0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
4 tayangan3 halaman
Dokumen tersebut membahas teori-teori belajar menurut para tokoh psikologi seperti Thorndike, Watson, Hull, Skinner, Pavlov, Lewin, Bruner, Piaget, Ausubel, Gagne, dan Gestalt. Teori-teori tersebut mencakup konsep belajar berdasarkan asosiasi, kondisioning klasik, medan kognitif, pendekatan kognitif, perkembangan kognitif, organizers lanjut, proses kognitif, dan pemahaman.
Deskripsi Asli:
Judul Asli
Teori Belajar Menurut Tokoh Kognitif dan Beharisme
Dokumen tersebut membahas teori-teori belajar menurut para tokoh psikologi seperti Thorndike, Watson, Hull, Skinner, Pavlov, Lewin, Bruner, Piaget, Ausubel, Gagne, dan Gestalt. Teori-teori tersebut mencakup konsep belajar berdasarkan asosiasi, kondisioning klasik, medan kognitif, pendekatan kognitif, perkembangan kognitif, organizers lanjut, proses kognitif, dan pemahaman.
Dokumen tersebut membahas teori-teori belajar menurut para tokoh psikologi seperti Thorndike, Watson, Hull, Skinner, Pavlov, Lewin, Bruner, Piaget, Ausubel, Gagne, dan Gestalt. Teori-teori tersebut mencakup konsep belajar berdasarkan asosiasi, kondisioning klasik, medan kognitif, pendekatan kognitif, perkembangan kognitif, organizers lanjut, proses kognitif, dan pemahaman.
NIM : 1973201035 DOSEN : Nurul Lail Rosyidatul M. M.Psi .,Psi JAWABAN 1. Thorndike belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R). Dalameksperimennya, Thorndike menggunakan kucing J. B. Watson J. B. Watson mengemukakan dua prinsip dasar dalam pembelajaran, yaitu prinsip kekerapan dan kebaruan. a) Prinsip kekerapan menyatakan bahwa makin kerap individu bertindak balas terhadap suatu rangsangan, akan lebih besar kemungkinan individu memberikan tindak balas yang sama terhadap rangsangan itu b) Prinsip kebaruan, menyatakan bahwa apabila individu membuat tindak balas yang baru terhadap rangsangan, apabila kelak muncul lagi rangsangan, besar kemungkinan individu tersebut akan bertindak balas dengan cara yang serupa terhadap rangsangan itu. Crack Hull Crack Hull mengemukakan teorinya, sebuah kebutuhan atau keadaan terdorong ( oleh motif, tujuan, maksud, aspirasi, dan ambisi) harus ada dalam diri seorang yang belajar, sebelum suatu respon dapat diperkuat atas dasar pengurangan kebutuhan. Edwin Guthrie Guthrie mengemukakan cara atau metode untuk mengubah kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik berdasarkan teori conditioning. Menurutnya tingkah laku manusia secara keseluruhan dapat dipandang sebagai dereta-eretan tingkah laku yang terdiri dari unit – unit yang merupakan reaksi atau respon dari stimulus sebelumnya, kemudian menjadi stimulus pula kemudian menjadi stimulus yang akhirnya menimbulkan respon bagi unit tingkah laku yag berikutnya. Demikianlah seterusnya sehingga merupakan deretan –deretan unit tingkah lau yang berurutan. B. F. Skinner Konsep-konsep yang dikemukakan oleh Skinner tentang belajar mampu mengungguli konsep-konsep lain yang dikemukakan oleh para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana dan dapat menunjukkan konsepnya tentang belajar secara komprehensif. Menurut Skinner, hubungan antara stimulus dan respons yang terjadi melalui interaksi dalam lingkungannya, yang kemudian akan menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang digambarkan oleh para tokoh sebelumnya. Oleh sebab itu, untuk memahami tingkah laku seseorang secara benar perlu terlebih dahulu memahami hubungan antara stimulus satu dengan lainnya, serta memahami respons yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin akan timbul sebagai akibat dari respons tersebut. Robert Gagne Gagne disebut sebagai modern Neobhaviouris yang mendorong guru untuk merencanakan unstruksional pembelajaran agar suasana dan gaya belajar dapat dimodivikasi. Guru harus mengetahui kemampuan dasar yang harus disiapkan. Belajar dimulai dari hal yang paling sederhana kemudian dilanjutkan pada yang lebih kompleks (Belajar SR, rangkaian SR, asosiasi verbal, diskriminasi, dan belajar konsep) sampai pada tipe belajar yang lebih tinggi ( Belajar aturan dan pemecahan masalah). Praktiknya, gaya belajar tersebut tetap mengacu pada asosiasi stimulus respon. Albert Gandura Eksperimen dari Albert Gandura yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak meniru secara persis perilaku agresif orang dewasa disekitarnya. Faktor – faktor yang berproses dalam belajar observasi sebagai berikut: a. Perhatian : mencakup peristiwa peniruan dan karakteristik pengamat b. Penyimpanan atau proses mengingat : mencakup kode pengodean simbolik c. Reproduksi motorik : mencakup kemampuan fisik, kemampuan meniru, dan keakuratan umpan balik. d. Motivasi : mencakup dorongan dari luar dan penghargaan diri sendiri.
