Anda di halaman 1dari 19

FARMAKOLOGI OBAT

Dosen Pengampuh mata kuliah

Maryono, S.Si, Apt, M.M. M.Si

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah


Kimia Analisis Instrumen

DISUSUN OLEH :

AGUSTINA
1813041022
PENDIDIKAN KIMIA B

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2021

1
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pada mulanya farmakologi mencakup berbagai pengetahuan tentang obat
yang meliputi: sejarah, sumber, sifat-sifat fisika dan kimiawi, cara meracik, efek
fisiologi dan biokimiawi, mekanisme kerja, absorpsi, distribusi, biotranformasi
dan ekskresi, serta penggunaan obat untuk terapi dan tujuan lain. Sehingga dapat
diambil kesimpulan farmakologi adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari
efek-efek zat asing/eksogen terhadap suatu organisme. Topik utamanya adalah
pengamatan terhadap efek-efek farmako (obat-obat yang dapat digunakan untuk
terapi maupun diagnosis).2
Selain Farmakologi, Radiologi yang merupakan ilmu yang mempelajari
dan mempergunakan energi radiasi, termasuk sinar rontgen, radium dan isotop
juga merupakan metode penyembuhan yang sangat dibutuhkan dalam dunia medis
saat ini. Radiologi sering juga disebut sebagai ilmu sinar yang mempergunakan
energi pengion dan bentuk-bentuk energi cahaya lainnya/non pengion dalam
bidang diagnostik dan terapi yang meliputi energi pengion yang dihasilkan oleh
generator dan bahan.3

1.2 TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yang ingin kami capai, antara lain:
1. Mampu memahami defenisi farmakologi dan radiologi
2. Mengetahui fungsi farmakologi dan radiologi
3. Mampu memahami penggolongan obat dalam bidang farmakologi
4. Mengetahui mekanisme kerja obat baik secara farmakodinamik maupun
farmakokinetik
5. Mampu memahami pengaturan dosis obat
6. Mampu memahami indikasi dan efek samping obat dalam bidang
farmakologi
7. Mampu memahami teknik-teknik pemeriksaan radiologi

1
8. Mengetahui kelebihan dan kekurangan pada setiap teknik pemeriksaan
radiologi
9. Mampu mengetahui ambang batas radiasi pada bidang radiologi
10. Mampu memahami proses pembentukan gambar dan penilaian mutu
radiograph
11. Mengetahui berbagai efek dari radiasi termasuk pada bagian tubuh yang
rentan
12. Mengetahui proteksi radiasi dan undang-undang yang mengatur

1
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 FARMAKOLOGI
2.1.1 Definisi4
Farmakologi adalah Ilmu mengenari pengaruh senyawa terhadap sel
hidup. Senyawa tersebut disebut Obat. Obat digunakan untuk mencegah,
mengobati, mendiagnosa penyakit/gangguan. Tanpa pengetahuan Farmakologi
yang baik, seorang dokter dapat menjadi penyebab masalah bagi pasien nya,
karena pada dasarnya tidak ada obat yang aman secara murni, hanya saja
penggunaan yang tepat membuat obat itu tidak berefek samping. Selain itu
Farmakologi disebut juga ilmu yang berbeda dengan ilmu yang lainnya karena
erat dengan ilmu dasar dan ilmu klinik, mengintegrasikan ilmu kedokteran dasar
dan menjembatani ilmu preklinik dan klinik.

2.1.2 Fungsi4
 Sebagai dasar pengetahuan bagi penatalaksanaan terapi menggunakan obat
 Agar dokter dapat memilih obat secara rasional dengan memperhatikan
kemanjuran dan keamanan obat
 sebagai landasan diagnosis untuk mahasiswa kedokteran dan dokter, juga
sebagai pencegahan dan penyembuhan penyakit

2.1.3 Penggolongan Obat5


Penggolongan obat secara luas dibedakan berdasarkan beberapa hal, diantaranya :
 Penggolongan obat berdasarkan jenisnya
 Penggolongan obat berdasarkan mekanisme kerja obat
 Penggolongan obat berdasarkan tempat atau lokasi pemakaian
 Penggolongan obat berdasarkan cara pemakaian
 Penggolongan obat berdasarkan efek yang ditimbulkan
 Penggolongan obat berdasarkan daya kerja atau terapi

1
 Penggolongan obat berdasarkan asal obat dan cara pembuatannya
2.1.3.1  Penggolongan obat berdasarkan jenis
Penggolongan obat berdasarkan jenis  antara lain :
- obat bebas
- obat bebas terbatas
- obat keras
- obat psikotropika dan narkotika.
2.1.3.2 Penggolongan obat berdasarkan mekanisme kerja obat
dibagi menjadi 5 jenis penggolongan antara lain :
 obat yang bekerja pada penyebab penyakit, misalnya penyakit akibat
bakteri atau mikroba, contoh antibiotik
 obat yang bekerja untuk mencegah kondisi patologis dari penyakit contoh
vaksin, dan serum.
 obat yang menghilangkan simtomatik/gejala, meredakan nyeri contoh
analgesik
 obat yang bekerja menambah atau mengganti fungsi fungsi zat yang
kurang, contoh vitamin dan hormon.
 pemberian placebo adalah pemberian obat yang tidak mengandung zat
aktif, khususnya pada pasien normal yang menganggap dirinya dalam
keadaan sakit. contoh aqua pro injeksi dan tablet placebo.
Selain itu dapat dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya,
seperti obat antihipertensi, kardiak, diuretik, hipnotik, sedatif, dan lain lain.
2.1.3.3 Penggolongan obat berdasarkan tempat atau lokasi pemakaian
dibagi menjadi 2 golongan :
- obat dalam yaitu obat obatan yang dikonsumsi peroral, contoh tablet antibiotik,
parasetamol tablet
- obat luar yaitu obat obatan yang dipakai secara topikal/tubuh bagian luar, contoh
sulfur, dll

1
2.1.3.4 Penggolongan obat berdasarkan cara pemakaian
dibagi menjadi beberapa bagian, seperti :
 oral : obat yang dikonsumsi melalui mulut kedalam saluran cerna, contoh
tablet, kapsul, serbuk, dll
 perektal : obat yang dipakai melalui rektum, biasanya digunakan pada
pasien yang tidak bisa menelan, pingsan, atau menghendaki efek cepat dan
terhindar dari pengaruh pH lambung, FFE di hati, maupun enzim-enzim di
dalam tubuh
 Sublingual : Sublingual : pemakaian obat dengan meletakkannya dibawah
lidah., masuk ke pembuluh darah, efeknya lebih cepat, contoh obat
hipertensi : tablet hisap, hormon-hormon
 Parenteral : obat yang disuntikkan melalui kulit ke aliran darah. baik
secara intravena, subkutan, intramuskular, intrakardial.
 langsung ke organ, contoh intrakardial
 melalui selaput perut, contoh intra peritoneal

Gambar 1. jenis-jenis obat


2.1.3.5 Penggolongan obat berdasarkan efek yang ditimbulkan
- sistemik: obat/zat aktif yang masuk kedalam peredaran darah.
- lokal: obat/zat aktif yang hanya berefek/menyebar/mempengaruhi bagian
tertentu tempat obat tersebut berada, seperti pada hidung, mata, kulit, dll
2.1.3.6 Penggolongan obat berdasarkan daya kerja atau terapi
dibagi menjadi 2 golongan :

1
- farmakodinamik: obat obat yang bekerja mempengaruhi fisilogis tubuh,
contoh hormon dan vitamin
-  kemoterapi: obat obatan yang bekerja secara kimia untuk membasmi
parasit/bibit penyakit, mempunyai daya kerja kombinasi.
2.1.3.7 Penggolongan obat berdasarkan asal obat dan cara pembuatannya
dibagi menjadi 2 :
 Alamiah : obat obat yang berasal dari alam (tumbuhan, hewan dan
mineral)
tumbuhan : jamur (antibiotik), kina (kinin), digitalis (glikosida jantung) dll
hewan : plasenta, otak menghasilkan serum rabies, kolagen.
mineral : vaselin, parafin, talkum/silikat, dll
 Sintetik : merupakan cara pembuatan obat dengan melakukan reaksi-reaksi
kimia, contohnya minyak gandapura dihasilkan dengan mereaksikan
metanol dan asam salisilat.

2.1.4 Farmakodinamik4
Farmakodinamik adalah subdisiplin farmakologi yang mempelajari efek
biokimiawi dan fisiologi obat, serta mekanisme kerjanya. Tujuan mempelajari
farmakodinamik adalah untuk meneliti efek utama obat, mengetahui interaksi obat
dengan sel, dan mengetahui urutan peristiwa serta spektrum efek dan respons
yang terjadi (Gunawan, 2009). 

2.1.4.1 Mekanisme Kerja Obat


kebanyakan obat menimbulkan efek melalui interaksi dengan reseptornya
pada sel organism. Interaksi obat dengan reseptornya dapat menimbulkan
perubahan dan biokimiawi yang merupakan respon khas dari obat tersebut. Obat
yang efeknya menyerupai senyawa endogen di sebut agonis, obat yang tidak
mempunyai aktifitas intrinsic sehingga menimbulkan efek dengan menghambat
kerja suatu agonis disebut antagonis. 

2.1.4.2 Reseptor Obat

1
Protein merupakan reseptor obat yang paling penting. Asam nukleat juga
dapat merupakan reseptor obat yang penting, misalnya untuk sitotastik. Ikatan
obat-reseptor dapat berupa ikatan ion, hydrogen, hidrofobik, vanderwalls, atau
kovalen. Perubahan kecil dalam molekul obat, misalnya perubahan stereoisomer
dapat menimbulkan perubahan besar dalam sifat farmakologinya.
2.1.4.3 Transmisi Sinyal Biologis
Penghantaran sinyal biologis adalah proses yang menyebabkan suatu
substansi ekstraseluler yang menimbulkan respon seluler fisiologis yang spesifik.
Reseptor yang terdapat di permukaan sel terdiri atas reseptor dalam bentuk enzim.
Reseptor tidak hanya berfungsi dalam pengaturan fisiologis dan biokimia, tetapi
juga diatur atau dipengaruhi oleh mekanisme homeostatic lain. Bila suatu sel di
rangsang oleh agonisnya secara terus-menerus maka akan terjadi desentisasi yang
menyebabkan efek perangsangan.

2.1.4.4 Interaksi Obat-Reseptor


Ikatan antara obat dengan resptor biasanya terdiri dari berbagai ikatan
lemah (ikatan ion, hydrogen, hidrofilik, van der Waals), mirip ikatan antara
subtract dengan enzim, jarang terjadi ikatan kovalen.

2.1.4.5 Antagonisme Farmakodinamik


 Antagonis fisiologik
Terjadi pada organ yang sama tetapi pada sistem reseptor yang berlainan.
 Antagonisme pada reseptor
Obat yang menduduki reseptor yang sama tetapi tidak mampu menimbulkan efek
farmakologi secara instrinsik
2.1.4.6 Kerja Obat Yang Tidak Diperantarai Reseptor
 Efek Nonspesifik Dan Gangguan Pada Membran
 Perubahan sifat osmotic
 Diuretic osmotic (urea, manitol), misalnya, meningkatkan osmolaritas
filtrate glomerulus sehingga mengurangi reabsorpsi air di tubuli ginjal
dengan akibat terjadi efek diuretic

1
 Perubahan sifat asam/basa
Kerja ini diperlihatkan oleh oleh antacid dalam menetralkan asam lambung.
 Kerusakan nonspesifik
Zat perusak nonspesifik digunakan sebagai antiseptik dan disinfektan, dan
kontrasepsi.contohnya, detergen merusak intregitas membrane lipoprotein.
 Gangguan fungsi membrane
Anestetik umum yang mudah menguap misalnya eter,, halotan, enfluran,
dan metoksifluran bekerja dengan melarut dalam lemak membrane sel di SSP
sehingga eksitabilitasnya menurun.
 Interaksi Dengan Molekul Kecil Atau Ion
Kerja ini diperlihatkan oleh kelator (chelating agents) misalnya CaNa2
EDTA yang mengikat Pb2+ bebas menjadi kelat yang inaktif pada keracunan Pb.
 Masuk ke dalam komponen sel
Obat yang merupakan analog puri atau pirimidin dapat berinkoporasi ke
dalam asam nukleat sehingga mengganggu fungsinya. Obat yang bekerja seperti
ini disebut antimetabolit misalnya 6-merkaptopurin atau anti mikroba lain.

