Disusun oleh :
Kelompok 2 ( dua )
Ketua kelompok : Muhammad Taufik Ibrahim ( R.2101010046 )
Sekretaris : Euis Vike Khodijah ( R.2101010029 )
Anggota : Cica Marsita ( R.2101010017 )
Juliana Rahayu Nur Rizki ( R.2101010039 )
Moh. Fauzie Rachman SE ( R.2101010020 )
Nadya Nur Afifah ( R.2101010027 )
Nury Yulianti Putri ( R.2101010003 )
Yuli Kartika ( R.2101010031 )
Puji syukur kami panjatkankehadirat Tuhan Yang Maha Esa.Karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan
Pancasila. Namun disamping itu, kami harap penulisan makalah ini dapat menambah
wawasan kami selaku penulis maupun wawasan pembaca mengenai “Dengan Ber-etika
Politik dalam Pemilihan Umum (Pemilu) Merupakan Pelaksanaan Nilai-Nilai Pancasila”
karena sebagai warga negara yang hidup di negara demokrasi, sudah seharusnya kita
menjunjung tinggi nilai-nilai pancasila dalam segala hal misalnya dalam kegiatan demokrasi
pelaksanaan Pemilu.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak D. Ali Badjri, Drs., MM.Sebagai
dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Pancasila jugakepada seluruh pihak yang telah
terlibat dalam penyusunan makalah ini.
Kamimenyadari bahwa makalahini masih jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu,
kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini
juga menjadi pembelajaran bagi kami pada tugas yang akan datang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI ......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang......................................................................................................1
I.2 Rumusan Masalah ................................................................................................2
I.3 Tujuan...................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
II.1 Bagaimana Etika Penyelenggara Pemilu? ...................................................3
II.2 Seperti Apa Kode Etik Penyelenggara?.......................................................3
II.3 Bagaimana Kreadinilitas Dan Intrgritas Pemilu? .......................................4
II.4 Bagaimana Jika Pelaksanaan Pemilu Tanpa Dibarengi Etika Politik? .......4
II.5 Apa Saja Penyimpangan Nilai-Nilai Pancasila Dalam Pemilu?..................5
II.6 Bagaimana Oknum Yang Melanggar Asas Pemilu (LUBERJURDIL)? ....9
II.7 Apa Yang Menjadikan Kecurangan Pemilu Yang Lebih Rentan Terjadi Di
Desa-Desa ( Seperti Penekanan/Penguasaan Sekelompok Orang)?.............10
II.8 Bagaimana Jika Tidak Adanya Peranan Nilai-Nilai Pancasila Dalam
Pemilu? .........................................................................................................12
BAB III PENUTUP
III.1 Kesimpulan........................................................................................................14
III.2 Saran...................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................15
Ii
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Etika berkaitan dengan norma moral, yaitu norma untuk mengukur betul salahnya
tindakan manusia sebagai manusia. Dengan demikian, etika politik mempertanyakan
tanggung jawab dan kewajiban manusia sebagai manusia dan bukan hanya sebagai warga
negara terhadap negara, hukum berlaku dan lain sebagainya.
Etika merupakan pemikiran kritis yang mendasar tentang ajaran-ajaran dan
pandangan-pandangan moral.Etika mengkaji bagaiman kita harus mengikuti ajaran moral
tertentu, atau bagaiman kita dapat mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan
dengan pelbagai ajaran moral.etika menjadi begitu penting dalam praktik kehidupan
berbangsa dan bernegara termasuk penyelenggaraan pemilu karena dengan adanya etika
maka tersisilah lancunae atau ruang kekosongan yang dianggap banyak orang seringkali
tercipta penegakan hukum yang lemah. Etika politik Pancasila adalah suatu proses
pengambilan keputusan dan kebijakan lainnya yang harus dijiwai oleh nilai-nilai
Pancasila, karena Pancasila mempunyai nilai yang sangat fundamental sebagai dasar
falsafah Bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam UUD 1945. Oleh karena
itu, setiap warga Negara dan penyelenggara Negara harus mempelajari, memahami,
menghayati dan mengamalkan Pancasila dalam segala bidang kehidupan berbangsa
bernegara dan bermasyarakat, karena Pancasila merupakan suatu landasan moral etik
dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.
Standar perilaku ideal dalam praktik etika politik bernegara, filsafat politik
Pancasila harus menjadi pedoman rujukan nilai-nilai kepemiluan agar dalam
penyelenggaraan, peran dan fungsi penyelenggara pemilu diharapkan dapat menjalankan
tugas dan fungsi berdasarkan standar norma peraturan perundang-undangan kepemiluan
yang sudah dibuat. Standar itulah yang dituangkan dalam bentuk kode etik
penyelenggara pemilu sebagai pengejewantahan dari perintah norma tertinggi yakni
Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 dan TAP MPR Nomor 6 Tahun 2001 tentang
Etika Kehidupan Berbangsa. Etika penyelenggara pemilu dimaksudkan sebagai
penguatan etika politik dalam rangka mewujudkan proses pelaksanaan tahapan pemilu
berdasarkan nilai-nilai politik bangsa yakni filsafat politik Pancasila, dan kode etik
penyelenggara pemilu yang sudah dirumuskan berdasarkan spirit filsafat Pancasila, nilai-
nilai dalam UUD 1945, dan TAP MPR Nomor 6 Tahun 2001 tentang Etika Kehidupan
Berbangsa.
Nilai – nilai Pancasila harus di terapkan dalam berdemokrasi salah satu
contohnya yaitu pemilihan umum (pemilu) yaitu sebgai sarana perwujudan kedaulatan
rakyat guna menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila
dan UUDN RI, dengan maksud untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden, anggota
DPR, DPD, DPRD, serta Kepala Daerah dan Wakil Kepala daerah, yang mampu
mencerminkan nilai – nilai demokrasi yang dapat diperjuangkan aspirasi rakyat.
Penyelenggara Pemilu, memiliki tugas penting dalam menjaga jalannya
demokrasi di Indonesia. Setiap langkah dan tindakan harus senantiasa berpedoman pada
1
aturan hukum dan kode etik yang berlaku.Hal ini diperlukan agar langkah dan tindakan
Penyelenggara dapat dipertanggungjawabkan.Netralitas Penyelenggara perlu ditegaskan,
mengingat masyarakat sangat mengharapkan terselenggaranya Pemilu yang aman,
nyaman, damai tanpa ada pihak-pihak yang merasa dirugikan.
Di Indonesia masih banyak terlihat kejadian / kasus pelanggaran etika dalam
PEMILU( pemilihan umum). Maka dari itu kami akan membahas lebih dalam mengenai
etika politik dalam pemilu merupakan pelaksanaan pancasila.
I.7 Apa yang menjadikan Kecurangan Pemilu Yang Lebih Rentan Terjadi Di Desa-
Desa ( Seperti Penekanan/Penguasaan Sekelompok Orang)?
I.8 Bagaimana jika Tidak Adanya Peranan Nilai-Nilai Pancasila Dalam Pemilu?
I.3. Tujuan
I.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami mengenai “Dengan Ber-Etika Politik Dalam
Pemilihan Umum (Pemilu) Merupakan Pelaksanaan Nilai-Nilai Pancasila”
I.3.2 Tujuan Pembahasan
a. Untuk mengetahui Bagaimana etika penyelenggara pemilu?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Praktik Pemilu di Indonesia dewasa ini telah dinodai oleh Oknum Politisi yang
hanya menggunakan Pemilu sebagai thoriq untuk mencapai kekuasaan di posisi
Pemerintahan, menaikkan status sosial, juga menambah aset materi. Anda saja sila-
sila yang terdapat dalam Pancasila dapat diterapkan secara maksimal di Pemilu
mungkin bangsa ini akan lebih maju dan terlihat berwibawa di mata Negara-negara
tetangga.
Kurangnya kesadaran pengimplementasian nilai pancasila dalam kehidupan
masyarakat juga membuat ideology pancasila tersisihkan.Penyimpangan terhadap
nilai pancasila masih sering terjadi di dalam kehidupan bernegara dan tidak
mencerminkan sikap yang sesuai pancasila.
Seperti misalahnya 5 Contoh Kasus Pelanggaran Pemilu yang masih marak terjadi di
Indonesia:
1. Money Politik
Politik uang atau politik perut adalah suatu bentuk pemberian atau janji
menyuap seseorang baik supaya orang itu tidak menjalankan haknya untuk
memilih maupun supaya ia menjalankan haknya dengan cara tertentu pada saat
pemilihan umum. Pembelian bisa dilakukan menggunakan uang atau barang.Politik
uang adalah sebuah bentuk pelanggaran kampanye.Politik uang umumnya
dilakukan simpatisan, kader atau bahkan pengurus partai politik menjelang hari
H pemilihan umum. Praktik politik uang dilakukan dengan cara pemberian
berbentuk uang, sembako antara lain beras, minyak dan gula kepada masyarakat
dengan tujuan untuk menarik simpati masyarakat agar mereka memberikan
suaranya untuk partai yang bersangkutan.
Politik uang sendiri merupakan salah satu bentuk pelanggaran dalam
kampanye seperti dalam fungsi hukum menurut ahli . Hal tersebut tertuang jelas
dalam Pasal 73 ayat 3 Undang Undang No. 3 tahun 1999 berbunyi:
6
“Barang siapa pada waktu diselenggarakannya pemilihan umum menurut undang-
undang ini dengan pemberian atau janji menyuap seseorang, baik supaya orang
itu tidak menjalankan haknya untuk memilih maupun supaya ia menjalankan
haknya dengan cara tertentu, dipidana dengan pidana hukuman penjara paling
lama tiga tahun. Pidana itu dikenakan juga kepada pemilih yang menerima suap
berupa pemberian atau janji berbuat sesuatu.”
2. Penggelembungan Suara
Penggelembungan suara juga merupakan sebuah contoh kasus dalam
pelanggarn pemilu sebagaimana tujuan hukum acara pidana .Hal ini tentu masih
marak terjadi sebagai upaya curang untuk memenangkan satu kandidat
tertentu.Misalnya saja yang terbaru ini terjadi pada Pilbub Jombang Tahun
2018.Dimana KPU Kabupaten Jombang memutuskan untuk menggelar coblosan
ulang di TPS 1 Desa Tambar, Kecamatan Jogoroto. Coblosan ulang digelar
menyusul adanya penggelembungan suara Pilbup Jombang 2018 di TPS tersebut.
Coblosan sendiri, lanjut Djafar, akan digelar di TPS 1 Desa Tambar pada
Minggu (1/7/2018) mulai pukul 07.00 WIB. Dia memastikan tak ada kendala
anggaran untuk PSU di satu TPS tersebut. Bahkan surat suara untuk coblosan
ulang di TPS 1 Desa Tambar telah dicetak sesuai jumlah daftar pemilih tetap
(DPT). Hari ini pihaknya melakukan persiapan akhir untuk pelakasanaan
coblosan.Penggelembungan suara di TPS 1 Desa Tambar hanya terjadi pada
Pilbup Jombang.Daftar pemilih tetap (DPT) di TPS 1 Desa Tambar sebanyak 497
orang.
Dari jumlah itu, 308 orang datang ke TPS untuk menggunakan hak
pilihnya. Namun saat dilakukan penghitungan pada Rabu (27/6), jumlah surat
suara yang sudah dicoblos di dalam kotak suara Pilbup Jombang sebanyak 333
lembar. Terdiri dari 148 surat suara memilih pasangan nomor urut 1 Mundjidah
Wahab-Sumrambah, 115 suara pasangan nomor urut 2 Nyono Suharli-Subaidi
Muchtar. Sebanyak 36 suara untuk pasangan nomor urut 3 Syafiin-Choirul Anam,
serta 34 suara tidak sah. Artinya, terdapat 25 surat suara yang sengaja
ditambahkan di dalam kotak tersebut.
5. Penyalahgunaan Jabatan
Tidak sedikit kasus pelanggaran pemilu yang bersumber dari adanya
penyalahgunaan jabatan sebagaimana tujuan hukum acara pidana .Biasanya hal ini
terjadi pada mereka yang bekerja baik dipemerintahan atau swasta. Atsan akan
memberi penekanan kepada bawahan merekan diharuskan untuk memilih satu
calon. Tentunya akan ada konsekuensi yang diberikan kepada mereka yang
membangkan atau juga memiliki pilihan lain diluar calon yang didukung oleh
atasan. Konsekuensinya seperti skorsing, mutasi hingga bahkan pemecatan, tentu
saja hal ini sudah sangat keterlaluan dan melanggar hak pilih masing masing orang.
Selain contoh kasus pemilu yang masih marak terjadi, adapula jenis-jenis
pelanggaran pemilu berdasarkan Undang-Undang:
1. Pelanggaran Kode Etik
Pasal 251 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPD, dan DPRD menyebutkan:
“Pelanggaran kode etik penyelenggara Pemilu adalah pelanggaran terhadap
etika penyelenggara Pemilu yang berpedomankan sumpah dan/atau janji
sebelum menjalankan tugas sebagai penyelenggara Pemilu”.
2. Tindak Pidana Pemilu
Pasal 260 UU No. 8 Tahun 2012 menyebutkan :
“Tindak pidana Pemilu adalah tindak pidana pelanggaran dan/atau
kejahatan terhadap ketentuan tindak pidana Pemilu sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang ini”
8
3. Pelanggaran Administrasi Pemilu
Pasal 253 UU No. 8 Tahun 2012 menyebutkan :
“Pelanggaran administrasi Pemilu adalah pelanggaran yang meliputi tata
cara, prosedur, dan mekanisme yang berkaitan dengan administrasi
pelaksanaan? Pemilu dalam setiap tahapan penyelenggaraan Pemilu di luar
tindak pidana Pemilu dan pelanggaran kode etik penyelenggara Pemilu”.
4. Sengketa Pemilu
Pasal 257 UU No. 8 Tahun 2012 menyebutkan :
“Sengketa Pemilu adalah sengketa yang terjadi antar peserta Pemilu dan
sengketa Peserta Pemilu degan penyelenggara Pemilu sebagai akibat
dikeluarkannya keputusan KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota”.
5. Sengketa TUN Pemilu
Pasal 268 UU No. 8 Tahun 2012 menyebutkan:
“Sengketa tata usaha negara Pemilu adalah sengketa yang timbul dalam
bidang tata usaha negara Pemilu antara calon anggota DPR, DPD, DPRD
Provinsi, DPRD kabupaten/kota, atau partai politik calon Peserta Pemilu
dengan KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota sebagai akibat
dikeluarkannya keputusan KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota”.
6. Perselisihan Hasil Pemilu (PHPU)
Pasal 271 ayat (1) UU No. 8 Tahun2012 menyebutkan:
“Perselisihan hasil Pemilu adalah perselisihan antara KPU dan Peserta
Pemilu mengenai penetapan perolehan suara hasil Pemilu secara nasional”.
Contoh kasus penekanan dalam pemilu, seperti dalam sumber beritasatu.com pemilu
tanpa tekanan.
“Pemilu Tanpa Tekanan”
Aksi pembakaran kendaraan di Jawa Tengah (Jateng) sudah masuk dalam
kategori teror.Tindakan itu telah meresahkan masyarakat, khususnya di Jateng,
terutama menjelang pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) 2019. Jika tidak diusut
tuntas dan ditemukan pelakunya, aksi teror pembakaran mobil bisa meluas ke daerah
lain.
Tanpa pengungkapan kasus secara tuntas, aksi pembakaran mobil dan sepeda
motor menjelang pemilu bisa dianggap sebagai bentuk intimidasi terhadap warga
menjelang pemilu. Apalagi, aksi itu terjadi di daerah yang merupakan basis dukungan
partai atau pasangan calon presiden dan calon wakil presiden tertentu.Jangan sampai
aksi itu membuat warga takut untuk datang ke tempat-tempat pemungutan suara pada
17 April nanti.
Aksi pembakaran kendaraan di Jateng sudah terjadi selama lebih dari dua pekan. Aksi
yang bersifat sporadis itu cukup membuat khawatir warga di sana. Hingga kini, polisi
mencatat sedikitnya ada 30 kendaraan yang dibakar.Tentu dengan aksi yang masif
seperti itu sulit bagi kita untuk mengatakan bahwa peristiwa itu merupakan sebuah
kecelakaan.Pasti ada faktor kesengajaan.
Polda Jateng mencatat, ada 28 tempat kejadian perkara pembakaran.Total ada
30 kendaraan yang dibakar, yang terdiri atas 20 mobil dan sisanya motor. Modusnya
juga semua sama, yakni membakar antara pukul 02.00 WIB hingga 05.00 WIB dini
hari. Bahan yang digunakan untuk membakar kendaraan-kendaraan itu juga sama,
yakni menggunakan botol berisi bensin, korek kayu, dan kain. Lokasinya
tersebar.Semula terjadi di Kendal pada 23 Januari lalu, kemudian merambat ke
Semarang, Ungaran, hingga Grobogan.
Pihak Polda Jawa Tengah mengakui bahwa kasus pembakaran kendaraan di
Kota Semarang dan sekitarnya itu belum terpecahkan.Polisi mengakui kesulitan untuk
menemukan saksi-saksi dan bukti.Kamera pengawas yang sempat merekam sejumlah
kejadian, juga tidak jelas menunjukkan ciri-ciri pelaku. Meski demikian, polisi akan
terus bekerja untuk mengungkap pelaku. Bahkan, disebutkan, 2/3 kekuatan polisi di
Jateng dikerahkan untuk mengungkap kasus tersebut.
11
Meski belum bisa memastikan bahwa aksi itu terkait dengan pemilu, polisi
mengakui bahwa pembakaran mobil dan sepeda motor itu ditujukan untuk menakuti
masyarakat. Apalagi, polisi sama sekali tidak menemukan motif ekonomi atau
dendam pribadi dari aksi itu.
Kita tentu mengapresiasi kerja keras jajaran Polri untuk mengungkap kasus ini
secara tuntas.Kita berharap agar pelaku, bahkan otak di balik kejadian-kejadian itu,
dapat diungkap dan ditangkap. Kita ingin pelaku dapat dihukum dengan seberat-
beratnya agar menjadi pembelajaran dan tidak menyebar ke daerah lain.
Kita tentu yakin bahwa aparat keamanan, khususnya Polri, mampu menjaga
situasi nasional dengan baik menjelang pemilu 17 April nanti.Situasi keamanan yang
kondusif sangat diperlukan agar rakyat bisa memilih pemimpin-pemimpin mereka, di
eksekutif maupun legislatif, dengan tenang dan aman.Koordinasi aparat keamanan,
termasuk dengan TNI dan intelijen, sangat dibutuhkan untuk menjaga situasi
keamanan itu.
Di sisi lain, peran partai politik, elite, kader partai, dan para politisi juga sangat
penting. Jangan sampai mereka menggunakan cara-cara yang tidak terpuji, dengan
menakuti rakyat untuk menggunakan hak pilih nanti.Kekhawatiran adanya upaya
untuk menakuti pemilih itu telah disampaikan secara langsung oleh Ketua Umum
DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri.
Megawati mengaku khawatir dengan situasi menjelang pemilu saat
ini.Menjelang Pilpres 2019, Megawati melihat ada upaya untuk menakut-nakuti
pemilih datang ke TPS dan memilih Joko Widodo (Jokowi) sebagai presiden.Meski
tidak menyebut peristiwanya, pernyataan Megawati itu mengarah pada peristiwa
pembakaran kendaraan di Jateng. Pasalnya, selama ini Jateng dikenal sebagai basis
massa pendukung PDI-P dan tentunya capres yang diusung, Jokowi.
Kita tentu berharap agar kekhawatiran Megawati itu tidak terbukti. Undang-
Undang Nomor 17 tahun 2017 tentang Pemilu dengan tegas menyatakan bahwa
pemilu wajib menjamin tersalurkannya suara rakyat secara langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur, dan adil. Sanksi tegas juga diatur bagi setiap orang yang melanggar
prinsip-pinsip pemilu tersebut.Prinsip ini sangat penting untuk diterapkan oleh seluruh
pihak yang berkepentingan dalam pemilu, mulai dari rakyat umum, pemilih, peserta
pemilu, penyelenggara pemilu, aparat keamanan, hingga partai politik.
