Anda di halaman 1dari 30

BAB 2

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Konsep Hipertensi

2.1.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami

peningkatan tekanan darah di atas angka normal yang mengakibatkan

terjadinya peningkatan morbiditas dan mortalitas. Tekanan darah

menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan kekuatan dorongan darah pada

permukaan pembuluh darah arteri ketika jantung memompa darah ke

seluruh tubuh. Tekanan darah ditunjukkan dengan angka, misalnya 140/90

mmHg yang dimana ada dua fase dalam setiap denyut jantung yaitu fase

sistolik 140 yang menunjukkan fase darah sedang dipompa oleh jantung

dan fase diastolik 90 menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung

(Triyanto, 2014).

Hipertensi adalah manifestasi gangguan keseimbangan

hemodinamik sistem kardiovaskular dimana faktornya berkaitan dengan

genetik, lingkungan, kebiasaan, dan pusat regulasi hemodinamik. Hipertensi

dapat dibagi menjadi dua klasifikasi yaitu hipertensi primer atau esensial

dimana penyebab hipertensi ini tidak diketahui dan hipertensi sekunder

dimana hipertensi ini disebabkan oleh penyakit tertentu sepertipenyakit

ginjal (Setiati, 2014).

7
8

Hipertensi banyak terdapat pada orang tua dan orang obesitas.

Berkaitan dengan penambahan usia dinding arteri pada usia tua akan

mengalami penebalan karena penumpukan zat kolagen pada lapisan otot

menyebabkan penyempitan pembuluh darah sehingga mengganggu sirkulasi

darah. Sedangkan orang yang obesitas biasanya terjadi peningkatan tekanan

darah sistolik lima kali lebih besar dibandingkan orang yang memiliki berat

badan normal. Salah satu penyebab obesitas adalah jarang berolahraga dan

pola hidup yang kurang sehat. Selain dari dua faktor risiko tersebut masih

banyak lagi faktor risiko lain seperti kebiasaan merokok (Bansal dkk, 2012).

2.1.2 Klasifikasi hipertensi

Hipertensi dibagi menjadi dua berdasarkan penyebab dan

derajatnya:

1. Klasifikasi hipertensi berasarkan penyebabnya

a. Hipertensi Primer (Esensial)

Hipertensi primer merupakan suatu peningkatan tekanan

yang terjadi pada arteri yang menyebabkan ketidakteraturan

mekanisme kontrol homeostatik normal. Lebih dari 90% pasien

dengan hipertensi merupakan hipertensi primer dan sampai saat

ini penyebab dari hipertensi ini belum diketahui. Faktor yang

paling mungkin berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi

primer yaitu faktor genetik, karena hipertensi sering disebabkan


9

karena adanya turun temurun dalam suatu keluarga (Agustina

dkk, 2015).

b. Hipertensi Sekunder

Kurang dari 10% penderita hipertensi merupakan

hipertensi sekunder yang disebabkan oleh penyakit komorbid

ataupun obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan

darah. Penyebab sekunder yang paling sering adalah

disfungsi renal mengakibatkan terjadinya penyakit ginjal kronis

atau penyakit renovaskuler (Agustina, 2015).

Mengkonsumsi obat-obat tertentu baik secara langsung

maupun tidak juga dapat menyebabkan hipertensi atau semakin

memperberat hipertensi dengan terjadinya peningkatan tekanan

darah. Penyebab sekunder dapat diidentifikasi dengan berhenti

mengkonsumsi obat-obatan tersebut atau mengobati kondisi

komorbid yang menyertainya adalah tahap pertama dalam

penanganan hipertensi sekunder.

2. Klasifikasi hipertensi berdasarkan derajatnya, yaitu:

klasifikasi hipertensi dikategorikan berdasarkan

derajatnya;

a. Tekanan darah dikatakan optimal jika tekanan darah

sistolik 115 mmHg atau kurang dan tekanan darah

diastolik 75 mmHg atau kurang


10

b. Normal jika tekanan darah sistolik <120 mmHg dan

tekanan darah diastolik <80 mmHg

c. Prehipertensi jika tekanan darah sistolik 120-139 mmHg

dan tekanan darah diastolik 80-89 mmHg

d. Hipertensi tahap 1 jika tekanan darah sistolik 140-159

mmHg dan tekanan darah diastolik 90-99 mmHg

Hipertensi tahap 2 jika tekanan darah sistolik >160 mmHg dan

tekanan darah diastolik >100 mmHg (Agustina R, dkk, 2015).

2.1.3 Manifestasi Klinis

Hipertensi pada umumnya tidak menunjukkan gejala yang terlalu

terlihat. Gejala hipertensi dapat dilihat ketika sudah menahun seperti nyeri

kepala, kadang disertai mual dan muntah, kaburnya penglihatan akibat

kerusakan retina, kerusakan susunan saraf yang menyebabkan

ketidakseimbangan dalam berjalan, peningkatan aliran darah ginjal

menyebabkan nokturia dan terjadinya tekanan kapiler yang menyebabkan

filtrasi glomerulus dan edema (Agustina R, dkk, 2015).

Selain itu, gejala hipertensi juga dapat berupa sakit kepala, telinga

berdengung, tengkuk terasa berat, sulit tidur, mata berkunang-kunang,

pusing, dan keluarnya darah dari hidung (mimisan). Peningkatan tekanan

darah juga dapat menyebabkan komplikasi pada organ yaitu ginjal, mata,

otak, atau jantung (Anbarasan, 2015).


