DISUSUN OLEH:
Kelompok 4:
TAHUN AJARAN
2021
5
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat karunia-Nya
sehingga dapat menyelesaikan makalah dengan mengambil pembahasan “ ASUHAN
KEPERAWATAN ASFIKSIA ”. Penulisan makalah ini masih ada hambatan.Akan tetapi,
atas bantuan dan dukungan semua pihak makalah ini dapat terselesaikan.Oleh karena itu,
penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan
makalah ini.Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat untuk pembaca.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I: PENDAHULUAN
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
ii
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Sekitar 10% bayi baru lahir membutuhkan bantuan untuk mulai bernapas saat
lahir; dan kurang dari 1% membutuhkan tindakan resusitasi ekstensif agar
selamat.Sebaiknya kurang lebih 90% bayi baru lahir menjalani transisi dari kehidupan
intrauterin ke ekstra uterin tanpa kesulitan.
Berdasarkan data dari WHO November 2013, jumlah kelahiran bayi hidup di
Indonesia pada tahun 2010 adalah 4.371.800, dengan kelahiran prematur sebanyak
675.700 (15,5 per 100 kelahiran hidup) dan angka kematian sebesar 32.400 (nomor 8
penyebab kematian di Indonesia). Dalam 10 tahun terakhir, Angka Kematian
Neonatal di Indonesia cenderung stagnan yaitu 20/1000 kelahiran hidup (SDKI 2002-
2003) menjadi 19/1000 kelahiran hidup (SDKI 2012). Selain itu proporsi kematian
neonatal terhadap kematian anak balita cenderung meningkat dari 43% (SDKI 2002-
2003) menjadi 48% (SDKI 2012). Penyebab utama kematian neonatal pada minggu
pertama (0-6 hari) adalah asfiksia (36 %), BBLR/ Prematuritas (32%) serta sepsis
(12%) sedangkan bayi usia 7-28 hari adalah sepsis (22%), kelainan kongenital (19%)
dan pneumonia (17 %). Upaya menurunkan angka kematian bayi adalah perawatan
antenatal dan pertolongan persalinan sesuai standar yang harus disertai dengan
perawatan neonatal yang adekuat dan upaya untuk menurunkan kematian bayi akibat
bayi berat lahir rendah, infeksi pasca lahir (seperti tetanus neonatorum, sepsis),
hipotermia dan asfiksia.
1
2.1. Masalah
1) Apa definisi Asfiksia ?
2) Apa klasifikasi Asfiksia ?
3) Apa etiologi Asfiksia ?
4) Apa manifestasi klinis Asfiksia ?
5) Apa patofisiologi asfiksia ?
6) Apa pemeriksaan penunjang asfiksia ?
7) Bagaimana tentang penatalaksanaan Asfiksia ?
8) Bagaimana Pencegahan Asfiksia ?
9) Apa komplikasi Asfiksia ?
10) Bagaimana prognosa pada Asfiksia ?
11) Bagaimana asuhan keperawatan pada kasus Asfiksia
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. KONSEP DASAR MEDIS
1. Definisi
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas
secara spontan dan teratur. (Asuhan Persalinan Normal, 2010).
Asfiksia neonatorum adalah keadaan gawat bayi yang tidak dapat bernafas
spontan dan teratur, sehingga dapat meurunkan oksigen dan makin meningkatkan
karbon dioksida yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut
(Manuaba, 2009).
2. Klasifikasi
Berdasarkan nilai APGAR (Appearance, Pulse, Grimace, Activity,
Respiration) asfiksia diklasifikasikan menjadi 4, yaitu:
a. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3
b. Asfiksia ringan sedang dengan nilai APGAR 4-6
c. Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9
d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10 (Ghai, 2010)
Nilai APGAR
Tanda 0 1 2
Frekuensi jantung Tidak ada <100/menit >100/menit
Lambat, tidak
Usaha bernafas Tidak ada Menangis kuat
teratur
Ekstermitas fleksi
Tonus otot Hampah Gerakan aktif
sedikit
Gerakan
Reflex Tidak ada Gerakan sedikit
kuat/melawan
Tubuh Tubuh
Warna kulit Biru/pucat kemerahan, ekstermitas
ekstermitas biru kemerahan
3. Etiologi
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan
sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi
3
berkurang yang mengakibatkan hipoksia bayi di dalam rahim dan dapat berlanjut
menjadi asfiksia bayi baru lahir. Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi
penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah (Gomella,
2009):
a. Faktor ibu
Pre-eklampsi dan eklampsi
Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
Partus lama (rigid serviks dan atonia/ insersi uteri).
Ruptur uteri yang memberat, kontraksi uterus yang terus-menerus
mengganggu sirkulasi darah ke plasenta.
Perdarahan banyak: plasenta previa dan solutio plasenta (Gomella,
2009).
b. Faktor Tali Pusat
Lilitan tali pusat
Tali pusat pendek
Simpul tali pusat
Prolapsus tali pusat (Gomella, 2009).
c. Faktor Bayi
Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu,
ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
Kelainan bawaan (kongenital)
Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan) (Gomella,2009
5. Patofisiologi
Selama kehidupan di dalam rahim, paru janin tidak berperan dalam
pertukaran gas oleh karena plasenta menyediakan oksigen dan mengangkat
CO2 keluar dari tubuh janin. Pada keadaan ini paru janin tidak berisi udara,
sedangkan alveoli janin berisi cairan yang diproduksi didalam paru sehingga
paru janin tidak berfungsi untuk respirasi.Sirkulasi darah dalam paru saat ini
sangat rendah dibandingkan dengan setelah lahir.Hal ini disebabkan oleh
karena konstriksi dari arteriol dalam paru janin. Sebagian besar sirkulasi darah
paru akan melewati Duktus Arteriosus (DA) tidak banyak yang masuk kedalam
arteriol paru.
Pada saat lahir alveoli masih berisi cairan paru, suatu tekanan ringan
diperlukan untuk membantu mengeluarkan cairan tersebut dari alveoli dan
alveoli mengembang untuk pertama kali.Pada kenyataannya memang beberapa
tarikan nafas yang pertama sangat diperlukan untuk mengawali dan menjamin
keberhasilan pernafasan bayi selanjutnya. Proses persalinan normal
(pervaginam) mempunyai peran yang sangat penting untuk mempercepat
proses keluarnya cairan yang ada dalam alveoli melalui ruang perivaskuler dan
absorbsi kedalam aliran darah atau limfe. Gangguan pada pernafasan pada
keadaan ini adalah apabila paru tidak mengembang dengan sempurna
5
(memadai) pada beberapa tarikan nafas yang pertama. Apnea saat lahir, pada
keadaan ini bayi tidak mampu menarik nafas yang pertama setelah lahir oleh
karena alveoli tidak mampu mengembang atau alveoli masih berisi cairan dan
gerakan pernafasan yang lemah, pada keadaan ini janin mampu menarik nafas
yang pertama akan tetapi sangat dangkal dan tidak efektif untuk memenuhi
kebutuhan O2 tubuh. keadaan tersebut bisa terjadi pada bayi kurang bulan,
asfiksia intrauterin, pengaruh obat yang dikonsumsi ibu saat hamil, pengaruh
obat-obat anesthesi pada operasi sesar.
6
menyebabkan terjadinya gangguan pada bayi saat lahir atau mungkin berakibat
lanjut pada masa neonatus dan masa pasca neonatus.
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Anamnesis
Anamnesis diarahkan untuk mencari faktor risiko terhadap terjadinya
asfiksia neonatorum.
- Gangguan/ kesulitan waktu lahir
- Cara dilahirkan
- Ada tidaknya bernafas dan menangis segera setelah dilahirkan (Ghai,
2010).
2. Pemeriksaan fisik
- Bayi tidak bernafas atau menangis
- Denyut jantung kurang dari 100x/menit
7
- Tonus otot menurun
- Bisa didapatkan cairan ketuban ibu bercampur mekonium, atau sisa
mekonium pada tubuh bayi
- BBLR (berat badan lahir rendah) (Ghai, 2010).
3. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium: hasil analisis gas darah tali pusat menunjukkan hasil
asidosis pada darah tali pusat jika: PaO2 < 50 mm H2O,PaCO2> 55
mm H2 dan pH < 7,30 (Ghai, 2010).
b. Pemeriksaan pH darah janin dengan menggunakan amnioskopi yang
dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin
dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya
asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu sampai turun
dibawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya (Wiknjosastro,
2007).
c. Analisa Gas Darah: Analisa dilakukan pada darah arteri, penting untuk
mengetahui adanya asidosis dan alkalosis respiratorik/metabolik. Hal
ini diketahui dengan tingkat saturasi SaO2 dan PaO2. Pemeriksaan ini
juga dilakukan untuk mengetahui oksigenasi, evaluasi tingkat
kemajuan terapi (Muttaqin, 2008).
d. Elektrolit Darah: Komplikasi metabolisme terjadi di dalam tubuh
akibatnya persediaan garam-garam elektrolit sebagai buffer juga
terganggu kesetimbangannya. Timbul asidosis laktat, hipokalsemi,
hiponatremia, hiperkalemi. Pemeriksaan elektrolit darah dilakukan uji
laboratorium dengan test urine untuk kandungan ureum, natrium, keton
atau protein (Harris, 2009).
e. Gula darah: Pemeriksaan gula darah dilakukan uji laboratorium dengan
test urine untuk kandungan glukosa. Menurut Harris (2009), penderita
asfiksia umumnya mengalami hipoglikemi.
f. Pemeriksaan radiologik: Pemeriksaan radiologik seperti ultrasonografi
(USG),computed tomography scan (CT-Scan) dan magnetic resonance
imaging (MRI) mempunyai nilai yang tinggi dalam menegakkan
diagnosis.
g. USG ( Kepala )
h. Penilaian APGAR score
8
i. Pemeriksaan EGC dab CT- Scan
j. Foto polos dada (Ghai, 2010)
7. Penatalaksanaan Medis
Terapi dan pengobatan pada bayi baru lahir dengan asfiksia menurut
Wiknjosastro (2008) adalah sebagai berikut:
Pengawasan suhu
Bayi baru lahir secara relatif kehilangan panas yang diikuti oleh
penurunan suhu tubuh, sehingga dapat mempertinggi metabolisme sel
jaringan sehingga kebutuhan oksigen meningkat, perlu diperhatikan untuk
menjaga kehangatan suhu bayi baru lahir dengan:
- Mengeringkan bayi dari cairan ketuban dan lemak
- Menggunakan sinar lampu untuk pemanasan luar
- Bungkus bayi dengan kain kering
9
Memakai VTP bila perlu, seperti sungkup dan balon, pipa ET
dan balon, mulut ke mulut (hindari paparan infeksi).
C : Mempertahankan sirkulasi darah: Rangsangan dan
pertahankansirkulasi darah dengan cara kompres pada daerah dada.
D : Pemberian obat-obatan:
Epineprin
Indikasi : diberikan apabila frekuensi jantung tetap di bawah 80x/mnt
walaupun telah diberikan paling sedikit 30 detik VTP adekuat dengan
oksigen 100 % dan kompresi dada atau frekuensi jantung. Dosis 0,1 –
0,3 ml/kg untuk larutan 1:10000. Cara pemberian dapat melalui
intravena (IV) atau melalui pipa endotrakheal.
Efek : Untuk meningkatkan kekuatan dan kecepatan konstraksi jantung
Natrium Bikarbonat
dilakukan.
10
Nalakson hidroklorid/ narcan
11
8. Pencegahan
Pencegahan terhadap asfiksia neonatorum adalah dengan menghilangkan atau
meminimalkan faktor risiko penyebab asfiksia. Derajat kesehatan wanita,
khususnya ibu hamil harus baik.Komplikasi saat kehamilan, persalinan dan
melahirkan harus dihindari.Upaya peningkatan derajat kesehatan ini tidak
mungkin dilakukan dengan satu intervensi saja karena penyebab rendahnya
derajat kesehatan wanita adalah akibat banyak faktor seperti kemiskinan,
pendidikan yang rendah, kepercayaan, adat istiadat dan lain sebagainya.Untuk
itu dibutuhkan kerjasama banyak pihak dan lintas sektoral yang saling terkait
(Perinasia, 2009).
Pencegahan saat persalinan
Pengawasan bayi yang seksama sewaktu memimpin partus adalah penting,
juga kerja sama yang baik dengan Bagian Ilmu Kesehatan Anak.
Yang harus diperhatikan:
- Hindari forceps tinggi, versi dan ekstraksi pada panggul sempit, serta
pemberian pituitarin dalam dosis tinggi.
- Bila ibu anemis, perbaiki keadaan ini dan bila ada perdarahan berikan
oksigen dan darah segar.
- Jangan berikan obat bius pada waktu yang tidak tepat, dan jangan
menunggu lama pada kala II (Perinasia, 2009).
9. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul akibat asfiksia adalah:
- Sembab Otak
- Pendarahan Otak
- Anuria atau Oliguria
- Hyperbilirubinemia
- Obstruksi usus yang fungsional
- Kejang sampai koma
- Komplikasi akibat resusitasinya sendiri : Pneumothorax
10. Prognosa
Asfiksia ringan / normal : Baik
12
Asfiksia sedang tergantung kecepatan penatalaksanaan bila cepat prognosa
baik.
Asfiksia berat dapat menimbulkan kematian pada hari-hari pertama, atau
kelainan syaraf permanen. Asfiksia dengan pH 6,9 dapat menyebabkan
kejang sampai koma dan kelainan neurologis yang permanent misalnya
cerebal palsy, mental retardation.
A. Pengkajian
13
b. Panjang badan : 44-45 cm
c. Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai gestasi)
4. Neurosensori
a. Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.
b. Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30 menit
pertama setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas). Penampilan asimetris
(molding, edema, hematoma).
c. Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi menunjukkan
abnormalitas genetik, hipoglikemi atau efek narkotik yang memanjang)
5. Pernafasan
a. Skor APGAR : 1 menit s/d 5 menit dengan skor optimal harus antara 7-10.
b. Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat.
c. Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada awalnya silindrik
thorak : kartilago xifoid menonjol, umum terjadi.
6. Keamanan
a. Suhu rentang dari 36,5º C sampai 37,5º C. Ada verniks (jumlah dan distribusi
tergantung pada usia gestasi).
b. Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/ kaki dapat terlihat, warna
merah muda atau kemerahan, mungkin belang-belang menunjukkan memar
minor (misal : kelahiran dengan forseps), atau perubahan warna herlequin,
petekie pada kepala/ wajah (dapat menunjukkan peningkatan tekanan
berkenaan dengan kelahiran atau tanda nukhal), bercak portwine, nevi
telengiektasis (kelopak mata, antara alis mata, atau pada nukhal) atau bercak
mongolia (terutama punggung bawah dan bokong) dapat terlihat. Abrasi kulit
kepala mungkin ada (penempatan elektroda internal)
B. Analisa Data
1. Data Subyektif
Data subyektif adalah persepsi dan sensasi klien tentang masalah kesehatan.
14
b. Orangtua meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau
kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat.
2. Riwayat kesehatan
1. Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal pada
kasus asfiksia berat yaitu :
a. Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk, merokok
ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti diabetes mellitus,
kardiovaskuler dan paru.
b. Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran multipel,
inkompetensia serviks, hidramnion, kelainan kongenital, riwayat
persalinan preterm.
c. Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi tidak
teratur dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
d. Gerakan janin selama kehamilan aktif atau semakin menurun.
e. Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan (kehamilan
postdate atau preterm).
2. Riwayat natal komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat erat
dengan permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perlu dikaji :
Kala I : ketuban keruh, berbau, mekoneal, perdarahan antepartum
baik solusio plasenta maupun plasenta previa.
a. Apgar skor bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS
(0-3) asfiksia berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia
ringan.
15
b. Berat badan lahir : kurang atau lebih dari normal (2500-4000
gram). Preterm/BBLR < 2500 gram, untu aterm 2500 gram
lingkar kepala kurang atau lebih dari normal (34-36 cm).
c. Adanya kelainan kongenital : Anencephal, hirocephalus anetrecial
aesofagal
3. Pola nutrisi
Yang perlu dikaji pada bayi dengan post asfiksia berat gangguan absorbsi
gastrointentinal, muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu diberikan
cairan parentral atau personde sesuai dengan kondisi bayi untuk mencukupi
kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga untuk mengkoreksi dehidrasi, asidosis
metabolik, hipoglikemi disamping untuk pemberian obat intravena.
Kebutuhan parenteral
1. Pola eliminasi
16
Yang perlu dikaji pada neonatus adalah :
3. Hubungan psikologis
Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat gabung dengan
ibu jika kondisi bayi memungkinkan. Hal ini berguna sekali dimana bayi akan
mendapatkan kasih sayang dan perhatian serta dapat mempererat hubungan
psikologis antara ibu dan bayi. Lain halnya dengan asfiksia karena memerlukan
perawatan yang intensif
4. Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan
pemeriksaan dengan menggunakan standart yang diakui atau berlaku (Effendi
Nasrul, 1995)
a. Keadaan umum
Pada neonatus post asfiksia berat, keadaannya lemah dan hanya merintih.
Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis
keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan.
Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya tidak ada
pembesaran lingkar kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik.
b. Tanda-tanda Vital
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan asfiksia
benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi bila
suhu tubuh < 36 C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh < 37 C.
Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5C – 37,5C, nadi normal antara 120-
17
140 kali per menit respirasi normal antara 40-60 kali permenit, sering pada bayi
post asfiksia berat pernafasan belum teratur.
5. Data Penunjang
Data penunjang pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam
menegakkan diagnosa atau kausal yang tepat sehingga kita dapat memberikan obat
yang tepat pula.
1) Darah
a. Nilai darah lengkap pada bayi asfiksia terdiri dari :
Hb (normal 15-19 gr%) biasanya pada bayi dengan asfiksia Hb
cenderung turun karena O2 dalam darah sedikit.
Leukositnya lebih dari 10,3 x 10 gr/ct (normal 4,3-10,3 x 10 gr/ct)
karena bayi preterm imunitas masih rendah sehingga resiko tinggi.
Trombosit (normal 350 x 10 gr/ct)
Distrosfiks pada bayi preterm dengan post asfiksi cenderung turun
karena sering terjadi hipoglikemi.
b. Nilai analisa gas darah pada bayi post asfiksi terdiri dari :
pH (normal 7,36-7,44). Kadar pH cenderung turun terjadi asidosis
metabolik.
PCO2 (normal 35-45 mmHg) kadar PCO2 pada bayi post asfiksia
cenderung naik sering terjadi hiperapnea.
PO2 (normal 75-100 mmHg), kadar PO2 pada bayi post asfiksia
cenderung turun karena terjadi hipoksia progresif.
HCO3 (normal 24-28 mEq/L)
2) Urine
Nilai serum elektrolit pada bayi post asfiksia terdiri dari :
18
Analisa data dan Perumusan Masalah
Analisa data adalah kemampuan mengkaitkan data dan menghubungkan data
tersebut dalam konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam
menentukan masalah kesehatan dan keperawatan pasien (Effendi Nasrul,1995 : 23).
Tabel 1.1 Analisa Data dan Perumusan Masalah
19
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon individu, keluarga atau
komunitas terhadap masalah-masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau
potensial. Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien asfiksia antara lain:
1. Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 sehubungan dengan post asfiksia berat.
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan reflek menghisap lemah.
3. Hipotermia
4. Resiko infeksi
20
No. Diagnosa Perawatan NOC NIC Rasional
- Tidak cyanosis.
PCO2 = 35 mm Hg
PO2 = 50 – 90 mmHg
3. Observasi gejala kardinal 3. Deteksi dini adanya kelainan.
21
dan tanda-tanda cyanosis
tiap 4 jam
22
letakkan bayi diatas
handuk / kain yang
kering dan hangat.
23
sehubungan dengan Kebutuhan nutrisi terpenuhi frekuensi serta mendapat tindakan / perawatan
reflek menghisap konsistensi. yang tepat.
Kriteria hasil:
lemah.
- Bayi dapat minum pespeen /
personde dengan baik.
- Berat badan tidak turun lebih 2. Monitor turgor dan 2. Menentukan derajat dehidrasi
dari 10%. mukosa mulut. dari turgor dan mukosa mulut.
4. Resiko terjadinya Tujuan: 1. Lakukan teknik aseptik 1. Pada bayi baru lahir daya tahan
infeksi dan antiseptik dalam
24
Selama perawatan tidak terjadi memberikan asuhan tubuhnya kurang / rendah.
komplikasi (infeksi) keperawatan
Kriteria
- Tidak ada tanda-tanda 2. Cuci tangan sebelum dan 2. Mencegah penyebaran infeksi
infeksi. sesudah melakukan nosokomial.
tindakan.
- Tidak ada gangguan fungsi
tubuh.
25
kali sehari. pusat karena mengan-dung anti
biotik, anti jamur, desinfektan.
5. Jaga kebersihan (badan, 5. Mengurangi media untuk
pakaian) dan lingkungan pertumbuhan kuman.
bayi.
6. Observasi tanda-tanda 6. Deteksi dini adanya kelainan
infeksi dan gejala
kardinal
26
dengan sakit. penularan infeksi.
8.Kolaborasi dengan tim 8. Mencegah infeksi dari
medis untuk pemberian pneumonia
antibiotik.
9. Siapkan pemeriksaan 9. Sebagai pemeriksaan
laboratorat sesuai advis penunjang.
dokter yaitu pemeriksaan
DL, CRP.
27
Tahap Pelaksanaan Tindakan
Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan asuhan keperawatan yang
merupakan realisasi rencana tindakan yang telah ditentukan dalam tahap
perencanaan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal
Tahap Evaluasi
Evaluasi adalah merupakan langkah akhir dari proses keperawatan
yaitu proses penilaian pencapaian tujuan dalam rencana perawatan, tercapai
atau tidak serta untuk pengkajian ulang rencana keperawatan. Evaluasi
dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan
petugas kesehatan yang lain. Dalam menentukan tercapainya suatu tujuan
asuhan keperawatan pada bayi dengan post Asfiksia sedang, disesuaikan
dengan kriteria evaluasi yang telah ditentukan. Tujuan asuhan keperawatan
dikatakan berhasil bila diagnosa keperawatan didapatkan hasil yang sesuai
dengan kriteria evaluasi.
Primary Survey
28
BAB IV
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Pada dasarnya penyebab asfiksia dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai
berikut yaitu perdarahan, infeksi, kelahiran preterm/bayi berat lahir rendah, asfiksia,
hipotermi, perlukaan kelahiran dan lain-lain. Bahwa 50% kematian bayi terjadi dalam
periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan, kurang baiknya penanganan
bayi baru lahir yang lahir sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat
mengakibatkan cacat seumur hidup bahkan kematian.
Umur ibu pada waktu hamil sangat berpengaruh pada kesiapan ibu sehingga
kualitas sumber daya manusia makin meningkat dan kesiapan untuk menyehatkan
generasi penerus dapat terjamin. Kehamilan di usia muda/remaja (dibawah usia 20
tahun) akan mengakibatkan rasa takut terhadap kehamilan dan persalinan, hal ini
dikarenakan pada usia tersebut ibu mungkin belum siap untuk mempunyai anak dan
alat-alat reproduksi ibu belum siap untuk hamil. Begitu juga kehamilan di usia tua
(diatas 35 tahun) akan menimbulkan kecemasan terhadap kehamilan dan
persalinannya serta alat-alat reproduksi ibu terlalu tua untuk hamil.
3.2.Saran
Semoga dengan adanya makalah ini kita semua dapat lebih memahami
masalah asfiksia pada bayi baru lahir, dan semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.
29
DAFTAR PUSTAKA
Komprehensif (PONEK)
Dokter Spesialis Anak dalam Bidang NICU untuk RSU Kelas B Tingkat
Nasional.Semarang : IAI.
https://id.scribd.com/doc/257200475/ASKEP-Anak-Asfiksia-Neonatorum-NIC-NOC-Edit-
Sifa
https://id.scribd.com/document/251813732/Lp-Asfiksia-Neonatorum
https://id.scribd.com/doc/122134242/Laporan-Pendahuluan-Pada-Bayi-Dengan-Asfiksia
30