Ivan Petrovich Pavlov
Classic conditioning ( pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang dikemukakan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, dimana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan. Eksperimen-eksperimen yang dilakukan Pavlov dan ahli lain tampaknya sangat terpengaruh pandangan behaviorisme, dimana gejala-gejala kejiwaan seseorang dilihat dari perilakunya. Untuk memahami teori kondisioning klasik secara menyeluruh perlu dipahami ada dua jenis stimulus dan dua jenis respon. Dua jenis stimulus tersebut adalah : 1. Stimulus yang tidak terkondisi (unconditioned stimulus-UCS), yaitu stimulus yang secara otomatis menghasilkan respon tanpa didahului dengan pembelajaran apapun (contoh: makanan) 2. Stimulus terkondisi (conditioned stimulus-CS), yaitu stimulus yang sebelumnya bersifat netral, akhirnya mendatangkan sebuah respon yang terkondisi setelah diasosiasikan dengan stimulus tidak terkondisi (contoh : suara bel sebelum makanan datang). 2. Teori Kognitif menurut Lewin (teori medan) Teori ini dikemukakan oleh Kurt Lewin (1892-1947). Menurutnya, masingmasing individu berada dalam medan kekuatan yang bersifat psikologis. Medan dimana individu bereaksi disebut life space. Life space mencakup perwujudan lingkungan dimana individu bereaksi, misalnya; orang-orang yang dijumpainya, objek material yang ia hadapi, serta fungsi kejiwaan yang ia miliki. Jadi menurut Lewin, belajar berlangsung sebagai akibat dari perubahan dalam struktur kognitif. Perubahan struktur kognitif itu adalah hasil dari dua macam kekuatan: a. Struktur medan kognisi b. Kebutuhan motivasi internal individu (Khodijah, 2014) Teori Kognitif menurut Jerome Bruner Menurut Jerome Brunner, pembelajaran hendaknya dapat menciptakan situasi agar mahasiswa dapat belajar dari diri sendiri melalui pengalaman dan eksperimen untuk menemukan pengetahuan dan kemampuan baru yang khas baginya. Teori Belajar menurut Piaget Piaget adalah tokoh psikologi kognitif yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan pemikiran para pakar kognitif lainnya. Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Semakin bertambah umur pebelajar, semakin kompleks susunan sel syarafnya dan makin meningkat kemampuannya (Asri, 2005:35). Teori Belajar menurut Ausubel Advance organizers yang oleh Ausubel merupakan penerapan konsepsi tentang struktur kognitif di dalam merancang pembelajaran. Penggunaan advance organizers sebagai kerangka isi akan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mempelajari informasi baru, maka advance organizers akan memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran yang baru, serta hubungannya dengan materi yang telah dipelajarinya. Teori Belajar menurut Gagné Menurut Robert M. Gagné belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, dan menjadi kapabilitas baru (Syaiful, 2007:17). Teori Belajar menurut Gestalt Berbeda dengan teori-teori yang dikemukakan oleh para tokoh behaviorisme, terutama Thordike, yang menganggap bahwa belajar sebagai proses trial and error, teori Gestalt ini memandang belajar adalah proses yang didasarkan pada pemahaman (insight). Karena pada dasarnya setiap tingkah laku seseorang selalu didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi di mana tingkah laku tersebut terjadi. Dengan kata lain, teori Gestalt ini menyatakan bahwa yang paling penting dalam proses belajar individu adalah dimengertinya apa yang dipelajari oleh tersebut.