11

2.1.4 Patofisiologi

Berbagai faktor dapat mempengaruhi konstriksi dan relaksasi

pembuluh darah yang berhubungan dengan tekanan darah. Sistem

renin-angiotensin –aldosteron dan vasopressin dan zat lainnya seperti

epinefrin memiliki peran dalam mengatur mekanisme tekanan darah yang

merupakan sebuah neurotransmitter simpatik yang dilepaskan dari kelenjar

adrenal yang memilki efek langsung dalam menghasilkan peningkatan

denyut jantung, kontraktilitas jantung, dan tonus pembuluh darah. Konteks

adrenal akan mengekskresi epinefrin ketika seseorang dalam keadaan emosi

yang menyebabkan terjadinya vasokontriksi (Anbarasan, 2015).

Kemudian vasokonstriksi akan mengakibatkan penurunan aliran

darah ke ginjal dan menyebabkan pelepasan renin dimana renin bertindak

enzimatis untuk mengkonversi aktif plasma protein yang disebut

angiotensinogen menjadi angiotensin I. Setelah itu angiotensin I kemudian

diubah oleh enzim ACE (Angiotensin Converting Enzyme) menjadi

angiotensin II yang merupakan vasokonstriktor kuat yang dapat

merangsang sekresi alodesteron oleh korteks adrenal dimana enzim tersebut

terdapat dalam endothelium pembuluh paru-paru. Hal ini menyebabkan

terjadinya retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal sehingga terjadi

peningkatan volume intravaskuler dan kemudian mengakibatkan

meningkatnya tekanan darah (Anbarasan, 2015).

Ginjal merupakan salah satu yang memiliki sebagian besar peran

dalam mengatur tekanan darah yaitu dalam regulasi volume cairan


12

ekstraseluler. Ketika tubuh mengandung cairan ekstraseluler terlalu banyak,

maka tekanan arteri akan naik dan terjadi peningkatan air dan natrium yang

diekskresikan oeh ginjal sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan

tekanan darah (Porth, 2011).

Ada dua mekanisme peningkatan volume cairan yang dapat

menyebabkan meningkatnya tekanan darah salah satunya adalah melalui

efek langsung pada cardiac output dan yang lainnya secara tidak langsung

sehingga aliran darah menghasilkan autoregulasi dan berefek pada resistensi

pembuluh darah perifer Mekanisme autoregulasi memiliki fungsi dalam

mendistribusikan aliran darah ke berbagai jaringan tubuh sesuai dengan

kebutuhan metabolisme. Ketika darah mengalir ke jaringan yang spesifik

berlebihan, maka pembuluh darah local akan menyempit dan ketika aliran

darah menurun maka pembuluh local akan melebar. Saat terjadi

peningkatan volume cairan ekstraseluler dan peningkatan curah jantung

maka semua jaringan tubuh yang terpapar pada peningkatan aliran yang

sama. Hal ini menghasilkan penyempitan umum arteriol dan peningkatan

resistensi pembuluh darah perifer sehingga menyebabkan terjadinya

peningkatan tekanan darah (Anbarasan, 2015).

2.1.5 Faktor yang mempengaruhi Hipertensi

Hipertensi merupakan penyakit yang disebabkan karena interaksi

berbagai faktor risiko. Risiko hipertensi tergantung pada jumlah dan

tingkat keparahan dari faktor risiko yang dapat dikontrol seperti stress,
13

obesitas, nutrisi dan gaya hidup, serta faktor yang tidak dapat dikontrol

seperti usia, jenis kelamin, genetik, dan etnis (Pramana, 2016)

a. Faktor Usia

Hipertensi merupakan penyakit multifaktor yang disebabkan oleh

interaksi berbagai faktor risiko yang dialami oleh seseorang.

Seiring dengan bertambahnya usia terjadi perubahan fisiologis

dalam tubuh seperti penebalan dinding arteri karena adanya

penumpukan zat kolagen pada lapisan otot sehingga pembuluh

darah akan mengalami penyempitan dan menjadi kaku dimulai

pada saat usia 45 tahun

b. Faktor Jenis kelamin

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria hampir sama dengan

wanita. Namun, wanita terlindungi dari penyakit kardiovaskuler

sebelum menopause. Seorang wanita yang belum mengalami

menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam

meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL) (Pramana,

2016

c. Faktor Genetik

Adanya faktor genetik pada keluargadapatmenyebabkan risiko

untuk menderita penyakit hipertensi. Hal ini terjadi karena adanya

hubungan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya

rasio antara potassium terhadap sodium. Individu dengan orang tua

menderita hipertensi memiliki risiko dua kali lebih besar untuk


14

menderita hipertensi daripada orang yang tidak mempunyai

keluarga dengan riwayat hipertensi Selain itu juga didapatkan

70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi

keluarga (Pramana, 2016)

d. Faktor Aktivitas fisik

Hipertensi dipengaruhi oleh berbagai macam faktor salah satunya

adalah aktivitas fisik. Orang dengan aktivitas fisik yang kurang

dan nafsu makan tidak terkontrol akan menyebabkan terjadinya

konsumsi energi yang berlebihan dan mengakibatkan nafsu makan

semakin bertambah dan pada akhirnya menyebabkan berat badan

menjadi naik sehingga terjadi obesitas. Jika berat badan seseorang

bertambah maka volume darah akan bertambah pula, sehingga

beban jantung semakin bertambah untuk memompa darah.

Semakin besar beban jantung maka semakin berat kerja jantung

dalam memompa darah ke seluruh tubuh sehingga menyebabkan

terjadinya tekanan perifer dan peningkatan curah jantung

yangkemudian terjadi hipertensi (Pramana, 2016)

e. Faktor Stress

Stress dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormone

adrenalin yang dapat memacu jantung berdenyut lebih cepat dan

kuat, sehingga menyebabkan peningkatan tekanan darah. Jika

stress berlangsung cukup lama, tubuh akan berusaha mengadakan

penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahan


15

patologis. Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau

penyakit magh. Stress dapat meningkatkan tekanan darah untuk

sementara waktu dan bila stress sudah hilang maka tekanan darah

dapat normal kembali (Pramana, 2016)

f. Faktor Konsumsi lemak

Terjadinya peningkatan berat badan sangat erat kaitannya dengan

konsumsi lemak jenuh yang menyebabkan resiko terjadinya

hipertensi. Dengan mengkonsumsi lemak jenuh dapat

meningkatkan resiko terjadinya aterosklerosis yang juga berkaitan

dengan tekanan darah. Tetapi jika seseorang dapat menurunkan

konsumsi lemak jenuh terutama lemak yang terdapat dalam

makanan yang bersumber dari hewan dan kemudian meningkatkan

konsumsi lemak tidak jenuh yang berasal dari minyak sayuran,

biji-bijian dan makanan lain yang bersumber dari tanaman

dapat menurunkan tekanan darah (Pramana, 2016)

g. Faktor Perokok

Hubungan antara merokok dengan peningkatan resiko terjadinya

penyakit kardiovaskuler telah banyak dibuktikan. Lamanya

merokok dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi.

Selain itu yang lebih berisiko akibat merokok adalah jumlah rokok

yang di hisap setiap harinya.Seseorang yang merokok lebih dari 1

pak atau 15 batang per hari memiliki risiko 2 kali lebih rentan
16

untuk menderita hipertensi dan penyakit kardiovaskuler daripada

orang yang tidak merokok (Pramana, 2016)

2.1.6 Pencegahan hipertensi

Menurut Arifin, M. B., Weta, I. W., & Ratnawati, N. K. (2016),

pencegahan hipertensi yang baik yaitu:

a. Membatasi konsumsi garam

Konsumsi garam dibatasi maksimal 2 g garam dapur untuk

diet setiap hari. Garam dalam jumlah yang cukup sebenaranya

sangat di butuhkan oleh tubuh. Garam atau dalam bahasa kimianya

adalah Natrium Chlorida berfungsi untuk pelepasan kemih.

Natrium bersifat menahan cairan dalam tubuh sebelum akhirnya

akan dikeluarkan menjadi air seni. Garam juga membantu tubuh

untuk mengeluaran keringat. Saat kadar garam berlebih tubuh akan

berusaha menetralkannya yaitu dengan menstimulus otak untuk

merasakan haus, sehingga mendorong manusia untuk banyak

meminum air. Dengan demikian volume darah akan bertambah

karena sifat garam adalah mengikat air, ia akan mempertahankan

air di dalam darah sehingga volume darah akan bertambah

(Damayanti, 2016).

b. Menghindari kegemukan (obesitas)

Kelebihan berat badan terjadi mulai dari konsumsi makanan

berlebih yang mengandung menu yang tidak sehat. Jika makanan


17

yang dikonsumsi itu mengandung kolesterol yang cukup banyak

akan menimbulkan penimbunan lemak di sepanjang pembuluh

darah karena kurangnya aktivitas fisik, hal tersebut dapat

berdampak pada kurang lancarnya aliran darah yang berpotensi

pada penyumbatan darah sehingga suplai oksigen dan zat makanan

yang masuk kedalam tubuh akan dapat terganggu (Damayanti,

2016).

Penyempitan oleh lemak ini memacu jantung untuk

memompa darah lebih kuat lagi agar dapat memasok kebutuhan

darah ke jaringan. Akibatnya, tekanan darah akan meningkat, maka

terjadilah kondisi dari hipertensi. Berdasarkan penelitian Hasil

penelitian Ponto (2016) menunjukkan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara obesitas dengan kejadian hipertensi

c. Membatasi konsumsi lemak dapat mencegah tingginya kadar

kolesterol.

Kadar yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya endapan

kolesterol dalam dinding pembuluh darah. Jika endapan kolesterol

bertambah sehingga menyebabkan sumbatan pembuluh nadi dan

menggangu peredaran darah. Sehingga akan memperberat kerja

jantung dan secara tidak langsung memperparah hipertensi

(Damayanti, 2016).
18

d. Olahraga teratur

latihan menggerakkan semua sendi dan otot tubuh seperti

jalan ringan, berenang, naik sepeda. Tidak dianjurkan melakukan

olahraga yang berat, karena dapat menimbulkan hipertensi

e. Makanlah buah-buahan dan sayuran segar yang mengandung

banyak vitamin dan mineral. Buah yang banyak mengandung

mineral kalium dapat membantu menurunkan tekanan darah

(Damayanti, 2016).

f. Tidak merokok dan minum alkohol

Rokok dan minuman alkohol meningkatkan tekanan darah

menjadi tinggi. Berdasarkan hasil penelitaia kebiasan merokok

dapat meningkatkan risiko diabetes, serangan jantung dan stroke.