2.1.5 Farmakokinetik4
Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam  tubuh atau
efek tubuh terhadap obat. Farmakokinetik mencakup 4 proses, yaitu proses
absorpsi (A), distribusi (D), metabolisme (M), dan ekskresi (E). Metabolisme atau
biotransformasi dan ekskresi bentuk utuh atau bentuk aktif merupakan proses
eliminasi obat(Gunawan, 2009). 

2.1.5.1 Absorpsi
Absorpsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian ke
dalam darah. Bergantung pada cara pemberiannya, tempat pemberian obat adalah
saluran cerna (mulut sampai rektum), kulit, paru, otot, dan lain-lain. Yang
terpenting adalah cara pemberian obat per oral, dengan cara ini tempat absorpsi
utama adalah usus halus karena memiliki permukaan absorpsi yang sangat luas,

1
yakni 200 meter persegi (panjang 280 cm, diameter 4 cm, disertai
dengan vili dan mikrovili ) (Gunawan, 2009).
Absorpsi obat meliputi proses obat dari saat dimasukkan ke dalam tubuh,me
lalui jalurnya hingga masuk kedalam sirkulasi sistemik. Pada level selular obat di
absorbsi melalui beberapa metode, terutama transpor aktif dan transpor pasif.

Gambar 2. Proses Absorbsi Obat


 Metode absorpsi
-          Transport pasif
Transport pasif tidak memerlukan energi, sebab hanya dengan proses
difusi obat dapat berpindah dari daerah dengan kadar konsentrasi tinggi ke daerah
dengan konsentrasi rendah. Transport aktif terjadi selama molekul-molekul kecil
dapat berdifusi sepanjang membrane dan berhenti bila konsentrasi pada kedua sisi
membrane seimbang.
-          Transport Aktif
Transport aktif membutuhkan energy untuk menggerakkan obat dari
daerah dengan konsentrasi obat rendah ke daerah dengan konsentrasi obat tinggi

 Kecepatan Absorpsi
Apabila pembatas antara obat aktif dan sirkulasi sitemik hanya sedikit sel.
Absorpsi terjadi cepat dan obat segera mencapai level pengobatan dalam tubuh.
-          Detik s/d menit: SL, IV, inhalasi
-          Lebih lambat: oral, IM, topical kulit, lapisan intestinal, otot
-          Lambat sekali, berjam-jam / berhari-hari: per rektal/ sustained frelease.

1
 Faktor yang mempengaruhi penyerapan
-  Aliran darah ke tempat absorpsi
- Total luas permukaan yang tersedia sebagai tempat absorpsi
- Waktu kontak permukaan absorpsi

 Kecepatan Absorpsi
o Diperlambat oleh nyeri dan stress
Nyeri dan stress mengurangi aliran darah, mengurangi pergerakan saluran
cerna, retensi gaster
o Makanan tinggi lemak
Makanan tinggi lemak dan padat akan menghambat pengosongan lambung
dan memperlambat waktu absorpsi obat
o Faktor bentuk obat
Absorpsi dipengaruhi formulasi obat: tablet, kapsul, cairan, sustained
release, dll)
o Kombinasi dengan obat lain
Interaksi satu obat dengan obat lain dapat meningkatkan atau memperlambat
tergantung jenis obat
Obat yang diserap oleh usus halus ditransport ke hepar sebelum beredar ke
seluruh tubuh. Hepar memetabolisme banyak obat sebelum masuk ke sirkulasi.
Hal ini yang disebut dengan efek first-pass. Metabolisme hepar dapat
menyebabkan obat menjadi inaktif sehingga menurunkan jumlah obat yang
sampai ke sirkulasi sistemik, jadi dosis obat yang diberikan harus banyak.

2.1.5.2 Distribusi
Distribusi obat adalah proses obat dihantarkan dari sirkulasi sistemik ke
jaringan dan cairan tubuh. Distribusi obat yang telah diabsorbsi tergantung
beberapa faktor, yaitu :
 Aliran darah

1
Setelah obat sampai ke aliran darah segera terdistribusi ke organ
berdasarkan jumlah aliran darahnya. Oragan dengan aliran darah terbesar adalah
jantung, hepar, ginjal. Sedangkan distribusi ke organ lain seperti kulit, kemak dan
otot lebih lambat.
 Permeabilitas kapiler
Tergantung pada struktur kapiler dan struktur obat
 Ikatan protein
Obat yang beredar di seluruh tubuh dan berkontak dengan protein dapat
terikat atau bebas. Obat yang terikat protein tidak aktif dan tidak dapat bekerja.
Hanya obat bebas yang dapat memberikan efek. Obat dikatakan berikatan protein
tinggi bila >80% obat terikat protein.

2.1.5.3 Metabolisme
Metabolisme/biotransformasi obat adalah proses tubuh merubah komposisi
obat sehingga menjadi lebih larut air untuk dapat dibuang keluar tubuh.
Obat dapat dimetabolisme melalui beberapa cara:
 Menjadi metabolit inaktif kemudian diekskresikan;
 Menjadi metabolit aktif, memiliki kerja farmakologi tersendiri dfan bisa
dimetabolisme lanjutan.
Beberapa obat diberikan dalam bentuk tidak aktif kemudian setelah
dimetabolisme baru menjadi aktif (prodrugs). Metabolisme obat terutama terjadi
di hati, yakni di membran endoplasmic reticulum (mikrosom) dan di cytosol.
Tempat metabolisme yang lain (ekstrahepatik) adalah : dinding usus, ginjal, paru,
darah, otak, dan  kulit, juga di lumen kolon (oleh flora usus).
Tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat yang nonpolar (larut
lemak) menjadi polar (larut air) agar dapat diekskresi melalui ginjal atau empedu.
Dengan perubahan ini obat aktif umunya diubah menjadi inaktif, tapi sebagian
berubah  menjadi lebih aktif, kurang aktif, atau menjadi toksik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme:
o Kondisi Khusus

1
Beberapa penyakit tertentu dapat mengurangi metabolisme, al. penyakit
hepar seperti sirosis.
o Pengaruh Gen
Perbedaan gen individual menyebabkan beberapa orang dapat
memetabolisme obat dengan cepat, sementara yang lain lambat.
o Pengaruh Lingkungan
Lingkungan juga dapat mempengaruhi metabolisme, contohnya: Rokok,
Keadaan stress, Penyakit lama, Operasi, Cedera
o Usia
Perubahan umur dapat mempengaruhi metabolisme, bayi vs dewasa vs
orang tua.

2.1.5.4 Ekresi
Ekskresi obat artinya eliminasi/pembuangan obat dari tubuh. Sebagian besar
obat dibuang dari tubuh oleh ginjal dan melalui urin. Obat jugadapat dibuang
melalui paru-paru, eksokrin (keringat, ludah, payudara), kulit dan taraktu
sintestinal.
Organ terpenting untuk ekskresi obat adalah ginjal. Obat diekskresi melalui
ginjal dalam bentuk utuh maupun bentuk metabolitnya. Ekskresi dalam bentuk
utuh atau bentuk aktif merupakan cara eliminasi obat melui ginjal. Ekskresi
melalui ginjal melibatkan 3 proses, yakni filtrasi glomerulus, sekresi aktif di
tubulus. Fungsi ginjal mengalami kematangan pada usia 6-12 bulan, dan setelah
dewasa menurun 1% per tahun. Ekskresi obat yang kedua penting adalah melalui
empedu ke dalam usus dan keluar bersama feses. Ekskresi melalui paru terutama
untuk eliminasi gas anastetik umum (Gunawan, 2009).
Hal-hal lain terkait Farmakokinetik:  
 Waktu Paruh
Waktu paruh adalah waktu yang dibutuhkan sehingga setengah dari obat
dibuang dari tubuh. Faktor yang mempengaruhi waktu paruh adalah absorpsi,
metabolism dan ekskresi.

1
Waktu paruh penting diketahui untuk menetapkan berapa sering obat harus
diberikan.
 Onset, puncak, and durasi
Onset adalah Waktu dari saat obat diberikan hingga obat terasa kerjanya.
Sangat tergantung rute pemberian dan farmakokinetik obat
Puncak, Setelah tubuh menyerap semakin banyak obat maka konsentrasinya
di dalam tubuh semakin meningkat, Namun konsentrasi puncak~ puncak respon
Durasi, Durasi kerja adalah lama obat menghasilkan suatu efek terapi.

2.1.6 Pengaturan Dosis5


Dosis adalah takaran obat ynag dipergunakan atau diberikan kepada
seorang penderita. Dosis obat yang harus diberikan kepada pasien untuk
menghasilkan efek yang diharapkan bergantung faktor :
 Umur
 Bobot badan
 Luas permukaan tubuh
 Jenis kelamin
 Kondisi penyakit
 Kondisi daya tangkis penderita
Ketentuan Umum dosis berdasarkan FI Ed III :
 Dosis maksimum
Berlaku untuk pemakaian 1 kali 1 hari. Penyerahan obat yang dosisnya
melebihi dosis maksimum dapat dilakukan dengan cara membubuhkan tanda
serudan paraf dokterpenulis resep, memberi garis bawah nama obat tersebut.
 Dosis Lazim
Merupakan petunjuk yang tidak mengikat, tetapi digunakan sebagai
pedoman umum. Misalnya CTM disebutkan dosis lazimnya 6-16 mg/hari dan
dosis maksimum 40 mg/hari. Bila seseorang meminum 3x sehari 2 tablet, berarti
dosis maksimum belum dilampaui. Akan tetapi dianggap tidak lazim karena
hanya 3x sehari 1 tabletsudah mencapai efek normal.

1
Macam-macam dosis :
 Dosis Terapi
Takaran yang diberikandalam keadaan biasa dan dapat menyembuhkan penderita
 Dosis Minimum
Takaran obat terkecil yang diberikan yang masih dapat menyembuhkan
tidak menimbulkan resistensi pada penderita
 Dosis Maksimum
Takaran obat terbesar yang diberikan masih dapat menyembuhkan dan tidak
menimbulkan keracunan pada penderita
 Dosis Toksis
Takaran obat dalam keadaan biasa yang dapat menyebabkan keracunan pada
penderita
 Dosis Letalis
Takaran obat dalam keadaan biasa yang menyebabkan kematian pada
penderita.

Perhitungan Obat :
Penetapan dosis tidak mudah, harus memperhatikan beberapa faktor, yaitu :
 Faktor Penderita : Umur, bobot badan, jenis kelamin, luas permukaan tubuh,
toleransi, habituasi, adiksi dan sensitivitas serta kondisi penderita
 Faktor Obat: Sifat kimia dan fisika, sifat farmakokinetik dan jenis obat
 Faktor Penyakit : Sifat, jenis dan kasus penyakit

2.1.7 Indikasi Obat6,7


 Oral : Penggunaan melalui mulut.
 Sublingual : Penggunaan obat di taruh dibawah lidah.
 Inhalasi : Penggunaan dihirup.
 Rektal : Penggunaan melalui dubur/anus.
 Pervaginum : Penggunaan melalui vagina.
 Parentral : Digunakan langsung dimasukkan ke dalam aliran darah.
 Topikal Aokal :Sifatnya lokal seperti obat tetes mata.

1
 Morfin
Diindikasikan untuk meredakan atau menghilangkan nyeri hebat. Lebih
hebat nyerinya makin besar dosis yang diperlukan. Morfin sering digunakan untuk
nyeri yang menyertai:
 Infark miokard
 Neoplasma
 Kolik renal atau kolik empedu
 Nyeri hebat akibat trauma misalnya luka bakar, fraktur, dan nyeri pasca
bedah
 Penisilin G Prokain
Bertujuan untuk membasmi mikroba penyebab gingivitis.
 Amoxicillin
Infeksi saluran nafas, saluran kemih & kelamin, kulit & jaringan lunak.
 Hexadol Larutan
Gingivitis (radang gusi), periodontitis (radang jaringan ikat penyangga akar
gigi), stomatitis (radang rongga mullut), sariawan di mulut, angina Vincent
(radang selaput lendir mulut dengan tukak-tukak berselaput), kumur-kumur
sebelum dan sesudah operasi, perikoronitis, kebersihan mulut, tonsilitis (radang
tonsil/amandel), faringitis (radang tekak), sakit tenggorokan.
 Sp Troches
Antiseptik oral, faringitis (radang tekak), tonsilitis (radang tonsil/amandel),
stomatitis (radang rongga mulut), pencegahan infeksi luka pada rongga mulut
termasuk setelah cabut gigi.
 Oralog
Sebagai terapi tambahan dan terapi simtomatis untuk lesi inflamasi dan
ulserasi traumatik dalam rongga mulut.
 Decamedin

1
Sakit tenggorokan, faringitis, laringitis, tonsilitis, infeksi pada gusi, dan
membran mukosa mulut.

2.1.8 Efek Samping8


Obat tidak hanya memiliki efek yang menguntungkan tetapi juga efek
yang merugikan tetapi juga dapat menimbulkan reaksi yang merugikan. Selama
dekade terakhir, beberapa penelitian yang mengamati tentang reaksi samping obat
atau reaksi obat yang merugikan (adverse drug reactions – ADRs) telah
dipublikasikan. Istilah umum yang sering dikenal adalah efek samping obat
(ESO). Efek samping obat dapat diumpamakan sebagai puncak suatu piramida
yang berisi semua masalah yang berkaitan dengan terapi obat.
Masalah yang berhubungan dengan terapi obat meliputi semua masalah
yang berpotensi mempengaruhi keberhasilan farmakoterapi pada pasien yang
diberi obat. Berikut merupakan masalah yang berhubungan dengan terapi obat:
 Kesalahan pengobatan.
 Kejadian efek samping obat yang merugikan yang untuk selanjutnya disebut
sebagai kejadian ESO.
 Reaksi obat yang merugikan (adverse drug reactions – ADRs) atau disebut
juga sebagai efek samping obat (ESO).
World Health Organization (WHO) mendefinisikan ADRs sebagai respons
terhadap suatu obat yang berbahaya, tidak disengaja atau tidak diinginkan, dan
terjadi pada dosis yang umumnya digunakan untuk pencegahan, diagnosis, atau
pengobatan penyakit.
Sebuah klasifikasi farmakologi membagi hampir semua efek samping obat
ke dalam salah satu dari dua subtipe utama yaitu reaksi tipe A dan tipe B.
Reaksi tipe A adalah efek farmakologis yang dapat diprediksi dan
tergantung dosis. Reaksi B adalah reaksi hipersensitivitas yang tidak terduga dan
tidak bergantung dosis.

Faktor-Faktor Pendorong Terjadinya Efek Samping

1
 Terapi Obat Ganda (Multiple Drugs Therapy)
Kejadian efek samping obat dari interaksi obat meningkat sesuai dengan
jumlah obat yang diminum. Salah satu faktor signifikan untuk kejadian efek
samping obat adalah jumlah total obat yang diresepkan atau diminum oleh orang
dewasa tua dan penggunaan obat dalam jumlah yang tidak tepat.
 Usia
Usia yang sangat tua rentan mengalami kejadian efek samping obat. Efek
samping obat sering terjadi kepada lansia karena polifarmasi, kurang patuh dalam
minum obat, penyakit medis yang timbul bersamaan, dan perubahan dalam
parameter farmakodinamik dan farmakokinetik.
 Penyakit
Penyakit yang membutuhkan terapi obat ganda memiliki resiko terkena efek
samping obat.

1
Sumber :
1. Effendi,N.1998.Dasar-dasar Kesehatan Masyarakat.Jakarta:EGC
2. Schimtz,G.2008.Farmakologi dan Toksikologi.Ed 3.Jakarta: EGC
3. Bachtiar;Hana,H;dkk.2006.Pengantar Dasar Fisika & Radiologi
Kedokteran Gigi.Jakarta: Salemba Medika
4. Gunawan,S.2012.Farmakologi dan Terapi edisi 5. Jakarta :
Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
5. Syamsuni.2005.Farmasetika Dasar dan Hitungan
Farmasi.jakarta:EGC
6. www.yoyoko.web_ugm.ac.id
7. www.situsobat.com
8. Syamsudin.2011.Buku Ajar Farmakologi Efek Samping Obat.
Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai