BATUAN BEKU
Disusun Oleh:
MHD ADJIE WICAKSONO.S
F1D220023
Magma adalah cairan atau larutan silikat pijar yang terbentuk secara
alamiah yang bersifat mobile, dengan suhu 9000 - 12000 atau lebih dan berasal
dari kerak bumi bagian bawah atau selubung bumi bagian atas. Dari magma
dengan kondisi tertentu ini selanjutnya mengalami differensiasi magma.
Differensiasi magma ini meliputi proses yang mengubah magma dari keadaan
awal yang homogen dalam skala besar menjadi masa batuan beku dengan
komposi yang bervariasi (Nugraha, 2018).
Batuan adalah zat terkonsolidasi yang terjadi secara alami, mungkin
saja terbuat dari mineral, potongan batuan lainnya, dan bahan fosil, seperti
kerang atau tanaman. Batuan adalah hasil dari berbagai proses geologi yang
terjadi di dan di bawah permukaan bumi atau, dalam hal meteorit, di bagian
lain Semesta. Batuan bisa dipelajari dan dibedakan antara dengan
pengelompokan bersama tipe-tipe yang berbagi serupa penampilan, mirip
komposisi, dan proses yang sama pembentukan. Ada banyak fitur batuan yang
dapat digunakan dalam identifikasi, yaitu ukuran dan bentuk butir, warna, dan
penentuan mineral penyusun semuanya penting. Proses-proses yang
menghasilkan batu juga menimbulkan tekstur dan struktur karakteristik,
untuk Contohnya, lava dapat menghasilkan batuan seperti kaca dengan
struktur aliran. Ada 3 jenis batuan umum yang diketahui, yaitu dimulai dari
batuan beku intrusif terbentuk ketika magma membeku, dan terbuat dari
kristal, yang dapat disejajarkan atau berlapis. Batuan vulkanik bersifat
ekstrusif dan terbentuk ketika lava mengeras mungkin mengandung gelas,
gelembung gas, atau tunjukkan struktur aliran. Batuan sedimen dihasilkan dari
konsolidasi sedimen. Satu jenis sedimen diendapkan sebagai butiran oleh air
atau angin, dalam lapisan yang dikenal sebagai lapisan, yang lain terbentuk
dari bahan biologis, menghasilkan batu seperti batu kapur. Batuan Metamorf,
batuan ini diproduksi oleh perubahan karena peningkatan panas dan tekanan.
Mereka sering menunjukkan fitur deformasi, seperti perataan, goresan, atau
lipat. Mineral khas, seperti garnet, adalah indikator yang baik untuk jenis
batuan ini (Price dan Kevin, 2005).
Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah
jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan
atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan
intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif
(vulkanik). Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan
yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses
pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-proses berikut: kenaikan
temperatur, penurunan tekanan, atau perubahan komposisi. Lebih dari 700
tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di
bawah permukaan kerak bumi (Noor, 2012).
Struktur adalah kenampakan batuan secara makro yang meliputi
kedudukan lapisan yang jelas/umum dari lapisan suatu batuan. Struktur
batuan beku sebagian besar hanya dapat dilihat dilapangan saja misalnya
Pillow lava atau lava bantal, yaitu struktur paling khas dari batuan vulkanik
bawah laut, membentuk struktur seperti bantal. Joint struktur, merupakan
struktur yang ditandai adanya kekar-kekar yang tersusun secara teratur tegak
lurus arah aliran. Masif, yaitu apabila tidak menunjukkan adanya sifat aliran,
jejak gas (tidak menunjukkan adanya lubang-lubang) dan tidak menunjukkan
adanya fragmen lain yang tertanam didalam tubuh batuan beku tersebut.
Vesikuler, yaitu struktur yang berlubang-lubang yang disebabkan oleh
keluarnya gas pada waktu pembekuan magma. Lubang-lubang tersebut
menunjukkan arah yang teratur. Skoria, yaitu struktur yang sama dengan
struktur vesikuler tetapi lubang-lubangnya besar dan menunjukkan arah yang
tidak teratur. Amigdaloidal, yaitu struktur di mana lubang-lubang gas telah
terisi oleh mineral-mineral sekunder, biasanya mineral silikat atau karbonat.
Xenolitis, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya fragmen/pecahan batuan
lain yang masuk dalam batuan yang mengintrusi. Pada umumnya suatu batuan
beku tanpa struktur (masif), sedangkan struktur-struktur yang ada pada
batuan beku dibentuk oleh kekar (joint) atau rekahan (fracture) dan pembekuan
magma, misalnya: columnar joint (kekar tiang), dan sheeting joint atau kekar
berlembar (Wilson, Rhicard. 2010).
Untuk menentukan komposisi mineral pada batuan beku, cukup dengan
mempergunakan indeks warna dari batuan kristal. Atas dasar warna mineral
sebagai penyusun batuan beku dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
-Mineral felsik, yaitu mineral yang berwarna terang, terutama terdiri dari
mineral kwarsa, feldspar, feldspatoid dan muskovit. Hubungan antar kristal
atau disebut juga relasi didefinisikan sebagai hubungan antara kristal/mineral
yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan. Secara garis besar, relasi
dapat dibagi menjadi dua, Equigranular yaitu apabila secara relatif ukuran
kristalnya yang membentuk batuan berukuran sama besar. Inequigranular
yaitu apabila ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk batuan tidak sama
besar (Susanto, 2012).
3.2 Pembahasan
Pada praktikum yang dilakukan ini adalah mengenai pendeskripsian
batuan beku.
Biotit
kuarsa
plagioklas
kuarsa
plagioklas
Biotit
Hornblen
plagioklas
kuarsa
Hornblend
plagioklas
kuarsa
plagioklas Biotit
Kuarsa
Kuarsa
plagioklas
Biotit
Gambar 8. Batuan Granodiorit
plagioklas
K-Feldspar
Kuarsa
plagioklas
4.2 Saran
Adapun saran untuk praktikum kali ini adalah agar praktikan dapat
membaca modul dengan baik dan mengikuti tata tertib sehingga pratikum
berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA