SEMINAR (1-5) (REVISI BAB 1 2 - Pengkajian)
SEMINAR (1-5) (REVISI BAB 1 2 - Pengkajian)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
system persyarafan yang paling sering dijumpai. Otak merupakan organ kompleks
manusia yang terdiri dari sel sel saraf nerve cell yang bertanggung jawab pada semua
sinyal dan sensasi yang membuat tubuh manusia dapat berpikir, bergerak, dan
menimbulkan reaksi dari suatu kejadian atau keadaan. Otak adalah organ yang
memerlukan suplai oksigen dan nutrisi secara terus-menerus karena otak tidak dapat
menyimpan energi. Suplai oksigen dan nutrisi didapatkan dari darah yang disirkulasikan
dari jantung melalui arteri yang ada pada tubuh manusia menuju otak (Setiawan, 2021).
Stroke merupakan penyakit pada otak berupa gangguan fungsi saraf lokal atau global
yang munculnya mendadak, progresif, dan cepat. Gangguan fungsi saraf pada stroke
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak yang nontraumatik (Christiawan, 2016).
koroner dan kanker pada negara maju ataupun negara berkembang. Satu dari 10 kematian
disebabkan oleh stroke. Data World Stroke Organization menunjukkan bahwa setiap
tahunnya ada 13,7 juta kasus baru penyakit stroke, dan sekitar 5,5 juta kematian terjadi
akibat stroke. Pravelensi penyaki tidak menular seperti kanker, penyakit ginjal kronis,
diabetes mellitus, hipertensi dan stroke berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2018
1
Stroke dapat mengakibatkan penderitanya mengalami kelumpuhan, gangguan
(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran, area yang perfusinya tidak adekuat, dan
jumlah aliran darah kontralateral (sekunder atau aksesori). Stroke dapat berdampak pada
berbagai fungsi tubuh, dampak atau masalah stroke diantaranya adalah kehilangan sistem
motorik, kehilangan komunikasi, gangguan persepsi, kerusakan fungsi kognitif dan efek
psikologik serta disfungsi kandung kemih . Stroke jenis apapun akan menyebabkan
deficit neurologis yang berbeda-beda tergantung kepada daerah otak yang terganggu
2016).
Kondisi tersebut menimbulkan gejala neurologis yang berlaku secara mendadak dan
seringkali diikuti gejala nyeri kepala yang berat pada saat melakukan aktivitas akibat efek
desak ruang atau peningkatan tekanan intrakranial (TIK). Efek ini menyebabkan angka
kematian pada stroke hemoragik menjadi lebih tinggi dibandingkan stroke iskemik
(Setiawan, 2021). Pada stroke hemoragik yang didominasi oleh gejala peningkatan TIK
2
yang membutuhkan penanganan segera sebagai tindakan life-saving. Oleh karena itu,
penegakan diagnosis pada stroke hemoragik sangat penting untuk memberikan terapi
Dampak dari gejala sisa pada pasin troke dapat berupa penurunan kualitas hidup
yang dikarenakan pasien stroke tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari atau
activity daily living (ADL), yang meliputi makan, berpakaian, mandi, toileting, berhias,
pasien stroke membutuhkan bantuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Pasien stroke
dengan disabilitas memerlukan bantuan keluarga maupun perawat dirumah sakit untuk
mmbantu ADL pasien stroke dalam jangaka waktu yang cukup lama (Intan, 2011).
asuhan keperawatan. Perawat memiliki peran penting dalam membantu ADL pasien
stroke, tindakan tersebut adalah mengkaji kebutuhan pasien baik secara langsung atau
dengan berkomunikasi dengan keluarga maupun caregiver, hal ini bertujuan untuk
mengetahui keadaan umum pasien dan merupakan salah satu poin penting untuk
menentukan intervensi dan implementasi keperawatan yang tepat. Selain itu perawat
memiliki peran membantu pasien dalam beraktivitas sehari-hari dan membantu mengatur
aktivitas sehari-hari, serta yang ketiga memberikan dukungan dan edukasi kepada pasien
stroke di suatu negara. Oleh karena itu, berdasarkan identifikasi faktor risiko tersebut
3
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
b. Mampu melakukan analisa data dan menegakkan diagnosa keperawatan pada Tn.
tahun 2021.
4
C. Manfaat
melakukan asuhan keperawatan dengan baik terutama pada kasus perawatan indikasi
2. Bagi mahasiswa
bangku perkuliahan.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Stroke
1. Definisi Stroke
Stroke merupakan penyakit pada otak berupa gangguan fungsi saraf lokal atau
global yang munculnya mendadak, progresif, dan cepat. Gangguan fungsi saraf pada
stroke disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak yang nontraumatik. Gangguan
saraf tersebut dapat menimbulkan gejala berupa: kelumpuhan wajah atau anggota
badan, bicara tidak lancar, bicara tidak jelas atau pelo, mungkin perubahan kesadaran,
pernah didiagnosis menderita penyakit stroke oleh tenaga kesehatan atau belum
pernah didiagnosis menderita penyakit stroke oleh tenaga kesehatan tetapi sudah
pernah mengalami secara mendadak kelumpuhan pada satu sisi tubuh atau mulut
menjadi mencong tanpa kelumpuhan otot mata, bicara pelo, sulit komunikasi atau
Pada umumnya gangguan fungsional otak fokal dapat berupa hemiparesis yang
disertai dengan defisit sensorik, parese nervus kraniales dan gangguan fungsi luhur.
Manifestasi klinis yang muncul sangat bergantung kepada area otak yang diperdarahi
oleh pembuluh darah yang mengalami oklusi ataupun rupture (Setiawan, 2021).
6
2. Klasifikasi Stroke
lain :
2) Trombosis serebri
3) Emboli serebri
asing (embolus), seperti bekuan darah yang berada di dalam aliran darah
1) Pendarahan intraserebral
disebabkan oleh trauma atau cedera otak, dan kelainan pembuluh darah
7
2) Pendarahan subaraknoid
c. Stroke in Evolution
d. Completed stroke
a. System karotis
b. System vertebrobasiler
Kondisi dan kebiasaan ini dikenal sebagai faktor risiko. Semakin banyak faktor
risiko yang dimiliki, semakin besar kemungkinan seseorang untuk mengalami stroke.
8
Ada beberapa faktor risiko yang dikontrol, seperti tekanan darah tinggi dan rokok.
Faktor risiko lain, seperti umur dan jenis kelamin, tidak dapat dikontrol. Faktor risiko
Tekanan darah tinggi adalah faktor risiko utama untuk stroke. Tekanan darah
dianggap tinggi jika tetap pada atau di atas 140/90 mmHg dari waktu ke waktu.
Jika memiliki riwayat diabetes melitus atau penyakit ginjal kronis, tekanan darah
b. Diabetes
Diabetes adalah penyakit di mana tingkat gula darah tinggi karena tubuh tidak
membuat insulin yang cukup atau tidak menggunakan insulin dengan benar.