Hasil penelitian, beberapa faktor yang diketahui menyebabkan

terjadinya hipertensi terdiri dari faktor penyebab yang dapat

dimodifikasi (diet, obesitas, merokok, dan penyakit DM) dan faktor

penyebab yang tidak dapat dimodifikasi (usia, ras, jenis kelamin

dan genetik (Nuraini, 2015).

g. Latihan relaksasi otot

Latihan relaksasi atau pernafasan, yang berguna untuk mengurangi

ketegangan jiwa. Relaksasi dilaksanakan dengan mengencangkan

dan mengendorkan otot tubuh sambil membayangkan sesuatu yang

damai, indah, dan menyenangkan (Arifin, 2016).


19

2.1.7 Penatalaksanaan hipertensi

Penatalaksanaan hipertensi meliputi modifikasi gaya hidup namun

terapi antihipertensi dapat langsung dimulai untuk hipertensi derajat 1

dengan penyerta dan hipertensi derajat 2. Penggunaan antihipertensi harus

tetap disertai dengan modifikasi gaya hidup. Selain pengobatan hipertensi,

pengobatan terhadap faktor resiko atau kondisi penyerta lainnya seperti

diabetes mellitus atau dislipidemia juga harus dilaksanakanhingga mencaoai

target terapi masing-masing kondisi.

Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi nonfakmakologis dan

farmakologis. Terapi nonfarmakologis harus dilaksanakan oleh semua

pasien hipertensi dengan tujuan menurunkan tekanan darah dan

mengendalikan faktor-faktor resiko penyakit penyerta lainnya.

Jenis obat antihipertensi:

a. Diuretik

Obat-obatan jenis diuretic bekerja dengan mengeluarkan cairan tubuh

(lewat kencing), sehingga volume cairan tubuh berkurang mengakibatkan

daya pompa jantung menjadi lebih ringan dan berefek pada turunnya

tekanan darah. Contoh obat-obatan ini adalah: bendroflumethiazide,

chlorthizlidone, hydrochlorothiazide dan indapamide.

b. ACE-Inhibitor

Kerja obat golongan ini menghambat pembentukan zat angiotensin II (zat

yang dapat meningkatkan tekanan darah). Efek samping yang sering


20

timbul adalah batuk kering, pusing sakit kepala dan lemas. Contoh obat

yang tergolong jenis ini adalah Catopril, enalapril, dan lisinopril.

c. Calsium channel blocker

Golongan obat ini berkerja menurunkan menurunkan daya pompa

jantung dengan menghambat kontraksi otot jantung (kontraktilitas).

Contoh obat yang tergolong jenis obat ini adalah amlodipine, diltiazem

dan nitrendipine.

d. ARB

Kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat angiotensin II

pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung.

Obat-obatan yang termasuk golongan ini adalah eprosartan, candesartan,

dan losartan.

e. Beta blocker

Mekanisme obat antihipertensi ini adalah melalui penurunan daya pompa

jantung. Jenis obat ini tidak dianjurkan pada penderita yang telah

diketahui mengidap gangguan pernafasan seperti asma bronchial. Contoh

obat yang tergolong ke dalam beta blocker adalah atenolol, bisoprolol,

dan beta metoprolol.

(Artiyaningrum & Azam, 2016)


21

2.2 Gaya Hidup

2.2.1 Pengertian gaya hidup

Menurut Purwoastuti (2015), Gaya hidup adalah aktivitas dari

manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara

lain: berjalan, berbicara, bekerja dan sebagainya. Menurut Minor dan

Mowen gaya hidup adalah menunjukkan bagaimana orang hidup,

bagaimana orang membelanjakan uangnya dan bagaimana

mengalokasikan waktu (Tamber, 2009).

2.2.2 Macam-macam Gaya Hidup

Menurut Belloc dan Breslow (1972), yang termasuk gaya

hidup adalah: Pola makanan yang baik, aktifitas fisik, olahraga,

istirahat/tidur 7 -8 jam perhari, tidak merokok, tidak minum-minuman

keras, tidak mengonsumsi obat-obatan (Watson, 2003).

Gaya hidup yang dapat memicu terjadinya hipertensi antara lain

(muhammadun, 2010): aktivitas fisik, pola makan, kebiasaan istirahat,

dan riwayat merokok.

1) Aktivitas fisik

Melakukan aktifitas fisik yang cukup merupakan salah satu

dari sekian banyak hal yang dikategorikan ke dalam pengobatan

non farmakologis. Aktivftas fisik yang cukup dan teratur terbukti

dapat membantu menurunkan tekanan darah. Pada zaman sekarang,

dengan berbagai kemudahan membuat orang enggan melakukan


22

kegiatan fisik dalam kegiatan sehari-hari mereka. Inilah penyebab

mengapa hipertensi lebih banyak ditemukan pada masyarakat

perkotaan daripada masyarakat di lingkungan pedesaan.

Banyaknya sarana transportasi dan berbagai fasilitas lain bagi

masyarakat perkotaan menyebabkan penurunan aktifitas fisik mereka.

