Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM PETROLOGI

BATUAN BEKU

Disusun Oleh:
MHD ADJIE WICAKSONO.S
F1D220023

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


JURUSAN TEKIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Geologi adalah suatu ilmu pengetahuan tentang kebumian yang berkaitan
dengan planet bumi, baik komposisi, sifat fisik, sejarah, komposisi, maupun
proses pembentukannya. Hal yang dipelajari tak hanya apa saja yang ada di
dalam bumi, melainkan juga fenomena alam yang ada di dalam permukaan
bumi. Dapat dikatakan bahwa Geologi adalah ilmu yang mempelajari
terbentunya dan proses yang terjadi tentang bumi.
Petrologi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajarai asal-
usul atau origin, penyeberan, struktur, serta evolusi dari batuan yang
menyusun kerak bumi. Dalam petrologi dibahas pula mengenai sejarah atau
proses pembentukan batuan tersebut. Batuan diartikan sebagai bahan padat
yang terbentuk secara alamiah yang disusun oleh satu atau lebih kumpulan
mineral tertentu, batuan juga merupakan percampuran dari beberapa mineral,
sehingga proses identifikasi dan determinasi batuan sangat berbeda dengan
pendekatan yang digunakan dalam mengidentifikasi mineral. Oleh karena
batuan terusun oleh mineral-mineral.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan pada praktikum kali ini adalah :
1. Dapat mendeskripsikan batuan beku
2. Dapat membedakan batuan beku plutonik dan vulkanik
3. Dapat mengenali sifat fisik dari batuan tersebut
1.3 Alat dan Bahan
1.3.1 Alat
1. Alat tulis
2. Kertas LKS
3. komperator
4. Lup
1.3.2 Bahan
1. Sampel batuan beku
1.4 Prosedur Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan untuk mendeskripsikan batuan
2. Dilihat sampel batuan menggunakan lup untuk menentukan struktur
batuan beku
3. Ditentukan tekstur batuan berdasarkan pembanding batuan beku
4. Ditentukan nama batuan dan genesanya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Magma adalah cairan atau larutan silikat pijar yang terbentuk secara
alamiah yang bersifat mobile, dengan suhu 9000 - 12000 atau lebih dan berasal
dari kerak bumi bagian bawah atau selubung bumi bagian atas. Dari magma
dengan kondisi tertentu ini selanjutnya mengalami differensiasi magma.
Differensiasi magma ini meliputi proses yang mengubah magma dari keadaan
awal yang homogen dalam skala besar menjadi masa batuan beku dengan
komposi yang bervariasi (Nugraha, 2018).
Batuan adalah zat terkonsolidasi yang terjadi secara alami, mungkin
saja terbuat dari mineral, potongan batuan lainnya, dan bahan fosil, seperti
kerang atau tanaman. Batuan adalah hasil dari berbagai proses geologi yang
terjadi di dan di bawah permukaan bumi atau, dalam hal meteorit, di bagian
lain Semesta. Batuan bisa dipelajari dan dibedakan antara dengan
pengelompokan bersama tipe-tipe yang berbagi serupa penampilan, mirip
komposisi, dan proses yang sama pembentukan. Ada banyak fitur batuan yang
dapat digunakan dalam identifikasi, yaitu ukuran dan bentuk butir, warna, dan
penentuan mineral penyusun semuanya penting. Proses-proses yang
menghasilkan batu juga menimbulkan tekstur dan struktur karakteristik,
untuk Contohnya, lava dapat menghasilkan batuan seperti kaca dengan
struktur aliran. Ada 3 jenis batuan umum yang diketahui, yaitu dimulai dari
batuan beku intrusif terbentuk ketika magma membeku, dan terbuat dari
kristal, yang dapat disejajarkan atau berlapis. Batuan vulkanik bersifat
ekstrusif dan terbentuk ketika lava mengeras mungkin mengandung gelas,
