Anda di halaman 1dari 47

A.

Judul Penelitian

Strategi Aqidah Ahlaq dalam Peningkatan Kemampuan Berkomunikasi


pada Proses Pembelajaran di MTs 01 Tanggul Jember
B. Konteks Penelitian
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran efektif serta peserta didik aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Di
dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, method, or series
of activities, designed to acheves a particular educational goal menurut J.R.
David yang dikutip dalam buku Wina Sanjaya.1 Menurut Kemp yang dikutip
dalam buku Abdul Majid , strategi adalah suatu kegiatan pembelajaran yang
harus dikerjakan Guru dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat
dicapai secara efektif dan efisien.2
Untuk mencapai hal tersebut di dalam sebuah pembelajaran maka
diperlukan strategi pembelajaran, pada intinya strategi adalah kegiatan yang
terencana secara sistematis yang ditujukan untuk menggerakkan peserta didik
agar mau melakukan kegiatan belajar dengan kemauan dan kemampuannya
sendiri. Agar kegiatan pembelajaran tersebut berjalan dengan lancar, maka
seorang guru harus menetapkan hal-hal yang berkaitan tujuan yang diarahkan
pada perubahan tingkah laku, pendekatan yang demokratis, terbuka, adil dan
menyenangkan, metode yang dapat menumbuhkan minat, bakat, inisiatif,
kreativitas, imajinasi dan inovasi, serta tolak keberhasilan yang ingin dicapai.
Semua komponen yang terkait dengan strategi pembelajaran ini harus
direncanakan dengan baik dan matang, yang dibangun berdasarkan teori dan
konsep tertentu.

1
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standart Proses Pendidikan (Jakarta:
Kencana, 2009), 126.
2
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2012), cet.1, 129.

1
Sebagai bagian dari Pendidikan Nasional, Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti juga berfungsi membentuk manusia Indonesia yang
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dan mampu
menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan antar umat beragama.3
Pendidikan seharusnya dapat menghantarkan siswa dalam menghadapi
globalisasi dan kemajuan dalam teknologi informasi dan komunikasi. Para
siswa harus dapat memiliki kemampuan beromunikasi yang memadai serta
memerlukan keterampilan berfikir kreatif dan inovatif. Hal tersebut tidak
terlepas dari peran seorang guru. Maka dari itu guru haruslah meningkatkan
kemampuan komunikasi pada proses pembelajaran. Guru khusunya
pendidikan agama Islam juga terpaku pada garis-garis besar pada program
pengajaran, guru pendidikan agama Islam dan budi pekerti bernuansa guru
spiritual atau moral, diimbangi nuansa intelektual dan profesional harus bisa
peningkatan kemampuannya dalam berkomunikasi pada proses pembelajaran.
Istilah komunikasi yang kita kenal saat ini adalah dari revisi
kurikulum 2013 pada Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran , refleksi
Permendikbud No. 22 Tahun 2016, ada hal baru yang baru yang menjadi
kebijakan Kemendikbud yaitu Literasi, Penguatan Pendidikan Karakter, 4C
yang dimaksud dengan  4C  adalah Communication, Collaboration, Critical
Thinking and Problem Solving, dan Creativity and Innovation dan HOTS
(Higher Order of Thinking Skill).4 Dengan dikeluarkannya kebijakan tersebut
diharapkan bisa menyempurnakan kurikulum yang ada, dengan harapan
terncapainya tujuan dari pendidikan. Begitupun dengan pendidikan yang juga
perlu diwaspadai, bagaimanapun, dan pemantauan terus menerus menjadi
akhir yang mempertahankan perubahan dan tidak dapat dilakukan sendiri.
Perubahan tertentu harus dianggap sebagai sarana yang pada akhirnya dapat
berubah.5

3
Lembaran Negara Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah republik Indonesia Nomor
55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan, (Jakarta:Kemenkumham.RI,
2007), 2.
4
Lembaran Negara Republik Indonesia, Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun
2016 tentang refleksi kurikulum 2013.
5
Daniel, The Challenges of Educational Change, (Australia : Libraries Australia, 2004), 60.

2
Menurut Robbins, komunikasi merupakan penyampaian informasi
yang akurat dan pemahaman atas informasi yang disampaikan oleh
komunikator kepada komunikan. Komunikasi adalah usaha praktek dalam
mempersatukan pendapat-pendapat, ide-ide, persamaan, pengertian dan
persatuan kelompok.6 Apabila dikaitkan pada proses pembelajaran
pembelajaran, maka komunikasi adalah penyampaian materi (pesan) yang
dilakukan oleh pendidik (komunikator) kepada peserta didik (komunikan).
Proses komunikasi harus diciptakan dan diwujudkan melalui penyampaian
pesan, tukar menukar pesan atau informasi dari setiap pengajar kepada
pembelajar atau sebaliknya. Proses pembelajaran antara pendidik dan peserta
didik adalah proses komunikasi.7 Sebagaimana di dalam al-qur’an
komunikasi dikenal dengan al-qawl, sebagaimana di jelaskan dalam QS. At-
Thaha : 44 :
        
Artinya : Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang
lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut".8
Ayat diatas menjelaskan bahwasanya, perkataan atau komunikasi yang lemah
lembut itu memiliki kelebihan diantaranya akan menjadikan seseorang
terbuka hatinya untuk mengikuti hal-hal baik, dan hal tersebut sangat efektif
dalam menumbuhkan karakter yang baik di dalam diri peserta didik.
Perkataan yang lemah lembut, merupakan pola komunikasi yang diajarkan
dalam al-qur’an kepada manusia. Maka daripada itu, guru terutama guru
pendidikan agama Islam yang bernuansa guru spiritual atau moral, diimbangi
nuansa intelektual dan profesional harus bisa meningkatkan kemampuannya
dalam berkomunikasi pada proses pembelajaran.
Hasil studi pendahuluan melalui observasi dan wawancara yang
dilakukan oleh peneliti diMTs Tanggul 01 Jember, peneliti melihat
bahwasanya ada sebagian guru khususnya guru pendidikan agama Islam dan
budi pekerti masih mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan peserta
6
Stephen Robbins, Organizational Behavior Edisi 16, terj. Ratna Saraswati (Jakarta : Salemba
Empat, 2015), 215.
7
Hujair, Media Pembelajaran Interaktif-Inovatif (Yogyakarta : Kaukaba Dipantara, 2015), 11.
8
Ahmad Hatta, Tafsir Qur’an (Jakarta : Magfirah Pustaka, 2011), 314.

3
didik, dan itu bisa saja dari penggunaan strategi yang guru gunakan kurang
tepat, kemudian guru pendidikan agama Islam dan budi pekerti kurang
menguasai dalam memanfaatkan media yang ada sebagai alat bantu dalam
menyampaikan materi pelajaran padahal media seperti laptop, proyektor
sudah tersedia.9 Sebenarnya penggunaan strategi yang tepat serta
pemanfaatan media juga dapat mempermudah guru pendidikan agama Islam
dan budi pekerti dalam berkomunikasi dengan peserta didik. Menciptakan
komunikasi yang baik antara guru dengan siswa bukanlah suatu hal yang
mudah, diperlukan strategi yang tepat dalam menciptaknnya. Dan lembaga di
MTs 01 Tanggul Jenber sudah menerapkan kurikulum 2013 semenjak tahun
2017.10 Untuk menunjang agar penerapan kurikulum 2013 berjalan dengan
maksimal, guru terutama guru PAI dan Budi Pekerti perlu adanya
peningkatkan kemampuan berkomunikasi pada proses pembelajarn.
Melihat fakta-fakta di tersebut, penelitian ini berusaha memberikan
kontribusi pengetahuan dengan mengeksplorasi strategi guru pendidikan
agama Islam dan budi pekerti dalam peningkatan kemampuan berkomunikasi,
maka peneliti tertarik untuk meneliti “Strategi Guru Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti dalam Peningkatan Kemampuan Berkomunikasi pada
Proses Pembelajaran di MTs Tanggul 01 Jember”.

C. Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian di atas ini, maka dapat dikemukakan beberapa
Fokus penelitian, antara lain :
1. Bagaimana strategi guru pendidikan agama Islam dan budi
pekerti dalam peningkatan kemampuan berkomunikasi dengan
pola satu arah pada proses pembelajaran di MTs Tanggul 01
Jember?
2. Bagaimana strategi guru pendidikan agama Islam dan budi
pekerti dalam peningkatan kemampuan berkomunikasi dengan

9
Yusri, wawancara, Curah Kendal Sukamakmur, Ajung, 21 Januari 2018.
10
Sulaiha, wawancara, Curah Kendal Sukamakmur, Ajung, 10 Februari 2018.

4
pola dua arah pada proses pembelajaran di MTs Tanggul 01
Jember?
3. Bagaimana strategi guru pendidikan agama Islam dan budi
pekerti dalam peningkatan kemampuan berkomunikasi dengan
pola multi arah pada proses pembelajaran di MTs Tanggul 01
Jember?

D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan fokus masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah:
1. Untuk mendeskripsikan strategi guru pendidikan agama Islam dan
budi pekerti dalam peningkatan kemampuan berkomunikasi dengan
pola satu arah pada pada proses pembelajaran di MTs Tanggul 01
Jember
2. untuk mendeskripsikan strategi guru pendidikan agama Islam dan
budi pekerti dalam peningkatan kemampuan berkomunikasi dengan
pola dua arah pada pada proses pembelajaran di MTs Tanggul 01
Jember
3. Untuk mendeskripsikan strategi guru pendidikan agama Islam dan
budi pekerti dalam peningkatan kemampuan berkomunikasi dengan
pola multi arah pada pada proses pembelajaran di MTs Tanggul 01
Jember
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
1. Secara teoritis
1. Dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan pola satu arah
pada proses pembelajaran.
2. Dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan pola dua
arah pada proses pembelajaran.
3. Dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan pola multi
arah pada proses pembelajaran.

