Anda di halaman 1dari 4

Nama / NIM : Raja P Simbolon

Pertemuan Ke :2
Judul Praktikum : pengkuran lereng dengan kompas
Hari / Tanggal : kamis, 18 Maret 2021
Tempat : Danau Unja
Asisten : 1. Eva Sumarni Afriana(F1D216007)
2. Luhut Fredianto Parapat (F1D216029)
3. Ahmad Hadi Kurniawan (F1D216032)
4. Mulyadi Syaifullah (F1D216023)

Prinsip Teori
Kemiringan lereng terjadi akibat perubahan permukaan bumi di berbagai
tempat yang disebabakan oleh daya-daya eksogen dan gaya-gaya endogen yang
terjadi sehingga mengakibatkan perbedaan letak ketinggian titik-titik diatas
permukaan bumi.  Kemiringan lereng mempengaruhi erosi melalui runoff.  Makin
curam lereng makin besar laju dan jumlah aliran permukaan dan semakin besar erosi
yang terjadi.  Selain itu partikel tanah yang terpercik akibat tumbukan butir hujan
makin banyak (Arsyad, 2000).
Kemiringan lereng mempengaruhi erosi melalui runoff.  Kemiringan lereng
(slope) merupakan suatu unsur topografi dan faktor erosi.  Kemiringan lereng terjadi
akibat perubahan permukaan bumi diberbagai tempat yang disebabkan oleh gaya-
gaya eksogen dan endogen yang terjadi sehingga mengakibatkan perbedaan letak
ketinggian titik-titik di atas permukaan bumi (Kartasapoetra, 1986).
Kemiringan lereng menunjukan besarnya sudut lereng dalam persen
atau derajat.  Dua titik yang berjarak horizontal 100 meter yang mempunyai
selisih tinggi 10 meter membentuk lereng 10 %.  Kecuraman lereng
100% sama dengan kecuraman 45 derajat.  Selain dari memperbesar jumlah aliran
permukaan, semakin curamnya lereng juga memperbesar energi angkut air.  Jika
kemiringan lereng semakin besar, maka jumlah butir-butir tanah yang terpercik ke
bawah oleh tumbukan butir hujan akan semakin banyak.  Hal ini disebabkan gaya
berat yang semakin besar sejalan dengan semakin miringnya permukaan tanah dari
bidang horizontal, sehingga lapisan tanah atas yang tererosi akan semakin
banyak.  Jika lereng permukaan tanah menjadi dua kali lebih curam, maka
banyaknya erosi per satuan luas menjadi 2,0-2,5 kali lebih banyak. Lereng
mempengaruhi erosi dalam hubungannya dengan kecuraman dan panjang
lereng.  Lahan dengan kemiringan lereng yang curam (30-45%) memiliki pengaruh
gaya berat (gravity) yang lebih besar dibandingkan lahan dengan kemiringan lereng
agak curam (15-30%) dan landai (8-15%).  Hal ini disebabkan gaya berat semakin
besar sejalan dengan semakin miringnya permukaan tanah dari bidang
horizontal.  Gaya berat ini merupakan persyaratan mutlak terjadinya proses
pengikisan (detachment), pengangkutan (transportation), dan
pengendapan (sedimentation) (Wiradisastra, 1999).
Kondisi lereng yang semakin curam mengakibatkan pengaruh gaya
berat dalam memindahkan bahan-bahan yang terlepas meninggalkan lereng
semakin besar pula.  Jika proses tersebut terjadi pada kemiringan lereng lebih dari
8%, maka aliran permukaan akan semakin meningkat dalam jumlah dan
kecepatan seiring dengan semakin curamnya lereng.  Berdasarkan hal tersebut,
diduga penurunan sifat fisik tanah akan lebih besar terjadi pada lereng 30-45%.  Hal
ini disebabkan pada daerah yang berlereng curam (30-45%) terjadi erosi terus
menerus sehingga tanah-tanahnya bersolum dangkal, kandungan bahan organik
rendah, tingkat kepadatan tanah yang tinggi, serta porositas tanah yang rendah
dibandingkan dengan tanah-tanah di daerah datar yang air tanahnya
dalam.  Perbedaan lereng juga menyebabkan perbedaan banyaknya air tersedia
bagi tumbuh-tumbuhan sehingga mempengaruhi pertumbuhan vegetasi di
tempat tersebut (Hardjowigeno, 1993).

Hubungan antara lereng dengan sifat-sifat tanah tidak selalu sama disemua tempat,
hal ini disebabkan karena faktor-faktor pembentuk tanah yang berbeda di setiap
tempat.  Keadaan topografi dipengaruhi oleh iklim terutama oleh curah hujan dan
temperatur (Salim, 1998).
Tujuan Praktikum
1. Mengetahui cara mengukur kemiringan lereng

Pelaksanaan Praktikum
 Alat dan bahan
- Meteran
- Millimeter block
- Kompas
- ATK
- Sarung tangan

Hasil dan Pembahasan


Hasil

N Titik Rata-rata Jarak Kemiringan Beda tinggi


O sebenarnya
1 A–B 3° 5m 4,99 0,26
2 B-C 15° 5m 4,89 1,29
3 C-D 5° 5m 4,98 0,43
4 D -E 3° 5m 4,99 0,26
Untuk kemiringan : CB = AB COS α
Untuk beda tinggi :AC = AB SIN α.
Pada praktikum lalu kita telah melakukan pengukuran lereng dan berapa
derajat kemiringannya, pada saat pengukuran yang digunakan adalah nivo tabung,
karena yang di ukur adalah kemiringan lereng, setelah melakukan pengukuran
kemiringan kemudian diukur kemiringan dengan rumus CB = AB COS α, baru catat
hasilnya, baru setelah itu ukur beda tingginya dengan rumus AC = AB SIN α.
Kondisi lereng yang semakin curam mengakibatkan pengaruh gaya berat dalam
memindahkan bahan-bahan yang terlepas meninggalkan lereng semakin besar
pula.  Jika proses tersebut terjadi pada kemiringan lereng lebih dari 8%, maka aliran
permukaan akan semakin meningkat dalam jumlah dan kecepatan seiring dengan
semakin curamnya lereng.
Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
- Cara mengukur kemiringan lereng dengan menggunakan kompas iaslah
dengan menggunakan titk sebagai acuan lalu dilakukan pengukurab
dengan kompas dengan menggunakan dip, kemuadian ahsil di catat lalu di
cari kemiringan dengan rumua.
Daftar Pustaka
Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Institut Pertanian Bogor Press. Bogor.
Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis.
Akademika Pressindo. Jakarta.

Kartasapoetra, A. Gunarsih. 1986. Klimatologi: Pengaruh Iklim TerhadapTanah dan


Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta.
Salim, E.H. 1998. Pengelolaan Tanah. Karya Tulis. Jurusan Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Bandung.
Wiradisastra. 1999. Geomorfologi dan Analisis Lanskap. Laboratorium Penginderaan
Jauh dan Kartografi Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.

Laporan diketik di kertas ukuran A-4, font 12 dan di print_out. Spasi 1,5, margin kiri
3,5 cm, atas bawah kanan 3 cm.
Laporan wajib dikumpul pada hari kamis, sebelum praktikum.
Cat : laporan boleh ditulis tangan di kertas HVS / double folio bergaris dengan rapi.

Anda mungkin juga menyukai