Pdahal, aktifitas fisik sangat penting untuk mengendalikan tekanan

darah. Aktifitas yang cukup dapat membantu menguatkan jantung.

Jantung yang lebih kuat tentu dapat memompa lebih banyak darah

dengan hanya sedikit usaha. Semakin ringan kerja jantung, smakin

sedikit tekanan pada pembuluh darah arteri sehingga tekanan

darah akan menurun (Merliani, 2007).

Aktifitas fisik yang dianjurkan bagi penderita hipertensi adalah

aktifitas sedang selama 30-60 menit setiap hari. Kalori yang terbakar

sedikitnya 150 kalori perhari. Salah satu yang biasa dilakukan

adalah aerobik. Suatu aktifitas, baik itu kegiatan sehari-hari ataupun

olahraga, dikatakan aerobik jika dapat meningkatkan kemampuan

kerja jantung, paru-paru, dan otot-otot (Marliani, 2007).

Olahraga sebaiknya dilakukan teratur dan bersifat aerobik, karena

kedua sifat inilah yang dapat menurunkan tekanan darah (Palmer, A &

Bryan, W, 2007). Olahraga aerobik maksudnya olahraga yang dilakukan

secara terus-menerus dimana kebutuhan oksigen masih dapat dipenuhi

tubuh, misalnya jogging, senam, renang, dan bersepeda. Aktivitas fisik

adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan pengeluaran tenaga dan


23

energi (pembakaran kalori). Aktivitas fisik sebaiknya dilakukan

sekurang• kurangnya 30 menit perhari dengan baik dan benar.

Salah satu manfaat dari aktivitas fisik yaitu menjaga tekanan

darah tetap stabil dalam batas normal. Contoh dari aktivitas fisik yang

dapat menjaga kestabilan tekanan darah 20 menit berjalan atau

membersihkan rumah selama 10 menit, dua kali dalam sehari ditambah

10 menit bersepeda, dan lain-lain (Karim, F., 2002). Melakukan

olahraga secara teratur dapat menurunkan tekanan darah sistolik 4-8

mmHg. Di usia tua, fungsi jantung dan pembuluh darah akan menurun,

demikian juga elastisitas dan kekuatannya. Tetapi jika berolahraga

secara teratur, maka sistem kardiovaskular akan berfungsi maksimal

dan tetap terpelihara (Karyawan, A 2009).

Gaya hidup juga bisa memengaruhi kerentanagn fisik terutama

karena aktifitas fisik akibatnya timbul penyekit yang sering diderita

antara lain diabetes mellitus atau kencing manis, penyakit jantung,

hipertensi, kanker atau keganasan dan lain-lain. Gaya hidup pada jaman

modem ini telah mendorong orang mengubah gaya hidupnya seperti

jarang bergerak karena segala sesuatu atau pekerjaan dapat lebih mudah

dikerjakan dengan adanya teknologi yang modem seperti

mencuci dengan mesin cuci, menyapu lantai dengan mesin penyedot

debu, bepergian dengan kendaraan walaupun jaraknya dekat dan

bias dilakukan dengan jalan kaki. Gaya hidup seperti itu tidak

baik untuk kesehatan karena tubuh kita menjadi manja, karena


24

kurang bergerak, sehingga tubuh menjadi lembek dan rentan

penyakit (Marliani, 2007).

2) Pola Makan

Pola makan adalah cara seseorang atau sekelompok orang

yang memilih dan mengkonsumsi makanan sebagai tanggapan

terhadap pengaruh fisiologi, psiologi, budaya dan sosial. Pola makan

sehari-hari merupakan pola makan seseorang yang berhubungan

dengan kebiasaan makan setiap harinya (Sediaoetama, 2006).

Makan dengan menu tidak seimbang (appropriate diet), mencakup

pola makan sehari-hari yang memenuhi kebutuhan nutrisi yang

memenuhi kebutuhan tubuh baik menurut jumlahnya (kuantitas)

maupun jensnya (kualitas) kebiasaan mengkonsumsi garam dan

berlemak dapat meningkatkan risiko terjadinya hipertensi

(Muhammadun, 2010). Pola makan individu meliputi bahan makanan

pokok (sumber karbohidrat), lauk pauk (sumber protein hewani dan

nabati), sayur dan buah. Pola makanan yang tidak baik akan

menimbulkan beberapa gangguan seperti kolesterol tinggi, tekanan darah

meningkat dan kadar gula yang meningkat (Sediaoetama, 2006). Diet

kaya buah-buahan, sayuran, mengurangi asupan natrium, rendah lemak

dan kolesterol dapat menurunkan tekanan darah (Lawrence, 2002).

Kejadian penyakit infeksi dan kekurangan gizi dapat

diturunkan jika pola makan seimbang, sebaliknya penyakit degenerative

dan penyakit kanker meningkat jika pola makanan tidak seimbang,


25

peningkatan tersebut diikuti oleh perubahan gaya hidup karena pola

makan, di kota-kota besar berubah dari pola makan tradisional yang

barat yang komposisinya terlalu banyak mengandung protein, lemak,

gula, dan garam tetapi rendah serat (Depkes RI, 2008).

Gaya hidup pada zaman modem ini telah mendorong orang

mengubah gaya hidup seperti makan makanan siap saji, makan kalengan,

sambal botolan, minuman kaleng, buah dan sayur yang memakai bahan

pengawet, makanan kaya lemak, makanan kaya kolesterol. Gaya

hidup seperti ini tidak baik untuk tubuh dan kesehatan karena tubuh kita

menjadi rusak karena makanan yang tidak sehat, sehingga tubuh

menjadi lembek dan rentang penyakit (Depkes RI, 2008).

Garam dapat memperburuk hipertensi pada orang secara genetik

sensitif terhadap natrium. Berdasarkan panduan umum Gizi

Seimbang 2003 konsumsi garam tidak boleh lebih dari 6 gram (1 sendok

teh) dalam satu hari atau sama dengan 2300 mg natrium. Menurut

INTERSALT peningkatan asupan natrium sebanyak 50mmol per

hari dapat meningkatkan tekanan darah rata-rata sistolik 5 mmHg dan

diastoliknya 3 mmHg. Dalam penelitian Denton menunjukkan bahwa

asupan garam sampai 15 gram per hari dapat meningkatkan tekanan

darah sistolik sebesar 33 mmHg dan diastolic sebesar 10 mmHg

(Adrogue, Madias, 2007).

Natrium memiliki sifat menarik cairan sehingga mengkonsumsi

garam berlebih atau makan-makanan yang diasinkan dapat


26

menyebabkan peningkatan tekanan darah. Orang-orang peka natrium

akan lebih mudah mengikat natrium sehingga menimbulkan retensi

cairan dan peningkatan tekanan darah. Karena sifatnya yang meretensi

air sehingga volume darah menjadi naik dan hal tersebut secara otomatis

menaikkan tekanan darah.

3) Kebiasaan Istirahat

Istirahat yang tidak cukup akan mengakibatkan gangguan fisik dan

mental. Istirahat yang cukup adalah kebutuhan dasar manusia untuk

mempertahankan ksehatannya. Istirahat dan tidur berguna untuk

melemaskan otot-otot setelah beraktifitas dan juga untuk

menenangkan pikiran. Tidur yang cukup di malam hari 6-8 jam

akan memulihkan kelelahan sepanjang hari dan siap untuk bekerja esok

hari (Muhammadun, 2010).

Sepertiga dari waktu dalam kehidupan manusia adalah untuk tidur.

Diyakini bahwa tidur sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan

dan proses penyembuhan penyakit, karena tidur bermanfaat untuk

menyimpan energi, meningkatkan imunitas tubuh dan mempercepat

proses penyembuahan penyakit juga pada saat tidur tubuh

mereparasi bagian bagian tubuh yang sudah aus. Umumnya orang

akan merasa segar dan sehat sesudah istirahat. Jadi istirahat dan

tidur yang cukup sangat penting untuk kesehatan (Depkes RI,

2008).
27

Perubahan pola tidur dapat berupa tidak bisa tidur

sepanjang malam dan sering terbangun pada malam hari.

Umumnya manusia bias tidur dalam 6-8 jam sehari. Tetapi ada

orang yang bias tidur dibawah 6 jam sehari, tetapi ada orang

yang bias tidur dibawah 6 jam dan kurang tidur berdampak

negatif terhadap tubuh kita seperti kurang konsentrasi, cepat

marah, lesu, lelah (Maryam,2008).

Istirahat yang cukup sangat dibutuhkan badan kita. Kurang

tidur dapat menyebabkan badan lemas, tidak ada semangat, lekas

marah dan stres (Santoso, 2009). Apabila stres berlangsung lama

dapat mengakibatkan peninggian tekanan darah yang menetap. Stres

dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu dan bila

stress sudah hilang tekanan darah bias normal kembali.

4) Riwayat Merokok

Merokok menyebabkan vasokontriksi, saat merokok tekanan darah

akan naik dan akan kembali kenilai dasar dalam 15 menit setelah

berhenti merokok (Potter & Perry, 2009).

Merokok bukanlah gaya hidup yang sehat. Merokok dapat

mengganggu kerja paru-paru yang normal, karena Hemoglobil

lebih mudah membawa Karbondioksida daripada membawa Oksigen.

Jika terdapat karbondioksida dalam paru-paru, maka akan dibawa oleh

Hemoglobin sehingga tubuh memperoleh Oksigen yang kurang

dari biasanya. Kandungan Nikotin dalam rokok yang terbawa


28

dalam aliran darah dapat mempengaruhi berbagai bagian tubuh

yaitu mempercepat denyut jantung sampai 20 kali lebih cepat

dalam satu menit daripada dalam keadaan normal (Bustan, 2007).

Rokok juga dihubungkan dengan hipertensi. Hubungan

antara rokok dengan peningkatan risiko kardiovaskuler telah banyak

dibuktikan. Selain dari lamanya, risiko merokok terbesar

tergantung pada jumlah rokok yang dihisap perhari. Seseorang

lebih dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali lebih rentan

hipertensi dari pada mereka yang tidak merokok (Price, 2006).