5
2. Secara praktis
a) Bagi peneliti
1. Menambah pengetahuan dan wawasan tentang penulisan karya
tulis ilmiah.
2. Menambah pengalaman untuk mengadakan penelitian lebih
lanjut.
3. Menambah pengalaman dalam menerapkan pembelajaran yang
aktif dan efektif.
b) Bagi lembaga Institut Agama Islam Negeri Jember
Penelitian ini diharapkan menjadi tambahan referensi di
IAIN Jember dan bagi mahasiswa yang ingin mengembangkan
kajian peneltiannya tentang pola berkomunikasi.
c) Bag MTs 01 Tanggul Jenber
1. Agar dapat terus meningkatkan kualitas dalam pembelajaran.
2. Agar guru mengetahui tetang kemampuan berkomunikasi pada
proses pembelajaran secara mendalam.
3. Agar siswa lebih termotivasi untuk terus belajar.

F. Definisi Istilah
Sebuah karya ilmiah sangat perlu untuk mendefinisikan istilah-istilah
yang menjadi hal yang penting dalam judul penelitian, hal ini untuk
menghindari presepsi yang menyimpang dari tujuan penulisan sebuh karya
ilmiah, adapun yang dapat di definisikan dalam karya ini adalah:
1. Strategi Guru PAI dan Budi Pekerti
Strategi Guru PAI dan Budi Pekerti ialah kegiatan yang terencana yang
dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam dan budi pekerti secara
sistematis ditujukan untuk menggerakkan peserta didik agar mau
melakukan kegiatan belajar dengan kemauan dan kemampuannya sendiri
Agar kegiatan pembelajaran tersebut berjalan dengan lancar, maka
seorang guru harus menetapkan hal-hal yang berkaitan tujuan yang
diarahkan pada perubahan tingkah laku, pendekatan yang demokratis,

6
terbuka, adil dan menyenangkan, metode yang dapat menumbuhkan
minat, bakat, inisiatif, kreativitas, imajinasi dan inovasi, serta tolak
keberhasilan yang ingin dicapai serta bantuan kepada peserta didik dalam
mengembangkan kedewasaanya baik dalam ranah kognitif, afektif
maupun psikomotorik sesuai dengan ajaran agama Islam dan budi pekerti
yaitu menaati Allah Swt dan Rasul Nya serta menjauhi apa-apa yang
dilarang oleh agamanya.
2. Berkomunikasi
Komunikasi ialah proses interaksi dua arah yang mengandung
tindakan atau perbuatan komunikator (orang yang menyampaikan pesan
atau informasi) maupun komunikan (orang yang menerima pesan atau
informasi)”.
3. Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran adalah segala upaya bersama antara guru dan
siswa untuk berbagi dan mengolah informasi, dengan harapan
pengetahuan yang diberikan bermanfaat dalam diri siswa dan menjadi
landasan belajar yang berkelanjutan, serta diharapkan adanya perubahan-
perubahan yang lebih baik untuk mencapai suatu peningkatan yang
positif yang ditandai dengan perubahan tingkah laku individu demi
terciptanya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. Sebuah
proses pembelajaran yang baik akan membentuk kemampuan intelektual,
berfikir kritis dan munculnya kreatifitas serta perubahan perilaku atau
pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu.
Jadi, yang dimaksud dengan judul “Strategi Guru Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti dalam Peningkatan Kemampuan
Berkomunikasi pada proses pembelajaran di SMP Plus Al-Ishlah Curah
Kendal” yaitu kegiatan terencana serta tersusun secara sistematis yang
dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan
kemampuan berkomunkasi pada proses pembelajaran di SMP Plus Al-
Ishlah Curah Kendal Ajung.

7
G. Kajian Pustaka
1. Penelitian Terdahulu.
Dalam pembahasan ini akan disinggung kajian terdahulu yang
telah ditulis oleh penulis sebelumnya, adapun data yang dapat dihimpun
oleh peneliti hanya berupa karya tesis, antara lain:
a. Afifah, S.Pd.I yang berjudul “Startegi Guru Pendidikan Agama Islam
dalam Menamkan Pendidikan Karakter Pada Siswa (studi kasus di
SDI Roudlatul Jannah Sidoarjo dan SDIT Ghilamni Surabaya) ” pada
tahun 2016 Malang. Pada Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan dan menganalisis secara kritis tentang nilai-nilai
karakter yang ditanamkan kepada siswa dan strategi guru PAI dalam
dalam menamkan pendidikan karakter pada siswa serta prose
internalisasi nilai-nilai karakter terjadi pada siswa . Metode penelitian
adalah metode kualitatif. Informan penelitian ini yaitu kepala sekolah,
guru PAI, dan siswa siswi SMP Dua Mei Ciputat. Metode
pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, observasi
berperanserta, dan dokumentasi. Analisis data melalui proses data
collection (pengumpulan data), data reduction (reduksi data), data
display (penyajian data), dan data verifying (kesimpulan). Keabsahan
data menggunakan teknik trianggulasi. 11
Dari hasil peneltian afifah, ini ada beberapa perbedaan dengan
penelitian yang akan dilakukan, yaitu , penelitian ini meneliti tentang
Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menanamkan Nilai-
Nilai Karakter pada Siswa, sedangkan penelitian yang akan dilakukan
merupakan penelitian tentang Strategi Guru Pendidikan Agama Islam
Dan Budi Pekerti Dalam Peningkatan Kemampuan Berkomunikasi
pada Proses Pembelajaran. Kemudian jenis penilitian yang digunakan
pada penelitian ini adalah multi kasus.12

11
Afifah, Startegi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menamkan Pendidikan Karakter
Pada Siswa (Malang : UIN Maulana Malik Ibrahim), 2016.
12

8
b. Hamzatee, S.Pd.I mahasiswa UIN Sunan Kalijaga dengan judul
“Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi
Umum”, Tahun 2016. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan,
dengan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data
menggunakan wawancara mendalam, observasi berperanserta, dan
dokumentasi. Analisis data melalui proses data collection
(pengumpulan data), data reduction (reduksi data), data display
(penyajian data), dan data verifying (kesimpulan). Keabsahan data
menggunakan teknik trianggulasi.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
Dari hasil penelitian Hamzatee ini ada beberapa perbedaan, yaitu
penelitian yang di lakukan Hamzatee, penelitian ini terfokus pada
strategi guru Pendidikan Agama Islam di perguruan tinggi umum.13

Untuk lebih memperjelas tentang persamaan dari perbedaan


antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan, dapat
digambarkan dalam tabel berikut ini:

Tabel 1.2

Persamaan dan Perbedaan Penelitian

No Judul dan Penulis Perbedaan Persamaan


1. Startegi Guru 1. Penelitian ini meneliti 1. Meneliti guru
Pendidikan Agama tentang strategi guru pendidikan
Islam dalam pendidikan agama agama Islam
Menamkan Islam dalam
Pendidikan menanamkan nilai- 2. Pendekatan
Karakter Pada nilai karakter pada penelitian
Siswa (studi kasus siswa menggunakan
di SDI Roudlatul 2. Lokasi penelitian kualitatif
Jannah Sidoarjo dilakukan di SDI diskriptif.
dan SDIT Roudlatul Jannah dan
Ghilamni SDIT Ghilamani

13
Hamzatee, Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum
(Malang : UIN Sunan Kalijaga, 2016).

9
Surabaya). Surabaya.
Afifah, 2016 3. Jenis penelitian sama-
sama menggunakan
multi situs
2. Strategi 1. Penelitian ini terfokus 1. Meneliti
Pembelajaran pada strategi strategi guru
Pendidikan Agama pengorganisasian isi, pendidikan
Islam di Perguruan penyampaian dan agama Islam
Tinggi Umum pengelolaan
(Hamzatee, 2016) pembelajaran PAI di 2. Jenis penelitian
perguruan tinggi sama-sama
umum. menggunakan
study kasus dan
pendekatan
menggunakan
kualitatif
diskriptif.

Adapun persamaan penelitian yang akan dilakukan ini


dibandingkan dengan penelitian yang telah disebutkan adalah sama-sama
menggunakan pendekatan kualitatif diskriptif.
Adapun perbedaan penelitian yang akan dilakukan ini
dibandingkan dengan penelitian yang telah disebutkan adalah penelitian
ini lebih memfokuskan pada strategi guru pendidikan agama Islam dan
budi pekerti dalam peningkatan kemampuan berkomunikasi pada proses
pembelajaran dan jenis penelitian yang akan dilakukan menggunakan studi
kasus.

2. Kajian Teori
A. Strategi Guru Strategi Aqidah Ahlaq
1. Pengertian Strategi
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang
memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung
untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut terdiri dari pendekatan

10
pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, teknik
pembelajaran, dan taktik pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan
pengertian istilah-istilah tersebut, sebagai berikut :
a. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau
sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk
pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya
masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat
dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach)
dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat
pada guru (teacher centered approach).
b. Strategi Pembelajaran
Setelah pemaparan mengenai pendekatan pembeajaran
selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran yang berarti
mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya,
dengan mengutip pemikiran J. R David dalam buku Nana Sudjana,
menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung
makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih
bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil
dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.
c. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah seluruh perencanaan dan prosedur
maupun langkah-langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan
cara penilaian yang akan dilaksanakan. Metode pembelajaran dapat
dianggap sebagai suatu prosedur atau proses yang teratur untuk

11
melakukan pembelajaran. Jadi metode pembelajaran ialah metode
guru yang digunakan saat pelajaran berlagsung.
Contoh metode pembelajaran konvensional antara lain yaitu
metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode
pemberian tugas dan berbagai variasinya.
d. Tekhnik Pembelajaran
Strategi pembelajaran erat hubungannya dengan teknik
pembelajaran. Tekhnik pembelajaran adalah implementasi dari
metode pembelajaran yang secara nyata berlangsung di dalam
kelas, tempat terjadinya proses pembelajaran. Hubungan antara
metode dengan tekhnik dapat diumpamakan sebagai hubungan
antara metode dan taktik. 14
Pada dasarnya dalam proses pembelajaran tidak akan terlepas
dari pendekatan pembelajaran, strategi, metode dan tekhnik, karena
karena ke empat istilah tersebut saling berkaitan. Dapat kita fahami
bahwa strategi dalam pembelajaran digunakan untuk memperoleh
kesuksesan atau keberhasilan seseorang untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Strategi bukanlah sembarangan langkah atau
tindakan, melainkan langkah dan tindakan yang telah dipikirkan dan
dipertimbangkan baik buruknya, dampak positif dan negatifnya
dengan matang, cermat, dan mendalam.15
Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis
besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang
telah ditentukan. dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa
diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru, anak didik dalam
perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang
telah digariskan.16 Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai
a plan, method, or series of activities, designed to acheves a
particular educational goal J.R. David yang dikutip dalam buku Nana
14
Suyono, Belajar dan Pembelajaran (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011), 20.
15
Abudin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran (Jakarta: Kencana, 2009), 207.
16
Ibid, 206.

12
Sudjana.17 Menurut Kemp yang dikutib di dalam buku Abdul Majid,
strategi adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan
Guru dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
efektif dan efisien.18
Dapat ditarik kesimpulana bahwasanya strategi pembelajaran
adalah kegiatan yang terencana secara sistematis yang ditujukan untuk
menggerakkan peserta didik agar mau melakukan kegiatan belajar
dengan kemauan dan kemampuannya sendiri. Agar kegiatan
pembelajaran tersebut berjalan dengan lancar, maka seorang guru
harus menetapkan hal-hal yang berkaitan tujuan yang diarahkan pada
perubahan tingkah laku, pendekatan yang demokratis, terbuka, adil
dan menyenangkan, metode yang dapat menumbuhkan minat, bakat,
inisiatif, kreativitas, imajinasi dan inovasi, serta tolok keberhasilan
yang ingin dicapai. Semua komponen yang terkait dengan strategi
pembelajaran ini harus direncanakan dengan baik dan matang, yang
dibangun berdasarkan teori dan konsep tertentu.

2. Guru Strategi Aqidah Ahlaq


a. Pengertian Guru
Kualitas pendidikan dipengaruhi oleh beberapa komponen
pendidikan, salah satunya yang paling dianggap berpengaruh dalam
proses pembelajaran adalah komponen guru. Hal ini memang wajar,
sebab guru merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung
dengan siswa sebagai subjek dan objek belajar.19
Dalam paradigma Jawa, guru berasal dari kata “gu” dan “ru”
yang berarti “digugu dan ditiru”. Dikatakan digugu (dipercaya) karena
guru memiliki seperangkat ilmu yang memadai, yang karenanya ia

17
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standart Proses Pendidikan (Jakarta:
Kencana, 2009), 126.
18
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2012), cet.1, 129.
19
M.Sobry, Reaktualisasi Strategi Pendidikan Islam: Ikhtiar Mengimbangi Pendidikan
Global, Jurnal Studi Keislaman, (Ulumuna IAIAN Mataram), 13.

13
memiliki wawasan dan pandangan yang luas dalam melihat kehidupan
ini. dikatakan ditiru (diikuti) karena guru memiliki kepribadian yang
utuh, yang karenanya segala tindak tanduknya patut dijadikan panutan
dan suri teladan oleh peserta didiknya.20
Banyak para pakar pendidikan yang membuat definisi mengenai
pengertian guru, diantaranya sebagai berikut :
1) Ahmad Tafsir mengungkapkan bahwa guru adalah orang yang
bertanggung jawab terhadap berlangsungnya proses pertumbuhan
dan perkembangan potensi peserta didik, baik potensi kognitif
maupun potensi psikomotoriknya.
2) Imam Barnadib mengartikan guru sebagai setiap orang yang
dengan sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai
kedewasaan.
3) Ahmad D. Marimba menjelaskan bahwa guru adalah orang yang
memikul tanggungjawab untuk mendidik, yaitu manusia dewasa
yang karena hak dan kewajibannya bertanggungjawab terhadap
pendidikan si terdidik.
4) Hadari Nawawi berpendapat bahwa guru adalah orang yang
kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran di kelas atau di
sekolah.
5) Ahmad Janan Asifudin berargumen bahwa guru adalah orang yang
mengajar dan mentransformasikan ilmu serta menanamkan nilai-
nilai terhadap peserta didik.
6) Sutari Imam Barnadib mengemukakan bahwa guru adalah setiap
orang yang sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai
kedewasaannya.
7) Zakiyah Darajat memaknai guru sebagai seorang profesional,
karena secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan
memikul tanggungjawab pendidikan yang dipikulkan di pundak
para orang tua.21
20
Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2006), 90.
21
Novan Ardy Wiyani, Etika Profesi Keguruan (Yogjakarta: Gava Media, 2015), 27.

14
Sosok guru adalah orang yang identik dengan pihak yang
memiliki tugas dan tanggung jawab membentuk karakter generasi
bangsa. Ditangan para gurulah tunas-tunas bangsa ini terbentuk sikap
dan moralitasnya sehingga mampu memberikan yang terbaik untuk
anak negeri ini di masa datang.22
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), guru
didefinisikan orang yang pekerjaanya (mata pencahariannya,
profesinya) mengajar. Definisi guru tersebut lebih mengarah pada
ranah ke profesian seseorang dan menjadi sebuah mata pencaharian
seseorang. Sesuai dengan UU-RI No.14 tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen, pasal 1 menyebutkan bahwa :
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Sebagaimana teori Barat, pendidik dalam Islam adalah orang yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didiknya dengan
upaya mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik potensi
afektif (rasa), kognitif (cipta) maupun psikomotorik (karsa).23
Guru berarti juga orang dewasa yang bertanggung jawab
memberi pertolongan pada peserta didiknya dalam perkembangan
jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu
berdiri sendiri dan memenuhi tingkat kedewasaannya, mampu mandiri
dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah Swt. dan
mampu melakukan tugas sebagai makhluk sosial dan sebagai individu
yang mandiri.
b. Pengertian Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti ( Aqidah
Ahlaq)
Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Budi Pekerti adalah
pendidikan yang memberikan pengetahuan dan keterampilan serta
22
Isjono, Guru Sebagai Motivator Perubahan (Yogjakarta: Pustaka Belajar, 2008), 3.
23
Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2006), cet.1, hal.87.

15
membentuk sikap, dan kepribadian peserta didik dalam mengamalkan
ajaran agama Islam. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
dilaksanakan melalui mata pelajaran pada semua jenjang pendidikan,
yang pengamalannya dapat dikembangkan dalam berbagai kegiatan
baik yang bersifat kurikuler maupun ekstrakurikuler.24
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti adalah upaya sadar
dan dan terencan dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal,
memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam
dibarengi dengan tuntutan untuk menghormati penganut agama lain
dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga
terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.25
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti adalah pendidikan
yang berlandaskan pada aqidah yang berisi tentang keesaan Allah Swt
sebagai sumber utama nilai-nilai kehidupan bagi manusia dan alam
semesta. Sumber lainnya adalah akhlak yang merupakan manifestasi
dari aqidah, yang sekaligus merupakan landasan pengembangan nilai-
nilai karakter bangsa Indonesia. Dengan demikian, Pendidikan Agama
Islam dan Budi Pekerti adalah pendidikan yang ditujukan untuk dapat
menserasikan, menselaraskan dan menyeimbangkan antara iman,
Islam, dan ihsan yang diwujudkan dalam:
1) Hubungan manusia dengan Allah Swt. Membentuk manusia
Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt serta
berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur.
2) Hubungan manusia dengan diri sendiri. Menghargai, menghormati
dan mengembangkan potensi diri yang berlandaskan pada nilai-
nilai keimanan dan ketakwaan.
3) Hubungan manusia dengan sesama. Menjaga kedamaian dan
kerukunan hubungan inter dan antar umat beragama serta
menumbuhkembangkan akhlak mulia dan budi pekerti luhur.
24
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan. Silabus Mata Pelajaran Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs). (2016). 3.
25
E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013 (Jakarta: Rosda, 2017).131.

16
4) Hubungan manusia dengan lingkungan alam. Penyesuaian mental
keislaman terhadap lingkungan fisik dan sosial.26
Jadi, guru pendidikan agama Islam dan Budi Pekerti adalah
orang yang memiliki profesionalitas dalam tenaga kependidikan Islam
yang bertanggung jawab memberikan pengetahuan, bimbingan, serta
bantuan kepada peserta didik dalam mengembangkan kedewasaanya
baik dalam ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik sesuai dengan
ajaran agama Islam yaitu menaati Allah Swt dan Rasul Nya serta
menjauhi apa-apa yang dilarang oleh agamanya.
a) Fungsi Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk sekolah atau
madrasah berfungsi sebagai berikut:
(1) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan
peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam
lingkungan keluarga.
(2) Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
(3) Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,
kekurangan-kekurangan, dan kelemahan-kelemahan peserta
didik dalam keyakinan, pemahaman, dan pengalaman ajaran
dalam kehidupan sehari-hari.
(4) Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki
bakat khusus di bidang Agama Islam agar bakat tersebut dapat
berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk
dirinya sendiri dan bagi orang lain.27

b) Dasar-Dasar Pendidikan Islam dan Budi Pekerti ( Aqidah Ahlaq)

26
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 58 Tahun 2014 Tentang
Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah Lampiran III Hal 1
27
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2012),15.

17
Setiap usaha, kegiatan atau tindakan yang disengaja untuk
mencapai sebuah tujuan harus mempunyai landasan berpijak yang
baik dan kuat. Dasar yang menjadi acuan pendidikan Islam merupakan
sumber nilai kebenaran dan kekuatan yang dapat menghantarkan pada
aktivitas yang dicita-citakan. Nilai yang terkandung didalamnya
menjadi penting diperhatikan hal-hal yang mencerminkan nilai
universal yang dapat dikonsumsi oleh seluruh umat manusia.28 Dasar
pendidikan Islam ada tiga yaitu Al-Qur’an, As-Sunnah, dan ijtihad:
(1) Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang diwahyukan
kepada Nabi Muhammad SAW yang diperuntukkan kepada
seluruh umat manusia. Al-Qur’an merupakan petunjuk yang
lengkap, pedoman bagi seluruh manusia yang meliputi seluruh
aspek kehidupan manusia dan bersifat universal. Ke-Universalan
ajarannya mencakup ilmu pengetahuan yang tinggi dan
sekaligus mulia yang eksistensinya tidak dapat di mengertia
kecuali bagi orang yang berjiwa suci dan berakal sehingga
cerdas.29
Al-Qur’an merupakan kitab Allah SWT. Oleh karna itu
mempunyai perbendaharaan yang sangat luas dan besar, bagi
pengembangan kebudayaan umat manusia merupakan sumber
yang terlengkap, baik itu pendidikan kemasyarakatan (sosial),
moral (akhlak), maupun spiritual (kerohanian), serta material
(kejasmanian), dan alam semesta. Al-Qu’an merupakan sumber
nilai yang utuh, eksistensinya tidak akan pernah berubah dan
merupakn pedoman normatif-teoritis bagi pelaksana pendidikan
Islam yang melakukan penafsiran lebih lanjut bagi pelaksana
pendidikan Islam.30
(2) Hadits (As-Sunnah)
28
Ibid., 36.
29
Ibid., 37.
30
Ibid., 37.

18
Secara sederhana Hadits atau As-Sunnah merupakn jalan
atau cara yang pernah dicontohkan oleh nabi Muhammad SAW.
Dalam perjalanan hidupnya dalm melaksanakan dakwah Islam.
Contoh yang di berikan beliau dapat dibagi menjadi tiga bagian,
Pertama, Hadits qauliyah yaitu yang berisikan ucapan,
pertanyaan dan persetujuan Nabi Muhammahd SAW. Kedua
Hadits fi’liyah, yaitu yang berisikan tindakan dan perbuatan
yang pernah dilakukan Nabi. Ketiga, Hadits Taqririyah, yaitu
persetujuan nabi atas peristiwa yang terjadi.31
Posisi dan fungsi Hadits Nabi sebagai sumber pendidikan
Islam yang utama setelah Al-Qur’an. Eksistensinya merupakan
sumber inspirasi ilmu pengetahuan yang berisi keputusan dan
penjelasan nabi dan pesan pesan Ilahiah yang tidak terdapat
dlam Al-Qur’an, tapi memerlukan penjelasan lebih lanjut secar
terperinci.
(3) Ijtihad
Dalam meletakakan ijtihad sebagai sumber dasar
pendidikan Islam ada dua pendapat, pertama, tidak menjadiakan
sebagai sumber dasr pendidikan Islam, kelompok ini hanya
menempatkan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai rujuan utama,
sementara ijtihad hanya sebagai upaya untuk memehami mahna
ayat-ayat al-Qur’an dan hadist sesuai dengan konteknya. Kedua
meletakkan ijtihad sebagai sumber dasar pendidikan Islam,
menurut kelompok ini meskipun ijtihad hanya salah satu metode
Istimbath , akan tetapi pendapat pendapat para ulama dalam
perlu dijadikan rujukan dalam membangun paradigm pendidika
Islam.
Ijtihad berarti berusaha keras dan bersungguh-sungguh
yang dilakukan oleh para ulama, untuk menetapkan hukum
suatu perkara atau ketetapan atas persoalan tertentu, dari sini

31
Ibid., 39.

19
dapat dkatehui bahwa ijtihad pada dasrnya merupakan proses
penggalian dan penetapan hokum syariah yang dilakukan oleh
para mujtahid muslim, dengan menggunakan pendekatan nalar
dan pendekatan lainnya: Qias, Maslihal- Mursahal, Urf, dan
sebagainya, guna memberikan jawabanhukunm atas persoalan
yang ketentuan hukumnya tidak terdapat dalam A-Qur’an dan
Hadits.32

c) Tujuan Pendidikan Islam dan Budi Pekerti


Tujuan adalah suatu yang diharapkan tercapai setelah suatu
usaha atau kegiatan. artinya tujuan merupakan kehendak seseorang
untuk mendapatkan dan memiliki, serta memanfaatkan bagikebutuhan
dirinya sendiri ataupun orang lain.33
Proses pendidikan terkait dengan kebutuhan dan tabiat
manusia, sementara tabiat manusia tidak terlepad dari tiga unsuryaitu
jasad, roh dan akal, karna itu tujuan pendidikan Islam secara umum
harus dibangun berdasarkan tiga komponen tersebut masing-masing
harus dijaga keseimbangaannya. Dari sini, tujuan pendidikan Islam
dapat di kelompokkan menjadi:
(1) Tujuan pendidikan Jasmani (ahdaf al-jismiyyat)
Tujuan yang menitik beratkan pada kekuatan jasmaniah,
tujuan pendidikan ini dikaitkan dengan tugas manusia selaku
kholifah dimuka bumi yang harus memiliki kemampuan jasmani
yang tinggi, disamping rohani yang teguh.
Dalam pelaksanaanya tugas manusia sebagai kholifah di muka
bumi di tuntut untuk melakukan interaksi secara aktif dengan
lingkungannya dimana ia berada gar tugasnya bisa terlaksana
dengan baik.
(2) Tujuan pendidikan Rohani (ahdaf ar-ruhaniyah)

32
Ibid., 40.
33
Ibid., 38.

20
Orang yang menerima ajaran Islam dengan baik dan
menerima seluruh cita-cita ideal al-Qur’an secara utuh.
Peningkatan kualitas jiwa yang hanya setia kepada Allah serta
melaksanakan moral Islam yang contohkan Nabi, merupakn
bagian pokok tujuan umum pendidikan cita-cita inilah yang
dipegangi oleh para ahli pendidikan ketika pembicaraanya
diarahkan kepada tujuan pendidikan agama (al-ahdaf al-
diniyyah).34
Dalam perumusan tujuan rohaniah spiritual ini manusia
menjaadi sasaran pendidikan Islam dilihat dari segi kehidupan
individual dan dari segi kehidupan social selaku anggota
masyarakat. Kehidupan yang individual dalam ukhuwah
Islamiyah adalahmerupakan idealitas, oleh karna itu tujuan
pendidikan rohaniah tersebut di arahkan kepada pembentukan
akhlak al-karimah.35
(3) Tujuan pendidikan akal (ahdaf al-aqliyah)
Pengarahan intelegensi untuk menemukan kebenaran dan
sebab-sebabnya dengan telaah tanda-tanda kekuasaan Allah dan
menemukan pesan-pesan ayat-Nya yang membawa iman kepada
sang pencipta. Tahapan pendidikan akal adalah:
(a) Pencapaian kebenaran ilmiah (ilmu yaqien).
(b) Pencapaian kebenaran empiris (‘ainul yaqien).
(c) Pencapaian kebenaran metaempiris atau filosofis (Haqqul
yaqien).36
Dari tujuan pendidikan Islam di atas pastinya mempunyai
landasan agar tidak keluar dari ajaran agama Islam itu sendiri,
yaitu iman, Islam dan ihsan. Iman adalah suatu kepercayaan
terhadap sang pencipta segalanya yaitu Allah SWT. Hal ini
dapat dimengerti sebagai indikator yang memiliki kesehatan
34
Suyudi, Pendidikan Dalam Persepektif Al-Qur’an (Yogyakarta: Mikraj, 2005), 55.
35
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), 60.
36
Ibid., 51.

21
mental adalah orang-orang yang senantiasa melaksanakan
aktivitas sesuai dengan iman yang melekat pada dirinya.37
Sedangkan Islam adalah agama yang menjadi sebuah ajaran,
seorang yang mengaku Islam berarti ia melaksanakan, tunduk
dan patuh serta berserah diri sepenuh hati terhadap hukum-
hukum dan aturan aturan Allah SWT. Niscaya kehidupannya
dalam kondisi aman dan damai yang pada akhirnya
mendatangkan keselamatan hidup didunia dan akhirat. 38 Ihsan
secara bahasa berarti baik (muhsin) adalah orang yang
mengetahui hal-hal yang baik mengaplikasikan dengan
prosebdur yang baik dan dilakukan dengan niatan yang baik
pula.39

B. Kemampuan Berkomunikasi
1. Pengertian Kemampuan
Kemampuan berasal dari kata “mampu” yang berarti sanggup.40
Kata kemampuan dalam bahasa Indonesia kontemporer adalah
kesanggupan, kekuatan, kekuasaan, dan kebolehan untuk melakukan
sesuatu.41 Kemampuan merupakan wewenang yang dimiliki seseorang
untuk memangku jabatan tertentu.42 Dapat dikatakan bahwa
kemampuan merupakan wewenang, kekuasaan seseorang yang sesuai

37
Ramayulis. Pengantar Psikologi Agama (Jakarta:Kkalam Mulia, 2002),133.
38
Ibid.,136.
39
Ibid.,138.
40
J. S. Badadu, Kamus Umum Bahasa Indonesia, ( Jakarta : Sinar Harapan, 1994), 859.
41
Peter Salim dan Yen Salim, Kamus Bahasa Indonesia Konteporer (Jakarta: Modern
EnglishPress), 923.
42
W.S. Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar ( Jakarta : PT. Gramedia, 1984),
154.

22
dengan profesinya atau jabatannya untuk dapat dilaksanakan,
menentukan dan mengarahkan sesuai dengan tujuan tertentu. Dalam
hal ini kemampuan lebih dititik beratkan kepada kemampuan guru
dalam melaksanakan komunikasi pada proses pembelajaran.,
Kemampuan adalah perilaku rasional guna mencapai tujuan yang
dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Dengan
demikian, kemampuan ditunjukkan oleh penampilan atau unjuk kerja
yang dapat dipertanggungjawabkan dalam upaya mncapai tujuan yang
diinginkan maka kemampuan juga merupakan gambaran kualitas dan
perilaku atau rencana pendidik yang sangat berarti.

