Anda di halaman 1dari 13

AKHLAQ TASAWUF BAIK DAN BURUK

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akhlaq Tasawuf

Dosen Pengampu: FATCHURROCHMAN,M.Pd

Oleh :

KELOMPOK 2

1. Adela Rara Suryani


2. SitiKhomsiyah

Semester / Kelas : 2/ 2C

JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PIAUD)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) SUFYAN TSAURIMAJENANG –
CILACAP

Sekretariat: Jl. Kyai Haji Sufyan Tsauri Majenang Telp. (0280) 623562 Po. Box 18
Tahun Akademik 2019/2020
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam
kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya
yang telah memperjuangkan Agama Islam. Kemudian dari pada itu, kami sadar bahwa
dalam menyusun makalah ini banyak yang membantu terhadap usaha saya, mengingat hal
itu dengan segala hormat kami sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya
kepada :
1. Sekolah Tinggi Agama Islam Sufyan Tsauri (STAIS) Majenang.
2. Dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan
makalah ini bapak Fathur rohim, M
3. Teman – teman dan seluruh pihak yang ikut berpartisipasi dalam penyelesaian
makalah.
Atas bimbingan, petunjuk dan dorongan tersebut kami hanya dapat berdo'a dan
memohon kepada Allah SWT semoga amal dan jerih payah mereka menjadi amal soleh
di mata Allah SWT. Amin.
Dan dalam penyusunan makalah ini kami sadar bahwa masih banyak kekurangan
dan kekeliruan, maka dari itu kami mengharapkan kritikan positif, sehingga bisa
diperbaiki seperlunya.
Akhirnya kami tetap berharap semoga makalah ini menjadi butir-butir amalan
kami dan bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi seluruh pembaca. Amin
Yaa Robbal 'Alamin.
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah .........................................................................................................1


B. Rumusan Masalah.................................................................................................................1

C. Tujuan...................................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................2

A. Pengertian Baik dan Buruk...................................................................................................2

B. Ukuran Baik dan Buruk........................................................................................................2

C. Aliran – aliran tentang Baik dan Buruk................................................................................4

BAB III PENUTUP.........................................................................................................................9

A. Kesimpulan...........................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................10
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Balakang
Setiap perbuatan manusia itu ada yang baik dan ada yang tidak baik atau buruk. Baik
dan buruk merupakan dua istilah yang banyak digunakan untuk menentukan suatu perbuatan
yang dilakukan oleh seseorang. Pernyataan tersebut dapat dijadikan indikator untuk menilai
perbuatan itu baik atau buruk sehingga dapat dilatarbelakangi sesuatu yang mutlak dan
relatif.
Pernyataan – pernyataan tersebut perlu dicarikan jawaban dan dapat dijadikan
rumusan masalah sehingga para pembaca menilai sesuatu itu baik atau buruk memiliki
indikator yang pasti. Untuk itu dijadikan pembahasan masalah adalah Bagaimana ukuran
menilai baik dan buruk menurut pandangan Islam

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian baik dan buruk ?
2. Apakah ukuran baik buruk dalam ilmu akhlak?
3. Apa sajakah aliran baik dan buruk?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Baik dan Buruk
2. Untuk mengetahui Ukuran yang dipakai dalam menilai baik dan buruk
3. Untuk mengetahui aliran baik buruk

1
2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Baik dan Buruk


Dari segi bahasa baik adalah terjemahan dari kata khayr (dalam bahasa Arab)
yang artinya “ yang baik”, good; best (dalam bahasa Inggris) good = that which is
morally right or acceptable sedangkan kebalikan Kata baik adalah buruk, kata buruk
sepadan dengan kata syarra, kobikh dalam bahasa Arab dan evil ;bad dalam bahasa
Inggris. Dikatakan bahwa yang disebut baik adalah sesuatu yang menimbulkan rasa
keharuan dan kepuasan, kesenangan, persesuaian, dan seterusnya1.Bila dihubungkan
dengan akhlak, yang dimaksud dengan baik (sebut: akhlaq yang baik) menurut
Burhanudin Salam adalah adanya keselarasan antara prilaku manusia dan alam manusia
tersebut . Sementara itu, Ahmad Amin menyatakan bahwa perilaku manusia dianggap
baik atau buruk bergantung pada tujuan yang dicanangkan oleh pelaku.
Kedua pengertian tersebut tampaknya lebih baik disatukan menjadi satu definisi,
sebab definisi pertama lebih memperhatikan akibat dari perilaku yang dihasilkan,
sementara definisi kedua lebih menitik beratkan pada tujuan terwujudnya perilaku.
Dengan hanya mempertimbangkan tujuan pelaku, seseorang akan cenderung berani
melakukan tindakan yang tidak selaras dengan alam dengan dalih bertujuan baik, juga
adanya kesulitan mengukur kebenaran tujuan pelaku. Berdasarkan pertimbangan tersebut,
barangkali dapat dirumuskan bahwa perilaku yang baik adalah prilaku yang memiliki
tujuan baik dan selaras dengan alam manusia.
B. Ukuran Baik dan Buruk
Ukuran baik dan buruk yang dikenal dalam ilmu akhlak antara lain :
1) Nurani
Jiwa manusia memiliki kekuatan yang mampu membedakan mana yang
baik dan mana yang buruk. Kekuatan tersebut dapat mendorongnya berbuat baik
dan mencegahnya berbuat buruk. Jiwanya akan merasa bahagia jika telah berbuat
baik dan merasa tersiksa jika telah berbuat buruk. Kekuatan ini disebut nurani.
Masing – masing individu memiliki kekuatan yang berbeda satu sama lain.
Perbedaan kekuatan ini dapat menyebabkan perbedaan persepsi tentang sesuatu
yang dianggap baik dan yang dianggap buruk.
2) Rasio
Rasio merupakan anugerah Tuhan yang diberikan kepada manusia, yang
membedakannya dengan makhluk lain. Dengan rasio yang dimiliki, manusia
dapat menimbang mana perkara yang baik dan yang buruk. Dengan akalnya
manusia dapat menilai bahwa perbuatan yang berakibat baik layak disebut baik
dan dilestarikan, dan begitu sebaliknya. Penilaian rasio manusia akan terus
3

berkembang dan mengalami perubahan sesuai dengan pengalaman – pengalaman


yang mereka miliki.
3) Adat
Adat istiadat yang berlaku dalam kelompok ataupun masyarakat tertentu
menjadi salah satu ukuran baik dan buruk anggotanya dalam berperilaku.
Melakukan sesuatu yang tidak menjadi kebiasaan masyarakat sekitarnya ataupun
kelompoknya akan menjadi problem dalam berinteraksi. Masing – masing
kelompok atau masyarakat tertentu memiliki batasan – batasan tersendiri tentang
hal – hal yang harus diikuti dan yang harus dihindari. Sesuatu yang dianggap baik
oleh masyarakat satu belum tentu demikian menurut masyarakat yang lain.
Mereka akan mendidik dan mengajarkan anak-anak mereka untuk melakukan
kebiasaan–kebiasaan yang mereka anggap baik dan melarang melakukan sesuatu
yang tidak menjadi kebiasaan mereka.
4) Pandangan Individu
Kelompok atau masyarakat tertentu memiliki anggota kelompok atau
masyarakat yang secara individual memiliki pandangan atau pemikiran yang
berbeda dengan kebanyakan orang di kelompoknya. Masing–masing individu
memiliki kemerdekaan untuk memiliki pandangan dan pemikiran tersendiri meski
harus berbeda dengan kelompok atau masyarakatnya. Masing–masing individu
memiliki hak untuk menentukan mana yang dianggapnya baik untuk dilakukan
dan mana yang dianggapnya buruk. Tidak mustahil apa yang semula dianggap
buruk oleh masyarakat, akhirnya dianggap baik, karena terdapat seseorang yang
berhasil meyakinkan kelompoknya bahwa apa yang dianggapnya buruk adalah
baik.
5) Norma Agama
Seluruh agama di dunia ini mengajarkan kebaikan. Ukuran baik dan buruk
menurut norma agama lebih bersifat tetap, bila dibandingkan dengan ukuran baik
dan buruk dimata nurani, rasio, adat istiadat, dan pandangan individu. Keempat
ukuran tersebut bersifat relatif dan dapat berubah sesuai dengan ruang dan waktu.
Ukuran baik dan buruk yang berlandaskan norma agama kebenarannya lebih
dapat dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan, karena norma agama
merupakan ajaran Tuhan Yang Maha Suci. Disamping itu, ajaran Tuhan lebih
bersifat universal, lebih terhindar dari subyektifitas individu maupun kelompok.
4

C. Aliran – aliran tentang Baik dan Buruk


Membicarakan baik dan buruk pada perbuatan manusia maka penentuan dan
karakternya baik dan buruk perbuatan manusia dapat diukur melalui fitrah
manusia.Menurut Poedja Wijatna berhubungan dengan perkembangan pemikiran
manusia dengan pandangan filsafat tentang manusia (Antropologi Metafisika) dan ini
tergantung pula dari Metafisika pada umumnya.
Dan dapat disimpulkan bahwa diantara aliran-aliran filsafat yang mempengaruhi
dalam penentuan baik dan buruk diantaranya :
1. Aliran Hedoisme
Dalam filsafat Yunani Kuno ditemukan bahwa Hedonisme sudah muncul sekitar
433-355SM oleh Aristippos dari Kyrene, salah seorang murid Socrates. Menurut
paham ini banyak yang disebut perbuatan yang baik adalah perbuatan yang banyak
mendatangkan kelezatan, kenikmatan, dan kepuasan nafsu biologis. Aliran ini tidak
mengatakan bahwa semua perbuatan mengandung kelezatan, melainkan adapula yang
mendatangkan kepedihan, dan apabila ia disuruh memilih manakah perbuatan yang
harus dilakukan, maka yang dilakukan adalah yang mendatangkan kelezatan. Maka
apabila terjadi keraguan dalam memilih sesuatu perbuatannya, harus diperhitungkan
banyak sedikitnya kelezatan dan kepedihannya dan sesuatu itu baik apabila diri
seseorang yang melakukan perbuatan mengarah kepada tujuan.

2. Aliran Adat Istiadat ( Sosialisme )


Menurut aliran ini ditentukan berdasarkan adat istiadat yang berlaku dan dipegang
teguh oleh masyarakat. Di dalam masyarakat kita jumpai adat istiadat yang
berkenaan dengan cara berpakaian, makan, minum, bercakap-cakap dan sebagainya.
Orang yang mengikuti cara-cara yang demikian itulah yang dianggap orang yang
baik, dan orang yang menyalahinya adalah orang yang buruk. Setiap bangsa
memiliki adat istiadat tertentu. Apabila seorang dari mereka menyalahi adat istiadat
itu, sangat dicela dan dianggap keluar dari golongan bangsanya.
Pada masa sekarang, kita dapat membenarkan adat istiadat semacam itu dan bukan
mengingkarinya, dan bila adat istiadat itu banyak salahnya, maka tidak tepat
dijadikan ukuran baik dan buruk bagi perbuatan-perbuatan kita. Poedja Wijatna
mengatakan bahwa adat istiadat pada hakikatnya produk budaya manusia yang
sifatnya nisbi dan relative. Keberadaan paham adat istiadat ini menunjukkan
eksistensi dan pesan moral dalam masyarakat. Berpegang adat istiadat itu, meskipun
tidak benar ada juga faedahnya, sebab ada juga orang – orang yang tidak mau
melanggar adat istiadat yang baik, dan banyak pula orang – orang yang tidak mau
mengikutinya adat istiadat dari lingkungannya.
3. Intuition ( Humanisme )
Paham intuition melihat bahwa sesuatu dianggap baik atau buruk bukan karena
akibat yang ditimbulkannya, melainkan dari keberadaan sesuatu itu sendiri. Jujur,
adil, berani, dianggap baik dan kebalikannya dianggap buruk, bukan karena akibat
5

yang ditimbulkan oleh sesuatu tersebut, melainkan karena memang sifat jujur, adil
dan berani itu secara dhatiyyah baik.

Paham ini memiliki pendirian bahwa setiap manusia memiliki kekuatan batin
untuk membedakan antara baik dan buruk, misalnya ketika seseorang mendengarkan
suara musik, secara otomatis, tanpa berfikir panjang, ia dapat menilai bahwa suara
musik tersebut baik atau jelek. Kekuatan tersebut disebut intuisi (laqanat). Oleh
karena itu, paham ini disebut intuition (laqanat) perbedaan yang menonjol antara
aliran intuition dan hedonisme terletak pada:
a. Sesuatu yang baik akan tetap baik dan tidak mengenal batasan ruang dan
waktu. Tidak bergantung pada tujuan yang akan dicapai, juga tidak bergantung
pada akibat yang dihasilkan.
b. Sesuatu yang baik itu sesuatu yang pasti tidak membutuhkan alasan mengapa
dianggap baik dan mengapa dianggap buruk.
c. Sesuatu yang tidak menerima keraguan, adalah mustahil sesuatu yang
berlawanan, baik dan buruk, suatu ketika dianggap baik dan suatu ketika
dianggap buruk.

Setiap orang memiliki suara hati yang dapat mengarahkannya untuk berbuat baik
dan melaksanakan kewajibannya. Kebaikan dan kewajiban tersebut membuahkan
kenikmatan dan kebahagiaan yang dapat mengantarkan manusia pada sesuatu yang
disenangi dan terhindar dari penderitaan. Suara hati tidak tunduk karena sesuatu itu
menyenangkan atau menyakitkan, tetapi tunduk pada kewajiban. Kewajiban tetap
harus dilaksanakan meski menghalang-halangi kesenangan dan menyebabkan sakit.
Kebaikan tetap baik meski untuk apakah menghasilkan kenikmatan atau kesusahan
adalah cara berfikirnya pedagang. Jika berfikir tentang moralitas, seharusnya lebih
dari sekedar menghitung untung rugi.
Kelompok yang masuk dalam aliran intuition ini antara lain, kelompok filosof
kuno yang dikenal dengan sebutan kaum Sofis. Mereka adalah pengikut Zeno seorang
filosof Yunani 342-270SM. Mereka tidak menjadikan kenikmatan dan kekayaan
sebagai keinginan terbesarnya, yang menjadi keinginan terbesarnya adalah hidup
sebagai seorang yang bijaksana dalam kondisi apapun, susah maupun senang, fakir
maupun kaya.
Dalam perkembangannya, pemikiran aliran intuition ini, di Barat dikembangkan
oleh Immanuel Kant, ia merupakan salah seorang pemikir besar filsafat moral dari
Jerman, yang hidup di tahun 1724-1804. menurutnya rasio manusia merupakan asas
moral. Baik-buruk tidak dapat diukur dengan melihat akibat yang ditimbulkannya
(nikmat atau sakit), tetapi aqal secara alamiah dapat menunjukkan baik dan buruk.
Kemudian lebih jauh Immanuel Kant mengembangkan pemikirannya dengan
menciptakan sistem moral deontologi. Kant berpendapat bahwa sesuatu yang baik
adalah kehendak yang baik. Sesuatu yang baik akan tetap baik, jika digunakan oleh
kehendak yang baik. Sesuatu yang baik dapat menjadi buruk karena kehendak yang
jahat. Kehendak akan menjadi baik, bila seseorang bertindak karena kewajiban. Jika
bertindak karena maksud lain-bukan karena kewajiban-sesuatu tersebut menjadi tidak
6

baik, perbuatan dianggap baik bila hanya dilakukan karena wajib dilakukan.
Bertindak sesuai dengan kewajiban tersebut, oleh Kant disebut legalitas.
Selanjutnya, Kant membagi kewajiban menjadi dua, kewajiban yang mengandung
imperative, hipotesis dan yang mengandung imperative kategoris. Imperative
hipotesis adalah perintah (kewajiban) yang mengikutsertakan syarat, misalnya “Jika
ingin lulus dalam ujian, maka harus belajar” imperative kategoris adalah perintah
(kewajiban) tanpa mengikutsertakan syarat, misalnya “janji harus ditepati” (sepakat
atau tidak dengan norma ini, tetap harus dilakukan dan memang adanya demikian).
Berkaitan dengan moral, perilaku manusia hanya dibimbing oleh norma yang
mewajibkan begitu saja tanpa syarat, tanpa pertimbangan yang lain.
Pelaksanaan imperative kategoris menuntut adanya otonomi kehendak. Kehendak
yang otonom dapat menentukan dirinya sendiri dan tidak membiarkan diri ditentukan
oleh faktor dari luar, seperti kecenderungan atau emosi. Yang dimaksud otonomi
kehendak oleh Kant adalah: secara umum manusia membuat hukum moral dan
kehendak menaklukkan diri kepada hukum tersebut. Manusia yang hidup dengan
mengikuti hukum moral, ia akan menyerahkan diri.

4. Vitalisme
Menurut paham ini yang baik ialah yang mencerminkan kekuatan dalam hidup
manusia. Paham ini pernah dipraktekkan pada penguasa di zaman feodalisme terhadap
kaum yang lemah dan bodoh. Dengan kekuatan dan kekuasaan yang dimiliki ia
mengembangkan pola hidup feodalisme, kolonialisme, dictator dan tirani. Perbuatan
dan ketetapan yang dikeluarkan menjadi pegangan bagi masyarakat, mengingat orang
yang bodoh dan lemah selalu mengharapkan pertolongan dan bantuannya.
Dalam masyarakat yang sudah maju, dimana ilmu pengetahuan dan keterampilan
sudah mulai banyak dimiliki oleh masyarakat, paham vitalisme tidak akan mendapat
tempat lagi, dan digeser dengan pandangan yang bersifat demokratis.

5. Religiosme
Menurut paham ini dianggap baik adalah perbuatan yang sesuai dengan kehendak
Tuhan, sedangkan perbuatan buruk adalah perbuatan yang tidak sesuai dengan
kehendak Tuhan. Dalam paham ini keyakinan feologis, yakni keimanan kepada Tuhan
sangat memegang peranan penting, karena tidak mungkin orang mau berbuat sesuai
dengan kehendak Tuhan, jika yang bersangkutan tidak beriman kepadanya. Menurut
Poedjawijatna aliran ini dianggap paling baik dalam praktek, namun terdapat pula
keberatan terhadap aliran ini, yaitu karena ketidakumuman dari ukuran baik dan buruk
yang digunakannya.
Diketahui bahwa di dunia ini terdapat bermacam-macam agama, dan masing-
masing agama menentukan baik buruk menurut ukurannya masing – masing. Agama
Hindu, Budha, Yahudi. Kristen, dan Islam, misalnya masing – masing memiliki
pandangan dan tolak ukur tentang baik dan buruk yang satu dan lainnya berbeda-beda.
7

6. Evolusi (Evolution)
Mengikuti paham ini mengatakan bahwa segala sesuatu yang ada di ala ini
mengalami evolusi yaitu berkembang dari apa adanya menuju kepada
kesempurnaannya. Paham ini pertama muncul dibawah oleh seorang ahli pengetahuan
bernama “LAMARK”. Dia berpendapat bahwa jenis binatang itu berubah satu sama
lainnya. Pendapat ini bukan hanya berlaku pada benda-benda yang tampak, seperti
binatang, manusia, dan tumbuh-tumbuhan. Tetapi juga berlaku pada benda yang tak
dapat dilihat / diraba oleh indra, seperti akhlak dan moral.

7. Aliran Tradisional
Tiap umat manusia mempunyai adat / tradisi dan peraturan tertentu yang dianggap
baik untuk dilaksanakan. Karena itu, kapan dan dimanapun juga, dipengaruhi oleh
adat kebiasaan atau tradisi bangsanya, karena lahir dalam lingkungan bangsanya.
Harus diakui, bahwa aliran ini banyak mengandung kebenaran, hanya secara
ilmiah kurang memuaskan, karena tidak umum. Dengan demikian, maka terjadilah
bermacam-macam perbedaan adat / kebiasaan diantara bangsa-bangsa, tidak itu saja,
bahkan perbedaan antar suku.

8. Aliran Naturalisme
Ukuran baik dan buruk perbuatan manusia menurut aliran ini adalah perbuatan
yang sesuai dengan fitrah / naluri manusia itu sendiri, baik mengenai fitrah lahir
maupun fitrah batin. Aliran ini berpendirian bahwa segala sesuatu dalam dunia ini
menuju kepada suatu tujuan tertentu. Dengan memenuhi panggilan nature setiap
sesuatu akan dapat sampai kepada kesempurnaan. Karena akal pikiran itulah yang
menjadi wasilah bagi manusia untuk mencapai tujuan kesempurnaan, maka manusia
harus melakukan kewajibannya dengan berpedoman kepada akal.

9. Aliran Theologis
Aliran ini berpendapat bahwa yang menjadi ukuran baik dan buruknya perbuatan
manusia, adalah didasarkan atas ajaran Tuhan, apakah perbuatan itu
diperintahkan/dilarang oleh-Nya. Dengan perkataan theologies saja nampaknya masih
samara karena di dunia ini terdapat bermacam-macam agama yang mempunyai kitab
suci sendiri-sendiri yang antara satu dengan yang lain tidak sama. Sebagai jalan keluar
dari kesamaran itu ialah dengan mengkaitkan etika, theologies ini dengan jelas kepada
agama, missal etika theologies menurut Kristen, etika theologies menurut Yahudi dan
Theologis menurut Islam.

10. Baik dan Buruk Menurut Ajaran Islam


Ajaran Islam adalah ajaran yang bersumberkan wahyu Allah SWT. Al Qur’an
yang dalam penjabarannya dilakukan oleh hadits Nabi Muhammad SAW. Menurut
ajaran Islam penentuan baik dan buruk harus didasarkan pada petunjuk Al Qur’an dan
Al Hadits. Jika tidak memperhatikan Al Qur’an dan Al Hadits dapat dijumpai
berbagai istilah yang mengacu pada yang baik dan adapula yang mengacu pada yang
buruk. Misal Al hasanah dikemukakan oleh Al – Eqghib al Asfahani adalah suatu
8

istilah yang digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang disukai atau dipandang baik.
Lawan dari al hasanah adalah al sayyiah. Yang termasuk al hasanah missal
keuntungan kelapangan rezeki dan kemenangan. Misalnya kita jumpai pada ayat yang
artinya: Ajaran manusia menuju Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik.
Adapun kata Al birr digunakan untuk menunjukkan pada upaya
memperluas/memperbanyak melakukan perbuatan yang baik. Jika kata tersebut
digunakan untuk sifat Allah, maka maksudnya adalah bahwa Allah memberikan
balasan pahala yang besar, dan jika digunakan untuk manusia, maka yang dimaksud
adalah ketaatannya.
9

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sesuatu yang disebut baik atau buruk itu relative sekali, karena bergantung pada
pandangan dan penilaian masing-masing yang merumuskannya dan pengertian ini
bersifat subjektif, karena bergantung pada individu yang menilainya.
Beberapa aliran-aliran filsafat yang mempengaruhi dalam penentuan baik dan buruk
diantaranya :
1. Baik dan Buruk Menurut Ajaran Islam
2. Baik Buruk Aliran Theologis
3. Baik Buruk Aliran Naturalisme
4. Aliran Tradisional
5. Evolusi (Evolution)
6. Religiosme
7. Vitalisme
8. Intuition ( Humanisme )
9. Aliran Adat Istiadat ( Sosialisme )
10. Aliran Hedoisme
10

DAFTAR PUSTAKA

Nata, Abiddin. 1996. Akhlak Tasawuf. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada


Mustofa, Akhmad. 1999. Akhlak Tasawuf. Bandung : CV Pustaka Setia
Shaltat, Mahmud. 1994. Aqidah Dan Syari’at Islam. Jakarta : Bumi Aksara
Al Baqir, Muhammad. 1994. Membentuk Akhlak Mulia. Bandung. Karisma.

Anda mungkin juga menyukai