Anda di halaman 1dari 131

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit serebrovaskuler/ serebrovascular disease (CVD) merupakan penyakit

system persyarafan yang paling sering dijumpai. Otak merupakan organ kompleks

manusia yang terdiri dari sel sel saraf nerve cell yang bertanggung jawab pada semua

sinyal dan sensasi yang membuat tubuh manusia dapat berpikir, bergerak, dan

menimbulkan reaksi dari suatu kejadian atau keadaan. Otak adalah organ yang

memerlukan suplai oksigen dan nutrisi secara terus-menerus karena otak tidak dapat

menyimpan energi. Suplai oksigen dan nutrisi didapatkan dari darah yang disirkulasikan

dari jantung melalui arteri yang ada pada tubuh manusia menuju otak (Setiawan, 2021).

Stroke merupakan penyakit pada otak berupa gangguan fungsi saraf lokal atau global

yang munculnya mendadak, progresif, dan cepat. Gangguan fungsi saraf pada stroke

disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak yang nontraumatik (Christiawan, 2016).

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga di dunia setelah penyakit jantung

koroner dan kanker pada negara maju ataupun negara berkembang. Satu dari 10 kematian

disebabkan oleh stroke. Data World Stroke Organization menunjukkan bahwa setiap

tahunnya ada 13,7 juta kasus baru penyakit stroke, dan sekitar 5,5 juta kematian terjadi

akibat stroke. Pravelensi penyaki tidak menular seperti kanker, penyakit ginjal kronis,

diabetes mellitus, hipertensi dan stroke berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2018

meningkat dibandingkan tahun 2013. Pravelansi stroke meningkat dari 7% menjadi

10,9% (Kemenkes, 2019).

1
Stroke dapat mengakibatkan penderitanya mengalami kelumpuhan, gangguan

kognisi, gangguan komunikasi, dan gangguan persepsi, sehingga penderita mengalami

kesulitan dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Stroke juga menyebabkan

penderita mengalami ketidakmampuan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari dan

menimbulkan ketergantungan (Christiawan, 2016).

Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologis tergantung pada lokasi lesi

(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran, area yang perfusinya tidak adekuat, dan

jumlah aliran darah kontralateral (sekunder atau aksesori). Stroke dapat berdampak pada

berbagai fungsi tubuh, dampak atau masalah stroke diantaranya adalah kehilangan sistem

motorik, kehilangan komunikasi, gangguan persepsi, kerusakan fungsi kognitif dan efek

psikologik serta disfungsi kandung kemih . Stroke jenis apapun akan menyebabkan

deficit neurologis yang berbeda-beda tergantung kepada daerah otak yang terganggu

aliran darahnya dan fungsi daerah otak yang mengalami iskemia

tersebut. Masalah yang timbul dapat berupa hemiparesis, hemihipestesi, gangguan

berbicara (afasia), bicara pelo, hemianopsia, dan gangguan intelektual (Christiawan,

2016).

Stroke perdarahan intraserebral (Intracerebral Hemorrhage, ICH) atau yang biasa

dikenal sebagai stroke hemoragik, yang diakibatkan pecahnya pembuluh intraserebral.

Kondisi tersebut menimbulkan gejala neurologis yang berlaku secara mendadak dan

seringkali diikuti gejala nyeri kepala yang berat pada saat melakukan aktivitas akibat efek

desak ruang atau peningkatan tekanan intrakranial (TIK). Efek ini menyebabkan angka

kematian pada stroke hemoragik menjadi lebih tinggi dibandingkan stroke iskemik

(Setiawan, 2021). Pada stroke hemoragik yang didominasi oleh gejala peningkatan TIK

2
yang membutuhkan penanganan segera sebagai tindakan life-saving. Oleh karena itu,

penegakan diagnosis pada stroke hemoragik sangat penting untuk memberikan terapi

yang efektif (Setiawan, 2021).

Dampak dari gejala sisa pada pasin troke dapat berupa penurunan kualitas hidup

yang dikarenakan pasien stroke tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari atau

activity daily living (ADL), yang meliputi makan, berpakaian, mandi, toileting, berhias,

pengontrolan eliminasi, berpidah, mobilisasi secara mandiri. Keadaan ini menyebabkan

pasien stroke membutuhkan bantuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Pasien stroke

dengan disabilitas memerlukan bantuan keluarga maupun perawat dirumah sakit untuk

mmbantu ADL pasien stroke dalam jangaka waktu yang cukup lama (Intan, 2011).

Didalam perawatan tersebut perawat memiliki peran penting dalam memberikan

asuhan keperawatan. Perawat memiliki peran penting dalam membantu ADL pasien

stroke, tindakan tersebut adalah mengkaji kebutuhan pasien baik secara langsung atau

dengan berkomunikasi dengan keluarga maupun caregiver, hal ini bertujuan untuk

mengetahui keadaan umum pasien dan merupakan salah satu poin penting untuk

menentukan intervensi dan implementasi keperawatan yang tepat. Selain itu perawat

memiliki peran membantu pasien dalam beraktivitas sehari-hari dan membantu mengatur

aktivitas sehari-hari, serta yang ketiga memberikan dukungan dan edukasi kepada pasien

maupun orang lain yang membantu merawat pasien (Setiawan, 2021).

Identifikasi faktor risiko stroke sangat penting untuk mengendalikan kejadian

stroke di suatu negara. Oleh karena itu, berdasarkan identifikasi faktor risiko tersebut

maka dapat dilakukan tindakan pencegahan dan penanggulangan penyakit stroke,

terutama untuk menurunkan angka kejadian stroke (Christiawan, 2016).

3
B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memberikan dan Melaksanakan Asuhan Keperawatan Pada

Tn. R Dengan Stroke Hemoragik Di Ruangan Jantung RSUD. Achmad Mochtar

Bukittinggi tahun 2021.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada Tn. R dengan Stroke Hemoragik Di Ruangan

Jantung RSUD. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2021

b. Mampu melakukan analisa data dan menegakkan diagnosa keperawatan pada Tn.

R dengan Stroke Hemoragik Di Ruangan Jantung RSUD. Achmad Mochtar

Bukittinggi tahun 2021

c. Mampu menentukan intervensi keperawatan Pada Tn. R dengan Stroke

Hemoragik Di Ruangan Jantung RSUD. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2021

d. Mampu melakukan implementasi keperawatan Tn. R dengan Stroke Hemoragik

Di Ruangan Jantung RSUD. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2021

e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan Pada Tn. R dengan Stroke Hemoragik

Di Ruangan Jantung RSUD. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2021

f. Mampu melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan pada Tn. R dengan

Stroke Hemoragik Di Ruangan Jantung RSUD. Achmad Mochtar Bukittinggi

tahun 2021.

4
C. Manfaat

1. Bagi tenaga kesehatan

Tenaga kesehatan lebih meningkatkan kualitas pelayanan sehingga dapat

melakukan asuhan keperawatan dengan baik terutama pada kasus perawatan indikasi

multiple trauma kecelakaan lalu lintas

2. Bagi mahasiswa

Diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan dan meningkatkan

keterampilan serta mengaplikasikan secara langsung teori- teori yang didapat di

bangku perkuliahan.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Stroke

1. Definisi Stroke

Stroke merupakan penyakit pada otak berupa gangguan fungsi saraf lokal atau

global yang munculnya mendadak, progresif, dan cepat. Gangguan fungsi saraf pada

stroke disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak yang nontraumatik. Gangguan

saraf tersebut dapat menimbulkan gejala berupa: kelumpuhan wajah atau anggota

badan, bicara tidak lancar, bicara tidak jelas atau pelo, mungkin perubahan kesadaran,

gangguan penglihatan, dan lain-lain. Seseorang dikatakan mengalami stroke jika

pernah didiagnosis menderita penyakit stroke oleh tenaga kesehatan atau belum

pernah didiagnosis menderita penyakit stroke oleh tenaga kesehatan tetapi sudah

pernah mengalami secara mendadak kelumpuhan pada satu sisi tubuh atau mulut

menjadi mencong tanpa kelumpuhan otot mata, bicara pelo, sulit komunikasi atau

tidak mampu mengerti pembicaraan (Christiawan, 2016).

Pada umumnya gangguan fungsional otak fokal dapat berupa hemiparesis yang

disertai dengan defisit sensorik, parese nervus kraniales dan gangguan fungsi luhur.

Manifestasi klinis yang muncul sangat bergantung kepada area otak yang diperdarahi

oleh pembuluh darah yang mengalami oklusi ataupun rupture (Setiawan, 2021).

6
2. Klasifikasi Stroke

Berdasarkan klasifikasi stroke modifikasi Marshall (Setiawan, 2021) stroke antara

lain :

1) Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya :

a. Stroke iskemik, terdiri dari :

1) Transient Ischemic Attac (TIA)

Apabila defisit neurologis membaik dalam waktu kurang dari 24 jam.

2) Trombosis serebri

Trombosis serebri merupakan salah satu penyakit pembuluh darah otak

non hemoragik berupa penyumbatan pembuluh darah otak oleh karena

trombus yang menyebabkan iskemik atau infark jaringan yang

menimbulkan gejala disfungsi otak lokal dengan defisit neurologi yang

menetap atau sembuh dengan gejala sisa.

3) Emboli serebri

Embolisme serebri kondisi dimana aliran darah terhambat akibat benda

asing (embolus), seperti bekuan darah yang berada di dalam aliran darah

yang dapat menghambat pembuluh darah.

b. Stroke hemoragik, terdiri dari :

1) Pendarahan intraserebral

Perdarahan intraserebral adalah perdarahan primer yang berasal dari

pembuluh darah parenkim otak.17 Perdarahan di dalam otak bisa

disebabkan oleh trauma atau cedera otak, dan kelainan pembuluh darah

seperti aneurisma atau angioma.

7
2) Pendarahan subaraknoid

Perdarahan subarahnoid adalah perdarahan dalam ruangan subarahnoid,

yaitu ruangan di antara piamater dan arahnoideamater yang terdapat pada

jaringan selaput otak (meninges). Perdarahan subarahnoid bisa disebabkan

oleh pecahnya aneurisma, malformasi arteriovena, trauma,

infeksi, neoplasma, maupun sekunder dari perdarahan intraserebral.

3) Berdasarkan stadium atau waktu :

a. Transient Ischemic Stroke (TIA)

Apabila defisit neurologis membaik dalam waktu kurang dari 24 jam.

b. Reversible Iscmic Neurological Deficit (RIND)

Apabila defisit neurologis membaik dalam waktu 24 jam atau lebih.

c. Stroke in Evolution

Apabila defisit neurologis berkembang menjadi gangguan yang lebih berat.

d. Completed stroke

Apabila defisit neurologis menetap dan ireversibel.

4) Berdasarkan system pembuluh darah

a. System karotis

b. System vertebrobasiler

3. Faktor Resiko Stroke

Beberapa kondisi dan kebiasaan dapat meningkatkan risiko mengalami stroke.

Kondisi dan kebiasaan ini dikenal sebagai faktor risiko. Semakin banyak faktor

risiko yang dimiliki, semakin besar kemungkinan seseorang untuk mengalami stroke.

8
Ada beberapa faktor risiko yang dikontrol, seperti tekanan darah tinggi dan rokok.

Faktor risiko lain, seperti umur dan jenis kelamin, tidak dapat dikontrol. Faktor risiko

stroke yang utama meliputi:

a. Tekanan darah tinggi

Tekanan darah tinggi adalah faktor risiko utama untuk stroke. Tekanan darah

dianggap tinggi jika tetap pada atau di atas 140/90 mmHg dari waktu ke waktu.

Jika memiliki riwayat diabetes melitus atau penyakit ginjal kronis, tekanan darah

tinggi didefinisikan sebagai 130/80 mmHg atau lebih tinggi.

b. Diabetes

Diabetes adalah penyakit di mana tingkat gula darah tinggi karena tubuh tidak

membuat insulin yang cukup atau tidak menggunakan insulin dengan benar.

Insulin adalah hormon yang membantu memindahkan gula darah ke dalam sel-sel

yang mana digunakan untuk energi.

c. Penyakit jantung

Penyakit jantung koroner, kardiomiopati, gagal jantung, dan fibrilasi atrium dapat

menyebabkan gumpalan darah yang mengakibatkan stroke.

d. Rokok

Rokok dapat merusak pembuluh darah dan meningkatkan tekanan darah. Merokok

juga mengurangi jumlah oksigen yang mencapai jaringan tubuh. Terpapar asap

rokok juga dapat merusak pembuluh darah.

e. Usia dan jenis kelamin

Risiko stroke bertambah seiring bertambahnya usia. Di usia muda, pria lebih

mungkin dibandingkan perempuan untuk memiliki stroke. Namun, perempuan

9
lebih cenderung meninggal disebabkan oleh stroke. Perempuan yang mengambil

pil kontrol kelahiran juga sedikit lebih berisiko terhadap stroke.

f. Ras dan etnis

Stroke lebih sering terjadi pada orang dewasa Afrika Amerika, asli Alaska, dan

Amerika India daripada orang dewasa kulit putih, Hispanik, atau Amerika Asia.

g. Riwayat pribadi atau keluarga stroke atau TIA

Jika memiliki riwayat stroke, maka lebih besar peluang untuk terkena stroke

selanjutnya. Riwayat TIA juga meningkat risiko mengalami stroke.

h. Aneurisma otak atau arteriovenous malformations (AVMs)

Aneurisma merupakan tonjolan seperti balon dalam arteri yang dapat meregang

dan meledak. AVMs mungkin hadir pada saat lahir, tetapi sering terdiagnosa

sampai pecah.

B. Stroke Hemoragik

1. Definisi Stroke Hemoragik

Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena arteri yang menyuplai

otak mengalami ruptur atau perdarahan. Ada 2 tipe stroke hemoragik, yaitu:

a. Perdarahan intraserebral

Terjadi bila pembuluh darah di dalam otak mengalami ruptur atau perdarahan.

b. Perdarahan subaraknoid

Terjadi bila pembuluh darah di permukaan otak mengalami ruptur atau

perdarahan. Pada kedua tipe stroke hemoragik, perdarahan dapat menyebabkan

10
pembengkakan otak dan peningkatan tekanan intrakranial. Pembengkakan dan

peningkatan intrakranial dapat merusak sel dan jaringan di otak.