Kemampuan mengacu kepada kemampuan melaksanakan


sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan, sehingga kemampuan
guru merupakan salah satu hal yang harus dimiliki oleh guru yang
mengajar dalam jenjang pendidikan apapun, karena kemampuan itu
memiliki kepentingan tersendiri bagi guru. Berdasarkan pendapat di
atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan seorang guru merupakan
kesangguan atau penguasaan seseorang terhadap pekerjaannya, baik
ditinjau dari segi pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki dalam
menjalankan tugas.

Sardiman A.M dalam bukunya Interaksi dan Motivasi Belajar


Mengajar menyatakan bahwa “kemampuan guru dapat dibagi dalam
sepuluh bidang, yakni:
a. Menguasai bahan
b. Mengelola program belajar – mengajar
c. Mengelola kelas
d. Menguasai landasan - landasan kependidikan
e. Mengelola intraksi belajar - mengajar
f. Mengunakan media / sumber.
g. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran
h. Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan
di sekolah
i. Mengenal dan menyelenggarakan admistrasi sekolah
j. Memahami prinsip - prinsip dan menafsirkan hasil

23
penelitian pendidikan guna keperluan pengajarnya.43

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa


kemampuan guru merupakan gambaran tentang apa yang seyogyanya
dapat dilakukan seseorang guru dalam melaksanakan pekerjaannya,
baik berupa kegiatan, berperilaku maupun hasil yang dapat
ditunjukkan. Kompetensi guru terdiri dari kompetensi paedagogik,
kompetensi personal, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.
Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung
jawab guru pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga
menuntut guru untuk senantiasa melakukan berbagai peningkatan
terutama dalam mengembangkan kurikulum. Perubahan kurikulum,
dalam arti pengembangan, tentu akan berdampak terhadap kesiapan
sekolah dan guru untuk mengimplementasikan di depan kelas.
Mekanisme pengembangan kurikulum dapat dilakukan sebagai
berikut. Tahap pertama penguasaan manajemen pengembangan
kurikulum Seorang guru yang akan mengembangkan kurikulum
dituntut menguasai manajemen pengembangan kurikulum.

2. Pengertian Berkomuikasi
Pada dasarnya istilah Communication kita jumpai dari
kurikulum 2013 revisi 2016 pada bagian 4C. Didalam Kurikulum
2013 RPP versi 2016 melengkapi dari RPP 2013 yaitu menambahkan
adanya tujuan pembelajaran, kemudian dalam kegiatan pembuka
dicantumkan orientasi, apersepsi dan motivasi. Selanjutnya
mencantumkan metode pembelajaran yang dirinci dengan pendekatan
saintifik dan model discovery learning yang berbasisi problem
solving. Dalam membuat RPP versi 2016 wajib mencantumkan

43
Sardiman, Intraksi dan Motivasi Belajar-Mengajar (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2005), 164-165.

24
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), literasi, 4C dan HOTS.
Berikut pemaparan dari istilah tersebut:
a. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)
Pendidik harus mampu mengintegrasikan Penguatan Pendidikan
Karakter (PPK) didalam pembelajaran. Karakter yang diperkuat
terutama 5 karakter, yaitu: religius, nasionalis, mandiri, gotong
royong, dan integritas atau 7 Karakter untuk mapel IPS dari 18
Karakter prioritas.
Gerakan PPK  perlu mengintegrasikan, memperdalam,
memperluas, dan sekaligus menyelaraskan berbagai program dan
kegiatan pendidikan karakter yang sudah dilaksanakan sampai
sekarang. Pengintegrasian tersebut antara lain:
1) pemaduan kegiatan kelas, luar kelas di sekolah, dan luar
sekolah (masyarakat/komunitas)
2) pemaduan kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan
ekstrakurikuler
3) pelibatan secara serempak warga sekolah, keluarga, dan
masyarakat.
b. Literasi 
Pengertian Literasi dalam konteks Gerakan Literasi Sekolah
(GLS) adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan
sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas antara lain membaca,
melihat, menyimak, menulis, dan/atau berbicara. Gerakan Literasi
Sekolah (GLS) merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara
menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi
pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan
publik.
Literasi lebih dari sekadar membaca dan menulis, namun
mencakup keterampilan berpikir menggunakan sumber-sumber
Pendidik harus mampu mengintegrasikan literasi dan menginsert
literasi dalam RPP baik sebelum, sedang dan sesudah pembelajaran.

25
c. 4C
4C  adalah Communication, Collaboration, Critical Thinking
and Problem Solving, dan Creativity and Innovation. Communication
atau komunikasi adalah sebuah kegiatan mentransfer informasi (lisan
ataupun tulis) dengan tujuan utamanya adalah mengirim pesan melalui
media yang dipilih agar dapat dimengerti penerima pesan.
Collaboration atau kolaborasi adalah kemampuan bekerjasama,saling
bersinergi,beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggung
jawab,bekerja secara produktif dengan yang lain dan menghormati
prespektif yang berbeda. Critical Thinking and Problem Solving atau
berpikir kritis dan pemecahan masalah adalah kemampuan memahami
sebuah masalah yang rumit,mengoneksikan informasi satu dengan
informasi lain,sehingga akhirnya muncul berbagai prespektif dan
menemukan solusi dari suatu permasalahan. Creativity and Innovation
atau kreativitas dan inovasi adalah kemampuan mengembangkan,
melaksanakan dan menyampaikan gagasan-gagasan baru kepada yang
lain,bersikap terbuka dan responsif terhadap prespektif baru dan yang
berbeda.
Inilah yang sesungguhnya ingin kita tuju dengan K-13 (revisi
2016), bukan sekadar transfer materi. Tetapi pembentukan 4C.
Beberapa pakar menjelaskan pentingnya penguasaan 4C sebagai
sarana meraih kesuksesan, khususnya di Abad 21, abad di mana dunia
berkembang dengan sangat cepat dan dinamis. Penguasaan
keterampilan abad 21 sangat penting, 4 C adalah jenis softskill yang
pada implementasi keseharian, jauh lebih bermanfaat ketimbang
sekadar pengusaan hardskill.
d. HOTS
Higher Order of Thinking Skill (HOTS)  adalah kemampuan
berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif yang
merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kurikulum 2013 juga
menuntut materi pembelajarannya sampai metakognitif yang

26
mensyaratkan peserta didik mampu untuk memprediksi, mendesain,
dan memperkirakan. Sejalan dengan itu ranah dari HOTS yaitu
analisis yang merupakan kemampuan berpikir dalam menspesifikasi
aspek-aspek/elemen dari sebuah konteks tertentu; evaluasi merupakan
kemampuan berpikir dalam mengambil keputusan berdasarkan fakta
atau informasi; dan mengkreasi merupakan kemampuan berpikir
dalam membangun gagasan atau ide-ide. 44

Sebelum kurikulum 2013 di terapkan, isltilah berkomunikasi


lebih dikenal dengan istilah berinterkasi, akan tetapi ketika dengan
adanya kurikulum 2013 revisi 2016, maka diberlakukanlah istilah
berkomunikasi pada proses pembelajaran. Komunikasi berasal dari
kata - kata (bahasa). Latin communis yang berarti umum (common)
atau bersama. Apabila kita berkomunikasi, sebenarnya kita sedang
berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan (communness) dengan
seseorang, yaitu kita berusaha sebagai informasi, ide atau sikap.
Sebenarnya hakikat komunikasi adalah usaha membuat penerima atau
pemberi komunikasi memiliki pengertian (pemahaman) yang sama
terhadap pesan tertentu.45 Pengertian secara umum komunikasi adalah
proses penyampaian suatu pernyataan yang dilakukan oleh seseorang
kepada orang lain sebagai konsekuensi dari hubungan sosial.46
Menurut Robbins, komunikasi merupakan penyampaian
informasi yang akurat dan pemahaman atas informasi yang
disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. Komunikasi
adalah usaha praktek dalam mempersatukan pendapat-pendapat, ide-
ide, persamaan, pengertian dan persatuan kelompok.47 Apabila
dikaitkan pada proses pembelajaran pembelajaran, komunikasi adalah
proses penyampaian pesan kepada penerima pesan, guru disini
44
Lembaran Negara Republik Indonesia, Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun
2016 tentang refleksi kurikulum 2013.
45
Tommy Suprapto, Pengantar Teori Komunikasi, Yogyakarta : PT. Agromedia Pustaka, 2006), 5.
46
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung Rosda Karya,: PT. Remaja, 2000), 5.
47
Stephen Robbins, Organizational Behavior Edisi 16, terj. Ratna Saraswati (Jakarta : Salemba
Empat, 2015), 215.

27
sebagai penyampai pesan (komunikator) dan peserta didik sebagai
penerima pesan (komunikan), pesan yang dimaksud adalah materi
yang akan disampaiakan oleh guru kepada peserta didik. Proses
komunikasi harus diciptakan dan diwujudkan melalui penyampaian
pesan, tukar menukar pesan atau informasi dari setiap pengajar kepada
pembelajar atau sebaliknya.
Menurut pemaparan diatas, Jadi seorang guru harus menyadari
bahwa meningkatkan kemampuan berkomunikasi sangatlah penting,
guru cukup pandai dalam hal membaca dan mendengarkan, tapi
mereka lemah dalam berkomunikasi dan menulis.48
Dari pengertian komunikasi tampak adanya sejumlah komponen atau
unsur yang dicakup, yang merupakan terjadinya komunikasi.
1) Komponen - komponen tersebut adalah sebagai berikut:
a) Komunikator (orang yang menyampaikan pesan atau
informasi)
b) Pesan (informasi yang akan disampaikan oleh komunikator
kepada komunikan)
c) Media (saluran yang akan dipilih untuk menyampaikan
pesan)
d) Komunikan (orang yang menerima pesan).49

Pada hakikatnya proses pembelajaran adalah suatu proses


komunikasi. Proses komunikasi (proses penyampaian pesan) harus
diciptakan, diwujudkan melalui kegiatan penyampaian dan tukar
menukar pesan atau informasi oleh setiap guru dan peserta didik.
Yang dimaksud pesan atau informasi dapat berupa pengetahuan,
keahlian, ide dan pengalaman.

2) Proses komunikasi terdapat lima unsur penting yang harus


diperhatikan, yaitu:
48
Imam Machfudi, Language and Literature Teaching. ( Jember : STAIN Jember Press, 2013),
5.
49
Sumartono, Menjalin Komunikasi Otak dan Rasa, (Jakarta :PT. Alex Komputindo, 2004), 4.

28
a) Sender, yaitu pihak yang mengirim pesan atau berita disebut juga
komunikator.
b) Message, adalah pesan atau informasi yang hendak disampaikan
kepada pihak lain.
c) Medium adalah sarana penyaluran pesan-pesan (media)
d) Receive, adalah pihak penerima pesan atau informasi disebut juga
komunikan.
e) Response adalah tanggapan atau reaksi komunikan terhadap pesan
atau informasi yang diterima dari pihak komunikator.
Sardiman AM, mengatakan bahwa dalam proses komunikasi,
dikenal adanya unsur comunican dan communicator. Hubungan
comunican dan communicator biasanya menginteraksikan
sesuatu, yang dikenal dengan istilah pesan (message). Untuk
menyampaikan pesan diperlukan saluran atau media. Jadi, di
dalam komunikasi terdapat empat unsur yaitu: komunikasi,
komunikator (orang yang menyampaikan pesan atau informasi),
pesan (informasi yang akan disampaikan oleh komunikator
kepada komunikan), dan media (saluran yang akan dipilih untuk
menyampaikan pesan). 50

Jika dikaitkan dengan proses pembelajaran, suatu proses


komunikasi. Proses komunikasi (proses penyampaian pesan) harus
diciptakan, diwujudkan melalui kegiatan penyampaian dan tukar
menukar pesan atau informasi oleh setiap guru dan peserta didik.

3) Pola Komunikasi
Menurut Robbins, pola komunikasi yaitu sebagai berikut:

a) Komunikasi Arah Bawah adalah komunikasi yang mengalir


satu tingkat dari sebuah kelompok atau organisasi menuju
ke level yang lebih rendah.
Misalnya para manajer yang berkounikasi dengan para
bawahannya. Pola ini biasa digunakan oleh para manajer
atau pemimpin kelompok untuk menetapkan sasaran,
memberikan instruksi pekerjaan, menginformasikan
kebijakan dan prosedur ke bawahan.

50
Ibid., 4.

29
b) Komunikasi Arah Atas menuju kepada level yang lebih
tinggi di dalam kelompok atau organisasi . komunikasi ini
digunakan untuk memberikan umpan balik ke atasan,
menginformasikan mereka mengenai perkembangan dari
tujuan , dan penyampaian masalah –masalah yang dihadapi.
c) Komunikasi ke samping adalah komunikasi yang terjadi
antara para anggota kelompok kerja yang sama, baik antar
sesama pekerja ataupun antar sesama manajer.51
Apabila ketiga pola tersebut dikaitkan dengan pembelajaran,
maka menurut Nana Sudjana , ada 3 pola komunikasi dalam proses
peembelajaran yaitu :
(1) Komunikasi sebagai aksi (komunikasi satu arah)
Yaitu guru sebagai pemberi aksi dan siswa sebagai
penerima aksi. Guru aktif, siswa pasif, mengajar dipandang
sebagai kegiatan menyampaikan bahan pelajaran.
Contohnya terdapat pada metode ceramah, pada dasarnya
adalah komunikasi satu arah,atau komunikasi sebagai aksi.
Komunikasi jenis ini kurang banyak menghidupkan
kegiatan siswa belajar.
(2) Komunikasi sebagai interaksi (komunikasi dua
arah)
Yaitu guru bisa berperan sebagai pemberi aksi atau
penerima aksi. Sebaliknya siswa, bisa pula sebagai pemberi
aksi. Dialog akan terjadi antara guru dengan siswa.
Jadi, pada komunikasi ini guru dan siswa dapat
berperansama yaitu pemberi aksi dan penerima
aksi.Disini,sudah terlihat hubungan dua arah,tetapi terbats
antara guru dan pelajar secara indivudual.Antara pelajar dan
pelajar tidak ada hubungan. Pelajar tidak dapat berdiskusi
dangan teman atau bertanya sesama temannya.Keduanya
dapat saling memberi dan menerima. Komunikasi ini lebih
baik dari pada yang pertama,sebab kegiatan guru dan
kegiatan siswa relatif sama.
(3) Komunikasi sebagai transaksi (komunikasi multi
arah)
Yaitu komunikasi tidak hanya terjadi antara guru dengan
siswa, tetapi juga antara siswa dengan siswa. Siswa dituntut
aktif dari pada guru. Siswa, seperti halnya guru, dapat
berfungsi sebagai sumber belajar bagi siswa lain.52

51
Stephen Robbins, Organizational Behavior Edisi 16, terj. Ratna Saraswati (Jakarta :
Salemba Empat, 2015), 224-225.
52
Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung : Sinar
Baru Algesindo), 10.

30
Maksdunya komunikasi ini tidak hanya melibatkan interaksi
yang dinamis antara gurudenan siswa tetapi juga melibatkan
interaksi yang dinamis antara siswa yang satu dengan yang
lainnya. Proses belajar mengajar dengan pola komunikasi
ini mengarah kepada proses pengajaran yang
mengembangkan kegiatan siswa yang optimal,sehingga
menumbuhkan siswa belajar aktif. Diskusi dan simulasi
merupakan strategi yang dapat mengembangkan
komunikasi ini.

Pada hakikatnya proses pembelajaran adalah suatu proses


komunikasi. Proses komunikasi (proses penyampaian pesan) harus
diciptakan, diwujudkan melalui kegiatan penyampaian dan tukar
menukar pesan atau informasi oleh setiap guru dan peserta didik, yang
dimaksud pesan atau informasi dapat berupa pengetahuan, keahlian,
ide dan pengalaman.
Kemampuan berkomunikasi menunjukkan keberhasilan
seseorang dalam menyampaikan pesan secara jelas dan efisien. 53
Kemampuan berkomunikasi mengacu kepada pemahaman seseorang
dalam mengelola pesan yang akan disampaikan. Guru dianggap
berhasil dalam berkomunikasi apabila ia dapat menyampaikan materi
secara jelas dan peserta didik dapat memahami materi yang
disampaikan oleh guru.

C. Proses Pembelajaran
1. Pengertian Proses Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu konsepsi dari dua dimensi kegiatan
(belajar dan mengajar) yang harus direncanakan dan diaktualisasikan,
serta diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan. Pembelajaran
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru agar siswa atau peserta
didik belajar.54
Proses pembelajaran pada hakikatnya adalah proses komunikasi,
yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan ke penerima pesan
53
Curtis, James J. Floyd, Jerry L. Winsor, Komunikasi Bisnis dan Profesional, terj. Yuyun
Wirasasmita (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2002), 6.
54
Didi Supriadie, Komunikasi Pembelajaran (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2013), 9.

31
melalui sakuran atau media tertentu. Dalam pembelajaran di kelas,
media, alat, sarana/fasilitas dapat digunakan untuk memperlancar
proses komunikasi pembelajaran yang disebut juga dengan media
pembelajaran. Komponen yang terdapat dalam proses komunikasi
ialah:
a. Pesan
b. Sumber Pesan
c. Saluran atau media
d. Penerima pesan.55
Dalam proses pembelajaran, jika dikaitkan dengan komponen
komunikasi di atas, maka komponen yang terdapat pada aktivitas atau
proses pembelajaran pada prinsipnya sama dengan komponen
komunikasi. Artinya pada proses pembelajaran telah menjalankan
fungsi komunikasi tersebut. Komponen komunikasi, adalah :
1) Pengajar dapat menjalankan fungsinya sebagai pemberi
pesan
(komunikator)
2) Pembelajar sebagai penerima pesan (komunikan)
3) Materi pelajaran sebagai pesan
4) Alat bantu pembelajaran sebagai saluran atau media
pembelajaran,
5) Ada faktor lain dalam pembelajaran adalah umpan balik yang
merupakan manifestasi berupa pertanyaan, jawaban, dan
persilangan pendapat, dan pembelajar maupun dari pengajar.
Apabila proses pembelajaran adalah komunikasi, maka
pertama pesan yang dikomunikasikan adalah isi pelajaran yang
terdapat dalam kurikulum. Kedua, sumber pesan, dapat saja pengajar,
pembelajar, sebagai penulis buku, ataupun orang lain. Pada posisi ini,
pembelajar dapat saja sebagai sumber pesan dalam proses
pembelajaran dan pengajar dapat menerima informasi dari pembelajar.
55
Hujair, Media Pembelajaran Interaktif-Inovatif (Yogyakarta : KAUKABA
DIPANTARA, 2015), 11.

32
Komunikasi yang terjadi adalah komunikasi timbal balik dan posisi
pengajar tentu saja sebagai penerima pesan. Ketiga, penerima pesan
adalah pembelajar, dalam proses belajar dapat saja pembelajar sebagai
penerima pesan dan juga sebagai pemberi pesan kepada pengajar.
Keempat, saluran yang digunakan. Dalam pembelajaran dapat
menggunakan alat-alat bantu pembelajaran atau media pembelajaran,
yang disebut dalam komponen komunikasi adalah saluran.
2. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran sebenarnya adalah untuk memperoleh
pengetahuan dengan suatu cara yang dapat melatih kemampuan
intelektual para siswa dan merangsang keingintahuan serta
memotivasi kemampuan mereka. Tujuan pembelajaran dibagi menjadi
tiga kategori yaitu: kognitif (kemampuan intelektual), afektif
(perkembangan moral), dan psikomotorik (keterampilan). Hal ini
diperkuat oleh pendapat Blomm yang membagi tiga kategori dalam
tujuan pembelajaran yaitu: 1) Kognitif, 2) Afektif, 3) Psikomotorik.
Tujuan kognitif berkenaan dengan kemampuan individu mengenal
dunia sekitarnya yang meliputi perkembangan intelektual. Tujuan
afektif mengenai perkembangan sikap, perasaan, nilai-nilai yang
disebut juga perkembangan moral. Sedangkan tujuan psikomotorik
adalah menyangkut perkembangan keterampilan yang mengandung
unsur-unsur motorik sehingga siswa mengalami perkembangan yang
maju dan positif.56
Berdasarkan penjelasan tentang tujuan pembelajaran di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran adalah sebagai
upaya membekali diri siswa dengan kemampuan kemampuan yang
bersifat pengalaman, pemahaman moral dan keterampilan sehingga
mengalami perkembangan positif.
3. Kerangka Konseptual

56
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008),
20.

33
Kerangka Konseptual atau model pola pikir digunakan untuk
menunjukkan permasalahan yang diteliti. Kerangka konseptual dalam
penelitian ini dapat digambarkan dalam diagram berikut:

Aqidah Ahlaq Berkomunikasi

Strategi Guru Aqidah Ahlaq


dalam peningkatan kemampuan
berkomunikasi

Berkomunikasi Berkomunikasi dengan Berkomunikasi dengan


dengan pola satu arah pola dua arah pola multi arah

Diagram 2.1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual diatas menjelasakan bahwasanya strategi


pendidikan agama Islam dan budi pekerti tidak terlepas dari komunikasi
yang terjadi antara guru dan siswa, maka dari itu strategi guru pendidikan
agama Islam dan budi pekerti perlu meningkatkan kemampuan
berkomunikasi dengan pola satu arah, dua arah dan multi arah.

H. Metode Penelitian
Metode penelitian diartikan sebagai suatu cara yang ilmiah guna
mendapatkan data dan informasi dengan maksud, tujuan dan kegunaan tertentu. 57
Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif karena untuk
meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah instrumen
kunci.

57
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D
(Bandung: Alfabeta, 2012), 3.

34
1. Pendekataan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini Menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif yaitu
suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa data-
data tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Disebut diskriptif karena metode penelitian ini berusaha
menggambarkan dan menginterpetasikan objek apa adanya, dengan
tujuan penggambaran secara sistematis fakta dan karakteristik objek yang
diteliti secara tepat.
Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena permasalahan
yang dibahas dalam penelitian ini tidak berkenaan dengan angka-angka,
tetapi mendeskripsikan, menguraikan dan menggambarkan.
Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Model
penelitian lapangan ini adalah model catatan lapangan, dimana peneliti
menyelidiki secara cermat suatu program, pristiwa, aktivitas dan peniliti
mengumpulkan informasi secara lengkap menggunakan berbagai
prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan. 58
Jadi, pernyataan tentang semua pristiwa yang dialami, yaitu yang diingat
dan di dengar tidak boleh berisi penafsiran, hanya meruapakan catatan
sebagaiamana adanya dan pernyataan yang datanya telah di teruji
kepercayaan dan keabsahannya.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MTs 01 Tanggul Jenber, menjadi
lokasi untuk dijadikan tempat penelitian, karena lembaga tersebut
merupakan lembaga pendidikan menengah pertama satu-satunya yang
ada ditanggul , dan sudah menerapkan kurikulum 2013, dimana dalam
menerapkan Kurikulum 2013 sangatlah membutuhkan strategi yang
tepat, agar dapat menerapkan Kurikulum 2013 secara maksimal.
Begitupun guru PAI dan Budi Pekerti perlu untuk meningkatkan
kemampuannya dalam berkomunikasi dengan pola satu arah, dua arah
dan multi arah pada proses pembelajaran.

58
John W. Creswell, Research Design (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010), 20.

35
3. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti di lapangan dalam penelitian kualitatif adalah
sangat mutlak diperlukan, karena peneliti sebagai instrumen kunci.
Keuntungan yang didapat dari kehadiran peneliti sebagai instrumen
adalah subjek lebih tanggap akan kehadiran peneliti, peneliti dapat
menyesuaikan diri dengan setting penelitian, keputusan yang
berhubungan dengan penelitian dapat diambil dengan cara cepat dan
terarah, demikian juga dengan informasi dapat diperoleh melalui sikap
dan cara informan dalam memberikan informasi.
Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi
menetapkan fokus penelitian, memilih informan sumber data, melakukan
pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data,
dan membuat kesimpulan atas temuannya.59
Peneliti mendatangi lokasi penelitian MTs 01 Tanggul Jenber
Kabupaten Jember untuk melakukan wawancara sekaligus menghimpun
dokumen-dokumen yang diperlukan sekaligus melakukan obseravasi.
Dalam penelitian ini, penulis bertindak sebagai instrumen sekaligus
pengumpul data. Instrumen selain manusia dapat pula digunakan seperti
pedoman wawancara, pedoman observasi, kamera yang fungsinya
terbatas sebagai pendukung, dan tugas peneliti sebagai instrument kunci.
4. Subyek penelitian
Dalam penellitian ini yang akan menjadi subyek penelitian
diantaranya:
1. Kepala Sekolah MTs 01 Tanggul Jenber
2. Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
3. Siswa di MTs 01 Tanggul Jenber
Penetuan subyek penelitian atau informan diatas menggunakan
puposive sampling yaitu penentuan subyek penelitian dengan disengaja
untuk dipilih, karena dalam penelitian subyek penelitian berkaitan
dengan fokus penelitian yang telah dirumuskan, seperti halnya guru

59
Lexy, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung : Remaja Roesdakarya, 2008), 306.

36
pendidikan agama Islam dan budi pekerti sebagai seseorang yang
mengupayakan peningkatan berkomunikasi dalam proses pembelajaran,
selaku pengampu pelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti di
MTs 01 Tanggul Jenber.
5. Sumber Data
Sumber data penelitian merupakan subjek dari mana data diperoleh.
Ada tiga sumber data, pertama, person (orang) yaitu sumber data berupa
orang yang memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara atau
jawaban tertulis melalui angket, kedua, place (tempat) yaitu sumber data
yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam atau bergerak, ketiga,
paper (kertas) yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf,
angka, gambar, atau simbol-simbol lain. 60
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ada data primer
dan data skunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung
dari lapangan, baik yang dilakukan melalui wawancara, observasi, dan alat
lainnya yang berakitan lansung dengan fokuss penelitian. Data sekunder
merupakan data yang diperoleh dari atau berasal dari bahan kepustakaan dan
digunakan untuk melengkapi data primer.61
a. Dalam penelitian ini, unsur sumber data primer dari hasil wawancara
(guru PAI dan Budi Pekerti) dan observasi proses pembelajaran PAI dan
Budi Pekerti dalam peningkatan kemampuan berkomunikasi satu arah,
dua arah dan multi arah pada proses pembelajaran.
b. Data sekunder, merupakakan data yang berupa dokumen-dokumen yang
berkaitan dengan fokus penelitian. Data ini meliputi informasi pendukung
di lembaga yang diteliti dengan menggali dokumen-dokumen yang bisa
didapatkan.
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:

60
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka
Cipta, 1998), 114.
61
Joko P. Subagyo, Metode Penelitian:dalam Teori dan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta,
1997), 87.

37
a. Metode Observasi
Metode observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan
dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki. 62 Untuk
mengetahui strategi guru pendidikan agama Islam dan budi pekerti
dalam meningkatkan kemampuan berkomunikasi pada proses
pembelajaran, maka peneliti mengunakan metode observasi.
Adapun observasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah observasi tidak partisipatif. Observasi tidak partisipatif (non
participatory observatioan) adalah observasi di mana pengamat
tidak ikut serta atau terlibat dalam kagiatan, dia hanya berperan
mengamati kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan.
Pertimbangan yang ada dalam penggunaan metode observasi
ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat memudahkan terhadap pengumpulan data cukup banyak
dengan pelaksanaannya yang cukup teratur.
2. Dapat melaksanakan pengamatan secara bebas dan tidak terikat
dengan waktu.
Sedangkan prosedur pelaksanaan dalam metode observasi ini adalah:
1. Mengajukan peninjauan lokasi yang akan digunakan sebagai
tempat observasi.
2. Menyusun pedoman observasi yang sesuai dengan masalah yang
akan dijadikan fokus penelitian.
3. Mengadakan observasi terhadap peristiwa objek penelitian serta
mencatat hasil yang diperoleh.
4. Mengklasifikasi hasil observasi sesuai dengan janisnya.
Banyak keinginan penting yang tidak bisa diperoleh dengan
metode lain kecuali dengan metode observasi. Data yang di dapat
dari metode observasi ini sebagai berikut:
1. Letak lokasi penelitian.
2. Mengetahui Situasi dan kondisi obyek penelitian.

