MAKALAH
Oleh :
KELOMPOK 2
Semester / Kelas : 2/ 2C
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PIAUD)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) SUFYAN TSAURIMAJENANG –
CILACAP
Sekretariat: Jl. Kyai Haji Sufyan Tsauri Majenang Telp. (0280) 623562 Po. Box 18
Tahun Akademik 2019/2020
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam
kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya
yang telah memperjuangkan Agama Islam. Kemudian dari pada itu, kami sadar bahwa
dalam menyusun makalah ini banyak yang membantu terhadap usaha saya, mengingat hal
itu dengan segala hormat kami sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya
kepada :
1. Sekolah Tinggi Agama Islam Sufyan Tsauri (STAIS) Majenang.
2. Dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan
makalah ini bapak Fathur rohim, M
3. Teman – teman dan seluruh pihak yang ikut berpartisipasi dalam penyelesaian
makalah.
Atas bimbingan, petunjuk dan dorongan tersebut kami hanya dapat berdo'a dan
memohon kepada Allah SWT semoga amal dan jerih payah mereka menjadi amal soleh
di mata Allah SWT. Amin.
Dan dalam penyusunan makalah ini kami sadar bahwa masih banyak kekurangan
dan kekeliruan, maka dari itu kami mengharapkan kritikan positif, sehingga bisa
diperbaiki seperlunya.
Akhirnya kami tetap berharap semoga makalah ini menjadi butir-butir amalan
kami dan bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi seluruh pembaca. Amin
Yaa Robbal 'Alamin.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................2
A. Kesimpulan...........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Balakang
Setiap perbuatan manusia itu ada yang baik dan ada yang tidak baik atau buruk. Baik
dan buruk merupakan dua istilah yang banyak digunakan untuk menentukan suatu perbuatan
yang dilakukan oleh seseorang. Pernyataan tersebut dapat dijadikan indikator untuk menilai
perbuatan itu baik atau buruk sehingga dapat dilatarbelakangi sesuatu yang mutlak dan
relatif.
Pernyataan – pernyataan tersebut perlu dicarikan jawaban dan dapat dijadikan
rumusan masalah sehingga para pembaca menilai sesuatu itu baik atau buruk memiliki
indikator yang pasti. Untuk itu dijadikan pembahasan masalah adalah Bagaimana ukuran
menilai baik dan buruk menurut pandangan Islam
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian baik dan buruk ?
2. Apakah ukuran baik buruk dalam ilmu akhlak?
3. Apa sajakah aliran baik dan buruk?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Baik dan Buruk
2. Untuk mengetahui Ukuran yang dipakai dalam menilai baik dan buruk
3. Untuk mengetahui aliran baik buruk
1
2
BAB II
PEMBAHASAN
yang ditimbulkan oleh sesuatu tersebut, melainkan karena memang sifat jujur, adil
dan berani itu secara dhatiyyah baik.
Paham ini memiliki pendirian bahwa setiap manusia memiliki kekuatan batin
untuk membedakan antara baik dan buruk, misalnya ketika seseorang mendengarkan
suara musik, secara otomatis, tanpa berfikir panjang, ia dapat menilai bahwa suara
musik tersebut baik atau jelek. Kekuatan tersebut disebut intuisi (laqanat). Oleh
karena itu, paham ini disebut intuition (laqanat) perbedaan yang menonjol antara
aliran intuition dan hedonisme terletak pada:
a. Sesuatu yang baik akan tetap baik dan tidak mengenal batasan ruang dan
waktu. Tidak bergantung pada tujuan yang akan dicapai, juga tidak bergantung
pada akibat yang dihasilkan.
b. Sesuatu yang baik itu sesuatu yang pasti tidak membutuhkan alasan mengapa
dianggap baik dan mengapa dianggap buruk.
c. Sesuatu yang tidak menerima keraguan, adalah mustahil sesuatu yang
berlawanan, baik dan buruk, suatu ketika dianggap baik dan suatu ketika
dianggap buruk.
Setiap orang memiliki suara hati yang dapat mengarahkannya untuk berbuat baik
dan melaksanakan kewajibannya. Kebaikan dan kewajiban tersebut membuahkan
kenikmatan dan kebahagiaan yang dapat mengantarkan manusia pada sesuatu yang
disenangi dan terhindar dari penderitaan. Suara hati tidak tunduk karena sesuatu itu
menyenangkan atau menyakitkan, tetapi tunduk pada kewajiban. Kewajiban tetap
harus dilaksanakan meski menghalang-halangi kesenangan dan menyebabkan sakit.
Kebaikan tetap baik meski untuk apakah menghasilkan kenikmatan atau kesusahan
adalah cara berfikirnya pedagang. Jika berfikir tentang moralitas, seharusnya lebih
dari sekedar menghitung untung rugi.
Kelompok yang masuk dalam aliran intuition ini antara lain, kelompok filosof
kuno yang dikenal dengan sebutan kaum Sofis. Mereka adalah pengikut Zeno seorang
filosof Yunani 342-270SM. Mereka tidak menjadikan kenikmatan dan kekayaan
sebagai keinginan terbesarnya, yang menjadi keinginan terbesarnya adalah hidup
sebagai seorang yang bijaksana dalam kondisi apapun, susah maupun senang, fakir
maupun kaya.
Dalam perkembangannya, pemikiran aliran intuition ini, di Barat dikembangkan
oleh Immanuel Kant, ia merupakan salah seorang pemikir besar filsafat moral dari
Jerman, yang hidup di tahun 1724-1804. menurutnya rasio manusia merupakan asas
moral. Baik-buruk tidak dapat diukur dengan melihat akibat yang ditimbulkannya
(nikmat atau sakit), tetapi aqal secara alamiah dapat menunjukkan baik dan buruk.
Kemudian lebih jauh Immanuel Kant mengembangkan pemikirannya dengan
menciptakan sistem moral deontologi. Kant berpendapat bahwa sesuatu yang baik
adalah kehendak yang baik. Sesuatu yang baik akan tetap baik, jika digunakan oleh
kehendak yang baik. Sesuatu yang baik dapat menjadi buruk karena kehendak yang
jahat. Kehendak akan menjadi baik, bila seseorang bertindak karena kewajiban. Jika
bertindak karena maksud lain-bukan karena kewajiban-sesuatu tersebut menjadi tidak
6
baik, perbuatan dianggap baik bila hanya dilakukan karena wajib dilakukan.
Bertindak sesuai dengan kewajiban tersebut, oleh Kant disebut legalitas.
Selanjutnya, Kant membagi kewajiban menjadi dua, kewajiban yang mengandung
imperative, hipotesis dan yang mengandung imperative kategoris. Imperative
hipotesis adalah perintah (kewajiban) yang mengikutsertakan syarat, misalnya “Jika
ingin lulus dalam ujian, maka harus belajar” imperative kategoris adalah perintah
(kewajiban) tanpa mengikutsertakan syarat, misalnya “janji harus ditepati” (sepakat
atau tidak dengan norma ini, tetap harus dilakukan dan memang adanya demikian).
Berkaitan dengan moral, perilaku manusia hanya dibimbing oleh norma yang
mewajibkan begitu saja tanpa syarat, tanpa pertimbangan yang lain.
Pelaksanaan imperative kategoris menuntut adanya otonomi kehendak. Kehendak
yang otonom dapat menentukan dirinya sendiri dan tidak membiarkan diri ditentukan
oleh faktor dari luar, seperti kecenderungan atau emosi. Yang dimaksud otonomi
kehendak oleh Kant adalah: secara umum manusia membuat hukum moral dan
kehendak menaklukkan diri kepada hukum tersebut. Manusia yang hidup dengan
mengikuti hukum moral, ia akan menyerahkan diri.
4. Vitalisme
Menurut paham ini yang baik ialah yang mencerminkan kekuatan dalam hidup
manusia. Paham ini pernah dipraktekkan pada penguasa di zaman feodalisme terhadap
kaum yang lemah dan bodoh. Dengan kekuatan dan kekuasaan yang dimiliki ia
mengembangkan pola hidup feodalisme, kolonialisme, dictator dan tirani. Perbuatan
dan ketetapan yang dikeluarkan menjadi pegangan bagi masyarakat, mengingat orang
yang bodoh dan lemah selalu mengharapkan pertolongan dan bantuannya.
Dalam masyarakat yang sudah maju, dimana ilmu pengetahuan dan keterampilan
sudah mulai banyak dimiliki oleh masyarakat, paham vitalisme tidak akan mendapat
tempat lagi, dan digeser dengan pandangan yang bersifat demokratis.
5. Religiosme
Menurut paham ini dianggap baik adalah perbuatan yang sesuai dengan kehendak
Tuhan, sedangkan perbuatan buruk adalah perbuatan yang tidak sesuai dengan
kehendak Tuhan. Dalam paham ini keyakinan feologis, yakni keimanan kepada Tuhan
sangat memegang peranan penting, karena tidak mungkin orang mau berbuat sesuai
dengan kehendak Tuhan, jika yang bersangkutan tidak beriman kepadanya. Menurut
Poedjawijatna aliran ini dianggap paling baik dalam praktek, namun terdapat pula
keberatan terhadap aliran ini, yaitu karena ketidakumuman dari ukuran baik dan buruk
yang digunakannya.
Diketahui bahwa di dunia ini terdapat bermacam-macam agama, dan masing-
masing agama menentukan baik buruk menurut ukurannya masing – masing. Agama
Hindu, Budha, Yahudi. Kristen, dan Islam, misalnya masing – masing memiliki
pandangan dan tolak ukur tentang baik dan buruk yang satu dan lainnya berbeda-beda.
7
6. Evolusi (Evolution)
Mengikuti paham ini mengatakan bahwa segala sesuatu yang ada di ala ini
mengalami evolusi yaitu berkembang dari apa adanya menuju kepada
kesempurnaannya. Paham ini pertama muncul dibawah oleh seorang ahli pengetahuan
bernama “LAMARK”. Dia berpendapat bahwa jenis binatang itu berubah satu sama
lainnya. Pendapat ini bukan hanya berlaku pada benda-benda yang tampak, seperti
binatang, manusia, dan tumbuh-tumbuhan. Tetapi juga berlaku pada benda yang tak
dapat dilihat / diraba oleh indra, seperti akhlak dan moral.
7. Aliran Tradisional
Tiap umat manusia mempunyai adat / tradisi dan peraturan tertentu yang dianggap
baik untuk dilaksanakan. Karena itu, kapan dan dimanapun juga, dipengaruhi oleh
adat kebiasaan atau tradisi bangsanya, karena lahir dalam lingkungan bangsanya.
Harus diakui, bahwa aliran ini banyak mengandung kebenaran, hanya secara
ilmiah kurang memuaskan, karena tidak umum. Dengan demikian, maka terjadilah
bermacam-macam perbedaan adat / kebiasaan diantara bangsa-bangsa, tidak itu saja,
bahkan perbedaan antar suku.
8. Aliran Naturalisme
Ukuran baik dan buruk perbuatan manusia menurut aliran ini adalah perbuatan
yang sesuai dengan fitrah / naluri manusia itu sendiri, baik mengenai fitrah lahir
maupun fitrah batin. Aliran ini berpendirian bahwa segala sesuatu dalam dunia ini
menuju kepada suatu tujuan tertentu. Dengan memenuhi panggilan nature setiap
sesuatu akan dapat sampai kepada kesempurnaan. Karena akal pikiran itulah yang
menjadi wasilah bagi manusia untuk mencapai tujuan kesempurnaan, maka manusia
harus melakukan kewajibannya dengan berpedoman kepada akal.
9. Aliran Theologis
Aliran ini berpendapat bahwa yang menjadi ukuran baik dan buruknya perbuatan
manusia, adalah didasarkan atas ajaran Tuhan, apakah perbuatan itu
diperintahkan/dilarang oleh-Nya. Dengan perkataan theologies saja nampaknya masih
samara karena di dunia ini terdapat bermacam-macam agama yang mempunyai kitab
suci sendiri-sendiri yang antara satu dengan yang lain tidak sama. Sebagai jalan keluar
dari kesamaran itu ialah dengan mengkaitkan etika, theologies ini dengan jelas kepada
agama, missal etika theologies menurut Kristen, etika theologies menurut Yahudi dan
Theologis menurut Islam.
istilah yang digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang disukai atau dipandang baik.
Lawan dari al hasanah adalah al sayyiah. Yang termasuk al hasanah missal
keuntungan kelapangan rezeki dan kemenangan. Misalnya kita jumpai pada ayat yang
artinya: Ajaran manusia menuju Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik.
Adapun kata Al birr digunakan untuk menunjukkan pada upaya
memperluas/memperbanyak melakukan perbuatan yang baik. Jika kata tersebut
digunakan untuk sifat Allah, maka maksudnya adalah bahwa Allah memberikan
balasan pahala yang besar, dan jika digunakan untuk manusia, maka yang dimaksud
adalah ketaatannya.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sesuatu yang disebut baik atau buruk itu relative sekali, karena bergantung pada
pandangan dan penilaian masing-masing yang merumuskannya dan pengertian ini
bersifat subjektif, karena bergantung pada individu yang menilainya.
Beberapa aliran-aliran filsafat yang mempengaruhi dalam penentuan baik dan buruk
diantaranya :
1. Baik dan Buruk Menurut Ajaran Islam
2. Baik Buruk Aliran Theologis
3. Baik Buruk Aliran Naturalisme
4. Aliran Tradisional
5. Evolusi (Evolution)
6. Religiosme
7. Vitalisme
8. Intuition ( Humanisme )
9. Aliran Adat Istiadat ( Sosialisme )
10. Aliran Hedoisme
10
DAFTAR PUSTAKA