Insulin adalah hormon yang membantu memindahkan gula darah ke dalam sel-sel
c. Penyakit jantung
Penyakit jantung koroner, kardiomiopati, gagal jantung, dan fibrilasi atrium dapat
d. Rokok
Rokok dapat merusak pembuluh darah dan meningkatkan tekanan darah. Merokok
juga mengurangi jumlah oksigen yang mencapai jaringan tubuh. Terpapar asap
Risiko stroke bertambah seiring bertambahnya usia. Di usia muda, pria lebih
9
lebih cenderung meninggal disebabkan oleh stroke. Perempuan yang mengambil
Stroke lebih sering terjadi pada orang dewasa Afrika Amerika, asli Alaska, dan
Amerika India daripada orang dewasa kulit putih, Hispanik, atau Amerika Asia.
Jika memiliki riwayat stroke, maka lebih besar peluang untuk terkena stroke
Aneurisma merupakan tonjolan seperti balon dalam arteri yang dapat meregang
dan meledak. AVMs mungkin hadir pada saat lahir, tetapi sering terdiagnosa
sampai pecah.
B. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena arteri yang menyuplai
otak mengalami ruptur atau perdarahan. Ada 2 tipe stroke hemoragik, yaitu:
a. Perdarahan intraserebral
Terjadi bila pembuluh darah di dalam otak mengalami ruptur atau perdarahan.
b. Perdarahan subaraknoid
10
pembengkakan otak dan peningkatan tekanan intrakranial. Pembengkakan dan
2. Etiologi
dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak. Akibatnya adalah penghentian suplai
3. Faktor Resiko
a. Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor risiko baik untuk orangtua maupun dewasa muda.
perlukaan secara mekanis pada sel endotel (dinding pembuluh darah) di tempat
yang mengalami tekanan tinggi. Jika proses tekanan berlangsung lama, dapat
b. Penyakit kardiovaskuler
11
Beberapa penyakit jantung, antara lain fibrilasi atrial (salah satu jenis gangguan
irama jantung), penyakit jantung koroner, penyakit jantung rematik, dan orang
stroke. Pada fibrilasi atrium menyebabkan penurunan CO², sehingga perfusi darah
keotakmenurun, maka otak akan kekurangan oksigen yang akhirnya dapat terjadi
stroke.
c. Kolesterol tinggi
dalam menyebabkan penyakit jantung koroner dan stroke itu sendiri. Karena
kolestrol tidak dapat langsung larut dalam darah dan cenderung menempel di
d. Obesitas
terjadi dengan pola hidup pasif (kurang gerak dan olahraga).Jika makanan yang
dimakan banyak mengandung lemak jahat (seperti kolestrol), maka ini dapat
menyebabkan aliran darah kurang lancar dan memicu terjadinya aterosklerosis atau
12
e. Diabetes
kali lipat dibandingkan mereka yang tidak diabetes. Pada penyakit DM akan
dan terjadi iskemia, iskemia menyababkan perfusi otak menurun dan pada
f. Merokok
dalam rokok membuat jantung bekerja keras karena frekuensi denyut jantung dan
tekanan darah meningkat . Pada perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah
g. Konsumsi alcohol
Pada alkoholik dapat menyebabkan hipertensi, penurunan aliran darah ke otak dan
kardiak aritmia serta kelainan motilitas pembuluh darah sehingga terjadi emboli
serebral.
h. Life style
Life style atau gaya hidup seringkali dikaitkan sebagai pemicu berbagai penyakit
yang menyerang, baik pada usia produktif maupun usia lanjut. Salah satu contoh
life style yaitu berkaitan dengan pola makan.Generasi muda biasanya sering
seringnya mengkonsumsi makanan siap saji yang serat lemak dan kolesterol
13
namun rendah sehat. Kemudian, seringnya mengonsumsi makanan yang digoreng
atau makanan dengan kadar gula tinggi dan berbagai jenis makanan yang ditambah
zat pewarna/penyedap/pemanis dan lain-lain. Faktor gaya hidup lain yang dapat
beresiko terkena stroke yaitu sedentary life style atau kebiasaan hidup santai dan
4. Patofiologi
oksigen. Jika aliran darah kesetiap bagian otak terhambat karena trombus dan
selama 1 menit dapat mengarah pada gejalan yang dapat menyebabkan nekrosisi
oksigen pada awalnya mungkin akibat iskemia mum (karena henti jantung atau
hipotensi) atau hipoksia karena akibat proses anemia dan kesukaran untuk bernafas.
Stroke karena embolus dapat mengakibatkan akibat dari bekuan darah, udara,
palque, ateroma fragmen lemak. Jika etiologi stroke adalah hemorrhagi maka faktor
Pada stroke trombosis atau metabolik maka otak mengalami iskemia dan infark
14
sulit ditentukan. Ada peluang dominan stroke akan meluas setelah serangan pertama
sehingga dapat terjadi edema serebral dan peningkatan tekanan intrakranial (TIK)
dan kematian pada area yang luas.Prognosisnya tergantung pada daerah otak yang
Bila terjadi kerusakan pada otak kiri, maka akan terjadi gangguan dalam hal
fungsi berbicara, berbahasa, dan matematika. Akibat penurunan CBF regional suatu
daerah otak terisolasi dari jangkauan aliran darah, yang mengangkut O2 dan glukose
yang sangat diperlukan untuk metabolisme oksidatif serebral. Daerah yang terisolasi
itu tidak berfungsi lagi dan karena itu timbullah manifestasi defisit neurologik yang
(pada cabang arteri) dapat menimbulkan afasia berat bila yang terkena hemisfer
Lesi (infark, perdarahan, dan tumor) pada bagian posterior dari girus temporalis
superior (area wernicke) menyebabkan afasia reseptif, yaitu klien tidak dapat
memahami bahasa lisan dan tertulis, kelainan ini dicurigai bila klien tidak bisa
memahami setiap perintah dan pertanyaan yang diajukan. Lesi pada area fasikulus
afasia konduktif, yaitu klien tidak dapat mengulangi kalimat-kalimat dan sulit
menyebutkan nama-nama benda tetapi dapat mengikuti perintah. Lesi pada bagian
posterior girus frontalis inferoior (broca) disebut dengan afasia eksprektif yaitu
klien mampu mengerti terhadap apa yang dia dengar tetapi tidak dapat menjawab
15
dengan tepat, bicaranya tidak lancar.
a. Perdarahan intraserebral
Perdarahan intraserebral terdiri dari tiga fase, yaitu perdarahan awal, perluasan
arteri serebral yang dipengaruhi oleh faktor risiko. Prognosis penyakit bergantung
yang mengganggu integritas jaringan lokal dan sawar darah otak. Selain itu, aliran
b. Perdarahan subaraknoid
Pada saat aneurisma pecah, darah masuk ke ruang subaraknoid dan terkadang ke
parenkim otak dan ventrikel. Tekanan intrakranial meningkat tajam dan mungkin
16
stroke, yang biasanya menyebabkan kehilangan kesadaran sementara. Cedera otak
diakibatkan oleh transient ischemic stroke dan dari efek darah intrakranial sendiri.
