huberman A. Michael.1994. Qualitative Data Analysis: An


Expanded Sourcebook (Second Edition).New York : Sage Publication.

Michael F.D.Young.1998. The Curriculum of the Future: From the ‘New


Sociology of Education’ to a Critical Theory of Learning. London:
Taylor & Francis Inc

Ragan, William B. 1960. Modern Elementary Curriculum (Revised Edition).USA:


Rinehart and Winston. Inc.

Ross, Alistair. 2008. Curriculum: Construction and Critque.London : Falmer


Press.

51
.Sallis, Edward D.1993. Total Quality Manajemen in Educatio.London: Kogan
Page.

Slattery, Patrick, 2006. Curriculum Development in Post Modern Era (Second


Edition).New York : Routledge

Soehandha, Moh.2012. Metode Penelitian Sosial Kualitatif Untuk Studi


Agama.Yogyakarya: SUKA Press.

Sugiyono,2012. Metode Penelitian Pendidikan ( Kuantitatif, Kualitatif dan R&D).


Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih.2010. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek.


Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Sulistiyorini.2009. Manajemen Pendidikan Islam: Konsep, strategi dan


Aplikasi.Yogyakarta: Teras.

Terry, George. R. 2003..Prinsip-Prinsip Manajemen, (terj. J. Smith. D. F. M).


Jakarta: Bina Aksara

Human Development Report 2016, Briefing note for countries on the 2016 .
United Nation Development Programme (UNDP)

52

Anda mungkin juga menyukai