Anda di halaman 1dari 40

AIRWAY MANAGEMENT

DI AREA CRITICAL CARE

Rochiati, S.Kep,Ns., M.Kes

1
Ns. Rochiati, S.Kep., M.Kes
Tanggal Lahir : Surabaya, 17 Mei 1972
No Telepon : 081703501466
Alamat email :rochiati@gmail.com

Pendidikan Terakhir
S1 Keperawatan, Ners, Universitas Airlangga Surabaya, 2008
S2 Manajemen Administrasi Rumah Sakit, FKM, Universitas Airlangga Surabaya, 2018

Organisasi Pekerjaan
Hipercci Jatim 1991 – 1994 perawat kamar bedah RS William Booth Sby
PERSI Jatim Div Kep 1994 – 2004 perawat pelaksana di ICU RS Darmo Sby
KARS : Surveior Keperawatan 2004 – 2013 Kepala Instalasi ICU RS Darmo Sby
2013 – 2014 Ka Instalasi Rawat Inap dan Kasie Etik Keperawatan
2014 – sekarang Kepala Bidang Keperawatan dan Kebidanan
OUTLINE

Pendahuluan

Pengkajian jalan nafas

Pembebasan jalan nafas tanpa alat

Pembebasan jalan nafas dengan alat


3
Tujuan :
Pengelolaan jalan nafas adalah 1. Menjamin kecukupan oksigenisasi dan
upaya atau tindakan yang
ventilasi yang efektif
dilakukan untuk membebaskan
jalan nafas agar terjaminnya 2. Mencegah aspirasi lambung
pertukaran gas secara normal 3. Memungkinkan penghisapan lendir
baik dengan manual maupun
dengan alat dengan tetap 4. Pemberian oksigen konsentrasi tinggi
memperhatikan kontrol servikal 5. Pemberian tekanan positif pada jalan
nafas
4
5
PENGELOLAAN JALAN NAFAS

Memahami Memberi
Pemeriksaan tanda Membebaskan oksigen Memberikan
jalan nafas kegawatan jalan nafas tambahan bantuan nafas
jalan nafas

6
7
PENGKAJIAN JALAN NAFAS

Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi

Apakah jalan nafas terbuka


Apakah ada sumbatan jalan nafas
Apakah masih ada nafas 8

Apakah jalan nafas adekuat


PENGKAJIAN JALAN NAFAS

Subyektif : Inspeksi :
Batuk tidak efektif
Palpasi : Perkusi : Auskultasi :
Dispnea Obstruksi jalan nafas Tachicardia Suara redup Suara nafas
Sulit bicara Sputum berlebih
Bradikardi Friksion rub tambahan :
Orthopnoe Penggunaan otot bantu mengi, ronkhi,
Pengembangan dada Perfusi dingin , stridor, snoring,
Pusing basah
Pola nafas abnormal gurgling
Penglihatan kabur Bicara tidak normal
Nafas tidak teratur
Pergeseran Bunyi nafas
Lelah deviasi trachea
Takut alat rusak
Gelisah Frekuensi nafas
Sianosis Adakah + 9
Nafas cuping hidung hembusan nafas TTV dan hasil
Kesadaran menurun
pemeriksaan
L = LOOK
LIHAT GERAKAN NAFAS ATAU PENILAIAN
PENGEMBANGAN DADA, ADANYA JALAN NAFAS
RETRAKSI SELA IGA, WARNA
MUKOSA/KULIT DAN KESADARAN

L = LISTEN
DENGAR ALIRAN UDARA PERNAFASAN

F = FEEL
RASAKAN ADANYA ALIRAN UDARA
PERNAFASAN DENGAN
MENGGUNAKAN PIPI PENOLONG 10
Intervensi Keperawatan
Masalah Keperawatan Kategori Fisiologis
Kategori Fisiologis sub Kategori : Respirasi
sub Kategori : Respirasi
Manajemen jalan nafas
Bersihan jalan nafas tidak efektif
Latihan batuk efektif
Gangguan pertukaran gas
Pemantauan respirasi

Gangguan ventilasi spontan


Terapi Oksigen

Pola Nafas tidak efektif Dukungan ventilasi

11
Risiko aspirasi Pencegahan aspirasi
Membuka
Jalan Nafas
Pemasangan
Suctioning Oropharynx airway
Cross finger /
finger swab
Membersihkan Pemasangan
Jalan Nafas Nasopharynx airway

Pemasangan LMA
Dengan
Tanpa Alat Bantu
Alat Bantu
Pemasangan
Endotracheal tube
Mempertahankan
Jalan Nafas Crycothyrotomy
Head tilt
Jaw Trust
Chin Lift
12

Tracheostomy
Membuka Jalan Nafas

Teknik Cross Finger yaitu dengan


menggunakan ibu jari dan jari
telunjuk yang disilangkan dan
menekan gigi atas dan bawah.

Pembersihan manual Sumbatan


jalan nafas dengan sapuan jari/
finger swab
13
MENDENGKUR(SNORING)
• Sumbatan pangkal lidah.
• Jenis sumbatan partial
• Cara mengatasi : chin lift, jaw thrust, pemasangan orofaringeal
airway / nasofaringeal airway, pemasangan ett
• Pada orang normal : dibangunkan , rubah posisi miring

BERKUMUR (GARGLING))
• Terdapat cairan di daerah orofaring / hipofaring.
• Cara mengatasi : memiringkan pasien , pengisapan / suction.

STRIDOR (CROWING)
• Sumbatan di plika vokalis karena benda padat, oedema laring
• Tanda: tracheal tug, see saw
• Cara mengatasi :
• Spasme → muscle relaxant 14

• Oedema → dexamethasone/ broncodilator


• Cricotirotomi, trakeostomi.
Gambaran Sumbatan Jalan Nafas
Jalan nafas Jalan nafas tersumbat Jalan nafas tersumbat Jalan nafas
bebas Partial ringan Partial berat Tersumbat total

Gerakan nafas +++ ++ + -

Suara nafas +++ ++ + -


(Suara tambah kendor) (Suara tambah
melengking)
Hawa Nafas +++ ++ + -

15
Sumbatan Jalan Napas Bagian Atas Karena Tersedak
( Chocking )
Dapat digunakan teknik manual thrust

Abdominal Trust Back Blow Chest Trust

16
Mempertahankan Jalan Nafas

Head tilt Chin lift Jaw Thrust


Posisi Normal Telapak tangan Jari telunjuk dan tengah Dorong ramus mandibula ke depan
menekan dahi, menahan tulang dagu, sehingga barisan gigi bawah
pertahankan tahan dan angkat sedikit kedepan

Triple Manouver Airway


BODY
• Miringkan pasien ke kanan / kiri POSITION
untuk mempertahankan patensi
jalan nafas tetap terbuka dan memudahkan cairan / muntahan
mengalir keluar
• Tindakan ini dilakukan bila tidak ada kemungkinan spinal injury
• Jika dicurigai spinal injury harus menggunakan alat penyangga leher
(collar neck)

18
Mempertahankan Jalan Nafas

Oropharyngeal Laryngeal Mask Crycothyrotomy


air way Airway

Nasopharingeal Endotracheal Tracheostomy


airway intubation
19
Tujuan: Nama lain : mayo, guedel, OPA
1. Membebaskan jalan nafas
2. Mempermudah akses untuk suctioning
3. Mencegah endotrakheal tergigit pasien

➢ Jangan dipasang pada pasien sadar


➢ Jangan dipasang jika refleks muntah atau reflek menelan masih ada
➢ Pasang OPA sesuai dengan ukuran Cara mengukur: dari ujung
bibir sampai ramus mandibula

20
1. Buka mulut pasien (chin lift / dengan alat).
2. Siapkan pipa oropharynx sesuai ukurannya
3. Basahi / beri pelumas agar licin
4. Bersihkan rongga mulut dari material yang mengganggu
(darah, muntahan, secret) → suction
5. Masukkan OPA kedalam rongga mulut, arahkan lengkungan
kearah langit-langit (ke palatal) sampai masuk separuh
bagian OPA
6. Putar searah jarum jam 180 lengkungan mengarah ke arah
bawah hingga lengkungan pipa menjadi searah dan dapat
menyusuri langit-langit
7. Dorong pelan dan hati-hati sampai posisi pada ronggo
oropharynx (OPA menopang pangkal lidah)
8. Tempatkan bagian keras OPA berada dibagian pangkal
diantara barisan gigi atas dan bawah
21
9. Cek lihat, dengar dan raba nafas
• Tube → tanpa cuff
• Bahan : plastik atau karet yang soft (lunak)
• Dipilih bila insersi oropharingeal → sulit
(trimus, trauma masif di mulut, interdentall wiring)
• Tidak merangsang muntah
• Hati-hati pasien dengan curiga fr. basis cranii

Ukuran dewasa : large 8 - 9 Jari kelingking


Medium 7 - 8 kanan pasien
Small 6-7
Cara mengukur:
dari ujung hidung sampai ujung daun telinga (pangkal
telinga)
Komplikasi :
• Masuk oesophagus → distensi gaster
• Laryngospasm dan muntah 22

• Perdarahan hidung
1. Posisi pasien terlentang
2. Nilai lubang hidung, septum nasi,
3. Pilih ukuran yang tepat
4. Pakai sarung tangan
5. Beri jelly pada ujung pipa
6. Perhatikan kelengkungan tube yang menghadap
kearah depan (bevel), irisan menghadap
septum, ujung diarahkan telinga
7. Dorong pelan-pelan arah tegak lurus hingga
seluruhnya masuk ke nasopharynx, lalu pasang
plester (kalau perlu)
8. Cek, Pastikan kondisi jalan nafas telah bebas 23
adalah usaha
mengamankan jalan nafas dengan
cara memasukkan pipa
endotracheal (ETT) ke dalam
trachea dengan bantuan tindakan
laringoskopi

adalah tindakan
untuk memvisualisasi laring dan pita
suara dengan menggunakan alat
laringskop 24
Keuntungan :
• Perlindungan airway lebih adekuat → airway lebih paten, risiko
aspirasi lebih rendah,
• Memungkinkan “ clearing airway “ lebih adekuat
• Memungkinkan pemberian O2 dengan konsentrasi tinggi
• Bantuan ventilasi lebih adekuat ( volume tidak terkontrol )
• Dapat sebagai salah satu pilihan rute pemberian obat-obatan

25
• Pasien henti jantung dan sedang dilakukan
kompresi jantung luar
• Pasien-pasien sadar namun ventilasi yang
tidak adekkuat ; PPOK, GBS ➢Ventilasi tidak adekuat
➢Oksigenasi tidak
• Melindungi airway : koma, arefleksia,
adekuat
henti jantung
➢Proteksi jalan nafas
• Tidak dapat diventilasi dengan adekuat
dengan cara-cara yang konvensional pada
pasien-pasien yang tidak sadar
26
Metode
S.T.A.T.I.C.S

Tambahan lainnya: APD, ST steril, box intubasi, bantal Kepala, Obat-obatan, Trolley
27

emergency, DC Shock, Monitor, Notes


PERSIAPAN PERALATAN INTUBASI

28
Laringoskop
Hal yang harus diperhatikan
• Pahami berbagai jenis laringoskop
• Pastikan lampu laringoskop menyala terang (putih)
• Pastikan lampu blade terpasang dengan erat

29
Endotracheal tube :

Tubes
– pipa terbuka dikedua ujungnya
– bagian proximal → konektor
– bagian distal→ cuff yg dapat dikembangkan
melalui “ one way inflating valve “
– Ukuran :
Endotracheal tube adalah alat yang wanita → 6,5 – 7 – 7,5
dapat mengisolasi jalan nafas, laki-laki → 7 – 7,5 – 8
mempertahankan patensi, mencegah anak2 → (usia dalam tahun :4) +4
– Cara mengukur manual: Gunakan ukuran jari
aspirasi serta mempermudah ventilasi, kelingking pasien
oksigenasi dan pengisapan. – Sesuai dengan ID ( Internal Diameter )
– Saat sudah intubasi → tempat yg tepat : 20-
22 cm ( tanda ETT)

30
Introducer
• Introducer yang dimaksud adalah mandrin atau stilet dari kawat yang dibungkus
plastik (kabell) yang mudah dibengkokkan untuk digunakan sebagai pemandu
(guide) supaya pipa trachea mudah dimasukkan.
• Untuk reintubasi dapat digunakan bougie
• Gunakan lubrikasi.
• Perhatian bagian ujung dan pangkal.

31
Team work

32
Mencegah Penyulit Saat Intubasi

1. Intubasi dilakukan oleh profesional terlatih


2. Alat-alat intubasi lengkap
3. Intubasi dilakukan <30 detik , bila intubasi gagal, lakukan ventilasi
dan oksigenasi ulang
4. Dibantu dengan BURP manuver → penekanan pada tulang kartilago
(Back Up Right Pressure) untuk membantu mempermudah visualisasi
plica vocalis

33
Tekhnik Intubasi
1. Oksigenasi dan ventilasi
2. Buka mulut pasien
3. Pegang laryngoscope dengan tangan kiri
4. Atur sniffing position → kepala penderita 3 aksis (mulut,
pharynx, trachea)
5. Masukkan laringoskop melalui sudut kanan bibir, lalu
kearah tengah sambil mendorong lidah kearah kiri.
6. Angkat blade, arah tegak lurus, hingga terlihat farinx
posterior, letakkan ujung blade pada vallecula, dan angkat
sesuai aksis gagang
7. Tube dimasukkan sepanjang blade ke dalam trachea
hingga 2 sd 3 cm melewati pita suara. Garis hitam pada
bagian ujung ETT berada pada pas pita suara.
8. Kembangkan cuff
9. Sambung konektor ETT dengan ambu bag
10. Evaluasi suara nafas
11. Pasang OPA 34

12. Fiksasi ETT dengan plester


Tekhnik Breathing

Perhatian proteksi era


pandemic:

Siapkan face mask


yang sesuai dengan
ukuran pasien

Ventilasi lakukan
dengan 2 orang

Pasang bacterial
filter 35
KOMPLIKASI INTUBASI
1. Hipoksia
2. Trauma
3. Muntah, aspirasi isi lambung FOCUS
4. Hipertensi MONITORING
DURANTE
5. Disritmia jantung
INTUBATION
6. Intubasi satu paru
7. Intubasi esofagus
8. Cardiac arrest akibat fagal reflex 36
Perawatan Pasien dengan Intubasi
1. Fiksasi harus baik Monitoring
2. Batas masuknya ETT ditandai di ujung 1. Observasi tanda – tanda vital & suara paru
mulut / hidung. 2. Observasi terjadinya emphisema cutis
3. Gunakan oropharynx pada pasien 3. Monitor balance cairan, waspada kondisi dehidrasi
yang tidak kooperatif
4. Lakukan fisioterapi nafas tiap 4 jam
4. Jangan memasang plester pada
oropharynx 5. Jaga patensi jalan nafas
5. Hati – hati waktu merubah posisi pasien 6. Lakukan suction setiap fisioterapi nafas & bila ada
secret
6. Jaga kebersihan mulut dan hidung
7. Dokumentasikan dengan benar setiap perubahan dan
7. Humidifikasi yang adekuat dan perkembangan kondisi pasien
gunakan humidifier hangat
8. Pantau tekanan balon
Kolaborasi :
9. Air dalam water trap harus sering
dibuang 1. Cek blood gas serial
10. Gunakan filter bacterial antara tube 2. Foto thorax setelah intubasi & serial
pasien dengan alat 37
Suctioning

➢ 2 orang penolong ➢ 1 orang penolong


➢ Disposable cateter ➢ Cateter non disposible
➢ Lepas pasang tubing ventilator ➢ Tidak lepas dari ventilator

38
TAKE HOME MESSAGE
1. Lakukan proses asuhan keperawatan dengan benar pada pasien dengan gangguan
jalan nafas dengan menjalankan interkolaborasi profesional yang baik
2. Kemampuan perawat secara profesional meliputi knowledge , skill dan attitude
berpengaruh terhadap tingkat kesembuhan pasien di area keperawatan critical care
3. Keterlambatan dan kegagalan penanganan kegawatan jalan nafas berakibat
kecacatan seumur hidup bahkan kematian

Time Saving Is Tindakan yang Sistematik,


Live Saving Ketrampilan yang Memadai
39
40

Anda mungkin juga menyukai