2. Etiologi

Perdarahan mendadak di otak dapat menyebabkan stroke hemoragik. Perdarahan

menyebabkan pembengkakan otak dan peningkatan tekanan intrakranial.

Pembengkakan dan tekanan tersebut merusak sel dan jaringan otak.

a. Trombosis (bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak)

b. Embolisme cerebral (bekuan darah atau material lain)

c. Iskemia (Penurunan aliran darah ke area otak)

d. Hemoragi serebral yaitu pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke

dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak. Akibatnya adalah penghentian suplai

darah ke otak, yang menyebabkan kehilangan sementara atau permanen gerakan,

berpikir, memori , bicara atau sensasi.

3. Faktor Resiko

Faktor resiko pada penyakit stroke :

a. Hipertensi

Hipertensi merupakan faktor risiko baik untuk orangtua maupun dewasa muda.

Hipertensi mempercepat terjadinya aterosklerosis, yaitu dengan cara menyebabkan

perlukaan secara mekanis pada sel endotel (dinding pembuluh darah) di tempat

yang mengalami tekanan tinggi. Jika proses tekanan berlangsung lama, dapat

menyebabkan kelemahan pada dinding pembuluh darah sehingga menjadi rapuh

dan mudah pecah

b. Penyakit kardiovaskuler

11
Beberapa penyakit jantung, antara lain fibrilasi atrial (salah satu jenis gangguan

irama jantung), penyakit jantung koroner, penyakit jantung rematik, dan orang

yang melakukan pemasangan katub jantung buatan akan meningkatkan risiko

stroke. Pada fibrilasi atrium menyebabkan penurunan CO², sehingga perfusi darah

keotakmenurun, maka otak akan kekurangan oksigen yang akhirnya dapat terjadi

stroke.

c. Kolesterol tinggi

Hiperkolestrolemia dapat menyebabkan aterosklerosis. Aterosklerosis berperan

dalam menyebabkan penyakit jantung koroner dan stroke itu sendiri. Karena

kolestrol tidak dapat langsung larut dalam darah dan cenderung menempel di

pembuluh darah, akibatnya kolestrol membentuk bekuan dan plak yang

menyumbat arteri dan akhirnya memutuskan aliran darah ke jantung

(menyebabkan serangan jantung) dan ke otak (menyebabkan stroke).

d. Obesitas

Makan berlebihan dapat menyebabkan kegemukan (obesitas).Obesitas lebih cepat

terjadi dengan pola hidup pasif (kurang gerak dan olahraga).Jika makanan yang

dimakan banyak mengandung lemak jahat (seperti kolestrol), maka ini dapat

menyebabkan penimbunan lemak disepanjang pembuluh darah.Penyempitan

pembuluh darah ini

menyebabkan aliran darah kurang lancar dan memicu terjadinya aterosklerosis atau

penyumbatan dalam pembuluh darah yang pada akhirnya beresiko terserang

stroke. Penyumbatan tersebut biasanya diakibatkan oleh plak-plak yang menempel

pada dinding pembuluh darah.

12
e. Diabetes

Seseorang yang mengidap diabetes mempunyai risiko serangan stroke iskemik 2

kali lipat dibandingkan mereka yang tidak diabetes. Pada penyakit DM akan

mengalami vaskuler, sehingga terjadi mikrovaskularisasi dan terjadi aterosklerosis,

terjadinya aterosklerosis dapat menyebabkan emboli yang kemudian menyumbat

dan terjadi iskemia, iskemia menyababkan perfusi otak menurun dan pada

akhirnya terjadi stroke.

f. Merokok

Perokok lebih rentan mengalami stroke dibandingkan bukan perokok. Nikotin

dalam rokok membuat jantung bekerja keras karena frekuensi denyut jantung dan

tekanan darah meningkat . Pada perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah

oleh nikotin sehingga memungkinkan penumpukan arterosklerosis dan kemudian

berakibat pada stroke

g. Konsumsi alcohol

Pada alkoholik dapat menyebabkan hipertensi, penurunan aliran darah ke otak dan

kardiak aritmia serta kelainan motilitas pembuluh darah sehingga terjadi emboli

serebral.

h. Life style

Life style atau gaya hidup seringkali dikaitkan sebagai pemicu berbagai penyakit

yang menyerang, baik pada usia produktif maupun usia lanjut. Salah satu contoh

life style yaitu berkaitan dengan pola makan.Generasi muda biasanya sering

menerapkan pola makan yang tidak sehat dengan

seringnya mengkonsumsi makanan siap saji yang serat lemak dan kolesterol

13
namun rendah sehat. Kemudian, seringnya mengonsumsi makanan yang digoreng

atau makanan dengan kadar gula tinggi dan berbagai jenis makanan yang ditambah

zat pewarna/penyedap/pemanis dan lain-lain. Faktor gaya hidup lain yang dapat

beresiko terkena stroke yaitu sedentary life style atau kebiasaan hidup santai dan

malas berolah raga. Hal ini dapat mengakibatkan kurangnya kemampuan

metabolisme tubuh dalam pembakaran zat-zat makanan yang dikonsumsi.

Sehingga, beresiko membentuk terjadinya tumpukan kadar lemak dan kolestrol

dalam darah yang beresiko membentuk ateroskelorosis (plak) yang dapat

menyumbat pembuluh darah yang dapat berakibat pada

munculnya serangan jantung dan stroke.

4. Patofiologi

Otak sangat tergantung pada oksigen dan tidak mempunyai cadangan

oksigen. Jika aliran darah kesetiap bagian otak terhambat karena trombus dan

embolus, maka mulai terjadi kekurangan oksigen ke jaringan otak. Kekurangan

selama 1 menit dapat mengarah pada gejalan yang dapat menyebabkan nekrosisi

mikroskopik neuron-neuron. Area nekrotik kemudian disebur infark. Kekurangan

oksigen pada awalnya mungkin akibat iskemia mum (karena henti jantung atau

hipotensi) atau hipoksia karena akibat proses anemia dan kesukaran untuk bernafas.

Stroke karena embolus dapat mengakibatkan akibat dari bekuan darah, udara,

palque, ateroma fragmen lemak. Jika etiologi stroke adalah hemorrhagi maka faktor

pencetus adalah hipertensi. Abnormalitas vaskuler, aneurisma serabut dapat terjadi

ruptur dan dapat menyebabkan hemorrhagi.

Pada stroke trombosis atau metabolik maka otak mengalami iskemia dan infark

14
sulit ditentukan. Ada peluang dominan stroke akan meluas setelah serangan pertama

sehingga dapat terjadi edema serebral dan peningkatan tekanan intrakranial (TIK)

dan kematian pada area yang luas.Prognosisnya tergantung pada daerah otak yang

terkena dan luasnya saat terkena.

Bila terjadi kerusakan pada otak kiri, maka akan terjadi gangguan dalam hal

fungsi berbicara, berbahasa, dan matematika. Akibat penurunan CBF regional suatu

daerah otak terisolasi dari jangkauan aliran darah, yang mengangkut O2 dan glukose

yang sangat diperlukan untuk metabolisme oksidatif serebral. Daerah yang terisolasi

itu tidak berfungsi lagi dan karena itu timbullah manifestasi defisit neurologik yang

biasanya berupa hemiparalisis, hemihipestesia, hemiparestesia yang bisa juga

disertai defisit fungsi luhur seperti afasia.

Apabila arteri serebri media tersumbat didekat percabangan kortikal utamanya

(pada cabang arteri) dapat menimbulkan afasia berat bila yang terkena hemisfer

serebri dominan bahasa.

Lesi (infark, perdarahan, dan tumor) pada bagian posterior dari girus temporalis

superior (area wernicke) menyebabkan afasia reseptif, yaitu klien tidak dapat

memahami bahasa lisan dan tertulis, kelainan ini dicurigai bila klien tidak bisa

memahami setiap perintah dan pertanyaan yang diajukan. Lesi pada area fasikulus

arkuatus yang menghubungkan area wernicke dengan area broca mengakibatkan

afasia konduktif, yaitu klien tidak dapat mengulangi kalimat-kalimat dan sulit

menyebutkan nama-nama benda tetapi dapat mengikuti perintah. Lesi pada bagian

posterior girus frontalis inferoior (broca) disebut dengan afasia eksprektif yaitu

klien mampu mengerti terhadap apa yang dia dengar tetapi tidak dapat menjawab

15
dengan tepat, bicaranya tidak lancar.

Kemudian pada kasus stroke hemorragik yaitu percahnya pembuluh darah di

otak yang menyebabkan perdarahn di bagian otak yaitu:

a. Perdarahan intraserebral

Perdarahan intraserebral terdiri dari tiga fase, yaitu perdarahan awal, perluasan

hematoma, dan edema peri-hematoma. Perdarahan awal disebabkan oleh ruptur

arteri serebral yang dipengaruhi oleh faktor risiko. Prognosis penyakit bergantung

terutama pada dua fase perkembangan terakhir. Ekspansi hematoma, terjadi

beberapa jam setelah onset awal, melibatkan peningkatan tekanan intrakranial

yang mengganggu integritas jaringan lokal dan sawar darah otak. Selain itu, aliran

vena yang terhambat akan menginduksi pelepasan tromboplastin jaringan,

menghasilkan koagulopati lokal. Pada 1/3 pasien, ekspansi hematoma dikaitkan

dengan hiperglikemia, hipertensi, dan antikoagulan. Ukuran awal perdarahan dan

tingkat perluasan hematoma adalah variabel prognostik penting dalam

memprediksi kemunduran neurologis. Ukuran hematoma >30 ml dikaitkan

dengan peningkatan mortalitas yang sangat tinggi. Setelah perluasan, edema

serebral terbentuk di sekitar hematoma, akibat pembengkakan dan gangguan

penghalang darah-otak. Edema peri-hematoma ini adalah etiologi utama untuk

kerusakan neurologis dan berkembang selama beberapa hari setelah kerusakan

b. Perdarahan subaraknoid

Pada saat aneurisma pecah, darah masuk ke ruang subaraknoid dan terkadang ke

parenkim otak dan ventrikel. Tekanan intrakranial meningkat tajam dan mungkin

cukup untuk menurunkan perfusi serebral dan menyebabkan transient ischemic

16
stroke, yang biasanya menyebabkan kehilangan kesadaran sementara. Cedera otak

diakibatkan oleh transient ischemic stroke dan dari efek darah intrakranial sendiri.

5. Manifestasi Klinis

Defisit neurologis merefleksikan area otak yang biasanya terlibat. Gejala stroke fokal

meliputi :

a. Kelemahan atau paresis yang mempengaruhi ekstremitas tunggal, setengah tubuh,

atau semua ekstremitas.

b. Kelumpuhan otot wajah

c. Gangguan penglihatan monokular atau binokular

d. Penglihatan kabur atau defisit lapangan pandang

e. Disarthria dan kesulitan memahami pembicaraan

f. Vertigo atau ataksia

g. Aphasia

Gejala perdarahan subaraknoid dapat meliputi :

a. Sefalgia berat yang tiba-tiba

b. Tanda meningismus dengan kaku kuduk

c. Fotofobia dan nyeri dengan gerakan mata

d. Mual dan muntah

e. Sinkop

17
PATHWAY STROKE
STROKE

Stroke Hemoragic Stroke Non Hemoragic

Peningkatan tekanan
sistemik Trombus, Emboli,
Iskemia

Aneurisma
Menyumbat arteri otak
Perdarahan arkhnoid /
ventrikel
Iskemik

Hematoma serebral
Infark Serebral
Vasospasme arteri
serebral
PTIK / Herniasi serebral

Defisit Neurologi
Penurunan kesadaran Penekanan saluran
pernapasan Iskemik / Infark

Resiko Resiko
Dipsnea
Aspirasi Jatuh

Pola napas tidak


efektif

18
Peningkatan tekanan Penurunan kontro Disfungsi kandung kemih dan Kemampuan batuk Kemampuan
intrakranial volunter saluran pencernaan berkurang komunikasi menurun

Nyeri Akut Hemiplagia / Spinkter uretra Peristaltik usus


Hemiparese Penumpukan sekret Disfungsi bahasa dan
tidak terkontrol menurun
komunikasi
Resiko Perfusi Kelemahan fisik Inkontinensia urin Penurunan kontrol
Serebral Tidak
spinkter ani Bersihan Jalan Gangguan
Efektif
Napas Tidak Efektif Komunikasi Verbal
Kekuatan otot Gangguan
menurun Eliminasi Urin Konstipasi

Inkontinensia
Fekal
Kemampuan merawat Gangguan Mobilitas Reflek mengunyah
diri menurun Fisik dan menelan menurun
Defisit Perawatan
Diri
Nafsu makan
menurun Resiko Defisit
Defisit Nutrisi Intake tidak adekuat Nutrisi

19
6. Komplikasi Stroke

Stroke dapat menyebabkan munculnya berbagai masalah kesehatan lain atau

komplikasi, dan sebagian besar komplikasi tersebut dapat membahayakan nyawa.

Beberapa jenis komplikasi yang mungkin muncul, antara lain:

a. Deep vein thrombosis. Sebagian orang akan mengalami penggumpalan darah di

tungkai yang mengalami kelumpuhan. Kondisi tersebut dikenal sebagai deep vein

thrombosis. Kondisi ini terjadi akibat terhentinya gerakan otot tungkai, sehingga

aliran di dalam pembuluh darah vena tungkai terganggu. Hal ini meningkatkan

risiko untuk terjadinya penggumpalan darah. Deep vein thrombosis dapat diobati

dengan obat antikoagulan.

b. Hidrosefalus. Sebagian penderita stroke hemoragik dapat

mengalami hidrosefalus. Hidrosefalus adalah komplikasi yang terjadi akibat

menumpuknya cairan otak di dalam rongga otak (ventrikel). Dokter bedah saraf

akan memasang sebuah selang ke dalam otak untuk membuang cairan yang

menumpuk tersebut.

c. Disfagia. Kerusakan yang disebabkan oleh stroke dapat mengganggu refleks

menelan, akibatnya makanan dan minuman berisiko masuk ke dalam saluran

pernapasan. Masalah dalam menelan tersebut dikenal sebagai disfagia. Disfagia

dapat menyebabkan pneumonia aspirasi.

7. Pemeriksaan Penunjang

20
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk memastikan jenis serangan stroke, letak

sumbatan atau penyempitan pembuluh darah, letak perdarahan, serta luas jaringan

otak yang mengalami kerusakan.

a. CT-Scan

Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan adanya infark.

b. Pemeriksaan magnetic resonance imaging (MRI)

Pemeriksaan MRI menunjukkan daerah yang mengalami infark atau hemoragik

(Oktavianus, 2014). MRI mempunyai banyak keunggulan dibanding CT dalam

mengevaluasi stroke, MRI lebih sensitif dalam mendeteksi infark, terutama yang

berlokasi dibatang otak dan serebelum.

c. Pemeriksaan magnetic resonance angiography (MRA) Merupakan metode non-

infasif yang memperlihatkan arteri karotis dan sirkulasi serebral serta dapat

menunjukan adanya oklusi.

d. Pemeriksaan ultrasonografi karotis dan dopler transkranial Mengukur aliran darah

serebral dan mendeteksi penurunan aliran darah stenosis di dalam arteri karotis

dan arteri vetebrobasilaris selain menunjukan luasnya sirkulasi kolateral.Kedua

pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mengkaji perburukkan penyakit vaskular

dan mengevaluasi efek terapi yang ditimbulkan pada vasospasme, seperti yang

terjadi pada perdarahan subaraknoid. Angiografi serebral merupakan prosedur

invasif yang menggunakan media kontras untuk menunjukan pembuluh darah

serebral, kepatenan, dan lokasi stenosis, oklusi atau aneurisma.Pemeriksaan aliran

darah serebral membantu menentukan derajat vasopasme.

e. Pemeriksaan lumbal Fungsi

21
Pemeriksaan fungsi lumbal menunjukkan adanya tekanan (Oktavianus, 2014).

Tekanan normal biasanya ada trombosis, emboli dan TIA, sedangkan tekanan

yang meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukkan adanya

perdarahan subarachnoid atau intracranial.

f. Pemeriksaan EKG

Dapat membantu mengidentifikasi penyebab kardiak jika stroke emboli dicurigai

terjadi.

g. Pemeriksaan darah

Pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan elektrolit, fungsi ginjal, kadar glukosa,

lipid, kolestrol, dan trigliserida dilakukan untuk membantu menegakan diagnose.

h. EEG (Electro Enchepalografi)

Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak atau mungkin

memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.

i. Angiografi serebral

Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan,

obtruksi arteri, oklusi/rupture.

j. Sinar X tengkorak

Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang berlawanan dari

masa yang luas, klasifikasi karotis interna terdapat pada trobus serebral.

Klasifikasi parsial dinding, aneurisma pada perdarahan sub arachnoid.

k. Pemeriksaan foto thorax

Dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran ventrikel

kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada penderita stroke,

22
menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah berlawanan dari masa

yang meluas.

8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan stroke dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Phase Akut :

a. Pertahankan fungsi vital seperti : jalan nafas, pernafasan, oksigenisasi dan

sirkulasi.

b. Reperfusi dengan trombolityk atau vasodilation : Nimotop. Pemberian ini

diharapkan mencegah peristiwa trombolitik/emobolik.

c. Pencegahan peningkatan TIK. Dengan meninggikan kepala 15-30

menghindari flexi dan rotasi kepala yang berlebihan, pemberian

dexamethason.

d. Mengurangi edema cerebral dengan diuretik

e. Pasien di tempatkan pada posisi lateral atau semi telungkup dengan kepala

tempat tidur agak ditinggikan sampai tekanan vena serebral berkurang

2. Post phase akut

a. Pencegahan spatik paralisis dengan antispasmodic

b. Program fisiotherapi

c. Penanganan masalah psikososial

9. Pencegahan

Upaya pencegahan ini ditujukan pada orang sehat dan kelompok berisiko tinggi

yang belum pernah terserang stroke antara lain:

23
a. Pola makan sehat Konsumsi makanan tinggi lemak dan kolesterol dapat

meningkatkan risiko terkena serangan stroke, sebaliknya risiko konsumsi

makanan rendah lemak dan kolesterol dapat mencegah terjadinya stroke. Anjuran

lain berupa menambah asupan kalium, mengurangi asupan natrium, dan utamakan

makan yang mengandung polisakarida dibandingkan dengan yang mengandung

gula (monosakarida dan disakarida).

b. Penanganan stres dan istirahat yang cukup Tidur yang teratur antara 6 – 8 jam

sehari dan mengendalikan stres dengan cara berpikir positif sesuai dengan jiwa

sehat menurut WHO. Stres yang kronis dapat meningkatkan tekanan darah.

Penanganan stres dapat Universitas Sumatera Utara 17 menghasilkan respons

relaksasi yang menurunkan tekanan darah dan denyut jantung.

c. Pemeriksaan kesehatan yang teratur dan taat anjuran dokter Memantau faktor-

faktor risiko seperti hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit jantung secara

teratur. Pengendalian hipertensi dengan target tekanan darah 140/90 mmHg dan

kadar gula darah pada penderita diabetes melitus dengan target HbA1c.

d. Rekomendasi lainnya

1) Melakukan penilaian faktor risiko serangan stroke pertama.

2) Skrining penyebab stroke secara genetik.

3) Pengendalian hipertensi secara teratur.

4) Hindari merokok.

5) Pengendalian gula darah pada penderita diabetes secara teratur.

6) Skrining fibrilasi atrium pada penderita >65 tahun di unit perawatan primer.

24
7) Pemberian warfarin pada penderita pascainfark miokard dengan elevasi

segmen ST dengan trombus mural ventrikel kiri.

8) Pengendalian kolesterol darah secara teratur.

9) Skrining pada penderita asymptomatic carotid stenosis.

10) Skrining pada anak-anak penderita Sickle Cell Disease (SCD).

11) Terapi agresif terhadap faktor risiko stroke yang sudah ada pada pengguna

kontrasepsi oral.

12) Penurunan asupan natrium dan peningkatan asupan kalium.

13) Meningkatkan aktivitas fisik.

14) Penurunan berat badan pada individu overweight dan obesitas.

15) Pengurangan dan penghentian konsumsi alkohol

C. Asuhan Keperawatan Teoritis

a. Pengkajian

Adapun Fokus pengkajian pada klien dengan Stroke Hemoragik menurut (Hartati,

2019) yaitu:

1) Identitas Kien

Meliputi identitas klien (nama, umur, jenis kelamin, status, suku, agama,

alamat, pendidikan, diagnosa medis, tanggal MRS, dan tanggal pengkajian diambil)

dan identitas penanggung jawab (nama, umur, pendidikan, agama, suku, hubungan

dengan klien, pekerjaan, alamat).

2) Keluhan Utama

25
Adapun keluhan utama yang sering dijumpai yaitunya klien mengalami

kelemahan anggota gerak sebelah badan, biasanya klien mengalami bicara pelo,

biasanya klien kesulitan dalam berkomunikasi dan penurunan tingkat kesadaran.

3) Riwayat Kesehatan Sekarang

Keadaan ini berlangsung secara mendadak baik sedang melakukan aktivitas

ataupun tidak sedang melakukan aktivitas. Gejala yang muncul seperti mual, nyeri

kepala, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, kelumpuhan separuh badan atau

gangguan fungsi otak yang lain.

4) Riwayat Kesehatan Dahulu

Adapun riwayat kesehatan dahulu yaitunya memiliki riwayat hipertensi,

riwayat DM, memiliki penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, riwayat

kotrasepsi oral yang lama, riwayat penggunan obat-obat anti koagulasi, aspirin,

vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.

5) Riwayat Penyakit Keluarga

Adanya riwayat keluarga dengan hipertensi, adanya riwayat DM, dan adanya

riwayat anggota keluarga yang menderita stroke.

6) Riwayat Psikososial

Adanya keadaan dimana pada kondisi ini memerlukan biaya untuk pengobatan

secara komprehensif, sehingga memerlukan biaya untuk pemeriksaan dan pengobatan

serta perawatan yang sangat mahal dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran

klien dan keluarga.

7) Pemeriksaan Fisik

26
a. Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran merupakan parameter untama yang sangat penting pada

penderita stroke. Perludikaji secara teliti dan secara komprehensif untuk

mengetahui tingkat kesadaran dari klien dengan stroke. Macam-macam tingkat

kesadaran terbagi atas:

Metoda Tingkat Responsivitas

1) Composmentis : kondisi sesorang yang sadar sepenuhnya, baik terhadap dirinya

maupun terhadap dirinya maupun terhap lingkungannya dan dapat menjawab pertanyaan

yang dinyatakan pemeriksa dengan baik

2) Apatis : yaitu kondisi seseorang yang tampak segan dan acuh tak acuh terhadap

lingkungannya

3) Derilium : yaitu kondisi sesorang yang mengalami kekacauan gerakan, siklus tidur

bangun yang terganggu dan tampak gaduh gelisah, kacau, disorientasi srta meronta-ronta

4) Somnolen : yaitu kondisi sesorang yang mengantuk namun masih dapat sadar bila

diransang, tetapi bila rangsang berhenti akan tertidur kembali

5) Sopor : yaitu kondisi seseorang yang mengantuk yang dalam, namun masih dapat

dibangunkan dengan rangsang yang kuat, misalnya rangsang nyeri, tetapi tidak terbangun

sempurna dan tidak dapat menjawab pertanyaan dengan baik.

6) Semi-Coma : yaitu penurunan kesadaran yang tidak memberikan respons terhadap

pertanyaan, tidak dapat dibangunkan sama sekali, respons terhadap rangsang nyeri hanya

sedikit, tetapi refleks kornea dan pupil masih baik.

27
7) Coma : yaitu penurunan kesadaran yang salangat dalam, memberikan respons terhadap

pernyataan, tidak ada gerakan, dan tidak ada respons terhadap rangsang nyeri.

Berikut tingkat kesadaran berdasarkan skala nilai dari skor yang didapat dari penilaian

GCS klien :

a. Nilai GCS Composmentis : 15 – 14

b. Nilai GCS Apatis : 13 – 12

c. Nilai GCS Derilium : 11 – 10

d. Nilai GCS Somnolen : 9 – 7

e. Nilai GCS Semi Coma : 4

f. Nilai GCS Coma : 3

Skala Koma Glasgow

Pada keadaan perawatan sesungguhnya dimana waktu untuk mengumpulkan data sangat

terbatas, Skala koma Glasgow dapat memberikan jalan pintas yang sangat berguna.

Tabel 2.1

Skala Koma Glasgow Nilai


Respon Membuka Mata
Spontan Terhadap bicara 4
Terhadap nyeri 3
Tidak ada respon 2
1

Terorientasi Percakapan 5
yang membingungkan 4
Penggunaan kata-kata 3
yang tidak sesuai Suara 2

28
menggumam 1
Tidak ada respon
Respon Motorik Nilai

Mengikuti perintah 6
Menunjuk tempat 5
ransangan 4
Menghindar dari 3
stimulus 2
Fleksi abnormal 1
(dekortikasi)
Ekstensi abnormal
(deserebrasi)
Tidak ada respon

1) Reflek

Respon motorik terjadi akibat adanya reflek yang terjadi melalui stimulasi

sensori. Kontrol serebri dan kesadaran tidak dibutuhkan untuk terjadinya reflek. Respon

abnormal(babinski) adalah ibu jari dorso fleksi atau gerakan ke atas ibu jari dengan atau

tanpa melibatkan jari-jari kaki yang lain.

2) Perubahan Pupil

Pupil harus dapat dinilai ukuran dan bentuknya (sebaiknya dibuat dalam

millimeter). Suruh pasien berfokus pada titik yang jauh dalam ruangan. Pemeriksa harus

meletakkan ujung jari dari salah satu tangannya sejajar dengan hidung pasien. Arahkan

cahaya yang terang ke dalam salah satu mata dan perhatikan adanya konstriksi pupil yang

cepat (respon langsung). Perhatikan bahwa pupil yang lain juga harus ikut konstriksi

(respon konsensual). Anisokor (pupil yang tidak sama) dapat normal pada populasi yang

presentasinya kecil atau mungkin menjadi indikasi adanya disfungsi neural.

29
3) Tanda-tanda Vital

Tanda-tanda klasik dari peningkatan tekanan intra cranial meliputi kenaikan

tekanan sistolik dalam hubungan dengan tekanan nadi yang membesar, nadi lemah atau

lambat dan pernapasan tidak teratur.

4) Saraf Kranial

I. Olfaktorius : saraf cranial I berisi serabut sensorik untuk indera penghidu. Mata

pasien terpejam dan letakkan bahan-bahan aromatic dekat hidung untuk diidentifikasi.

II. Optikus : Akuitas visual kasar dinilai dengan menyuruh pasien membaca tulisan

cetak. Kebutuhan akan kacamata sebelum pasien sakit harus diperhatikan.

III. Okulomotoris : Menggerakkan sebagian besar otot mata

IV. Troklear : Menggerakkan beberapa otot mata

V. Trigeminal : Saraf trigeminal mempunyai 3 bagian: optalmikus, maksilaris, dan

madibularis. Bagian sensori dari saraf ini mengontrol sensori pada wajah dan kornea.

Bagian motorik mengontrol otot mengunyah. Saraf ini secara parsial dinilai dengan

menilai reflak kornea; jika itu baik pasien akan berkedip ketika kornea diusap kapas

secara halus. Kemampuan untuk mengunyah dan mengatup rahang harus diamati.

VI. Abdusen : Saraf cranial ini dinilai secara bersamaan karena ketiganya

mempersarafi otot ekstraokular. Saraf ini dinilai dengan menyuruh pasien untuk

mengikuti gerakan jari pemeriksa ke segala arah.

30
VII. Fasial : Bagian sensori saraf ini berkenaan dengan pengecapan pada dua pertiga

anterior lidah. Bagian motorik dari saraf ini mengontrol otot ekspresi wajah. Tipe yang

paling umum dari paralisis fasial perifer adalah bell’s palsi.

VIII. Akustikus : Saraf ini dibagi menjdi cabang-cabang koklearis dan vestibular, yang

secara berurutan mengontrol pendengaran dan keseimbangan. Saraf koklearis

diperiksa dengan konduksi tulang dan udara. Saraf vestibular mungkin tidak diperiksa

secara rutin namun perawat harus waspada, terhadap keluhan pusing atau vertigo dari

pasien.

IX. Glosofaringeal : Sensori: Menerima rangsang dari bagian posterior lidah untuk

diproses di otak sebagai sensasi rasa. Motorik: Mengendalikan organ-organ dalam

X. Vagus : Saraf cranial ini biasanya dinilai bersama-sama. Saraf Glosofaringeus

mempersarafi serabut sensori pada sepertiga lidah bagian posterior juga uvula dan

langit-langit lunak.Saraf vagus mempersarafi laring, faring dan langit-langit lunak

serta memperlihatkan respon otonom pada jantung, lambung, paru-paru dan usus

halus. Ketidak mampuan untuk batuk yang kuat, kesulitan menelan dan suara serak

dapat merupakan pertanda adanya kerusakan saraf ini.

XI. Asesoris spinal : Saraf ini mengontrol otot-otot sternokliedomostoid dan otot

trapesius. Pemeriksa menilai saraf ini dengan menyuruh pasien mengangkat bahu atau

memutar kepala dari satu sisi ke sisi lain terhadap tahanan, bisa juga di bagian kaki

dan tangan.

31
XII. Hipoglosus : Saraf ini mengontrol gerakan lidah. Saraf ini dinilai dengan

menyuruh pasien menjulurkan lidah. Nilai adanya deviasi garis tengah, tremor dan

atropi. Jika ada deviasi sekunder terhadap kerusakan saraf, maka akan mengarah pada

sisi yang terjadi lesi.

b. Diagnosa Keperawatan

Adapun diagnose keperawatan yang muncul pada kasus stroke hemoragik

menurut (Hartati, 2019) adalah sebagai berikut :

a) Resiko perfusi serebral tidak efektif b/d penurunan kinerja ventrikel kiri, tumor

otak, cidera kepala, infark miokard akut, hipertensi dan hiperkolesteronemia.

b) Pola napas tidak efektif b/d depresi pusat pernapasan, hambatan upaya napas,

gangguan neuromuskular dan gangguan neurologis.

c) Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d spasme jalan napas, disfungsi

neuromuskuler dan sekresi yang tertahan.

d) Gangguan mobilitas fisik b/d gangguan neuromuskuler dan kelemahan anggota

gerak

e) Gangguan komunikasi verbal b/d penurunan sirkulasi serebral, dan gangguan

neuromuskuler

f) Gangguan persepsi sensori b/d gangguan penglihatan, pendengaran, penghiduan,

dan hipoksia serebral.

32
g) Defisit nutrisi b/d ketidakmampuan menelan makanan

h) Resiko gangguan integritas kulit/ jaringan b/d penurunan mobilitas

i) Defisit perawatan diri b/d gangguan neuromuskuler dan kelemahan

33
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Identitas Klien

Nama : Tn R

Jenis Kelamin : Laki - laki

Umur : 38 tahun

Agama : Islam

Status perkawinan : Kawin

Pekerjaan : Wiraswasta

Pendidikan : D3

Alamat : Guguak Bulek

No MR : 469862

Tanggal masuk IGD : 29 Oktober 2021

Diagnosa Medis : Penurunan kesadaran ec Stroke Haemorragik

Prioritas Triase : Merah

2. Identitas Penanggung Jawab

Penanggung Jawab

Nama : Ny. T

Umur : 33 tahun

Hubungan : Istri

Pendidikan Terakhir : Sarjana

Pekerjaan : Wirausaha

Alamat : Guguak Bulek

34
3. Alasan Masuk

Keluaga pasien mengatakan pasien mengalami penurunan kesadaran sebelum

sebelum dibawa ke RS, keluarga pasien mengatakan pasien tiba-tiba terjatuh dan

tersandar ke lemari saat hendak menuju ke kamar tidur. Keluarga lalu membawa

pasien ke IGD RSAM sekitar pukul 02.00 dini hari, pada saat di IGD pasien sudah

tidak sadar dan mengalami penurunan kesadaran dan pasien mual dan muntah.

Setelah diperiksa oleh dokter di IGD, pasien kemuadian dibawa keruang rawat inap

HCU Neurologi pada pukul 03.00 dini hari, tingkat kesadaran sopor, GCS 5,

E : 1 M : 2 V : 2, TD 223/145 N : 102 RR 28 S : 36, pasien terpasang oksigen nasal

kanul 5L.

4. Riwayat Kesehatan

A. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada saat pengkajian :

Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 1 November 2021 pada jam 19.00

didapatkan data. Terpasang oksigen 5 liter, klien terpasang infus Assering tangan

sebelah kanan, klien terpasang kateter dan terpasang monitor. Keluarga

mengatakan klien masih berusaha berdiri setelah tersandar ke lemari namun sudah

Nampak lemah tangan sebelah kanan kemudian muntah. GCS : Sopor E: 2 M: 5

V: 2 = 9. BB/TB : 83kg/165cm. TD : 220/134 mmHg N: 100 RR 28 S: 36 C

B. Riwayat Kesehatan Dahulu

Keluarga klien mengatakan sebelumnya klien tidak pernah mengalami penyakit

yang sama dan juga belum pernah dirawat di rumah sakit. Klien memiliki riwayat

hipertensi sudah 8 tahun, pada saat itu TD klien 150/80 mmHg

35
C. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga mengatakan ayah dari klien memiliki penyakit yang sama yaitu

hipertensi dan adek klien juga mempunyai penyakit hipertensi.

5. Pemeriksaan Fisik

Dilakukan pemeriksaan pada hari Selasa 3 November 2021 jam 10.00 WIB.

GCS : Sopor E: 1 M: 5 V: 2

BB/TB : 83kg / 165cm

Tanda Vital

 TD : 182/90 mmHg

 Nadi : 84 x/i

 Pernafasan : 22 x/i

 Suhu : 37,3 C

A. Kepala

a) Rambut

I : warna rambut hitam, rambut tampak kotor dan berketombe

P : Tidak ada pembengkakan atau lesi

b) Mata

I : Simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis, sclera ikterik, pupil isokor

2/2

c) Hidung

I : Simetris kiri dan kanan, tidak ada secret, tidak ada polip pada hidung

36
d) Telinga

I : Simetris kiri dan kanan, tidak ada gangguan pendengaran, terdapat

serumen, dan tidak ada menggunakan alat bantu pendengaran

P : tidak ada nyeri tekan pada telinga

e) Mulut dan gigi

I : simetris kiri dan kanan, mukosa bibir kering, keadaan mulut kotor, gigi

klien kotor, gigi lengkap dan terdapat caries

f) Leher

I : simetris kiri dan kanan, tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan kelenjer

thyroid

P : tidak ada nyeri tekan dan vena jugularis teraba, dan tidak teraba

pembengkakan kelenjer thyroid

B. Thorax

a) Paru – paru

I : Saat bernafas pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan, klien

bernafas menggunakan otot bantu pernafasan, tidak ada lesi.

P : ICS teraba

P : Terdengar sonor

A : Suara nafas vesikuler

b) Jantung

I : Dada simetris kiri dan kanan, tidak ada pembengkakan disekitar dada,

ICS tidak terlihat

P : ICS teraba, sama kuat kiri dan kanan

37
P : Terdengar pekak / redup

A : bunyi normal BJ1 dan BJ2

c) Abdomen

I : Bentuk abdomen simetris kiri dan kanan, tidak ada asites

P : tidak ada nyeti tekan pada abdomen, tidak ada pembesaran hepar.

P : terdengar timpani

A : Bising usus terdengar normal 4-5x/i

d) Punggung

I : Bentuk punggung simetris kiri dan kanan, warna kulit sawo matang,

tidak dapat luka decubitus

P : Tidak ada nyeri tekan punggung

e) Ekstermitas

 Atas

I : Terdapat edema disebelah kanan dan kiri

 Bawah

I : simetris kiri dan kanan, terpasang infus IVFD Asering disebelah

kanan

f) Genetelia

I : Klien tampak menggunakan pempers

g) Integumen

I : Turgor kulit elastis, warna kulit sawo matang, mukosa kulit lembab

38
h) Pemeriksaan Nervus

 N I : Pada saat pengkajian tidak dilakukan pemeriksaan Nervus

alfaktorius. Karna klien mengalami penurunan kesadaran.

 N II : Pada ssat dilakukan pengkajiaan pemeriksaan Nervus optikus klien

tidak mampu membuka mata, karena klien mengalami penurunan

kesadaran.

 N III : Pada saat dilakukan pengkajian pemeriksaan Nervus trokhlearis

klien tidak mampu melakukan pergerakan bola mata, karena klien

mengalami penurunan kesadaran.

 N IV, VI : Pada saat dilakukan pengkajian pemeriksaan Nervus

okulomotarius dan Nervus abdunces klien tidak mampu melakukan

pergerakan lapang dada dan tidak terhadap cahaya

 N V : Pada saat dilakukan pengkajian pemeriksaan Nervus Trigeminus

klien tidak bisa mengunyah makanan karena klien mengalami penurunan

kesadaran.

 N VII : Pada saat dilakukan pengkajian pemeriksaan Nervus fasilitas klien

tidak mampu menggerakkan otot wajah, karena pasien mengalami

penurunan kesadaran.

 N VIII : Pada saat pengkajian pemeriksaan Nervus Vestibulochlearis klien

tidak mampu mendengarkan pemerintah karena klien mengalami

penurunan kesadaran.

39
 N IX dan X : Pada saat dilakukan pengkajian pemeriksaan Nervus

glosofaringius dan Nervus Vagus klien tidak mampu untuk membedakan

rasa dan menelan makanan, karena klien mengalami penurunan kesadaran.

 N XI : Pada saat dilakukan pengkajian pemeriksaan Nervus Aksesorius

klien tidak mampu mengangkat bahu, karena klien mengalami penurunan

kesadaran.

 N XII : Padaa saat dilakukan pengkajian pemeriksaan Nervus Hipoglosus

klien tidak mampu meneluarkan anak lidahnya, karena klien mengalami

penurunan kesadaran

6. Data Biologi

Tabel 3.1

No AKTIFITAS SEHAT SAKIT


1 Makan

Menu Nasi+sayur+buah Makanan cair melalui

Frekuensi 3x Sehari NGT 3x 1sehari

Porsi 1 porsi

Minum

Jumlah 8 gelas/hari 1 Porsi 2-5 gelas/hari

Minuman Kesukaan The manis melalui NGT

2 Eliminasi

BAB

Frekuensi 1x sehari 1x2 hari

Warna Kuning Kuning

Konsistensi Padat Kecoklatan

40
Kesulitan Tidak ada Padat

Susah

3 BAK

Frekuensi 4-7x sehari 2-3x sehari

Warna Kuning jernih Kuning pekat

Bau Pesing Pesing

Kesulitan Tidak ada Tidak ada

4 Istirahat dan Tidur

Waktu Tidur Malam dan kadang-kadang Siang malam

Lama tidur siang

Kesulitan tidur 7-8 jam/hari 8-9 jam/hari

Tidak ada Tidak ada

Personal hygiene

5 Mandi

Cuci rambut 2x sehari 1x sehari

Gosok gigi 2x sehari 1x 2 hari

Potong kuku 2x sehari 1x sehari

Mobilisasi fisik 1x seminggu Semua aktifitas klien

Klien bisa melalukan aktifitas dibantu oleh keluarga

tampa bantuan kelurga

7. Riwayat Alergi

41
Keluarga klien mengatakan kalau klien tidak ada alergi baik makanan dan minuman

maupun obat obatan

8. Data Psykologis

Keluarga klien mengatakan mereka sangat berharap agar suaminya cepat sembuh dan

bisa berkumpul lagi bersama anak- anaknya dirumah.

9. Data Sosial Ekonomi

Klien termasuk ekonomi yang berada, dan hubungan dengan keluarga sangat baik dan

harmonis

10. Data Spiritual

Sewaktu sehat klien beribadah shalat 5 waktu sehari semalam, tapi selama sakit klien

tidak pernah shalat 5 waktu karena keadaan yang tidak sadar.

11. Data Penunjang

1. Pemeriksaan Labor

Tabel 3.2

No. Hari/ Tanggal Jenis Hasil Nilai Normal

Pemeriksaan Pemeriksaan

1. 29 Oktober 2021 Hemoglobin 13.7 g/gL P : 13.0 – 16,0

W : 12.0 – 14.0
2 RBC 4.62/UL P : 4.5 -5.5

W : 4.0 – 5.0
2 HCT 37.9% P : 42.0 -52.0

2 W :37.0 – 47.0

2 MCV 82.0FL 79 - 99

2 MCH 29.7 pg 27 – 31

42
2 MCHC 36.1 g/dL 33 – 37

Cholesterol 189 mg/dL 0-200

Triglyserides 64 mg/dL 0-150

LDL 134 mg/dL 0-130

Uric Acid 7,4 mg/dL 3,0-6,6

Creatinine 2,05 mg/dL 0,51-1,17

Glucosa 131 mg/dL 74-106

Urea 28,5 mg/dL 16,6-48,5

Kalium 3,07 mEq/dl 3,5-5,5

Natrium 141,0 mEq/dl 135-147

Khlorida 106,6 mEq/dl 100-106

2. CT-Scan

Deskripsi:

Tampak lesi hiperdens berdensitas perdarahan multifokal dengan perifokal edema di

intra perenkim melibatkan lobus franto-temparo-panetal kiri, dan basal ganglia kiri

dengan estimasi volume total sekita 62,3 cc tampak pula lesi hiperdens berdensitas

pendaran mengisi ventikel lateralis bilateral, vertikel III dan IV.

Vertikel lateralis kiri dan vertikal III menyempit dan terdesak ke sisi kanan.

Lesi perdarahan menyebabkan pergeseran midline ke sisi kanan sejauh 0,5 cm

43
Sulci cebri dan fissura sylvi terutama hesmifer kiri menyempit dengan gyri mendatar.

Mesensefalon, pons medulla dolongata tidak tampak kelainan.

Klasifikasi fisiologis pleksus choroid dan pineal body.

Kedua orbita, sinus paranasal dan mastoid tidak tanpak kelainan.

Tulang-tulang kesan intak.

Kesan :

Pendarahan intra perenkim multifokal lobus fronto-temporo-pariental kiri dan basal

ganglia kiri dengan estimasi volume total sekitar 63,3 cc, disertai pendarahan intra

ventikel latelaris bilateral, vertikel III dan IV edema serebri terutama hemisfer kiri.

3. Thorax AP

Deskripsi :

Inspirasi kurang adekuat

Ukuran jantung kesan membesar

Aorta dan mediastinum superior tidak melebar

Trakea di tengah. Kedua hilus tidak menebal

Corokan bronkovaskular kedua paru baik

Tidak tanpak infiltat/nodul dikedua lapang paru

Kedua hemidiagfragma baik. Kedua sinus kostofrenikus lancip

Tulang-tulang dan jaringan lunak kesan baik

Kesan :

Suspek kardiomegali DD/ posisi (ec. Inspritasi kurang adekuat)

Tidak tampak kelainan radiologis pada paru

4. Therapy Pengobatan

44
Tabel 3.3

No. JENIS OBAT DOSIS WAKTU KET


1. Aminopilin 1 X 10 mg 1x1  Fungsi dan

06.00 WIB indikasi obat

untuk mengobati

dan mencegah

batuk dan

kesulitan untuk

bernafas

 Efek samping

reaksi alergi (sulit

bernafas,

pembengkakan

bibir, lidah,

wajah, bisa

menjadi gatal-

gatal) kejang,

detak jantung

meninggkat atau

muntah berat
2. Inj Citicolin 250 gr 2x500  Fungsi dan

indikasi untuk

mengurangi

kerusakan

45
jaringan otak saat

otak cidera,

melindungi

kerusakan mata

akibat degenarasi

saraf optic dan

meningkat

kanaliran darah

ke otak dan

oksigen ke otak

 Efek samping

insomnia, sakit

kepala, daerah

rendah, mual,

sakit bagian dada

dll
3. IVFD Assering 20 TPM  Fungsi dan

indikasi

meningkatkan

kadar kalsium

plasma darah,

bekerja untuk

kondisi saraf,

kontraksi jantung,

46
fungsi jantung

dan ginjal,

meningkatkan

volume darah
4. Paracetamol 500 mg 3x1

 Fungsi dan

indikasi

digunakan untuk

mengobati rasa

sakit ringan

hingga sedang,

mual, sakit kepla,

haid, sakit gigi,

nyeri sendi, dan

nyeri

yangdirasakan

selama flu dan

juga digunakan

untuk obat

demam

 Efek samping

mual, sakit perut

bagian atas, gatal-

gatal kehilangan

47
nafsu makan,

urine berwarna

gelap,
5. Nicardipine Syring 1 gr

Pump  Fungsi dan

indikasi

digunakan untuk

menurunkan

tekanan darah

pada hipertensi

dengan

menghambat dan

mengendalikan

aliran kalsiun

dalam sel jantung

dan pembuluh

darah.

 Efek smaping

bisa terjadi

pusing, mual,

muntah, sakit

perut, kram otot,

mulut kering,

48
49
ANALISA DATA

Tabel 3.4 Analisa Data

No Data Fokus Etiologi Problem


1 DS : Infark pada Resiko perfusi

- Keluarga klien mengatakan jaringan otak dan serebral tidak

klien mengalami penurunan Hipertensi. efektif

kesadaran

DO :

- Klien tampak penurunan

kesadaran

- Tingkat kesadaran : Sopor

- GCS 5, E1V2M2

- KU : Lemah

- Klien bedrest total

- TTV

TD : 220/134 mmHg

Nadi : 100 x/menit

RR : 28 x/menit

Suhu : 36 oC

- CT-Scan : Perdarahan

intra parenkim multifokal

melibatkan lobus fronto-

50
temporo-parietal kiri dan basal

ganglia kiri dengan estimasi

volume kurang lebih 62,3cc

- Nervus yang terganggu :

a) Nervus Olfaktorius (saraf

sensori untuk penghiduan)

: Kemampuan penciuman

pasien tidak dapat dilaukan

karena pasien tidak sadarkan

diri.

b) Nervus Optikus (saraf

sensori) : Visus lapang

pandang tidak dapat

dilakukan karena pasien

tidak sadarkan diri.

c) Nervus Okulomotorius

(mengkaji ukuran kedua

pupil) : Diameter pupil 2 mm

sama kiri dan kanan, bentuk

bulat, reflek terhadap cahaya

+/+

51
d) Nervus Trochealis

(Pergerakan mata ke arah

inferior dan medial ) :Bola

mata pasien tidak dapat

bergerak kearah bawah dan

ke medial

e) Nervus Trigeminus ( devisi

sensorik dan motorik ) :

Pasien tidak dapat

menggerakkan rahang karena

pasien tidak sadarkan diri.

f) Nervus Abdusen (

mengontrol pergerakan

mata) : Pasien tidak dapat

mengerakkan konjungtiva

karena pasien tidak sadarkan

diri.

g) Nervus Fasialis ( devisi

sensorik dan motorik) :

Pasien tidak dapat

tersenyum, mengangkat alis,

dan tidak dapat

memperlihatkan gigi

karena pasien tidak sadarkan

diri.

h) Nervus Akustikus

52
(pendengaran) : Pasien tidak

bisa dilakukan tes webber

dan rinne karena pasien tidak

sadarkan diri.

i) Nervus Glosofaringeus (saraf

sensorik dan motorik) :

Pasien tidak bisa

membedakan rasa manis dan

asam, pasien terpasang NGT

karena pasien tidak sadarkan

diri.

j) Nervus Vagus (saraf

sensorik dan motorik) :

Pasien tidak dapat bersuara,

dan tidak bisa menelan

karena pasien tidak sadarkan

diri.

k) Nervus Aksesoris (saraf

mototrik yang

mempersarafi otot) :

53
Pasien tidak bisa

menggerakkan bahu dan

kekuatan otot pasien ada

kontraksi otot namun tidak

ada gerakan.

l) Nervus Hipoglosus (saraf

motorik yang

mempersarafi lidah) :

Pasien tidak bisa

menjulurkan lidah karena

pasien penurunan

kesadaran.
2 DS : Hambatan upaya Pola napas tidak

- Keluarga pasien napas efektif

mengatakan pasien

kesulitan bernafas

DO :

- Tampak terpasang O2

Nassal kanul 5

liter/menit

- RR : 28 x/menit

- SPO2 : 95%

- Suara nafas gurgling

- Thorax-AP : suspek

kardiomegali DD/ posisi


54
(ec. Inspirasi kurang

adekuat)
3 DS : Ketidakmampuan Resiko Defisit

- Keluarga klien mengatakan menelan makanan Nutrisi

klien kesulitan dalam

menelan karena tidak sadar

- Keluarga klien mengatakan

klien tidak bisa berbicara

- Keluarga mengatakan

pasien makan dan minum

melalui selang NGT

DO :

- Klien tampak kesulitan

dalam menelan

- Klien tampak terpasang

NGT

- Saraf yang bermasalah :

a) Nervus Trigeminus( devisi

sensorik dan motorik ) :

55
Pasien tidak dapat

menggerakkan rahang

karena pasien tidak

sadarkan diri.

b) Nervus Glosofaringeus

(saraf sensorik dan

motorik) : Pasien tidak

bisa membedakan rasa

manis dan asam, pasien

terpasang NGT karena

pasien tidak sadarkan diri.

c) Nervus Vagus (saraf

sensorik dan motorik) :

Pasien tidak dapat

bersuara, dan tidak bisa

menelan karena pasien

tidak sadarkan diri.

d) Nervus Hipoglosus (saraf

motorik yang

mempersarafi lidah) :

Pasien tidak bisa

menjulurkan lidah karena

pasien penurunan
56
kesadaran.
4 DS : Penurunan Gangguan

- Keluarga mengatakan klien kekuatan otot dan mobilitas fisik

mengalami kelemahan massa otot

anggota gerak sebelah

kanan

- Keluarga klien mengatakan

semua aktivitas klien

dibantu oleh keluarga

- Keluarga klien mengatakan

klien terbaring lemah

DO :

- Pengkajian tingkat

ketergantungan klien

mengalami ketergantungan

total pada saat dilakukan

pengkajian pola aktivitas

berdasarkan indeks ADL

didapatkan klien mengalami

ketergantungan total.

- Semua aktivitas klien

tampak dibantu kelurga

- Klien bedrest total

57
- KU : Lemah

- Klien tampak penurunan

kesadaran

- GCS : E1V2M2

- Nervus yang bermasalah :

a) Nervus Aksesorius :

pasien tidak bisa

menggerakkan bahu dan

kekuatan otot pasien ada

kontraksi otot namun

tidak ada gerakan sendi.

- Kekuatan otot
0000 1111
0000 1111

58
5 DS : Gangguan Defisit perawatan

- Keluarga klien mengatakan neuromuskuler diri

semua aktivitas klien dibantu dan kelemahan

oleh keluarga

- Keluarga klien mengatakan

klien terbaring lemah

- Keluarga klien mengatakan

klien terpasang kateter

- Keluarga klien mengatakan

selama klien sakit tiap pagi

dimandikan hanya dilap saja

- Keluarga klien mengatakan

selama klien sakit jarang

membersihkan gigi klien

DO :

- Klien bedrest total

- Pengkajian tingkat

ketergantungan klien

mengalami ketergantungan

total pada saat dilakukan

pengkajian pola aktivitas

berdasarkan indeks ADL

didapatkan klien mengalami

ketergantungan total.

- klien tidak dapat melakukan

59
personal hygine sendiri

karena mengalami kelemahan

anggota gerak dan penurunan

kesadaran

- Semua aktivitas klien tampak

dibantu keluarga
6. DS: Proses Hipertermi

- Keluarga mengatakan pasien penyakit

sering mengalami demam (infeksi).

tinggi Nekrosis

DO: jaringan atau

- Pasien tampak demam tinggi oleh

- S = 39 °C perubahan

- Pasien tampak kejang sesekali mekanisme

- Pasien tampak menggigil termoregulasi

- Kulit memerah yang terjadi

- Takikardi, HR=120x/i karena lesi

- Takipnea, RR= 40x/i mengenai

daerah anterior

hipotalamus

Diagnosa Keperawatan

a. Resiko perfusi serebral tidak efektif b/d infark pada jaringan otak dan

60
Hipertensi

b. Pola napas tidak efektif b/d hambatan upaya napas

c. Defisit nutrisi b/d ketidakmampuan menelan makanan

d. Gangguan mobilitas fisik b/d penurunan kekuatan otot dan massa otot

e. Defisit perawatan diri b/d gangguan neuromuskuler dan kelemahan

f. Hipertermi b/d proses penyakit (infeksi) dd perdarahan serebral

61
No Diagnosa Luaran Intervensi
1 Resiko Perfusi Serebral Tidak Setelah dilakukan tindakan keperaawatan Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial

Efektif b/d infark pada jaringan 3x24 jam, diharapkan perfusi serebral Observasi :

otak dan Hipertensi meningkat dengan 1. Identifikasi penyebab peningkatan TIK

Kriteria Hasil : 2. Monitor tanda/gejala peningkatan TIK

- Tingkat kesadaran meningkat 3. Monitor MAP

- Tekanan intrakranial menurun 4. Monitor status pernapasan

- Nilai rata-rata tekanan darah 5. Monitor intake dan output cairan

membaik
Terapeutik
- Kesadaran membaik
1. Minimalkan stimulus dengan menyediakan
- Tekanan darah sistolik dan diastolik
lingkungan yang tenang
membaik
2. Berikan posisi semi fowler
- Refleks saraf membaik
3. Cegah terjadinya kejang

4. Pertahankan suhu tubuh normal

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian sedasi dan anti konvlsen,

jika perlu
62
2. Kolaborasi pemberian diuretik osmosis, jika

perlu

Intervensi Keperawatan

Tabel 3.5

Intervensi Keperawatan Kasus

Pemantauan Neurologis

Observasi :

1. Monitor ukuran, bentuk, kesimetrisan, dan

reaktifitas pupil.

2. Monitor tingkat kesadaran

3. Monitor tanda-tanda vital

4. Monitor refleks kornea

5. Monitor kesimetrisan wajah


63
6. Monitor respons babinski

7. Monitor respons terhadap pengobatan.

Terapeutik

1. Tingkatkan frekuensi pemantauan neurologis,

jika perlu

2. Hindari aktivitas yang dapat meningkatkan

tekanan intrakranial

3. Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan

kondisi pasien

4. Dokumentasikan hasil pemantauan.

Edukasi

1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

2. Informasikan hasil pemantauan


2 Pola napas tidak efektif b/d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen jalan nafas

hambatan upaya napas 3x24 jam, diharapkan pola nafas Observasi

membaik dengan 1. Monitor pola napas (frekuensi,

Kriteria Hasil : kedalaman,usaha napas)

64
- Dispnea menurun 2. Monitor bunyi napas tambahan(mis: wheezing)

- Frekuensi napas membaik 3. Monitor sputum

- Kedalaman napas membaik Terapeutik

65
1. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan

head-tilt dan chin-lift

2. Posisikan semi fowler atau fowler

3. Berikan minum hangat

4. Lakukan fisioterapi dada

5. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15

detik

6. Berikan oksigen

Edukasi

1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian bronkodilator,mukolitik

Pemantauan Respirasi
66
Observasi :

1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan

upaya napas

2. Monitor adanya sputum

3. Monitor bunyi napas tambahan

Terapeutik

1. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan

head-tilt dan chin-lift

2. Posisikan semi fowler atau fowler

3. Berikan minuman hangat

4. Lakukan pengisapan lendir kurang dari 15 detik

5. Berikan oksigenasi

67
3 Defisit Nutrisi b/d Setelah dilakukan tindakan keperaawatan Manajemen nutrisi

ketidakmampuan menelan 3x24 jam, diharapkan status nutrisi Observasi

makanan membaik dengan 1. Identifikasi status nutrisi

Kriteria Hasil : 2. Identifikasi alergi dan toleransi makanan

- Mempertahankan makanan dimulut 3. Identifikasi makanan yang disukai

meningkat 4. Identifikasi perlunya penggunaan selang

- Reflek menelan meningkat nasogatrik

- Kemampuan mengunyah meningkat 5. Monitor berat badan

- Usaha menelan meningkat 6. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

Terapeutik

1. Lakukan oral hygiene sebelum makan,jika perlu

2. Fasilitasi menentukan pedoman diet

3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yag

sesuai

4. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah


68
konstipasi

5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi

protein

6. Hentikan pemberian makanan melalui selang

nasogastrik jika asupan oral dapat ditoleransi

Edukasi

1. Anjurkan posisi duduk

2. Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi

1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan

jumlah kalori dan jenis natrium yang

dibutuhkan

69
Terapi Menelan

Observasi :

1. Monitor tanda dan gejala aspirasi

2. Monitor gerakan lidah saat makan

3. Monitor tanda kelelahan saat makan, minum

dan meludah

Terapeutik :

1. Berikan lingkungan yang nyaman

2. Jaga privasi pasien

3. Gunakan alat bantu, jika perlu

4. Hindari penggunaan sedotan

5. Posisikan duduk

6. Fasilitasi meletakkan makanan dibelakang

mulut

7. Berikan perawatan mulut, sesuai kebutuhan


70
Edukasi :

1. Informasikan manfaat terapi menelan kepada

pasien dan keluarga

2. Anjurkan membuka dan menutup mulut saat

memberikan makanan

3. Anjurkan tidak bicara saat maan

Kolaborasi :

1. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam

memberikan terapi (ahli gizi) dalam mengatur

program rehabilitasi pasien


4 Gangguan Mobilitas Fisik b/d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Teknik Latihan Penguatan Sendi

penurunan kekuatan otot dan 3x24 jam, diharapkan mobilitas fisik Observasi :

massa otot meningkat dengan 1. Identifikasi keterbatasan fungsi dan gerak

Kriteria Hasil :

- Pergerakan ekstremitas meningkat

- Kekuatan otot meningkat

71
- Rentang gerak (ROM) meningkat sendi

- Kaku sendi menurun 2. Monitor lokasi dan sifat ketidaknyamanan

- Kelemahan fisik menurun atau rasa sakit selama gerakan/aktivitas

- Gerakan terbatas menurun Terapeutik :

1. Lakukan pengendalian nyeri sebelum memulai

latihan

2. Berikan posisi tubuh optimal untuk gerakan

sendi pasif atau aktif

3. Fasilitasi menyusun jadwal latihan rentang

gerak aktif maupun pasif

4. Berikan penguatan positif untuk melakukan

latihan bersama

Edukasi :

1. Jelaskan kepada pasien/ keluarga tujuan dan

rencanakan latihan bersama

2. Anjurkan duduk ditempat tidur, disisi tempat


72
tidur (menjuntai), atau di kursi, sesuai

toleransi

3. Ajarkan melaukan latihan rentang gerak aktif

dan pasif secara sistematis

4. Anjurkan ambulasi, sesuai toleransi

Kolaborasi :

1. Kolaborasi dengan fisioterapi dalam

mengembangkan dan melaksanakan program

latihan

73
5 Defisit Perawatan Diri b/d Setelah dilakukan tindakan keperaawatan Dukungan Perawatan Diri

gangguan neuromuskuler dan 3x24 jam, diharapkan perawatan diri Observasi :

kelemahan meningkat dengan 1. Monitor tingkat kemandirian

Kriteria Hasil : 2. Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan

- Kemampuan mandi meningkat diri, berpakaian, berhias, dan makan

- Kemampuan mengenakan pakaian Terapeutik :

meningkat 1. Sediakan lingkungan yang terapeutik ( mis.

- Kemampuan makan meningkat Suasana hangat, rileks, privasi )

- Mempertahankan kebersihan diri 2. Siapkan keperluan pribadi (mis. Sikat gigi,

meningkat dan sabun mandi)

- Mempertahankan keersihan mulut 3. Dampingi dalam melakukan perawatan diri

meningkat sampai mandiri

4. Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak

mampu melakukan perawatan diri

5. Jadwalkan rutinitas perawatan diri

Edukasi :

74
1. Anjurkan melakukan perawatan diri secara

konsisten sesuai kemampuan

6. Hipertermi b/d proses penyakit Setelah dilakukan tindakan keperaawatan Manajemen hipertermia

(infeksi) dd perdarahan 3x24 jam, diharapkan termoregulasi 1. Identifikasi penyebab hipertermi

serebral membaik dengan kriteria hasil : 2. Monitor suhu tubuh

1. Menggigil menurun 3. Monitor haluaran urine

2. Kulit merah menurun 4. Longgarkan atau lepaskan pakaian

3. Kejang menurun 5. Berikan terapi kompres

4. Takikardi menurun 6. Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan

5. Takipnea menurun Kolaborasi pemberian obat penurun demam

6. Suhu tubuh membaik

75
Implementasi Keperawatan

Tabel 3.5

Hasil Implementasi dan Evaluasi

No Diagnosa Keperawatan Hari/Tgl/Tahun/ Implementasi Jam Evaluasi Paraf

Jam
1 Resiko perfusi Serebral Selasa, 1. Mengidentifikasi 13.00 S:

Tidak Efektif b/d infark 2/11/2021 penyebab peningkatan - Keluarga klien mengatakan

pada jaringan otak dan Jam : 09.00 TIK (mis. Lesi, edema klien belum sadar

hipertensi serebral) O:

2. Memonitor tanda/gejala - Klien tampak penurunan

peningkatan TIK kesadaran

(Tekanan darah - Terdapat perdarahan di

meningkat, takikardi, intraparenkim ± 62,3 cc

pola napas ireguler, - GCS 5, E1V2M2

kesadaran menurun) - Klien bedrest total

76
3. Memonitor pernapasan - TTV

4. Memonitor intake dan TD : 220/134 mmHg

output cairan Nadi : 100x/menit

5. Meminimalkan stimulus RR : 28 x/menit

dengan menyediakan Suhu : 37 oC

lingkungan yang tenang - Saturasi oksigen 95%

- Intake : 750 cc

- Output : 500 cc

- Klien terpasang O2 nasal

kanul 5L

A : Resiko perfusi

serebral tidakefektif

Selasa, 2 November 2021

7. Mencegah terjadinya
77
kejang P:

8. Mempertahankan suhu Intervensi dilanjutkan

tubuh normal

9. Berkolaborasi dalam - Mengidentifikasi penyebab

pemberian obat peningkatan TIK (mis. Lesi,

 Inj.citicolin edema serebral)

 Inj. Herbeser - Memonitor tanda/gejala

 Inj. Kalnex peningkatan TIK (Tekanan

darah meningkat, bradikardi,

pola napas ireguler,

kesadaran menurun)

- Memonitor pernapasan

- Memonitor intake dan output

cairan

- Meminimalkan stimulus

dengan menyediakan

lingkungan yang tenang


78
- Mengelevasi kepala 30

derajat

- Mencegah terjadinya kejang

- Mempertahankan suhu tubuh

normal

79
- Berkolaborasi dalam

pemberian obat :

 Inj. Citicolin

 Inj.mecobolamin

 Inj.kalnex

 Inj.manitol
2. Pola napas tidak efektif Selasa, 1. Memonitor frekuensi, 13.00 S:

b/d hambatan upaya napas 02/11/2021 irama, kedalaman dan - Keluarga pasien mengatakan

Jam : 09.00 upaya napas pasien kesulitas bernafas

2. Memonitor adanya
O:
sputum
- Tampak terpasang O2 Nasal
3. Memonitor bunyi napas
kanul 5 liter/menit
tambahan
- Posisi kepala tampak elevasi
4. Mempertahankan
30 derajat
kepatenan jalan napas
- Tampak pasien penurunan

80
6. Mengelevasi kepala 30 kesadaran

derajat - RR : 28 x/menit

7. Memberikan minuman - Saturasi Oksigen 95%

hangat - Suara nafas gurgling

8. Melakukan pengisapan - Suction dilakukan secara

lendir kurang dari 15 bertahap

detik - Tampak mukosa bibir kering

9. Memberikan oksigenasi - Thorax-AP : susp

cardiomegali

81
A:

- Pola napas tidak efektif

P:

Intervensi dilanjutkan

- Memonitor frekuensi, irama,

kedalaman dan upaya napas

- Memonitor adanya sputum

- Memonitor bunyi napas

tambahan

- Mempertahankan kepatenan

jalan napas

- Mengelevasi kepala 30

derajat

- Memberikan minuman

hangat
82
- Melakukan pengisapan lendir

kurang dari 15 detik

- Memberikan oksigenasi
3 Defisit Nutrisi b/d Selasa, 1. Memantau tingkat 13.00 S:

ketidakmampuan menelan 02/11/2021 kesadaran - Keluarga klien mengatakan

makanan Jam : 09.00 2. Memberikan makanan klien masih makan dan

dan minuman melalui minum melalui NGT

NGT O:

3. Mengajarkan keluarga - GCS 5 : E1V2M2

memberikan makan dan - Reflek muntah (-)

minum melalui NGT - Klien masih kesulitan dalam

4. Memberikan minum menelan

83
melalui oral kepada klien - Klien makan dan minum

2 sendok melalui NGT

5. Mengajarkan keluarga - Tidak ada BAB

memberikan minum - Intake : 750 cc

kepada klien melalui oral - Output : 500 cc

6. Memberikan infus - Memberikan air minum

Asering 20 tpm sedikit demi sedikit

A:

- Defisit nutrisi

P:

Intervensi dilanjutkan

- Memantau tingkat kesadaran

- Memberikan makanan dan

minuman melalui NGT


84
- Mengajarkan keluarga

memberikan makan dan

minum melalui NGT

- Memberikan minum melalui

oral kepada klien 2 sendok

- Memberikan cairan infus

Asering 20 tpm
4 Gangguan Mobilitas Fisik Selasa, 1. Mengkaji kemampuan 13.00 S:

b/d penurunan kekuatan 02/11/2021 klien dalam mobilisasi - Keluarga mengatakan klien

otot dan massa otot Jam : 09.00 2. Mendampingi dan bantu mengalami kelemahan

klien saat mobilisasi anggota gerak

3. Mengajarkan klien dan - Keluarga klien mengatakan

85
keluarga proses semua aktivitas klien dibantu oleh

berpindah keluarga

(ambulasi/mika miki) - Keluarga klien mengatakan

4. Melakukan ROM pasif klien terbaring lemah

kepada klien - Keluarga mengatakan klien

5. Mengajarkan ROM pasif dilakukan mika miki dan

(libatkan keluarga) ROM setiap 2 jam sekali

6. Mengatur posisi 30 sesuai yang telah dianjurkan

derajat O:

7. Memposisikan klien - Kekuatan otot

dengan posisi semi 0000 1111

fowler 0000 1111


8. Melakukan mengubah

posisi klien minimal


- Indeks ADL Barthel
setiap 2 jam
86
9. Mengajarkan kepada
(ketergantungan total = 0)
keluarga mengubah
- Klien tampak terbaring
posisi minimal tiap 2 jam
lemah

- memposisikan klien mika

miki tiap 2 jam sekali dengan

teknik ambulasi

- melakukan latihan ROM 2

jam sekali

- Klien bedrest total

- Semua aktifitas klien tampak

dibantu oleh keluarga dan

perawat.

- Posisi klien diubah setiap 2

87
jam

A:

- Gangguan mobilitas fisik

P:

Intervensi dilanjutkan

- Dampingi dan bantu klien

dalam mobilisasi

- Pertahankan teknik

berpindah/ambulasi dan

ROM

- Ubah posisi klien minimal 2

jam sekali

88
5 Defisit Perawatan Diri b/d Selasa, 1. Memonitor kemampuan 13.00 S:

gangguan neuromuskuler 02/11/2021 klien untuk perawatan - Keluarga klien mengatakan

dan kelemahan Jam : 09.00 diri yang mandiri semua aktivitas klien dibantu

2. Melakukan personal oleh keluarga

hygine tiap pagi - Keluarga klien mengatakan

3. Memonitor kebutuhan klien terbaring lemah

klien untuk alat-alat - Keluarga klien mengatakan

bantu untuk kebersihan klien terpasang kateter

diri, berpakaian, berhias, O:

toileting dan makanan - Klien tidak bisa melakukan

4. Mendorong keluarga aktivitas secara mandiri

untuk membantu - Melakukan personal hygine

melakukan aktivitas dan oral hygine

sehari-hari yang normal - Membantu klien dalam

sesuai kemampuan yang berhias dan berpakian

dimiliki - Klien tampak bersih dan rapi

A:

89
- Gangguan defisit perawatan

diri

90
P:

Intervensi dilanjutkan

- Memonitor kemampuan klien

untuk perawatan diri yang

mandiri

- Melakukan personal hygine

dan oral hygine

- Memonitor kebutuhan klien

untuk alat-alat bantu untuk

kebersihan diri, berpakaian,

berhias, toileting dan

makanan

- Mendorong keluarga untuk

membantu melakukan

aktivitas sehari-hari yang

normal sesuai kemampuan

91
yang dimiliki
6. Hipertermi b/d proses penyakit Selasa, 1. Mengidentifikasi 13.00 S : - keluarga pasien

(infeksi) dd perdarahan serebral 02/11/2021 penyebab hipertermi mengatakan pasien tidak


Jam : 09.00 2. Memonitor suhu tubuh
menggigil lagi
3. Memonitor intake dan
O: - pasien tampak tidak
output
kejang dan menggigil lagi
4. Melepaskan selimut
- kulit pasien tampak tidak
pasien
kemerahan lagi
5. Menganjurkan
- S=37,0 N=98x/i P= 22x/i
keluarga memberikan

terapi kompres air A: masalah teratasi

hangat P: intervensi dilanjutkan jika

6. Memberikan oksigen perlu

nasal kanul 5L

7. pemberian obat Paracetamol

infus

92
Rabu, 03 November 2021

No Diagnosa Keperawatan Hari/Tgl/Tahun/ Implementasi Jam Evaluasi Paraf

Jam
1 Resiko perfusi Serebral Rabu, 1. Mengidentifikasi 10.15 S:-

Tidak Efektif b/d infark 03/11/2021 penyebab peningkatan


O:
pada jaringan otak dan Jam : 08.20 TIK (mis. Lesi, edema
- Klien tampak masih belum
hipertensi serebral)
sadar
2. Memonitor tanda/gejala
- GCS 4, M2E2Vafasia
peningkatan TIK
- Klien bedrest total
(Tekanan darah
- TTV
meningkat, bradikardi,
TD : 190/94 mmHg
pola napas ireguler,
Nadi : 100x/menit
kesadaran menurun)
RR : 23x/menit
3. Memonitor pernapasan
Suhu : 36,7 oC
4. Memonitor intake dan
- Saturasi oksigen 97%
output cairan
- Intake : 400 cc

93
5. Meminimalkan stimulus - Output : 250 cc

dengan menyediakan - Klien terpasang O2 nasal

lingkungan yang tenang kanul 5L

6. Mengelevasi kepala 30 A:

derajat - Resiko perfusi serebral

7. Mencegah terjadinya tidakefektif

kejang

8. Mempertahankan suhu P:

tubuh normal Intervensi dilanjutkan

- Mengidentifikasi penyebab

peningkatan TIK (mis. Lesi,

94
9. Berkolaborasi dalam edema serebral)

pemberian obat - Memonitor tanda/gejala

 Inj.citicolin peningkatan TIK (Tekanan

 Inj. herbeser darah meningkat, bradikardi,

 Inj. Kalnex pola napas ireguler,

 Inj. Manitol kesadaran menurun)

- Memonitor pernapasan

- Memonitor intake dan output

cairan

- Meminimalkan stimulus

dengan menyediakan

lingkungan yang tenang

- Mengelevasi kepala 30

derajat

- Mencegah terjadinya kejang


95
- Mempertahankan suhu tubuh

normal

- Berkolaborasi dalam

pemberian obat :

 Inj. Citicolin

 Inj.herbeser

 Inj.kalnex

 Inj.manitol
2. Pola napas tidak efektif Rabu, 1. Memonitor frekuensi, 10.15 S:-

b/d hambatan upaya napas 03/11/2021 irama, kedalaman dan

96
Jam : 08.30 upaya napas O:

2. Memonitor adanya - Tampak terpasang O2 nasal

sputum kanul

3. Memonitor bunyi napas - Tampak pasien penurunan

tambahan kesadaran

4. Mempertahankan - masih terdengar suara

kepatenan jalan napas mendengkur

5. Mengelevasi kepala 30 - Posisi kepala tampak elevasi

derajat 30 derajat

6. Memberikan minuman - RR : 23 x/menit

hangat - Saturasi Oksigen 97%

7. Melakukan pengisapan - Tampak mukosa bibir kering

lendir kurang dari 15 A:

detik - Pola napas tidak efektif

8. Memberikan oksigenasi P:
97
Nasal kanul 5 Intervensi dilanjutkan

Liter/menit - Memonitor frekuensi, irama,

kedalaman dan upaya napas

- Memonitor adanya sputum

- Memonitor bunyi napas

tambahan

- Mempertahankan kepatenan

98
jalan napas

- Mengelevasi kepala 30

derajat

- Memberikan minuman

hangat

- Memberikan oksigenasi

Nasal kanul 5

Liter/menit
3 Defisit Nutrisi b/d Rabu, 1. Memantau tingkat 13.00 S:

ketidakmampuan menelan 03/11/2021 kesadaran - Keluarga klien mengatakan

makanan Jam : 09.00 2. Memberikan makanan klien masih makan dan

dan minuman melalui minum melalui NGT

NGT O:

3. Mengajarkan keluarga - GCS 5 : E1V2M2

memberikan makan - Reflek muntah (-)

99
dan minum melalui - Klien masih kesulitan dalam

NGT menelan

4. Memberikan minum - Klien makan dan minum

melalui oral kepada melalui NGT

klien 2 sendok - Memberikan air minum

5. Mengajarkan keluarga sedikit demi sedikit

memberikan minum - BAB t i d a k a d a

kepada klien melalui - Intake : 400 cc

oral - Output : 250 cc

A:

100
- Defisit nutrisi

P:

Intervensi dilanjutkan

- Memantau tingkat kesadaran

- Memberikan makanan dan

minuman melalui NGT

- Mengajarkan keluarga

memberikan makan dan

minum melalui NGT

- Memberikan minum melalui

oral kepada klien 2 sendok

101
4 Gangguan Mobilitas Fisik Rabu, 1. Mengkaji kemampuan 13.00 S:

b/d penurunan kekuatan 03/11/2021 klien dalam mobilisasi - Keluarga mengatakan klien

otot dan massa otot Jam : 09.00 2. Mendampingi dan dilakukan mika miki dan

bantu klien saat ROM setiap 2 jam sekali

mobilisasi sesuai yang telah dianjurkan

3. Melakukan mika-miki

kepada klien tiap 2 jam O:

4. Mengajarkan klien dan - Kekuatan otot

keluarga proses 0000 1111

berpindah 0000 1111


(ambulasi/mika miki)

5. Melakukan ROM pasif


- Indeks ADL Barthel
kepada klien
(ketergantungan total = 0)
6. Mengajarkan ROM
- Klien tampak terbaring
pasif (libatkan
lemah
keluarga)
- Perawat memposisikan mika
7. Memposisikan klien

102
dengan posisi semi miki tiap 2 jam sekali dengan

fowler (30 derajat) teknik ambulasi dan di bantu oleh

8. Mengubah posisi klien keluarga

minimal setiap 2 jam - Melakukan latihan ROM 2

jam sekali

- Klien bedrest total

- Semua aktifitas klien tampak

dibantu oleh keluarga

- Posisi klien diubah setiap 2

jam

A:

- Gangguan mobilitas fisik

P:

Intervensi dilanjutkan

- Dampingi dan bantu klien


103
dalam mobilisasi

- Pertahankan teknik

berpindah/ambulasi dan

ROM

- Ubah posisi klien minimal 2

jam sekali
5 Defisit Perawatan Diri b/d Rabu, 1. Memonitor kemampuan 13.00 S:

gangguan neuromuskuler 03/11/2021 klien untuk

dan kelemahan Jam : 09.00 perawatan diri O:

yang mandiri - Melakukan personal hygine

2. Melakukan personal dan oral hygine

hygine dan oral hygine - Membantu klien dalam

berhias dan berpakian

104
tiap pagi - Klien tampak bersih dan rapi

3. Memonitor kebutuhan A:

klien untuk alat-alat - Gangguan defisit perawatan

bantu untuk kebersihan diri

diri, berpakaian, P:

berhias, toileting dan Intervensi dilanjutkan

makanan - Memonitor kemampuan klien

4. Mendorong keluarga untuk perawatan diri yang

untuk membantu mandiri

melakukan aktivitas - Melakukan personal hygine

sehari-hari yang normal dan oral hygine

sesuai kemampuan - Memonitor kebutuhan klien

yang dimiliki untuk alat-alat bantu untuk

kebersihan diri, berpakaian,

berhias, toileting dan


105
makanan

- Mendorong keluarga untuk

membantu melakukan

aktivitas sehari-hari yang

normal sesuai kemampuan yang

dimiliki

106
Kamis, 04 November 2021

No Diagnosa Keperawatan Hari/Tgl/Tahun/ Implementasi Jam Evaluasi Paraf

Jam
1 Resiko Perfusi Serebral Kamis, 1. Mengidentifikasi 10.15 S:

Tidak Efektif b/d infark 04/11/2021 penyebab peningkatan - Keluarga mengatakan klien

pada jaringan otak dan Jam : 08.20 TIK (mis. Lesi, edema masih belum sadar

hipertensi serebral)
O:
2. Memonitor tanda/gejala
- Klien tampak masih
peningkatan TIK
tidak sadar
(Tekanan darah
- Klien sesekali mengeluarkan
meningkat, bradikardi,
suara mengerang tidak jelas
pola napas ireguler,
- GCS 5, M2E1V2
kesadaran menurun)
- Klien bedrest total
3. Memonitor pernapasan
- TTV
4. Memonitor intake dan
TD : 180/120 mmHg

107
output cairan Nadi : 102x/menit

5. Meminimalkan stimulus RR : 22x/menit

dengan menyediakan Suhu : 36,4 oC

lingkungan yang tenang - Saturasi oksigen 98%

6. Mengelevasi kepala 30 - Intake : 800 cc

derajat - Output : 650 cc

7. Mencegah terjadinya - Klien terpasang O2 nasal

kejang kanul 4L

8. Mempertahankan suhu

tubuh normal

108
9. Berkolaborasi dalam A:

pemberian obat - Resiko perfusi serebral tidak

 Inj.citicolin efektif

 Inj. nicardipin

 Inj. Kalnex P:

 Inj. Manitol Intervensi dilanjutkan

- Mengidentifikasi penyebab

peningkatan TIK (mis. Lesi,

edema serebral)

- Memonitor tanda/gejala

peningkatan TIK (Tekanan

darah meningkat, bradikardi,

pola napas ireguler,

kesadaran menurun)

- Memonitor pernapasan
109
- Memonitor intake dan output

cairan

- Meminimalkan stimulus

dengan menyediakan

lingkungan yang tenang

- Mengelevasi kepala 30

derajat

- Mencegah terjadinya kejang

- Mempertahankan suhu tubuh

normal

110
- Berkolaborasi dalam

pemberian obat :

 Inj. Citicolin

 Inj. nicardipin

 Inj.kalnex

 Inj.manitol
2. Pola napas tidak efektif Kamis, 1. Memonitor frekuensi, 10.15 S:-

b/d hambatan upaya napas 04/11/2021 irama, kedalaman dan


O:
Jam : 08.30 upaya napas
- Tampak terpasang O2 nasal
2. Memonitor adanya
kanul 4 liter/menit
sputum
- RR : 22 x/menit
3. Memonitor bunyi napas
- Tidak ada sputum
tambahan
- Saturasi Oksigen 98%
4. Mempertahankan
- Tampak mukosa lembab
kepatenan jalan napas
- Posisi kepala tampak

111
5. Mengelevasi kepala 30 elevasi 30 derajat

derajat A:

6. Memberikan minuman - Pola napas tidak efektif

hangat P:

7. Melakukan pengisapan Intervensi dilanjutkan

lendir kurang dari 15 - Memonitor frekuensi,

detik irama, kedalaman dan

8. Memberikan oksigenasi upaya napas

nasal kanul 4 Liter/menit - Memonitor adanya sputum

- Memonitor bunyi napas

tambahan

112
- Mempertahankan kepatenan

jalan napas

- Mengelevasi kepala 30

derajat

- Memberikan minuman

hangat

- Melakukan pengisapan

lendir kurang dari 15 detik

- Memberikan oksigenasi

Nasal kanul 4

Liter/menit
3 Defisit Nutrisi b/d Kamis, 1. Memantau tingkat 13.00 S:-

ketidakmampuan menelan 04/11/2021 kesadaran


O:
makanan Jam : 09.00 2. Memberikan makanan
- GCS 5 : E1M2V2
dan minuman melalui
- Reflek muntah (-)

113
NGT - Klien masih kesulitan dalam

3. Mengajarkan keluarga menelan

memberikan makan - Klien makan dan minum

dan minum melalui melalui NGT

NGT - Intake : 800 cc

4. Memberikan minum - Output : 650 cc

melalui oral kepada - Memberikan air minum

klien 2 sendok sedikit demi sedikit

5. Mengajarkan keluarga A:

memberikan minum - Defisit nutrisi

kepada klien melalui P:

oral Intervensi dilanjutkan

114
- Memantau tingkat kesadaran

- Memberikan makanan dan

minuman melalui NGT

- Mengajarkan keluarga

memberikan makan dan

minum melalui NGT

- Memberikan minum melalui

oral kepada klien 2 sendok


4 Gangguan Mobilitas Fisik Kamis, 1. Mengkaji kemampuan 13.00 S:-

b/d penurunan kekuatan 04/11/2021 klien dalam mobilisasi


O:
otot dan massa otot Jam : 09.00 2. Mendampingi dan
- Kekuatan otot
bantu klien saat
0000 1111
mobilisasi
0000 1111
3. Melakukan mika miki

tiap 2 jam

115
4. Mengajarkan klien dan
- Indeks ADL Barthel
keluarga proses
(ketergantungan total = 0)
berpindah
- Klien tampak terbaring
(ambulasi/mika miki)
lemah
5. Melakukan latihan
- tampak memposisikan mika
ROM
miki tiap 2 jam sekali dengan
6. Mengajarkan ROM
teknik ambulasi di bantu oleh
pasif (libatkan
perawat dan keluarga
keluarga)
- melakukan latihan ROM 2
7. Memposisikan klien
jam sekali
dengan posisi semi
- Klien bedrest total
fowler
- Semua aktifitas klien tampak
8. Mengubah posisi klien

116
minimal setiap 2 jam dibantu oleh keluarga

- Posisi klien diubah setiap 2

jam

A:

- Gangguan mobilitas fisik

P:

Intervensi dilanjutkan

- Dampingi dan bantu klien

dalam mobilisasi

- Pertahankan teknik

berpindah/ambulasi dan

ROM

- Ubah posisi klien minimal 2

jam sekali
5 Defisit Perawatan Diri b/d Kamis, 1. Memonitor kemampuan 13.00 S:-

117
gangguan neuromuskuler 04/11/2021 klien untuk perawatan
O:
dan kelemahan Jam : 09.00 diri yang mandiri
- Klien tidak bisa melakukan
2. Memonitor kebutuhan
aktivitas secara mandiri
klien untuk alat-alat
- Melakukan personal hygine
bantu untuk kebersihan
dan oral hygine
diri, berpakaian, berhias,
- Membantu klien dalam
toileting dan makanan
berhias dan berpakian
3. Melakukan personal
- Klien tampak bersih dan rapi
hygine dan oral hygine
A:
4. Mendorong keluarga
- Gangguan defisit perawatan
untuk membantu
diri
melakukan aktivitas
P:
sehari-hari yang normal

118
sesuai kemampuan yang Intervensi dilanjutkan

dimiliki - Memonitor kemampuan klien

untuk perawatan diri yang

mandiri

- Memonitor kebutuhan klien

untuk alat-alat bantu untuk

kebersihan diri, berpakaian,

berhias, toileting dan

makanan

- Mendorong keluarga untuk

membantu melakukan

aktivitas sehari-hari yang

normal sesuai kemampuan

yang dimiliki

119
6. Hipertermi b/d proses penyakit Kamis, 04/11/2021 1. Mengidentifikasi 13.00 S : - keluarga pasien

(infeksi) dd perdarahan serebral Jam : 09.00 penyebab hipertermi mengatakan pasien tidak
2. Memonitor suhu tubuh
menggigil lagi
3. Memonitor intake dan
O: - pasien tampak tidak
output
kejang dan menggigil lagi
4. Melepaskan selimut
- kulit pasien tampak tidak
pasien
kemerahan lagi
5. Menganjurkan
- S=36,7 N=95x/i P= 20x/i
keluarga memberikan

terapi kompres air A: masalah teratasi

hangat P: intervensi dilanjutkan jika

6. Memberikan oksigen perlu

nasal kanul 5L

pemberian obat

Paracetamol infus

120
BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan pada Tn. R dengan diagnosa Stroke

haemorragik di Ruangan Neurologi RSUD. Achmad Mochtar Bukittinggi. Selanjutnya akan

dibahas tentang kesenjangan antara bahasan teoritis dengan kenyataan yang ditemukan

pada pasien dilapangan terhadap Tn. R dengan diagnosa Stroke haemorragik di Ruangan

Neurologi RSUD. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2021. Dibagi lima sub pembahasan

yaitu Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Intervensi Keperawatan, implementasi

keperawatan dan Evaluasi Keperawatan.