5. Manifestasi Klinis
Defisit neurologis merefleksikan area otak yang biasanya terlibat. Gejala stroke fokal
meliputi :
g. Aphasia
e. Sinkop
17
PATHWAY STROKE
STROKE
Peningkatan tekanan
sistemik Trombus, Emboli,
Iskemia
Aneurisma
Menyumbat arteri otak
Perdarahan arkhnoid /
ventrikel
Iskemik
Hematoma serebral
Infark Serebral
Vasospasme arteri
serebral
PTIK / Herniasi serebral
Defisit Neurologi
Penurunan kesadaran Penekanan saluran
pernapasan Iskemik / Infark
Resiko Resiko
Dipsnea
Aspirasi Jatuh
18
Peningkatan tekanan Penurunan kontro Disfungsi kandung kemih dan Kemampuan batuk Kemampuan
intrakranial volunter saluran pencernaan berkurang komunikasi menurun
Inkontinensia
Fekal
Kemampuan merawat Gangguan Mobilitas Reflek mengunyah
diri menurun Fisik dan menelan menurun
Defisit Perawatan
Diri
Nafsu makan
menurun Resiko Defisit
Defisit Nutrisi Intake tidak adekuat Nutrisi
19
6. Komplikasi Stroke
thrombosis. Kondisi ini terjadi akibat terhentinya gerakan otot tungkai, sehingga
aliran di dalam pembuluh darah vena tungkai terganggu. Hal ini meningkatkan
menumpuknya cairan otak di dalam rongga otak (ventrikel). Dokter bedah saraf
akan memasang sebuah selang ke dalam otak untuk membuang cairan yang
menumpuk tersebut.
7. Pemeriksaan Penunjang
20
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk memastikan jenis serangan stroke, letak
sumbatan atau penyempitan pembuluh darah, letak perdarahan, serta luas jaringan
a. CT-Scan
mengevaluasi stroke, MRI lebih sensitif dalam mendeteksi infark, terutama yang
infasif yang memperlihatkan arteri karotis dan sirkulasi serebral serta dapat
serebral dan mendeteksi penurunan aliran darah stenosis di dalam arteri karotis
dan mengevaluasi efek terapi yang ditimbulkan pada vasospasme, seperti yang
21
Pemeriksaan fungsi lumbal menunjukkan adanya tekanan (Oktavianus, 2014).
Tekanan normal biasanya ada trombosis, emboli dan TIA, sedangkan tekanan
f. Pemeriksaan EKG
terjadi.
g. Pemeriksaan darah
i. Angiografi serebral
j. Sinar X tengkorak
masa yang luas, klasifikasi karotis interna terdapat pada trobus serebral.
kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada penderita stroke,
22
menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah berlawanan dari masa
yang meluas.
8. Penatalaksanaan
1. Phase Akut :
sirkulasi.
dexamethason.
e. Pasien di tempatkan pada posisi lateral atau semi telungkup dengan kepala
b. Program fisiotherapi
9. Pencegahan
Upaya pencegahan ini ditujukan pada orang sehat dan kelompok berisiko tinggi
23
a. Pola makan sehat Konsumsi makanan tinggi lemak dan kolesterol dapat
makanan rendah lemak dan kolesterol dapat mencegah terjadinya stroke. Anjuran
lain berupa menambah asupan kalium, mengurangi asupan natrium, dan utamakan
b. Penanganan stres dan istirahat yang cukup Tidur yang teratur antara 6 – 8 jam
sehari dan mengendalikan stres dengan cara berpikir positif sesuai dengan jiwa
sehat menurut WHO. Stres yang kronis dapat meningkatkan tekanan darah.
c. Pemeriksaan kesehatan yang teratur dan taat anjuran dokter Memantau faktor-
faktor risiko seperti hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit jantung secara
teratur. Pengendalian hipertensi dengan target tekanan darah 140/90 mmHg dan
kadar gula darah pada penderita diabetes melitus dengan target HbA1c.
d. Rekomendasi lainnya
4) Hindari merokok.
6) Skrining fibrilasi atrium pada penderita >65 tahun di unit perawatan primer.
24
7) Pemberian warfarin pada penderita pascainfark miokard dengan elevasi
11) Terapi agresif terhadap faktor risiko stroke yang sudah ada pada pengguna
kontrasepsi oral.
a. Pengkajian
Adapun Fokus pengkajian pada klien dengan Stroke Hemoragik menurut (Hartati,
2019) yaitu:
1) Identitas Kien
Meliputi identitas klien (nama, umur, jenis kelamin, status, suku, agama,
alamat, pendidikan, diagnosa medis, tanggal MRS, dan tanggal pengkajian diambil)
dan identitas penanggung jawab (nama, umur, pendidikan, agama, suku, hubungan
2) Keluhan Utama
25
Adapun keluhan utama yang sering dijumpai yaitunya klien mengalami
kelemahan anggota gerak sebelah badan, biasanya klien mengalami bicara pelo,
ataupun tidak sedang melakukan aktivitas. Gejala yang muncul seperti mual, nyeri
kepala, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, kelumpuhan separuh badan atau
riwayat DM, memiliki penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, riwayat
kotrasepsi oral yang lama, riwayat penggunan obat-obat anti koagulasi, aspirin,
Adanya riwayat keluarga dengan hipertensi, adanya riwayat DM, dan adanya
6) Riwayat Psikososial
Adanya keadaan dimana pada kondisi ini memerlukan biaya untuk pengobatan
serta perawatan yang sangat mahal dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran
7) Pemeriksaan Fisik
26
a. Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran merupakan parameter untama yang sangat penting pada
maupun terhadap dirinya maupun terhap lingkungannya dan dapat menjawab pertanyaan
2) Apatis : yaitu kondisi seseorang yang tampak segan dan acuh tak acuh terhadap
lingkungannya
3) Derilium : yaitu kondisi sesorang yang mengalami kekacauan gerakan, siklus tidur
bangun yang terganggu dan tampak gaduh gelisah, kacau, disorientasi srta meronta-ronta
4) Somnolen : yaitu kondisi sesorang yang mengantuk namun masih dapat sadar bila
5) Sopor : yaitu kondisi seseorang yang mengantuk yang dalam, namun masih dapat
dibangunkan dengan rangsang yang kuat, misalnya rangsang nyeri, tetapi tidak terbangun
pertanyaan, tidak dapat dibangunkan sama sekali, respons terhadap rangsang nyeri hanya
27
7) Coma : yaitu penurunan kesadaran yang salangat dalam, memberikan respons terhadap
pernyataan, tidak ada gerakan, dan tidak ada respons terhadap rangsang nyeri.
Berikut tingkat kesadaran berdasarkan skala nilai dari skor yang didapat dari penilaian
GCS klien :
Pada keadaan perawatan sesungguhnya dimana waktu untuk mengumpulkan data sangat
terbatas, Skala koma Glasgow dapat memberikan jalan pintas yang sangat berguna.
Tabel 2.1
Terorientasi Percakapan 5
yang membingungkan 4
Penggunaan kata-kata 3
yang tidak sesuai Suara 2
28
menggumam 1
Tidak ada respon
Respon Motorik Nilai
Mengikuti perintah 6
Menunjuk tempat 5
ransangan 4
Menghindar dari 3
stimulus 2
Fleksi abnormal 1
(dekortikasi)
Ekstensi abnormal
(deserebrasi)
Tidak ada respon
1) Reflek
Respon motorik terjadi akibat adanya reflek yang terjadi melalui stimulasi
sensori. Kontrol serebri dan kesadaran tidak dibutuhkan untuk terjadinya reflek. Respon
abnormal(babinski) adalah ibu jari dorso fleksi atau gerakan ke atas ibu jari dengan atau
2) Perubahan Pupil
Pupil harus dapat dinilai ukuran dan bentuknya (sebaiknya dibuat dalam
millimeter). Suruh pasien berfokus pada titik yang jauh dalam ruangan. Pemeriksa harus
meletakkan ujung jari dari salah satu tangannya sejajar dengan hidung pasien. Arahkan
cahaya yang terang ke dalam salah satu mata dan perhatikan adanya konstriksi pupil yang
cepat (respon langsung). Perhatikan bahwa pupil yang lain juga harus ikut konstriksi
(respon konsensual). Anisokor (pupil yang tidak sama) dapat normal pada populasi yang
29
3) Tanda-tanda Vital
tekanan sistolik dalam hubungan dengan tekanan nadi yang membesar, nadi lemah atau
4) Saraf Kranial
I. Olfaktorius : saraf cranial I berisi serabut sensorik untuk indera penghidu. Mata
pasien terpejam dan letakkan bahan-bahan aromatic dekat hidung untuk diidentifikasi.
II. Optikus : Akuitas visual kasar dinilai dengan menyuruh pasien membaca tulisan
madibularis. Bagian sensori dari saraf ini mengontrol sensori pada wajah dan kornea.
Bagian motorik mengontrol otot mengunyah. Saraf ini secara parsial dinilai dengan
menilai reflak kornea; jika itu baik pasien akan berkedip ketika kornea diusap kapas
secara halus. Kemampuan untuk mengunyah dan mengatup rahang harus diamati.
VI. Abdusen : Saraf cranial ini dinilai secara bersamaan karena ketiganya
mempersarafi otot ekstraokular. Saraf ini dinilai dengan menyuruh pasien untuk
30
VII. Fasial : Bagian sensori saraf ini berkenaan dengan pengecapan pada dua pertiga
anterior lidah. Bagian motorik dari saraf ini mengontrol otot ekspresi wajah. Tipe yang
VIII. Akustikus : Saraf ini dibagi menjdi cabang-cabang koklearis dan vestibular, yang
diperiksa dengan konduksi tulang dan udara. Saraf vestibular mungkin tidak diperiksa
secara rutin namun perawat harus waspada, terhadap keluhan pusing atau vertigo dari
pasien.
IX. Glosofaringeal : Sensori: Menerima rangsang dari bagian posterior lidah untuk
mempersarafi serabut sensori pada sepertiga lidah bagian posterior juga uvula dan
serta memperlihatkan respon otonom pada jantung, lambung, paru-paru dan usus
halus. Ketidak mampuan untuk batuk yang kuat, kesulitan menelan dan suara serak
XI. Asesoris spinal : Saraf ini mengontrol otot-otot sternokliedomostoid dan otot
trapesius. Pemeriksa menilai saraf ini dengan menyuruh pasien mengangkat bahu atau
memutar kepala dari satu sisi ke sisi lain terhadap tahanan, bisa juga di bagian kaki
dan tangan.
31
XII. Hipoglosus : Saraf ini mengontrol gerakan lidah. Saraf ini dinilai dengan
menyuruh pasien menjulurkan lidah. Nilai adanya deviasi garis tengah, tremor dan
atropi. Jika ada deviasi sekunder terhadap kerusakan saraf, maka akan mengarah pada
b. Diagnosa Keperawatan
a) Resiko perfusi serebral tidak efektif b/d penurunan kinerja ventrikel kiri, tumor
b) Pola napas tidak efektif b/d depresi pusat pernapasan, hambatan upaya napas,
c) Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d spasme jalan napas, disfungsi
gerak
neuromuskuler
32
g) Defisit nutrisi b/d ketidakmampuan menelan makanan
33
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Tn R
Umur : 38 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : D3
No MR : 469862
Penanggung Jawab
Nama : Ny. T
Umur : 33 tahun
Hubungan : Istri
Pekerjaan : Wirausaha
34
3. Alasan Masuk
sebelum dibawa ke RS, keluarga pasien mengatakan pasien tiba-tiba terjatuh dan
tersandar ke lemari saat hendak menuju ke kamar tidur. Keluarga lalu membawa
pasien ke IGD RSAM sekitar pukul 02.00 dini hari, pada saat di IGD pasien sudah
tidak sadar dan mengalami penurunan kesadaran dan pasien mual dan muntah.
Setelah diperiksa oleh dokter di IGD, pasien kemuadian dibawa keruang rawat inap
HCU Neurologi pada pukul 03.00 dini hari, tingkat kesadaran sopor, GCS 5,
kanul 5L.
4. Riwayat Kesehatan
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 1 November 2021 pada jam 19.00
didapatkan data. Terpasang oksigen 5 liter, klien terpasang infus Assering tangan
mengatakan klien masih berusaha berdiri setelah tersandar ke lemari namun sudah
yang sama dan juga belum pernah dirawat di rumah sakit. Klien memiliki riwayat
35
C. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga mengatakan ayah dari klien memiliki penyakit yang sama yaitu
5. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan pemeriksaan pada hari Selasa 3 November 2021 jam 10.00 WIB.
GCS : Sopor E: 1 M: 5 V: 2
Tanda Vital
TD : 182/90 mmHg
Nadi : 84 x/i
Pernafasan : 22 x/i
Suhu : 37,3 C
A. Kepala
a) Rambut
b) Mata
I : Simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis, sclera ikterik, pupil isokor
2/2
c) Hidung
I : Simetris kiri dan kanan, tidak ada secret, tidak ada polip pada hidung
36
d) Telinga
I : simetris kiri dan kanan, mukosa bibir kering, keadaan mulut kotor, gigi
f) Leher
I : simetris kiri dan kanan, tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan kelenjer
thyroid
P : tidak ada nyeri tekan dan vena jugularis teraba, dan tidak teraba
B. Thorax
a) Paru – paru
I : Saat bernafas pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan, klien
P : ICS teraba
P : Terdengar sonor
b) Jantung
I : Dada simetris kiri dan kanan, tidak ada pembengkakan disekitar dada,
37
P : Terdengar pekak / redup
c) Abdomen
P : tidak ada nyeti tekan pada abdomen, tidak ada pembesaran hepar.
P : terdengar timpani
d) Punggung
I : Bentuk punggung simetris kiri dan kanan, warna kulit sawo matang,
e) Ekstermitas
Atas
Bawah
kanan
f) Genetelia
g) Integumen
I : Turgor kulit elastis, warna kulit sawo matang, mukosa kulit lembab
38
h) Pemeriksaan Nervus
kesadaran.
kesadaran.
penurunan kesadaran.
penurunan kesadaran.
39
N IX dan X : Pada saat dilakukan pengkajian pemeriksaan Nervus
kesadaran.
penurunan kesadaran
6. Data Biologi
Tabel 3.1
Porsi 1 porsi
Minum
2 Eliminasi
BAB
40
Kesulitan Tidak ada Padat
Susah
3 BAK
Personal hygiene
5 Mandi
7. Riwayat Alergi
41
Keluarga klien mengatakan kalau klien tidak ada alergi baik makanan dan minuman
8. Data Psykologis
Keluarga klien mengatakan mereka sangat berharap agar suaminya cepat sembuh dan
Klien termasuk ekonomi yang berada, dan hubungan dengan keluarga sangat baik dan
harmonis
Sewaktu sehat klien beribadah shalat 5 waktu sehari semalam, tapi selama sakit klien
1. Pemeriksaan Labor
Tabel 3.2
Pemeriksaan Pemeriksaan
W : 12.0 – 14.0
2 RBC 4.62/UL P : 4.5 -5.5
W : 4.0 – 5.0
2 HCT 37.9% P : 42.0 -52.0
2 W :37.0 – 47.0
2 MCV 82.0FL 79 - 99
2 MCH 29.7 pg 27 – 31
42
2 MCHC 36.1 g/dL 33 – 37
2. CT-Scan
Deskripsi:
intra perenkim melibatkan lobus franto-temparo-panetal kiri, dan basal ganglia kiri
dengan estimasi volume total sekita 62,3 cc tampak pula lesi hiperdens berdensitas
Vertikel lateralis kiri dan vertikal III menyempit dan terdesak ke sisi kanan.
43
Sulci cebri dan fissura sylvi terutama hesmifer kiri menyempit dengan gyri mendatar.
Kesan :
ganglia kiri dengan estimasi volume total sekitar 63,3 cc, disertai pendarahan intra
ventikel latelaris bilateral, vertikel III dan IV edema serebri terutama hemisfer kiri.
3. Thorax AP
Deskripsi :
Kesan :
4. Therapy Pengobatan
44
Tabel 3.3
untuk mengobati
dan mencegah
batuk dan
kesulitan untuk
bernafas
Efek samping
bernafas,
pembengkakan
bibir, lidah,
wajah, bisa
menjadi gatal-
gatal) kejang,
detak jantung
meninggkat atau
muntah berat
2. Inj Citicolin 250 gr 2x500 Fungsi dan
indikasi untuk
mengurangi
kerusakan
45
jaringan otak saat
otak cidera,
melindungi
kerusakan mata
akibat degenarasi
meningkat
kanaliran darah
ke otak dan
oksigen ke otak
Efek samping
insomnia, sakit
kepala, daerah
rendah, mual,
dll
3. IVFD Assering 20 TPM Fungsi dan
indikasi
meningkatkan
kadar kalsium
plasma darah,
bekerja untuk
kondisi saraf,
kontraksi jantung,
46
fungsi jantung
dan ginjal,
meningkatkan
volume darah
4. Paracetamol 500 mg 3x1
Fungsi dan
indikasi
digunakan untuk
mengobati rasa
sakit ringan
hingga sedang,
nyeri
yangdirasakan
juga digunakan
untuk obat
demam
Efek samping
gatal kehilangan
47
nafsu makan,
urine berwarna
gelap,
5. Nicardipine Syring 1 gr
indikasi
digunakan untuk
menurunkan
tekanan darah
pada hipertensi
dengan
menghambat dan
mengendalikan
aliran kalsiun
dan pembuluh
darah.
Efek smaping
bisa terjadi
pusing, mual,
muntah, sakit
mulut kering,
48
49
ANALISA DATA
kesadaran
DO :
kesadaran
- GCS 5, E1V2M2
- KU : Lemah
- TTV
TD : 220/134 mmHg
RR : 28 x/menit
Suhu : 36 oC
- CT-Scan : Perdarahan
50
temporo-parietal kiri dan basal
: Kemampuan penciuman
diri.
c) Nervus Okulomotorius
+/+
51
d) Nervus Trochealis
ke medial
f) Nervus Abdusen (
mengontrol pergerakan
mengerakkan konjungtiva
diri.
memperlihatkan gigi
diri.
h) Nervus Akustikus
52
(pendengaran) : Pasien tidak
sadarkan diri.
diri.
diri.
mototrik yang
mempersarafi otot) :
53
Pasien tidak bisa
ada gerakan.
motorik yang
mempersarafi lidah) :
pasien penurunan
kesadaran.
2 DS : Hambatan upaya Pola napas tidak
mengatakan pasien
kesulitan bernafas
DO :
- Tampak terpasang O2
Nassal kanul 5
liter/menit
- RR : 28 x/menit
- SPO2 : 95%
- Thorax-AP : suspek
adekuat)
3 DS : Ketidakmampuan Resiko Defisit
- Keluarga mengatakan
DO :
dalam menelan
NGT
55
Pasien tidak dapat
menggerakkan rahang
sadarkan diri.
b) Nervus Glosofaringeus
motorik yang
mempersarafi lidah) :
pasien penurunan
56
kesadaran.
4 DS : Penurunan Gangguan
kanan
DO :
- Pengkajian tingkat
ketergantungan klien
mengalami ketergantungan
ketergantungan total.
57
- KU : Lemah
kesadaran
- GCS : E1V2M2
a) Nervus Aksesorius :
- Kekuatan otot
0000 1111
0000 1111
58
5 DS : Gangguan Defisit perawatan
oleh keluarga
DO :
- Pengkajian tingkat
ketergantungan klien
mengalami ketergantungan
ketergantungan total.
59
personal hygine sendiri
kesadaran
dibantu keluarga
6. DS: Proses Hipertermi
tinggi Nekrosis
- S = 39 °C perubahan
daerah anterior
hipotalamus
Diagnosa Keperawatan
a. Resiko perfusi serebral tidak efektif b/d infark pada jaringan otak dan
60
Hipertensi
d. Gangguan mobilitas fisik b/d penurunan kekuatan otot dan massa otot
61
No Diagnosa Luaran Intervensi
1 Resiko Perfusi Serebral Tidak Setelah dilakukan tindakan keperaawatan Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial
Efektif b/d infark pada jaringan 3x24 jam, diharapkan perfusi serebral Observasi :
membaik
Terapeutik
- Kesadaran membaik
1. Minimalkan stimulus dengan menyediakan
- Tekanan darah sistolik dan diastolik
lingkungan yang tenang
membaik
2. Berikan posisi semi fowler
- Refleks saraf membaik
3. Cegah terjadinya kejang
Kolaborasi
jika perlu
62
2. Kolaborasi pemberian diuretik osmosis, jika
perlu
Intervensi Keperawatan
Tabel 3.5
Pemantauan Neurologis
Observasi :
reaktifitas pupil.
Terapeutik
jika perlu
tekanan intrakranial
kondisi pasien
Edukasi
64
- Dispnea menurun 2. Monitor bunyi napas tambahan(mis: wheezing)
65
1. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan
detik
6. Berikan oksigen
Edukasi
Kolaborasi
Pemantauan Respirasi
66
Observasi :
upaya napas
Terapeutik
5. Berikan oksigenasi
67
3 Defisit Nutrisi b/d Setelah dilakukan tindakan keperaawatan Manajemen nutrisi
Terapeutik
sesuai
protein
Edukasi
Kolaborasi
dibutuhkan
69
Terapi Menelan
Observasi :
dan meludah
Terapeutik :
5. Posisikan duduk
mulut
memberikan makanan
Kolaborasi :
penurunan kekuatan otot dan 3x24 jam, diharapkan mobilitas fisik Observasi :
Kriteria Hasil :
71
- Rentang gerak (ROM) meningkat sendi
latihan
latihan bersama
Edukasi :
toleransi
Kolaborasi :
latihan
73
5 Defisit Perawatan Diri b/d Setelah dilakukan tindakan keperaawatan Dukungan Perawatan Diri
Edukasi :
74
1. Anjurkan melakukan perawatan diri secara
6. Hipertermi b/d proses penyakit Setelah dilakukan tindakan keperaawatan Manajemen hipertermia
75
Implementasi Keperawatan
Tabel 3.5
Jam
1 Resiko perfusi Serebral Selasa, 1. Mengidentifikasi 13.00 S:
Tidak Efektif b/d infark 2/11/2021 penyebab peningkatan - Keluarga klien mengatakan
pada jaringan otak dan Jam : 09.00 TIK (mis. Lesi, edema klien belum sadar
hipertensi serebral) O:
76
3. Memonitor pernapasan - TTV
- Intake : 750 cc
- Output : 500 cc
kanul 5L
A : Resiko perfusi
serebral tidakefektif
7. Mencegah terjadinya
77
kejang P:
tubuh normal
kesadaran menurun)
- Memonitor pernapasan
cairan
- Meminimalkan stimulus
dengan menyediakan
derajat
normal
79
- Berkolaborasi dalam
pemberian obat :
Inj. Citicolin
Inj.mecobolamin
Inj.kalnex
Inj.manitol
2. Pola napas tidak efektif Selasa, 1. Memonitor frekuensi, 13.00 S:
b/d hambatan upaya napas 02/11/2021 irama, kedalaman dan - Keluarga pasien mengatakan
2. Memonitor adanya
O:
sputum
- Tampak terpasang O2 Nasal
3. Memonitor bunyi napas
kanul 5 liter/menit
tambahan
- Posisi kepala tampak elevasi
4. Mempertahankan
30 derajat
kepatenan jalan napas
- Tampak pasien penurunan
80
6. Mengelevasi kepala 30 kesadaran
derajat - RR : 28 x/menit
cardiomegali
81
A:
P:
Intervensi dilanjutkan
tambahan
- Mempertahankan kepatenan
jalan napas
- Mengelevasi kepala 30
derajat
- Memberikan minuman
hangat
82
- Melakukan pengisapan lendir
- Memberikan oksigenasi
3 Defisit Nutrisi b/d Selasa, 1. Memantau tingkat 13.00 S:
NGT O:
83
melalui oral kepada klien - Klien makan dan minum
A:
- Defisit nutrisi
P:
Intervensi dilanjutkan
Asering 20 tpm
4 Gangguan Mobilitas Fisik Selasa, 1. Mengkaji kemampuan 13.00 S:
b/d penurunan kekuatan 02/11/2021 klien dalam mobilisasi - Keluarga mengatakan klien
otot dan massa otot Jam : 09.00 2. Mendampingi dan bantu mengalami kelemahan
85
keluarga proses semua aktivitas klien dibantu oleh
berpindah keluarga
derajat O:
teknik ambulasi
jam sekali
perawat.
87
jam
A:
P:
Intervensi dilanjutkan
dalam mobilisasi
- Pertahankan teknik
berpindah/ambulasi dan
ROM
jam sekali
88
5 Defisit Perawatan Diri b/d Selasa, 1. Memonitor kemampuan 13.00 S:
dan kelemahan Jam : 09.00 diri yang mandiri semua aktivitas klien dibantu
A:
89
- Gangguan defisit perawatan
diri
90
P:
Intervensi dilanjutkan
mandiri
makanan
membantu melakukan
91
yang dimiliki
6. Hipertermi b/d proses penyakit Selasa, 1. Mengidentifikasi 13.00 S : - keluarga pasien
nasal kanul 5L
infus
92
Rabu, 03 November 2021
Jam
1 Resiko perfusi Serebral Rabu, 1. Mengidentifikasi 10.15 S:-
93
5. Meminimalkan stimulus - Output : 250 cc
6. Mengelevasi kepala 30 A:
kejang
8. Mempertahankan suhu P:
- Mengidentifikasi penyebab
94
9. Berkolaborasi dalam edema serebral)
- Memonitor pernapasan
cairan
- Meminimalkan stimulus
dengan menyediakan
- Mengelevasi kepala 30
derajat
normal
- Berkolaborasi dalam
pemberian obat :
Inj. Citicolin
Inj.herbeser
Inj.kalnex
Inj.manitol
2. Pola napas tidak efektif Rabu, 1. Memonitor frekuensi, 10.15 S:-
96
Jam : 08.30 upaya napas O:
sputum kanul
tambahan kesadaran
derajat 30 derajat
8. Memberikan oksigenasi P:
97
Nasal kanul 5 Intervensi dilanjutkan
tambahan
- Mempertahankan kepatenan
98
jalan napas
- Mengelevasi kepala 30
derajat
- Memberikan minuman
hangat
- Memberikan oksigenasi
Nasal kanul 5
Liter/menit
3 Defisit Nutrisi b/d Rabu, 1. Memantau tingkat 13.00 S:
NGT O:
99
dan minum melalui - Klien masih kesulitan dalam
NGT menelan
A:
100
- Defisit nutrisi
P:
Intervensi dilanjutkan
- Mengajarkan keluarga
101
4 Gangguan Mobilitas Fisik Rabu, 1. Mengkaji kemampuan 13.00 S:
b/d penurunan kekuatan 03/11/2021 klien dalam mobilisasi - Keluarga mengatakan klien
otot dan massa otot Jam : 09.00 2. Mendampingi dan dilakukan mika miki dan
3. Melakukan mika-miki
102
dengan posisi semi miki tiap 2 jam sekali dengan
jam sekali
jam
A:
P:
Intervensi dilanjutkan
- Pertahankan teknik
berpindah/ambulasi dan
ROM
jam sekali
5 Defisit Perawatan Diri b/d Rabu, 1. Memonitor kemampuan 13.00 S:
104
tiap pagi - Klien tampak bersih dan rapi
3. Memonitor kebutuhan A:
diri, berpakaian, P:
membantu melakukan
dimiliki
106
Kamis, 04 November 2021
Jam
1 Resiko Perfusi Serebral Kamis, 1. Mengidentifikasi 10.15 S:
Tidak Efektif b/d infark 04/11/2021 penyebab peningkatan - Keluarga mengatakan klien
pada jaringan otak dan Jam : 08.20 TIK (mis. Lesi, edema masih belum sadar
hipertensi serebral)
O:
2. Memonitor tanda/gejala
- Klien tampak masih
peningkatan TIK
tidak sadar
(Tekanan darah
- Klien sesekali mengeluarkan
meningkat, bradikardi,
suara mengerang tidak jelas
pola napas ireguler,
- GCS 5, M2E1V2
kesadaran menurun)
- Klien bedrest total
3. Memonitor pernapasan
- TTV
4. Memonitor intake dan
TD : 180/120 mmHg
107
output cairan Nadi : 102x/menit
kejang kanul 4L
8. Mempertahankan suhu
tubuh normal
108
9. Berkolaborasi dalam A:
Inj.citicolin efektif
Inj. nicardipin
Inj. Kalnex P:
- Mengidentifikasi penyebab
edema serebral)
- Memonitor tanda/gejala
kesadaran menurun)
- Memonitor pernapasan
109
- Memonitor intake dan output
cairan
- Meminimalkan stimulus
dengan menyediakan
- Mengelevasi kepala 30
derajat
normal
110
- Berkolaborasi dalam
pemberian obat :
Inj. Citicolin
Inj. nicardipin
Inj.kalnex
Inj.manitol
2. Pola napas tidak efektif Kamis, 1. Memonitor frekuensi, 10.15 S:-
111
5. Mengelevasi kepala 30 elevasi 30 derajat
derajat A:
hangat P:
tambahan
112
- Mempertahankan kepatenan
jalan napas
- Mengelevasi kepala 30
derajat
- Memberikan minuman
hangat
- Melakukan pengisapan
- Memberikan oksigenasi
Nasal kanul 4
Liter/menit
3 Defisit Nutrisi b/d Kamis, 1. Memantau tingkat 13.00 S:-
113
NGT - Klien masih kesulitan dalam
5. Mengajarkan keluarga A:
114
- Memantau tingkat kesadaran
- Mengajarkan keluarga
tiap 2 jam
115
4. Mengajarkan klien dan
- Indeks ADL Barthel
keluarga proses
(ketergantungan total = 0)
berpindah
- Klien tampak terbaring
(ambulasi/mika miki)
lemah
5. Melakukan latihan
- tampak memposisikan mika
ROM
miki tiap 2 jam sekali dengan
6. Mengajarkan ROM
teknik ambulasi di bantu oleh
pasif (libatkan
perawat dan keluarga
keluarga)
- melakukan latihan ROM 2
7. Memposisikan klien
jam sekali
dengan posisi semi
- Klien bedrest total
fowler
- Semua aktifitas klien tampak
8. Mengubah posisi klien
116
minimal setiap 2 jam dibantu oleh keluarga
jam
A:
P:
Intervensi dilanjutkan
dalam mobilisasi
- Pertahankan teknik
berpindah/ambulasi dan
ROM
jam sekali
5 Defisit Perawatan Diri b/d Kamis, 1. Memonitor kemampuan 13.00 S:-
117
gangguan neuromuskuler 04/11/2021 klien untuk perawatan
O:
dan kelemahan Jam : 09.00 diri yang mandiri
- Klien tidak bisa melakukan
2. Memonitor kebutuhan
aktivitas secara mandiri
klien untuk alat-alat
- Melakukan personal hygine
bantu untuk kebersihan
dan oral hygine
diri, berpakaian, berhias,
- Membantu klien dalam
toileting dan makanan
berhias dan berpakian
3. Melakukan personal
- Klien tampak bersih dan rapi
hygine dan oral hygine
A:
4. Mendorong keluarga
- Gangguan defisit perawatan
untuk membantu
diri
melakukan aktivitas
P:
sehari-hari yang normal
118
sesuai kemampuan yang Intervensi dilanjutkan
mandiri
makanan
membantu melakukan
yang dimiliki
119
6. Hipertermi b/d proses penyakit Kamis, 04/11/2021 1. Mengidentifikasi 13.00 S : - keluarga pasien
(infeksi) dd perdarahan serebral Jam : 09.00 penyebab hipertermi mengatakan pasien tidak
2. Memonitor suhu tubuh
menggigil lagi
3. Memonitor intake dan
O: - pasien tampak tidak
output
kejang dan menggigil lagi
4. Melepaskan selimut
- kulit pasien tampak tidak
pasien
kemerahan lagi
5. Menganjurkan
- S=36,7 N=95x/i P= 20x/i
keluarga memberikan
nasal kanul 5L
pemberian obat
Paracetamol infus
120
BAB IV
PEMBAHASAN
dibahas tentang kesenjangan antara bahasan teoritis dengan kenyataan yang ditemukan
pada pasien dilapangan terhadap Tn. R dengan diagnosa Stroke haemorragik di Ruangan
Neurologi RSUD. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2021. Dibagi lima sub pembahasan
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal proses keperawatan dan merupakan suatu proses
yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi
dan mengidentifikasi status kesehatan pasien (Potter dan Perry, 2005). Dari hasil
pengkajian, terdapat beberapa kesamaan antara tanda dan gejala pada pasien dengan
Stroke haemorragik. Hal ini sesuai dengan pengkajian kelompok kepada pasien pada
tanggal 1 November 2021, pukul 19.00 WIB. Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 1
November 2021 pada jam 19.00 pada saat pasien sampai diruangan HCU neurologi
didapatkan data, pasien terpasang oksigen 5 liter, klien terpasang infus Assering tangan
sebelah kanan, klien terpasang kateter dan terpasang monitor. Keluarga mengatakan klien
121
masih berusaha berdiri setelah tersandar ke lemari namun sudah nampak lemah tangan
perdarahan dan kemungkinan meningkatan TIK, maka tindakan yang diberikan sampai di
ruangan adalah atur posisi pasien supin atau terlentang dengan kepala sama datar untuk
mengurangi perdarahan intra serebral, dan diberikan oksigen NRM 10 Liter di HCU
Neurologi.
pemeriksaan. Hasil rontgent PA Suspek kardiomegali DD/ posisi (ec. Inspritasi kurang
adekuat). Tidak tampak kelainan radiologis pada paru. Hasil dari CT scan didapatkan
kesan Pendarahan intra perenkim multifokal lobus fronto-temporo-pariental kiri dan basal
ganglia kiri dengan estimasi volume total sekitar 63,3 cc, disertai pendarahan intra
ventikel latelaris bilateral, vertikel III dan IV edema serebri terutama hemisfer kiri.
Kemudian kondisi pasien semakin menurun dan dokter memutuskan untuk dilakukan
2. Diagnosa Keperawatan
potensial dan resiko klien terhadap masalah kesehatan dan perawat mempunyai izin dan
berkompeten untuk mengatasinya. Respon actual dan potensial klien didapatkan dari data
dasar pengkajian , tinjauan literatur yang berkaitan, catatan medis klien dimasa lalu yang
122
Secara teoritis diagnosa keperawatan yang muncul dengan klien Stroke Haemorragik
adalah sebagai berikut, Menurut SDKI (2016), diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
antara lain :
1) Resiko perfusi jaringan serebral tidak efektif b.d infark jaringan otak,
hipertensi
kesadaran
komunikasi
makanan
kekuatan otot
123
Dari 8 diagnosa keperawatan primer dan 4 diagnosa pengkajian sekunder
yang ada di teoritis tidak seluruhnya sesuai dengan kenyataan yang kelompok
temukan di lapangan, dari hasil pengkajian yang telah kelompok kumpulkan mulai
keperawatan pada primer dan 2 diagnosa keperawatan pada sekunder pada Tn. R
yaitu:
1) Resiko perfusi jaringan serebral tidak efektif b.d infark jaringan otak,
hipertensi
2) Pola nafas tidak efektif b.d penekanan saluran nafas, hambatan upaya
nafas
kekuatan otot
diagnosa dengan Resiko perfusi jaringan serebral tidak efektif b.d infark jaringan
otak, hipertensi d.d terdapat peningkatan TIK dan hasil scaning terjadinya perdarahan
serebral, Pola nafas tidak efektif b.d penekanan saluran nafas, hambatan upaya nafas d.d
pernapasan dyspnea, retraksi dinding dada tidak simetris, Gangguan mobilitas fisik b.d
gangguan neuromuskular dan penurunan kekuatan otot d.d tirah baring, Defisit
124
perawatan diri b.d kelemahan anggota gerak d.dtirah baring, Karena saat pengkajian
didapatkan diagnosa pasien yang sesuai dengan standar diagnosa keperawatan indonesia
(SDKI), begitu pula dengan diagnosa – diagnosa lainnya yang terdapat dalam buku SDKI.
3. Intervensi Keperawatan
tujuan yang terpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan dan ditetapkan sehingga
perencanaan keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Potter dan Perry, 2005).
berkolaborasi dengan dokter, juga berkolaborasi dengan perawat lain. Hasil yang
kesehatan lain yang mencakup 4 elemen yaitu observasi, tindakan keperawatan mandiri,
4. Implementasi keperawatan
membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih
implementasi adalah :
b. Adanya kerjasama yang baik dengan perawat ruangan dan tim kesehatan lainnya.
125
5. Evaluasi
seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan penatalaksanaan yang sudah
Evaluasi dari hasil asuhan keperawatan yang dilaksanakan saat di ruangan Neurologi,
efektif b.d infark jaringan otak, hipertensi. Karena pada saat pengkajian pada hari
pertama, terdapat penurunan kesadaran dan hasil CT scannya terjadinya perdarahn serebral.
Begitu juga dengan Pola nafas tidak efektif b.d penekanan saluran nafas, hambatan upaya
nafas d.d pernapasan dyspnea, retraksi dinding dada tidak simetris, Gangguan mobilitas fisik
b.d gangguan neuromuskular dan penurunan kekuatan otot d.d tirah baring, Defisit
126
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
sebagai berikut: Dalam pengkajian Tn. R. Dengan Stroke Hemorogik, pada pengkajian pada hari
Senin tanggal 01- 11-2021 jam 19:00 Wib pada klien Tn.R, di Ruang Rawat Inap Neurologi
RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi di dapatkan data, keluarga klien mengatakan klien tidak
sadarkan diri, klien mengalami penurunan kesadaran, klien mual muntah, klien terpasang oksigen
4 liter, klien terpasang infus Assering tangan sebelah kanan,dan klien terpasang kateter. Klien
terpasang monitor. GCS:Sopor 9 (E:2 V:2 M:5). BB/TB:83 kg/165 cm.Tanda Vital Suhu: 36˚C
Pernafasan :28 x/INadi : 100 x/I TD : 220/134 mmHg . Kemudian pasien dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut untuk penunjang dalam pemeriksaan. Hasil rontgent thorax 1 November 2021
didapatkan kesan Suspek kardiomegali DD/posisi (ec. Inspitrasi kurang adekuat). Tidak tampak
kelainan radiologis pada paru. Hasil dari CT scan 1 November 2021 didapatkan kesan perdarahan
intra parankim multifokal melibatkan lobus fronto-temporo-paristal kiri dan basal ganglia kiri
dengan estimasi volume total sekitar 62,3 cc disertai perdarahan intra ventrikel lateralis bilateral,
vertikel III dan IV. Hermisi subfalcine ke kanan sejauh 0,5 cm, Edema cerebri terutama hemisfer
kiri. kemudian dokter memutuskan untuk dilakukan tindakan operasi pada tanggal ………….,
pasien masuk ruangan operasi pukul ………. WIB. Diagnosa keperawatan yang mungkin
terdapat pada klien dengan Dengan Stroke Hemorogik dapat kelompok temukan semua. Sesuai
dengan data yang didapat penulis pada saat pengkajian, ditemukan 6 diagnosa yang dapat
127
a. Berdasarkan Pengkajian Primer
1) Resiko perfusi jaringan serebral tidak efektif b.d infark jaringan otak,hipertensi
2) Pola nafas tidak efektif b.d penekanan saluran nafas, hambatan upaya nafas
kekuatan otot
klien serta kesanggupan keluarga dalam kerjasama. Dalam melakukan perawatan pada klien
dengan Stroke Hemorogile, kelompok telah berusaha melaksanakan tindakan keperawatan sesuai
rencana keperawatan dan ditujukan untuk mencegah masalah yang diderita klien. Kesulitan yang
ditemui saat pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien adalah terbatasnya waktu, namun
masih terdapat diagnosa keperawtan yang belum teratasi. Selain itu pemberi asuhan keperawatan
128
5.2 Saran
yang menjadi fasilitas bagi mahasiswa untuk 86 mengembangkan ilmu pengetahuan dan
keluarga sehingga asuhan keperawatan dapat tercapai sesuai tujuan dan memberikan
3. Bagi Perawat
penyembuhan pasien.
129
DAFTAR PUSTAKA
Adib, M.,2009. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi Jantung, danStroke.
Aru W, Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V.Jakarta: Interna
Publishing.
Badan pusat statistic, (2013, juli) bps. go. Id. [online], http:// sp 2010. Bps. go. Id /index.
Brunner & suddarth. (2013). Keperawatan Medikal – Bedah Edisi 12 . Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Rico JS, Suharyo H, dan Endang K. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian
130
Susilo, Hendro. 2007. Simposium Stroke, Patofisiologi Dan Penanganan Stroke, Suatu
Pendekatan Baru. Bangkalan. Tarwoto, Wartonah, Eros SS. 2013. Keperawatan Medikal
Bedah Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta : CV. Sagung Seto. Yayasan Stroke
131