Prinsip itu menegaskan bahwa tidak boleh ada intimidasi atau ancaman kepada
pemilih untuk tidak memilih calon tertentu, termasuk untuk takut menggunakan hak
pilihnya.Kita ingin agar masyarakat tidak takut terhadap aksi-aksi teror seperti
itu.Keberanian masyarakat menjadi senjata ampuh untuk melawan teror.
Kita harus bersama-sama menjamin bahwa nanti masyarakat pemilih datang ke
tempat pemungutan suara (TPS) dengan riang gembira, tanpa ada rasa takut, dan bisa
memilih pemimpin sesuai dengan harapan-harapannya.Kita harus menyadari bahwa
persatuan dan kesatuan bangsa jauh lebih penting untuk dipertahankan.
13
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa sebagai dasar negara dan ideologi
Negara, berarti bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila itu dijdikan dasar
dan pedoman dalam mengatur sikap dan tingkah laku manusia di Indonesia dalam
hubungannya dengan tuhan masyarakat dan alam semesta. Etika politik adalah praktik
pemberian nilai terhadap tindakan politik dengan berlandaskan kepada etika
Sebagai warga negara yang hidup di Negara demokrasi, kita memiliki hak yang
sama untuk pengambilan keputusan, salah satunya dalam pelaksanaaan pemilu. Nilai –
nilai sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan negara
yang demokratis berdasarkan Pancasila dan UUDN RI, dengan maksud untuk memilih
Presiden dan Wakil Presiden, anggota DPR, DPD, DPRD, serta Kepala Daerah dan
Wakil Kepala daerah, yang mampu mencerminkan nilai – nilai demokrasi yang dapat
diperjuangkan aspirasi rakyat dengan tidak mengesampingkan etika politik dalam
pelaksanaan pemilu seperti tetap menjunjung tinggi azas pemilu yaitu
“LUBERJURDIL”.
III.2 Saran
Sebaiknya, dalam pelaksanaan pemilu pemerintah harus lebih selektif dalam
memilih anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), harus ada peraturan yang lebih
tegas untuk mengatur alur pelaksaan pemilu, juga harus ada sanksi yang berat bagi para
oknum yang melakukan penyelewengan maupun kecurangan dalam pemilu untuk
memberikan efek jera agar penyelewengan tersebut tidak terjadi lagi dikemudian hari
dan meminimalisir para pelaku kecurangan dalam pemilu.
14
DAFTAR PUSTAKA
https://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/ittihad/article/view/1596#:~:text=Etika
%20politik%20Pancasila%20adalah%20suatu,yang%20tercantum%20dalam%20UUD
%201945
http://ejournal.undwi.ac.id/index.php/widyaaccarya/article/view/669/621
https://diy.kpu.go.id/web/pentingnya-etika-penyelenggara-pemilu/
https://diy.kpu.go.id/web/pentingnya-etika-penyelenggara-pemilu/
https://diy.kpu.go.id/web/pentingnya-etika-penyelenggara-pemilu/
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=507:peran-partai-politik-dalam-
penyelenggaraan-pemilu-yang-aspiratif-dan-demokratis&catid=100&Itemid=180
https://jamberita.com/read/2019/01/31/5947325/rahasia-asas-pemilu-yang-dilanggar-/
https://amp-kompas-
com.cdn.ampproject.org/v/s/amp.kompas.com/tren/read/2020/12/12/132900765/-
pemilih-di-satu-desa-golput-jangan-main-main-dengan-aspirasi-rakyat-?
amp_js_v=a6&_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#aoh=16389539346683&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251%24s&share=https%3A%2F
%2Fwww.kompas.com%2Ftren%2Fread%2F2020%2F12%2F12%2F132900765%2F-
pemilih-di-satu-desa-golput-jangan-main-main-dengan-aspirasi-rakyat-
https://www.beritasatu.com/tajuk/6293/pemilu-tanpa-tekanan
https://brainly.co.id/tugas/20806698
https://voi.id/berita/46327/etika-politik-pancasila-nilai-nilai-dan-contoh-penerapannya
https://www.doniliat.com/etika-politik-dan-pemilu-peran-dan-fungsi-dkpp-
mewujudkan-pemilu-berintegritas/
https://www.kompasiana.com/julitajui3785/5ce6bde76b07c552684e47a3/peran-
pancasila-dalam-hasil-pemilu-2019
15