Rokok sangat berisiko karena dapat menyebabkan peningkatan

tekanan darah. Dua batang rokok terbukti dapat meningkatkan

tekanan darah sebesar 10 mmHg. Berbagai penelitian

membuktikan, sesudah merokok selama kurang lebih 30 menit,

tekanan darah akan meningkat secara signifikan. Rokok

meningkatakan tekanan darah lewat zat nikotin yang terdapat

dalam tembakau. Zat nikotin yang terisap beredar dalam pembuluh

darah sampai ke otak. Otak kemudian bereaksi dengan

memberikan sinyal pada kelenjar adrenalin untuk melepaskan

hormone epinefrin/ adrenalin. Hormon adrenalin ini akan membuat

pembuluh darah menyempit dan memaksa jantung untuk

bekerja lebih kuat untuk memompa darah. Hal inilah yang

menyebabkan peningkatan tekanan darah. Untuk itulah berhenti

merokok sangat penting untk menurunkan dan mngendalikan


29

tekanan darah. Menghindari rokok dapat menjauhkan dari risiko

penyakit jantung dan pembuluh darah lain (Marliani, 2007).

Perokok dapat dibedakan menjadi perokok pasif dan aktif.

Perokok pasif adalah asapa rokok yang dihirup oleh seseorang

yang tidak merokok (Pasive Smoker). Asap rokok merupakan polutan

bagi manusia dan lingkunagn sekitamya. Asap rokok lebih berbahaya

terhadap perokok pasif daripada perokok sktif. Asap rokok yang

dihembuskan oleh perokok aktif dan terhirup oleh perokok pasif,

lima kali lebih banyak mengandung karbon monoksida, empat kali

banyak mengandung nikotin (Marliani, 2007).

Perokok aktif adalah asap rokok yang berasal dari isapan

perokok atau asap utama pada rokok yang dihisap (mainstream).

Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perokokaktif

adalah orang merokok dan langsung menghisap rokok serta bias

mengakibatkan bahaya bagi kesehatan diri sendiri maupun lingkungan

sekitar (Marliani, 2007).

Jumlah rokok yang dihisap dapat dalam satuan batang,

bungkus, pak per hari. Jenis rokok dapat dibagi atas 3 kelompok,

yaitu: perokok ringan apabila merokok < 10 batang/hari, perokok

sedang jika menghisap 10-20 batang/hari, dan perokok berat jika

menghisap > 20 batang/hari (Bustan, 2007).

Bila sebatang rokok dihabiskan dalam sepuluh kali hisapan

asap rokok maka dalam tempo setahun bagi perokok sejumlah 20


30

batang (satu bungkus) per hari akan mengalami 70.000 hisapan asap

rokok. Beberapa zat kimia dalam rokok yang berbahaya bagi

kesehatan bersifat kumulatif (ditimbun). Suatu saat dosis racunnya

akan mencapai titik toksis sehingga akan mulai kelihatan gejala

yang ditimbulkan (Muttaqin, 2009).

2.3 Konsep Lansia

2.3.1 Definisi Lansia

Lansia atau lanjut usia adalah suatu periode penutup dalam rentang

hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah “beranjak jauh”

dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu

yang penuh manfaat. Lansia yaitu bagian proses tumbuh kembang dimana

manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang mulai dari

bayi, anak, remaja, dan menjadi tua (Sarwono, 2015).

Lansia adalah tahap dari siklus hidup manusia paling akhir, yaitu

bagian dari proses kehidupan yang tidak dapat dihindarkan dan akan di

alami oleh setiap orang. Pada tahap tua ini individu mengalami banyak

perubahan baik secara fisik maupun psikis, khususnya kemunduran dalam

berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya (Soejono, 2014).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan

bahwa usia lanjut atau lansia adalah suatu periode penutup dalam rentang

hidup seseorang yang tidak dapat dihindarkan dan akan di alami oleh setiap

individu.
31

2.3.2 Batasan-batasan Lansia

WHO memberi batasan yaitu usia pertengahan (middle age) antara

45 sampai dengan 59 tahun, usia lanjut (elderly) dari 60 sampai dengan 74

tahun, dan usia lanjut tua (old) dari 75 sampai dengan 90 tahun, serta usia

sangat tua (very old) lebih dari 90 tahun (Nugroho, 2016). Menurut

Departemen Kesehatan RI (dalam Darmojo, 2014), batasan lansia terbagi

dalam beberapa kelompok yaitu: a). Pralansia (Prasenilis) yaitu masa

persiapan usia lanjut yang mulai memasuki antara 45 – 59 tahun, b). Lansia

(Lanjut Usia) yaitu kelompok yang memasuki usia 60 tahun keatas, c).

Lansia resiko tinggi yaitu kelompok yang berusia lebih dari 70 tahun atau

kelompok usia lanjut yang hidup sendiri, terpencil, tinggal di panti,

menderita penyakit berat, atau cacat (Kementerian Kesehatan RI, 2014).

2.3.3 Karakteristik lansia

Karakteristik lansia menurut Ratnawati (2017) yaitu :

a. Usia

Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia, lansia

adalah seseorang yang telah mencapai usia diatas 60 tahun (Ratnawati,

2017).

b. Jenis kelamin

Data Kemenkes RI (2015), lansia didominasi oleh jenis kelamin

perempuan. Artinya, ini menunjukkan bahwa harapan hidup yang paling

tinggi adalah perempuan (Ratnawati, 2017).


32

c. Status pernikahan

Berdasarkan Badan Pusat Statistik RI SUPAS 2015, penduduk lansia

ditilik dari status perkawinannya sebagian besar berstatus kawin (60 %)

dan cerai mati (37 %). Adapun perinciannya yaitu lansia perempuan yang

berstatus cerai mati sekitar 56,04 % dari keseluruhan yang cerai mati, dan

lansia laki-laki yang berstatus kawin ada 82,84 %. Hal ini disebabkan

usia harapan hidup perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan usia

harapan hidup laki-laki, sehingga presentase lansia perempuan yang

berstatus cerai mati lebih banyak dan lansia laki-laki yang bercerai

umumnya kawin lagi (Ratnawati, 2017).

d. Pekerjaan

Mengacu pada konsep active ageing WHO, lanjut usia sehat berkualitas

adalah proses penuaan yang tetap sehat secara fisik, sosial dan mental

sehingga dapat tetap sejahtera sepanjang hidup dan tetap berpartisipasi

dalam rangka meningkatkan kualitas hidup sebagai anggota masyarakat.

Berdasarkan data Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI 2016 sumber

dana lansia sebagian besar pekerjaan/usaha (46,7%), pensiun (8,5%) dan

(3,8%) adalah tabungan, saudara atau jaminan sosial (Ratnawati, 2017).

e. Pendidikan terakhir

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Darmojo menunjukkan bahwa

pekerjaan lansia terbanyak sebagai tenaga terlatih dan sangat sedikit yang

bekerja sebagai tenaga professional. Dengan kemajuan pendidikan

diharapkan akan menjadi lebih baik (Ratnawati, 2017).


33

f. Kondisi kesehatan

Angka kesakitan, menurut Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI

(2016) merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur

derajat kesehatan penduduk. Semakin rendah angka kesakitan

menunjukkan derajat kesehatan penduduk yang semakin baik.

2.3.4 Perubahan pada Lanjut Usia

Menurut Brunner & Suddarth (2014) proses menua mengakibatkan

terjadinya banyak perubahan pada lansia yang meliputi :

a. Perubahan Fisiologis

Pemahaman kesehatan pada lansia umumnya bergantung pada

persepsi pribadi atas kemampuan fungsi tubuhnya. Lansia yang memiliki

kegiatan harian atau rutin biasanya menganggap dirinya sehat, sedangkan

lansia yang memiliki gangguan fisik, emosi, atau sosial yang

menghambat kegiatan akan menganggap dirinya sakit.

Perubahan fisiologis pada lansia bebrapa diantaranya, kulit kering,

penipisan rambut, penurunan pendengaran, penurunan refleks batuk,

pengeluaran lender, penurunan curah jantung dan sebagainya. Perubahan

tersebut tidak bersifat patologis, tetapi dapat membuat lansia lebih rentan

terhadap beberapa penyakit. Perubahan tubuh terus menerus terjadi

seiring bertambahnya usia dan dipengaruhi kondisi kesehatan, gaya

hidup, stressor, dan lingkungan (Brunner & Suddarth, 2014).

b. Perubahan Fungsional
34

Fungsi pada lansia meliputi bidang fisik, psikososial, kognitif, dan

sosial. Penurunan fungsi yang terjadi pada lansia biasanya berhubungan

dengan penyakit dan tingkat keparahannya yang akan memengaruhi

kemampuan fungsional dan kesejahteraan seorang lansia. Status

fungsional lansia merujuk pada kemampuan dan perilaku aman dalam

aktivitas harian (ADL). ADL sangat penting untuk menentukan

kemandirian lansia. Perubahan yang mendadak dalam ADL merupakan

tanda penyakit akut atau perburukan masalah kesehatan (Brunner &

Suddarth, 2014).

c. Perubahan Kognitif

Perubahan struktur dan fisiologis otak yang dihubungkan dengan

gangguan kognitif (penurunan jumlah sel dan perubahan kadar

neurotransmiter) terjadi pada lansia yang mengalami gangguan kognitif

maupun tidak mengalami gangguan kognitif. Gejala gangguan kognitif

seperti disorientasi, kehilangan keterampilan berbahasa dan berhitung,

serta penilaian yang buruk bukan merupakan proses penuaan yang

normal (Brunner & Suddarth, 2014).

g. Perubahan Psikososial

Perubahan psikososial selama proses penuaan akan melibatkan

proses transisi kehidupan dan kehilangan. Semakin panjang usia

seseorang, maka akan semakin banyak pula transisi dan kehilangan yang

harus dihadapi( Brunner & Suddarth, 2014).


35

2.4 Kerangka teori

Faktor yang
mempengaruhi
kejadian hipertensi
1. Keturunan
2. Usia
3. Jenis kelamin
4. Gaya hidup
5. Kelainan pembuluh
darah

Gaya Hidup

Aktifitas fisik
Pola makan
Kebiasaan istirahat
 Mengurangi
Riwayat merokok
konsumsi garam
 Tidak merokok dan
menghindari asap
Pengendalian rokok
Hipertensi  Diet dengan Gizi
Seimbang
 Mempertahankan
berat badan ideal
 Menghindari
minum alkohol

Skema 2.1 Kerangka Teori


Sumber: Potter & Perry, 2009 & P2PTM Kemenkes RI, 2021
36

2.5 Kerangka Konsep

Variabel bebas (independent) Variabel terikat (dependen)

Gaya Hidup Kejadian Hipertensi

Skema 2.2 Kerangka konsep

2.4 Hipotesis penelitian

Ha: Ada hubungan gaya terhadap pengendalian hipertensi pada lansia

di wilayah kerja puskesmas Woyla Induk Kecamatan Woyla Induk

Kabupaten Aceh Barat tahun 2020

Anda mungkin juga menyukai