62
Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Andi, 2000), 137

38
3. Mengetahui Proses berlangsungnya Kegiatan pembelajaran
dalam meningkatkan kemampuan berkomunikasi guru PAI dan
Budi Pekerti pada proses pembelajaran.
b. Metode Interview.
Metode wawancara/interview dipandang sebagai metode
pengumpulan data dengan jalan tanya-jawab sepihak yang
dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan kepada tujuan
penyelidikan.63
Dalam hal ini maka mula-mula pewawancara menanyakan
serentetan pertanyaaan yang sudah terstruktur, kemudian satu
persatu diperdalam dalam menelusiri keterangan labih lanjut.
Dengan demikian jawaban yang diperoleh bisa meliputi semua
variabel, dengan keterangan yang lengakap dan lebih mendalam.
Metode interview dalam penelitian ini adalah menggunakan
interview bebas terpimpin (semi structure). Adapun sumber
pertimbangan dari penggunaan metode interview dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
Metode ini bersifat fleksibel, sehingga bahan-bahan
pertanyaan dapat dengan mudah diajukan dan lebih obyektif.
sehingga pertanyaan yang diajukan dapat diarahkan kepada
permasalahan yang lebih bersifat spesifik dan dinamis, karena bisa
berhadapan langsung antara pewawancara dengan orang
diwawancarai, sehingga terjadi interaksi yang akrab dan secara
keseluruhan nampak lebih komunikatif.
Data yang ingin didapat dari metode interview ini adalah:

63
Ibid., 193.

39
1. Strategi guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan
kemampuan berkomunikasi dengan pola satu arah pada kegiatan
belajar mengajar.
2. Strategi guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan
kemampuan berkomunikasi dengan pola dua arah pada kegiatan
belajar mengajar.
3. Strategi guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan
kemampuan berkomunikasi dengan pola multi arah pada
kegiatan belajar mengajar.
c. Metode Dokumentasi.
Untuk mendapatkan data dan informasi yang berkaitan secara
langsung maupun secara tidak langsung dengan fokus penelitin di
gunakan juga metode dokumentasi. Metode dokumentasi, yaitu
mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,
transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda,
dan sebagainya.64
Data yang ingin diperoleh dari metode dokumentasi adalah :
a. Data keadaan sarana prasarana MTs 01 Tanggul Jenber
b. Data guru MTs 01 Tanggul Jenber
c. Struktur guru MTs 01 Tanggul Jenber
d. Foto-foto lokasi penelitian
7. Analisis Data
Setelah diproleh dari lapangan dengan berbagai metode didepan,
maka dilakukan analisis data, karena data yang diperoleh adalah data
mentah yang perlu di analisa.
Analisis data kualitatif deskriptif adalah upaya yang dilakukan
dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasi data, memilah-
milahnya menjadi suatu yang dapat dikelola, mensistesiskan, menc
dipelajarari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting, dan apa

64
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu..., 236.

40
yang dipelajari serta memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada
orang lain.65
Dengan demikian dapat dipahami bahwa, analisis data adalah
proses menganalisis data untuk menjawab pertanyaan yang telah
dirumuskan dan untuk menghasilkan kesimpulan yang benar.
Langkah-langkah dalam analisa data pada penelitian ini sebagai berikut:
a. Reduksi Data
Reduksi data adalah memilih data yang telah didapat dari
hasil pengumpulan data. Reduksi bisa dengan menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengordinasi data
dengan cara sedemikian rupa sehingga memberikan gambaran yang
lebih jelas.66 Data yang di reduksi adalah data tentang upaya
peningkatan kemampuan berkomunikasi dalam menunjang prestasi,
motivasi belajar, serta kendala terkait dengan strategi guru PAI dan
Budi Pekerti dalam peningkatan kemampuan berkomunikasi pada
proses pembelajaran.
b. Penyajian Data (display)
Penyajian data ialah merupakan langkah merancang data
yang telah terpilih dan menyajikan secara naratif, data-data itu di
bahas dengan teori-tori yang menjadi kajian dan dipadukan dengan
dengan realita atau keadaan sebenarnnya, pembahasan tersebut harus
sesuai dengan fokus penelitian yang telah di tentukan.
c. Penarikan Kesimpulan
Menurut Suharsimi Arikunto penarikan kesimpulan dilakukan
sejalan dengan cara mengolah data, yaitu cara statistik dan non statistik.
Terhadap data yang bersifat kualitatif, maka pengolahannya
dibandingkan dengan suatu standar atau kriteria yang telah dibuat oleh
peneliti.67

65
Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, 248.
66
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan..., 338
67
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu..., 347.

41
Penarikan kesimpulan adalah jawaban atas apa yang menjadi
pertanyaan penelitian dalam fokus penelitian yang telah tersusun.
Jawaban ini tersususn setelah data yang diperoleh dari beberapa
teknik pengumpulan data yang kemudian di reduksi dan di sajikan.
8. Keabsahan Data
Untuk mengetahui keabsahan data menguunakan Triangulasi.
Triangulasi merupakan pengecekan data dari berbagai sumber dengan
berbagai cara dan berbagai waktu. Triangulasi sumber dengan cara
mengecek data yang telah diperoleh melalui berbagai sumber.
Triangulasi teknik dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama
dengan teknik yang berbeda. Triangulasi waktu dengan cara dalam waktu
yang berbeda.68
Penelitian ini menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi
teknik, yang berarti membandingkan dan mengecek balik antara metode
pengumpulan data yang satu dengan metode pengumpulan data yang
lain. Misalnya membandingan keabsahan dan validitas data antara
informsi atau data yang berasal dari wawancara dan informasi atau data
yang didapat dari observasi maupun wawancara, atauapun sebaliknya.
9. Tahap-Tahap Penelitian
a. Tahap Perencanaan meliputi:
1. Menyusun rencana penelitian
2. Memilih lapangan penelitian
3. Memilih dan memanfaatkan informasi
4. Menyiapkan perlengkapan
b. Tahap pelaksanaan sebagai berikut:
1. Memahami latar belakang penelitian.
2. Mengadakan penelitian dan mengumpulkan data.
c. Tahap analisa data sebagai berikut:
1. Setelah data terkumpul, maka kemudian dilakukan
pengelompokan dan analisis.

68
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2010),125.

42
2. Menyusun laporan.
d. Tahap Laporan sebagai berikut:
1. Menyusun kerangka laporan
2. Perincian kerangka laporan kedalam pokok-pokok khusus.
3. Membuat laporan akhir (final)
10. Sistematika Penulisan
Supaya lebih teerstruktur dan mudah dipahami, maka perlu
sistematika penulisan yang runtut. Sistematika penulisan tesis ini adalah
sebagai berikut:
Bab satu merupakan pendahuluan, yang berisi konteks penelitian,
fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah,
sitematika penulisan dan metode penelitian, pembahasan yang terdapat
dalam bab satu ini berisi tentang metode-metode yang dipakai dalam
penelitian, yaitu pendekatan dan jenis yang dipakai, lokasi penelitian
kehadiran peneliti. teknik pengumpulan data menggunakan tiga cara
yaitu observasi, wawancara (interview) dan dokumentasi, analisis data
dengan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan, kemudian
keabsahan data menggunakan trianggulasi metode, dan terahir tahap-
tahap penelitian.
Bab dua merupakan kajian kepustakaan, berisi tentang penelitian
terdahulu dan kajian teori.
Bab tiga paparan data dan temuan, pembahasan yang terdapat
dalam bab tiga ini merupakan pembahasan empiris yang diperoleh dari
hasil penelitian dengan berlandaskan pada penelitian di lapangan. Selain
itu juga dikemukakan latar belakang obyek penelitian yang meliputi
penjelasan tentang kondisi dan keadaan geografis. Penyajian data
memuat tentang uraian data dan temuan penelitian yang diperoleh dengan
menggunakan metode dan prosedur seperti yang diuraikan di bab satu
tentang Metode Penelitian. Uraian ini terdiri atas deskripsi data yang
disajikan dengan topik sesui dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian.

43
Bab empat analisis data, pada bab ini setelah data diproleh dari
lapangan dengan berbagai metode diatas, maka dilakukan analisis data,
karena data yang diperoleh adalah data mentah yang perlu di analisa.
Bab lima adalah penutup, yang berisikan tentang kesimpulan,
serta saran-saran.

44
DAFTAR PUSTAKA
Badadu. 1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Sinar Harapan.
Creswell W. John. 2010. Research Design. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Djamarah. Syaiful Bahri. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Depdiknas, Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam, (Jakarta: Depdiknas, 2003).
Duke, L. Daniel. 2004. The Challenges of Educational Change. Australia :
Libraries Australia.
Hadi, Sutrisno. 2000. Metodologi Research. Yogyakarta : Andi.
Hujair. 2015. Media Pembelajaran Interaktif-Inovatif. Yogyakarta :KAUKABA
DIPANTARA.
Imam, Machfudi. 2013. Language and Literature Teaching. Jember : STAIN
Jember Press.
Isjono. 2008. Guru Sebagai Motivator Perubahan. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
James G. Robbins, Barbara S. Jones. 1986. Effective Communication. Jakarta :
Pedoman Ilmu Jaya.
James, Curtis, Jerry L. Winsor. 2002. Komunikasi Bisnis dan Profesional, terj.
Yuyun Wirasasmita. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Robbins P. Stephen. 2015. Organizational Behavior. Jakarta : Salemba Empat.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. 2016. Panduan Pembelajaran
Untuk Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Kemendikbud. RI.
Lembaran Negara Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan,
Jakarta : Kemenkumham RI.
Lembaran Negara Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 22 Tahun 2016 tentang revisi Kurikulum 2013.
Moleong, Lexy. 2008. Metode Penelitian Kualitatif . Bandung : Remaja
Roesdakarya.
Muhaimin. 2008. Paradigdma Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

45
Majid, Abdul. 2012. Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyasa. 2017. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta :
Rodakarya.
Nata, Abudin. 2009. Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta:
Kencana.
Peter Salim dan Yen Salim. Kamus Bahasa Indonesia Konteporer. Jakarta:
Modern English Press.
Rahman, Abdur. 2007. Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an. Jakarta:
PT Reinika Cipta.
Ramayulis. 2002. Pengantar Psikologi Agama . Jakarta: Kalam Mulia.
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standart Proses
Pendidikan. Jakarta : Kencana.
Soetomo. 1993. Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya: Usaha
Nasional.
Subagyo, Joko P. 1997. Metode Penelitian:dalam Teori dan Praktek, Jakarta:
Rineka Cipta.
Sardiman. 2008. Interaksi Dan Motivasi Belajar-Mengajar.Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Supriadie, Didi. 2013. Komunikasi Pembelajaran. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Sugiyono. 2010 . Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Suprapto, Tommy. 2006. Pengantar Teori Komunikasi. Yogyakarta : PT.
Agromedia Pustaka.
Suyudi. 2005. Pendidikan Dalam Persepektif Al-Qur’an. Yogyakarta: Mikraj.
Sumartono. 2004. Menjalin Komunikasi Otak dan Rasa. Jakarta : PT. Alex
Komputindo.
Winkel. 1984. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta : PT.
Gramedia.

46
POLA KOMUNIKASI PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI
DI MTS TANGGUL 01 JEMBER

TESIS

Oleh :

JAMILAH
NIM: 084931803215

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PASCASARJANA IAIN JEMBER
MEI 2019

47

Anda mungkin juga menyukai