gelembung gas, atau tunjukkan struktur aliran. Batuan sedimen dihasilkan dari
konsolidasi sedimen. Satu jenis sedimen diendapkan sebagai butiran oleh air
atau angin, dalam lapisan yang dikenal sebagai lapisan, yang lain terbentuk
dari bahan biologis, menghasilkan batu seperti batu kapur. Batuan Metamorf,
batuan ini diproduksi oleh perubahan karena peningkatan panas dan tekanan.
Mereka sering menunjukkan fitur deformasi, seperti perataan, goresan, atau
lipat. Mineral khas, seperti garnet, adalah indikator yang baik untuk jenis
batuan ini (Price dan Kevin, 2005).
Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah
jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan
atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan
intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif
(vulkanik). Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan
yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses
pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-proses berikut: kenaikan
temperatur, penurunan tekanan, atau perubahan komposisi. Lebih dari 700
tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di
bawah permukaan kerak bumi (Noor, 2012).
Struktur adalah kenampakan batuan secara makro yang meliputi
kedudukan lapisan yang jelas/umum dari lapisan suatu batuan. Struktur
batuan beku sebagian besar hanya dapat dilihat dilapangan saja misalnya
Pillow lava atau lava bantal, yaitu struktur paling khas dari batuan vulkanik
bawah laut, membentuk struktur seperti bantal. Joint struktur, merupakan
struktur yang ditandai adanya kekar-kekar yang tersusun secara teratur tegak
lurus arah aliran. Masif, yaitu apabila tidak menunjukkan adanya sifat aliran,
jejak gas (tidak menunjukkan adanya lubang-lubang) dan tidak menunjukkan
adanya fragmen lain yang tertanam didalam tubuh batuan beku tersebut.
Vesikuler, yaitu struktur yang berlubang-lubang yang disebabkan oleh
keluarnya gas pada waktu pembekuan magma. Lubang-lubang tersebut
menunjukkan arah yang teratur. Skoria, yaitu struktur yang sama dengan
struktur vesikuler tetapi lubang-lubangnya besar dan menunjukkan arah yang
tidak teratur. Amigdaloidal, yaitu struktur di mana lubang-lubang gas telah
terisi oleh mineral-mineral sekunder, biasanya mineral silikat atau karbonat.
Xenolitis, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya fragmen/pecahan batuan
lain yang masuk dalam batuan yang mengintrusi. Pada umumnya suatu batuan
beku tanpa struktur (masif), sedangkan struktur-struktur yang ada pada
batuan beku dibentuk oleh kekar (joint) atau rekahan (fracture) dan pembekuan
magma, misalnya: columnar joint (kekar tiang), dan sheeting joint atau kekar
berlembar (Wilson, Rhicard. 2010).
Untuk menentukan komposisi mineral pada batuan beku, cukup dengan
mempergunakan indeks warna dari batuan kristal. Atas dasar warna mineral
sebagai penyusun batuan beku dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
-Mineral felsik, yaitu mineral yang berwarna terang, terutama terdiri dari
mineral kwarsa, feldspar, feldspatoid dan muskovit. Hubungan antar kristal
atau disebut juga relasi didefinisikan sebagai hubungan antara kristal/mineral
yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan. Secara garis besar, relasi
dapat dibagi menjadi dua, Equigranular yaitu apabila secara relatif ukuran
kristalnya yang membentuk batuan berukuran sama besar. Inequigranular
yaitu apabila ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk batuan tidak sama
besar (Susanto, 2012).
3.2 Pembahasan
Pada praktikum yang dilakukan ini adalah mengenai pendeskripsian
batuan beku.