Pembahasan akan diuraikan sesuai masalah yang ditemukan dengan menggunakan

pendekatan konsep dasar yang mendukung. Kelompok akan menguraikan terkait

kesenjangan teoritis dan kasus yang kelompok kelola.

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian adalah tahap awal proses keperawatan dan merupakan suatu proses

yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi

dan mengidentifikasi status kesehatan pasien (Potter dan Perry, 2005). Dari hasil

pengkajian, terdapat beberapa kesamaan antara tanda dan gejala pada pasien dengan

Stroke haemorragik. Hal ini sesuai dengan pengkajian kelompok kepada pasien pada

tanggal 1 November 2021, pukul 19.00 WIB. Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 1

November 2021 pada jam 19.00 pada saat pasien sampai diruangan HCU neurologi

didapatkan data, pasien terpasang oksigen 5 liter, klien terpasang infus Assering tangan

sebelah kanan, klien terpasang kateter dan terpasang monitor. Keluarga mengatakan klien
121
masih berusaha berdiri setelah tersandar ke lemari namun sudah nampak lemah tangan

sebelah kanan kemudian muntah.

Setelah beberapa waktu di IGD terjadinya penurunan kesadaran karena terjadinya

perdarahan dan kemungkinan meningkatan TIK, maka tindakan yang diberikan sampai di

ruangan adalah atur posisi pasien supin atau terlentang dengan kepala sama datar untuk

mengurangi perdarahan intra serebral, dan diberikan oksigen NRM 10 Liter di HCU

Neurologi.

Kemudian pasien dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk penunjang dalam

pemeriksaan. Hasil rontgent PA Suspek kardiomegali DD/ posisi (ec. Inspritasi kurang

adekuat). Tidak tampak kelainan radiologis pada paru. Hasil dari CT scan didapatkan

kesan Pendarahan intra perenkim multifokal lobus fronto-temporo-pariental kiri dan basal

ganglia kiri dengan estimasi volume total sekitar 63,3 cc, disertai pendarahan intra

ventikel latelaris bilateral, vertikel III dan IV edema serebri terutama hemisfer kiri.

Kemudian kondisi pasien semakin menurun dan dokter memutuskan untuk dilakukan

perawatan yang lebih intensive di ICU.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon actual,

potensial dan resiko klien terhadap masalah kesehatan dan perawat mempunyai izin dan

berkompeten untuk mengatasinya. Respon actual dan potensial klien didapatkan dari data

dasar pengkajian , tinjauan literatur yang berkaitan, catatan medis klien dimasa lalu yang

dikumpulkan selama pengkajian (Potter dan Perry, 2005).

122
Secara teoritis diagnosa keperawatan yang muncul dengan klien Stroke Haemorragik

adalah sebagai berikut, Menurut SDKI (2016), diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

antara lain :

a. Berdasarkan Pengkajian Primer

1) Resiko perfusi jaringan serebral tidak efektif b.d infark jaringan otak,

hipertensi

2) Pola nafas Tidak Efektif b.d penekanan saluran

pernafsan, hambatan upaya nafas

3) Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d akumulasi sekret, penurunan

kesadaran

4) Gangguan komunikasi verbal b.d gangguan disfungsi bahasa/

komunikasi

5) Defisit atau resiko defisit nutrisi b.d ketidakadekuatan untuk menelan

makanan

6) Resiko aspirasi b.d penurunan kesadaran

7) Resiko jatuh b.d kelemahan anggota gerak dan penurunan kesadaran

8) Hipertermi b.d perdarahan serebral

b. Berdasarkan Pengkajian Sekunder

1) Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskular, penurunan

kekuatan otot

2) Defisit perawatan diri b.d kelemahan anggota gerak, tirah baring

3) Inkontenesia fekal b.d penurunan kontrol spinkter ani

4) Inkontenesia urine b.d penurunan kontrol uretra

123
Dari 8 diagnosa keperawatan primer dan 4 diagnosa pengkajian sekunder

yang ada di teoritis tidak seluruhnya sesuai dengan kenyataan yang kelompok

temukan di lapangan, dari hasil pengkajian yang telah kelompok kumpulkan mulai

dari pengkajian primer, pengkajian sekunder, pengelompokkan data, mengidentifikasi

masalah klien, hingga perumusan diagnose. Kelompok menemukan 3 diagnosa

keperawatan pada primer dan 2 diagnosa keperawatan pada sekunder pada Tn. R

yaitu:

a. Berdasarkan Pengkajian Primer

1) Resiko perfusi jaringan serebral tidak efektif b.d infark jaringan otak,

hipertensi

2) Pola nafas tidak efektif b.d penekanan saluran nafas, hambatan upaya

nafas

3) Resiko defisit nutrisi b.d ketidakadekuatan untuk menelan makanan

4) Hipertermi b.d perdarahan serebral

b. Berdasarkan Pengkajian Sekunder

1) Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskular dan penurunan

kekuatan otot

2) Defisit perawatan diri b.d kelemahan anggota gerak, tirah baring

Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan pada Tn. R didapatkan

diagnosa dengan Resiko perfusi jaringan serebral tidak efektif b.d infark jaringan

otak, hipertensi d.d terdapat peningkatan TIK dan hasil scaning terjadinya perdarahan

serebral, Pola nafas tidak efektif b.d penekanan saluran nafas, hambatan upaya nafas d.d

pernapasan dyspnea, retraksi dinding dada tidak simetris, Gangguan mobilitas fisik b.d

gangguan neuromuskular dan penurunan kekuatan otot d.d tirah baring, Defisit

124
perawatan diri b.d kelemahan anggota gerak d.dtirah baring, Karena saat pengkajian

didapatkan diagnosa pasien yang sesuai dengan standar diagnosa keperawatan indonesia

(SDKI), begitu pula dengan diagnosa – diagnosa lainnya yang terdapat dalam buku SDKI.

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi (perencanaan) adalah kategori dalam perilaku keperawatan dimana

tujuan yang terpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan dan ditetapkan sehingga

perencanaan keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Potter dan Perry, 2005).

Selama perencanaan dibuat prioritas terhadap intervensi kepada Tn. R selain

berkolaborasi dengan dokter, juga berkolaborasi dengan perawat lain. Hasil yang

diharapkan dirumuskan berdasarkan SIKI dengan sasaran spesifik masing-masing

diagnosa dan perencanaan tujuan dengan membuat aktifitas berdasarkan SLKI.

Dalam penyusunan perencanaan keperawatan Tn.R melibatkan keluarga dan tim

kesehatan lain yang mencakup 4 elemen yaitu observasi, tindakan keperawatan mandiri,

pendidikan kesehatan, dan tindakan kolaboratif.

4. Implementasi keperawatan

Implementasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk

membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih

baik, mengambarkan kriteria hasil yang diharapkan.Adapun faktor pendukung terlaksananya

implementasi adalah :

a. Adanya kooperatif keluarga terhadap semua implementasi yang dilakukan.

b. Adanya kerjasama yang baik dengan perawat ruangan dan tim kesehatan lainnya.

125
5. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan

seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan penatalaksanaan yang sudah

berhasil dicapai (Potter dan Perry, 2005).

Evaluasi dari hasil asuhan keperawatan yang dilaksanakan saat di ruangan Neurologi,

didapatkan 5 diagnosa keperawatan, meliputi Resiko perfusi jaringan serebral tidak

efektif b.d infark jaringan otak, hipertensi. Karena pada saat pengkajian pada hari

pertama, terdapat penurunan kesadaran dan hasil CT scannya terjadinya perdarahn serebral.

Begitu juga dengan Pola nafas tidak efektif b.d penekanan saluran nafas, hambatan upaya

nafas d.d pernapasan dyspnea, retraksi dinding dada tidak simetris, Gangguan mobilitas fisik

b.d gangguan neuromuskular dan penurunan kekuatan otot d.d tirah baring, Defisit

perawatan diri b.d kelemahan anggota gerak d.d tirah baring.

126
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pelaksanaan asuhan keperawatan tersebut maka dapat penulis simpulkan

sebagai berikut: Dalam pengkajian Tn. R. Dengan Stroke Hemorogik, pada pengkajian pada hari

Senin tanggal 01- 11-2021 jam 19:00 Wib pada klien Tn.R, di Ruang Rawat Inap Neurologi

RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi di dapatkan data, keluarga klien mengatakan klien tidak

sadarkan diri, klien mengalami penurunan kesadaran, klien mual muntah, klien terpasang oksigen

4 liter, klien terpasang infus Assering tangan sebelah kanan,dan klien terpasang kateter. Klien

terpasang monitor. GCS:Sopor 9 (E:2 V:2 M:5). BB/TB:83 kg/165 cm.Tanda Vital Suhu: 36˚C

Pernafasan :28 x/INadi : 100 x/I TD : 220/134 mmHg . Kemudian pasien dilakukan pemeriksaan

lebih lanjut untuk penunjang dalam pemeriksaan. Hasil rontgent thorax 1 November 2021

didapatkan kesan Suspek kardiomegali DD/posisi (ec. Inspitrasi kurang adekuat). Tidak tampak

kelainan radiologis pada paru. Hasil dari CT scan 1 November 2021 didapatkan kesan perdarahan

intra parankim multifokal melibatkan lobus fronto-temporo-paristal kiri dan basal ganglia kiri

dengan estimasi volume total sekitar 62,3 cc disertai perdarahan intra ventrikel lateralis bilateral,

vertikel III dan IV. Hermisi subfalcine ke kanan sejauh 0,5 cm, Edema cerebri terutama hemisfer

kiri. kemudian dokter memutuskan untuk dilakukan tindakan operasi pada tanggal ………….,

pasien masuk ruangan operasi pukul ………. WIB. Diagnosa keperawatan yang mungkin

terdapat pada klien dengan Dengan Stroke Hemorogik dapat kelompok temukan semua. Sesuai

dengan data yang didapat penulis pada saat pengkajian, ditemukan 6 diagnosa yang dapat

ditegakkan pada kasus, diagnosa tersebut antara lain :

127
a. Berdasarkan Pengkajian Primer

1) Resiko perfusi jaringan serebral tidak efektif b.d infark jaringan otak,hipertensi

2) Pola nafas tidak efektif b.d penekanan saluran nafas, hambatan upaya nafas

3) Resiko defisit nutrisi b.d ketidakadekuatan untuk menelan makanan

4) Hipertermi b.d pendarahan serebral

b. Berdasarkan Pengkajian Sekunder

1) Gangguan mobilitas fidik b.d gangguan neuromuskuler dan penurunan

kekuatan otot

2) Defisit Perawatan Diri b.d kelemahan anggota gerak, tirah baring

Perencanaan dirumuskan berdasarkan prioritas masalah sekaligus memperhatikan kondisi

klien serta kesanggupan keluarga dalam kerjasama. Dalam melakukan perawatan pada klien

dengan Stroke Hemorogile, kelompok telah berusaha melaksanakan tindakan keperawatan sesuai

rencana keperawatan dan ditujukan untuk mencegah masalah yang diderita klien. Kesulitan yang

ditemui saat pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien adalah terbatasnya waktu, namun

masih terdapat diagnosa keperawtan yang belum teratasi. Selain itu pemberi asuhan keperawatan

tidak bisa terlalu lama karena melihat kondisi pasien.

128
5.2 Saran

1. Bagi Lahan Pendidikan

Memberikan kemudahan dalam penggunaan perpustakaan dalam koleksi buku

yang menjadi fasilitas bagi mahasiswa untuk 86 mengembangkan ilmu pengetahuan dan

keterampilannya dalam menjalani praktik dan pembuatan asuhan keperawatan.

2. Bagi Lahan Praktik

Meningkatkan mutu pelayanan untuk klien dengan melibatkan peran aktif

keluarga sehingga asuhan keperawatan dapat tercapai sesuai tujuan dan memberikan

kenyamanan pada klien.

3. Bagi Perawat

Dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan Multiple Trauma

diharapkan juga melakukan pendekatan psikologisnya yang dibutuhkan untuk proses

penyembuhan pasien.

129
DAFTAR PUSTAKA

Adib, M.,2009. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi Jantung, danStroke.

Yogyakarta: Dianloka Printika.

Arum.(2015). STROKE, Kenali, Cegah dan Obati. Yogyakarta :Notebook

Aru W, Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V.Jakarta: Interna

Publishing.

Badan pusat statistic, (2013, juli) bps. go. Id. [online], http:// sp 2010. Bps. go. Id /index.

Php / siti/ table? Tid = 321

Brunner & suddarth. (2013). Keperawatan Medikal – Bedah Edisi 12 . Jakarta: EGC

Junaidi, Iskandar.,2011.Stroke Waspadai Ancamannya.Yogyakarta : ANDI

Kelompok Studi Serebrovaskuler Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.,2004.

Guidelines Stroke 2004. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI).

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan

Persarafan. Jakarta : Salemba Medika.

Nanda (2015). Diagnosa Keperawatan Defenisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10 T

Heather Heather Herdaman, Shigemi Kamitsuru, Jakarta: EGC.

Rico JS, Suharyo H, dan Endang K. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian

Stroke pada Usia Muda Kurang dari 40 Tahun. Jurnal Epidemiologi.2008:1-13.

130
Susilo, Hendro. 2007. Simposium Stroke, Patofisiologi Dan Penanganan Stroke, Suatu

Pendekatan Baru. Bangkalan. Tarwoto, Wartonah, Eros SS. 2013. Keperawatan Medikal

Bedah Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta : CV. Sagung Seto. Yayasan Stroke

Indonesia.2007. Penderita Stroke Meningkat. Jakarta: Yayasan Stroke Indonesia .

131

Anda mungkin juga menyukai