Biotit

kuarsa

plagioklas

Gambar 1.Batuan andesit

Pada pengamatan pertama praktikan melakukan identifikasi pada


batuan dengan nomor 1. Batuan ini memiliki warna fresh hitam keabuan dan
warna lapuk coklat. Jenis batuannya yaitu batuan beku yang berstruktur masif
dengan derajat kristalisasi hipokristalin dan derajat granularitasnya afanitik,
kemudian memiliki relasi equigranular. Memiliki komposisi mineral plagioklas,
kuarsa dan biotit. Dari hasil pendeskripsian tersebut dapat disimpulkan bahwa
batuan itu adalah batuan andesit, terbentuk dari magma bersifat intermediet
yang membeku diluar permukaan bumi (Vulkanik)

kuarsa

plagioklas
Biotit

Hornblen

Gambar 2. Batuan Granodiorit


Pada pengamatan kedua praktikan melakukan identifikasi pada batuan
dengan nomor 2. Batuan ini memiliki warna fresh abu-abu dan warna lapuk
kecoklatan. Jenis batuannya yaitu batuan beku yang berstruktur masif dengan
derajat kristalisasi yang holokristalin dan derajat granularitas fanerik,
kemudian memiliki relasi equigranular. Memiliki komposisi mineral plagioklas,
kuarsa, hornblende dan biotit. Dari hasil pendeskripsian tersebut dapat
disimpulkan bahwa batuan itu adalah batuan granodiorit, terbentuk dari
magma bersifat intermediet hingga asam yang membeku didalam permukaan
bumi (Plutonik).

plagioklas

kuarsa

Hornblend

Gambar 3. Batuan andesit porfiritik

Pada pengamatan ketiga praktikan melakukan identifikasi pada batuan


dengan nomor 3. Batuan ini memiliki warna fresh hitam dan warna lapuk oklat.
Jenis batuannya yaitu batuan beku yang berstruktur masif dengan derajat
kristalisasi hipokristalin dan derajat granularitas fanerik, kemudian memiliki
relasi inequigranular. Memiliki komposisi mineral plagioklas, kuarsa dan
hornblende. Dari hasil pendeskripsian tersebut dapat disimpulkan bahwa
batuan itu adalah batuan andesit porfiritik, terbentuk dari magma bersifat
intermediet yang membeku dibawah permukaan bumi yang dangkal (Hipabisal).
Biotit

plagioklas

kuarsa

Gambar 4. Batuan granodiorit

Pada pengamatan keempat praktikan melakukan identifikasi pada batuan


dengan nomor 4. Batuan ini memiliki warna fresh hitam keabuan dan warna
lapuk coklat. Jenis batuannya yaitu batuan beku yang berstruktur masif
dengan derajat kristalisasi yang holokristalin dan derajat granularitas fanerik,
kemudian memiliki relasi equigranular. Memiliki komposisi mineral plagioklas,
kuarsa, hornblende dan biotit. Dari hasil pendeskripsian tersebut dapat
disimpulkan bahwa batuan itu adalah batuan granodiorit, terbentuk dari
magma bersifat intermediet hingga asam yang membeku didalam permukaan
bumi (Plutonik).

Gambar 5. Batuan obsidian

Pada pengamatan kelima praktikan melakukan identifikasi pada batuan


dengan nomor 5. Batuan ini memiliki warna fresh hitam keabuan dan warna
lapuk hitam. Jenis batuannya yaitu batuan beku yang berstruktur masif
dengan tekstur amorf dan mempunyai derajat kristalisasi. Memiliki komposisi
mineral glass. Dari hasil pendeskripsian tersebut dapat disimpulkan bahwa
batuan itu adalah batuan obsidian, terbentuk dari magma yang mengalami
pendinginan yang cepat (Vulkanik).

plagioklas Biotit

Kuarsa

Gambar 6. Batuan granodiorit

Pada pengamatan keenam praktikan melakukan identifikasi pada batuan


dengan nomor 6. Batuan ini memiliki warna fresh putih dan warna lapuk
coklat. Jenis batuannya yaitu batuan beku yang berstruktur masif dengan
derajat kristalisasi yang holokristalin dan derajat granularitas fanerik,
kemudian memiliki relasi equigranular. Memiliki komposisi mineral plagioklas,
kuarsa, hornblende dan k-feldspar. Dari hasil pendeskripsian tersebut dapat
disimpulkan bahwa batuan itu adalah batuan granodiorit, terbentuk dari
magma bersifat intermediet hingga asam yang membeku didalam permukaan
bumi (Plutonik).

Kuarsa
plagioklas

Gambar 7. Batuann andesit

Pada pengamatan ketujuh praktikan melakukan identifikasi pada batuan


dengan nomor 7. Batuan ini memiliki warna fresh hitam keabuan dan warna
lapuk coklat. Jenis batuannya yaitu batuan beku yang berstruktur vesikular
dengan derajat kristalisasi hlookristalin dan derajat granularitasnya afanitik,
kemudian memiliki relasi equigranular. Memiliki komposisi mineral plagioklas
dan kuarsa. Dari hasil pendeskripsian tersebut dapat disimpulkan bahwa
batuan itu adalah batuan andesit, terbentuk dari magma bersifat intermediet
yang membeku diluar permukaan bumi (Vulkanik).
Pada pengamatan sampel kedelapan adalah sebagai berikut :
Hornblend
plagioklas

Biotit
Gambar 8. Batuan Granodiorit

Pada pengamatan kedelapan praktikan melakukan identifikasi pada


batuan dengan nomor 8. Batuan ini memiliki warna fresh coklat dan warna
lapuk coklat kemerahan. Jenis batuannya yaitu batuan beku yang berstruktur
masif dengan derajat kristalisasi yang holokristalin dan derajat granularitas
fanerik, kemudian memiliki relasi equigranular. Memiliki komposisi mineral k-
feldspar, kuarsa, hornblende dan biotit. Dari hasil pendeskripsian tersebut
dapat disimpulkan bahwa batuan itu adalah batuan granodiorit, terbentuk dari
magma bersifat intermediet hingga asam yang membeku didalam permukaan
bumi (Plutonik).
Biotit

plagioklas

K-Feldspar

Gambar 9. Batuan granit

Pada pengamatan kesembilan praktikan melakukan identifikasi pada


batuan dengan nomor 9. Batuan ini memiliki warna fresh merah muda dan
warna lapuk coklat. Jenis batuannya yaitu batuan beku yang berstruktur masif
dengan derajat kristalisasi yang holokristalin dan derajat granularitas fanerik,
kemudian memiliki relasi equigranular. Memiliki komposisi mineral k-feldspar,
kuarsa, plagioklas dan biotit. Dari hasil pendeskripsian tersebut dapat
disimpulkan bahwa batuan itu adalah batuan granit, terbentuk dari magma
bersifat intermediet hingga asam yang membeku didalam permukaan bumi
(Plutonik).
Pada pengamatan sampel ke sepuluh adalah sebagai berikut:

Kuarsa

plagioklas

Gambar 10. Batuan basalt

Pada pengamatan kesepuluh praktikan melakukan identifikasi pada batuan


dengan nomor 10. Batuan ini memiliki warna fresh hitam dan warna lapuk
coklat. Jenis batuannya yaitu batuan beku yang berstruktur skoria dengan
derajat kristalisasi hipokristalin dan derajat granularitasnya afanitik, kemudian
memiliki relasi equigranular. Memiliki komposisi mineral plagioklas dan kuarsa.
Dari hasil pendeskripsian tersebut dapat disimpulkan bahwa batuan itu adalah
batuan basalt, terbentuk dari magma bersifat basa yang membeku diluar
permukaan bumi (Vulkanik).
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum kali ini adalah :
1. Pendeskripsian batuan dapat dilihat dari proses terbentuknya, bentuk
kristal, kandungan mineral dan sifat mineralnya.
2. Batuan vulkanik dicirikan dengan batuan yang memiliki kristal halus
dengan proses pendinginan magma lambat daterbentuk pada
permukaan bumi. Sedangkan batuan plutonik dicirikan dengan mineral
yang kasar akibat pendinginan lambat dibawah permukaan bumi.
3. Sifat fisik batuan beku terdiri dari struktur dan tekstur, dengan
struktur contohnya masif, vesikuler, skoria. Dan tekstur adalah derajat
kristalisasi, derajat granularitas, dan relasi.

4.2 Saran
Adapun saran untuk praktikum kali ini adalah agar praktikan dapat
membaca modul dengan baik dan mengikuti tata tertib sehingga pratikum
berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA

Noor, Djauhari. 2012. Pengantar Geologi. Bogor: Universitas Pakuan.


Nugraha, Dwiki. 2018. Panduan Dasar Pemetaan Geologi. Yogyakarta.
Price, M dan Kevin, W. 2005. Natural Pocket Rock and Mineral. London: Dorling
Kindersley
Susanto. A. 2012. Modul Praktikum Petrologi. Bandung : Laboratorium Petrologi

dan Endapan Mineral ITB.


Wilson, J. Rhicard. 2010. Minerals and Rocks. Denmark: Aarhus University.

Anda mungkin juga menyukai