Anda di halaman 1dari 107

HABIB ADJIE

Jalan Tidar No. 244 Surabaya – 60251

031 – 5483881. 031 – 5469853.

08113337243 08121652894

Habib Adjie hb_adjie

Habib Adjie tanyahabibadjie

adjieku61@gmail.com

copyright@hba-inc 1
copyright@hba-inc 2
 PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA
RUANG/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA BERKAITAN DENGAN
TUGAS DAN FUNGSI PPAT, JUGA DALAM
BEBERAPA PASAL MENYANGKUT JABATAN/AKTA-
AKTA NOTARIS, SEPERTI TERSEBUT DALAM PASAL
111 DAN 127 A-B.
 SEHINGGA DALAM TINDAKKAN HUKUM TERTENTU
MEMERLUKAN AKTA-AKTA NOTARIS SEBAGAI
BAHAN YANG BERKAITAN DENGAN PERMOHONAN
PENDAFTARAN PERALIHAN HAK ATAS TANAH
ATAU HAK MILIK ATAS SATUAN RUMAH SUSUN DI
KANTOR PERTANAHAN.
5 APAKAH PERLU BUKU BACAAN
YANG MEMBAHAS KETERANGAN
HAK WARIS/AKTA KETERANGAN
WAK MEWARIS (AKHW) ?

copyright@hba-inc
PEMINAT TELPON KE : 022- 6121762
copyright@hba-inc 6
PEMINAT TELPON/WA KE : 08122936060
copyright@hba-inc 7
8
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
BERSAHABAT -BERBAGI – BERKONTRIBUSI
UNTUK SESAMA NOTARIS

PERUBAHAN PENGATURAN TENTANG BUKTI SEBAGAI AHLIWARIS


DALAM BIDANG PERTANAHAN

PERATURAN MENTERI PERATURAN MENTERIA GRARIA


DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN
NEGARA AGRARIA/ PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK
KEPALA BADAN INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2021
TENTANG PERUBAHAN KETIGA
PERTANAHAN ATAS PERATURAN MENTERI
NASIONALNOMOR 3 NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN
PERTANAHAN NASIONALNOMOR 3
TAHUN 1997 TENTANG TAHUN 1997 TENTANG KETENTUAN KETERANGAN/
PELAKSANAAN PERATURAN
KETENTUAN PEMERINTAH CATATAN
PELAKSANAAN NOMOR 24
PERATURAN TAHUN 1997 TENTANG
PENDAFTARAN TANAH
PEMERINTAH NOMOR 24
TAHUN 1997 TENTANG
PENDAFTARAN TANAH
Pasal 111 Ketentuan Pasal 111 diubah, 1. Dengan perubahan tersebut
(1) Permohonan pendaftaran sehingga berbunyi sebagai berikut:
peralihan hak atas tanah atau (1) Permohonan pendaftaran peralihan pembuatan Keterangan Waris /
Hak Milik Atas Satuan Rumah Hak Atas Tanah atau Hak Milik Atas AKTA KETERANGAN HAK
Susun diajukan oleh ahli waris Satuan Rumah Susun diajukan oleh MEWARIS tidak lagi
atau kuasanya dengan ahli waris atau kuasanya dengan
melampirkan : melampirkan: berdasarkan golongan
a. sertipikat hak atas tanah atau a. sertipikat Hak AtasTanah atau penduduk/etnis/ras, karena
sertipikat Hak Milik Atas Sertipikat Hak Milik Atas Satuan (jika tidak diubah atau tetap
Satuan Rumah Susun atas Rumah Susun atas nama pewaris
nama pewaris, atau, apabila atau alat bukti pemilikan tanah dilakukan) akan bertentangan
mengenai tanah yang belum lainnya; dengan:
terdaftar, bukti pemilikan b. surat kematian atas nama
sebagaimana dimaksud pemegang hak yang tercantum
a.Instruksi Presidium
dalam Pasal 24 Peraturan dalam Sertipikat yang Kabinet nomor :
Pemerintah Nomor 24 Tahun bersangkutan dari kepala 31/U/IN/12/1966,
1997; desa/lurah tempat tinggal pewaris
b. surat kematian atas nama waktu meninggal dunia, rumah
tanggal 27 Desember
pemegang hak yang sakit, petugas kesehatan, atau 1966 – telah ditetapkan
tercantum dalam sertipikat instansi lain yang berwenang; penghapusan
yang bersangkutan dari c. surat tanda bukti sebagai ahli
Kepala Desa/Lurah tempat waris dapat berupa:
pembedaan golongan
tinggal pewaris waktu 1. wasiat dari pewaris; penduduk di Indonesia
meninggal dunia, rumah sakit, 2. putusan pengadilan; dengan dasar
petugas kesehatan, atau 3. penetapan
intansi lain yang berwenang; hakim/ketua
pertimbangan bahwa
c. surat tanda bukti sebagai pengadilan; demi tercapainya
ahli waris yang dapat 4. surat pernyataan pembinaan kesatuan
berupa : ahliwaris yang dibuat
1) wasiat dari pewaris, atau oleh para ahliwaris
bangsa Indonesia yang
2) putusan Pengadilan, atau dengan disaksikan bulat dan homogen,
3) penetapan hakim/Ketua oleh 2 (dua) orang serta adanya perasaan
Pengadilan, atau saksi dan diketahui
4) - bagi warganegara oleh kepala desa/lurah
persamaan nasib
diantara sesama bangsa
Indonesia penduduk asli : dan camat tempa Indonesia.
surat keterangan ahli ttinggal pewaris pada
waris yang dibuat oleh waktu meninggal b.Undang-undang Nomor
para ahli waris dengan dunia; 29Tahun 1999 tentang
disaksikan oleh 2 (dua) 5. AKTAKETERANGAN HAK
orang saksi dan MEWARIS DARI NOTARIS
Ratifikasi Konvensi
dikuatkan oleh Kepala YANG BERKEDUDUKAN DI Internasional Mengenai
Desa/Kelurahan dan TEMPAT TINGGAL PEWARIS Penghapusan Segala
Camat tempat tinggal PADA WAKTU
pewaris pada waktu MENINGGALDUNIA; atau
Bentuk Diskriminasi
meninggal dunia; 6. Surat keterangan waris dari Rasial (International
- bagi warganegara Balai Harta Peninggalan. Convention on the
Indonesia keturunan d. Surat Kuasa Tertulis dari ahli
Tionghoa: akta waris apabila yang mengajukan
Elimination of All Forms
keterangan hak mewaris permohonan pendaftaran of Racial Discrimination
dari Notaris, peralihan hak bukan ahli waris 1965/CERD)
- bagi warganegara yang bersangkutan;
Indonesia keturunan e. bukti identitas ahli waris. c. Undang-undang Nomor
Timur Asing lainnya: (2) Apabila pada waktu permohonan 39Tahun 1999 tentang
surat keterangan waris pendaftaran peralihan sudah ada
dari Balai Harta putusan pengadilan atau penetapan
Hak Asasi Manusia
Peninggalan. hakim/ketua pengadilan atau akta
(Lembaran Negara
d. surat kuasa tertulis dari ahli mengenai pembagian waris, maka Republik Indonesia
waris apabila yang
mengajukan permohonan
putusan/ penetapan atau AKTA Tahun 1999 Nomor 165,
tersebut juga dilampirkan pada Tambahan Lembaran
pendaftaran peralihan hak permohonan.
bukan ahli waris yang (3) AKTA MENGENAI PEMBAGIAN Negara Republik
bersangkutan;
e. bukti identitas ahli waris;
WARIS SEBAGAIMANA Indonesia Nomor 3886).
DIMAKSUD PADA AYAT (2)
(2) Apabila pada waktu DAPAT DIBUAT DALAM BENTUK d.Undang-undang Nomor
permohonan pendaftaran AKTA DI BAWAH TANGAN OLEH 12 Tahun 2006 tentang
peralihan sudah ada putusan SEMUA AHLI WARIS DENGAN
pengadilan atau penetapan Kewarganegaraan
DISAKSIKAN OLEH 2 (DUA)
hakim/Ketua Pengadilan atau ORANG SAKSI ATAU DENGAN (Lembaran Negara
akta mengenai pembagian waris AKTANOTARIS. Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud Pasal (4) Apabila ahli waris lebih dari 1 (satu)
42 ayat (4) Peraturan orang dan belum ada pembagian Tahun 2006 Nomor 63,
Pemerintah Nomor 24 Tahun warisan, maka pendaftaran peralihan Tambahan Lembaran
1997, maka putusan/penetapan haknya dilakukan kepada para ahli Negara Republik
atau akta tersebut juga waris sebagai pemilikan bersama,
dilampirkan pada permohonan dan pembagian hak selanjutnya dapat Indonesia Nomor4634).
sebagaimana dimaksud pada dilakukan melalui pembagian hak e.Undang-undang Nomor
ayat (1). bersama sesuai dengan ketentuan
(3) Akta mengenai pembagian waris peraturan perundang-undangan.
23 tentang Administrasi
sebagaimana dimaksud pada (5) Apabila ahli waris lebih dari 1 (satu) Kependudukan
ayat (2) dapat dibuat dalam orang dan pada waktu pendaftaran (Lembaran Negara
bentuk akta dibawah tangan oleh peralihan haknya disertai dengan akta
semua ahli waris dengan waris yang memuat keterangan
Republik Indonesia
disaksikan oleh 2 orang saksi bahwa Hak Atas Tanah atau Hak Milik Tahun 2006 Nomor 124,
atau dengan akta notaris. Atas Satuan Rumah Susun tertentu Tambahan Lembaran
(4) Apabila ahli waris lebih dari 1 jatuh kepada1 (satu) orang penerima
(satu) orang dan belum ada warisan, maka pencatatan peralihan
Negara Republik
pembagian warisan, maka haknya dilakukankepada penerima Indonesia Nomor 4676).
pendaftaran peralihan haknya warisan yang bersangkutan
dilakukan kepada para ahli waris berdasarkan akta waris tersebut.
f. Undang-undangNomor
sebagai pemilikan bersama, dan (6) Pencatatan pendaftaran peralihan 40 Tahun 2008 tentang
pembagian hak selanjutnya hak sebagaimana dimaksud pada Penghapusan
dapat dilakukan sesuai ayat (1) dilakukan pada buku tanah,
ketentuan Pasal 51 Peraturan Sertipikat, daftar tanah dan/atau
Diskrimasi Ras dan
Pemerintah Nomor 24 Tahun daftar umum lainnya. Etnis (Lembaran Negara
1997. Republik Indonesia
(5) Apabila ahli waris lebih dari 1
(satu) orang dan pada waktu
Tahun 2008 Nomor 170,
pendaftaran peralihan haknya Tambahan Lembaran
disertai dengan akta pembagian Negara Republik
waris yang memuat keterangan
bahwa hak atas tanah atau Hak
Indonesia Nomor 4919).
Milik Atas Satuan Rumah Susun 2. SURAT MAHKAMAH AGUNG
tertentu jatuh kepada 1 (satu) REPUBLIK INDONESIA
orang penerima warisan, maka
pencatatan peralihan haknya NOMOR MA / KUMDIL / 171/V/
dilakukan kepada penerima K/1991 TAHUN 1991 TENTANG
warisan yang bersangkutan FATWA SEHUBUNGAN
berdasarkan akta pembagian
waris tersebut. DENGAN PERMOHONAN
(6) Pencatatan pendaftaran PENETAPAN AHLI WARIS
peralihan hak sebagaimana sudah tidak bisa diberlakukan
dimaksud Pasal ini dalam daftar-
daftar pendaftaran tanah karena ber-tentangan dengan
dilakukan sebagaimana aturan yang lebih tinggi.
dimaksud dalam Pasal 105. 3. TERHADAP ATURAN HUKUM
KETERANGAN WARIS
SEPERTI TERSEBUT DI ATAS
PERNAH DIAJUKAN
PERMOHONAN UJI MATERIL
KE MAHKAMAH AGUNG,
SILAHKAN BACA :
https://www.hukumonline.com
/berita/baca/hol18343/masih-
ada-diskriminasi-dalam-
mengurus-surat-keterangan-
waris?page=3
4. Pembuatan Keterangan Waris/
AKTA KETERANGAN HAK
MEWARIS menjadi pilihan
(lihat huruf c) artinya setiap
Warga Negara Indonesia
bebas untuk menentukan
pembuatan Keterangan Hak
Mewarisnya, tergantung
instansi yang bersangkutan
mau membuatkan dan
memberikan atau tidak.
5. Khusus Notaris bisa me-
layani untuk semua Warga
Negara Indonesia dalam
bentuk AKTA KETERANGAN
HAK MEWARIS DARI
NOTARIS YANG BERKE-
DUDUKAN DITEMPAT
TINGGAL PEWARIS PADA
WAKTU MENINGGAL DUNIA
6. Dalam pembuatan AKTA KE-
TERANGAN HAK MEWARIS
oleh Notaris HARUS
memperhatikan kesesuaian
antara TEMPAT TINGGAL
PEWARIS YANG
MENINGGAL DUNIA dan
TEMPAT KEDUDUKAN
NOTARIS dan Bukti Kematian
dari Dukcapil yang sesuai
dengan surat bukti
bersangkutan meninggal
dunia, misalnya Pewaris
meninggal dunia di Kota
Surabaya, maka AKTA
KETERANGAN HAK
MEWARIS harus dibuat
dihadapan Notaris yang
berkedudukan di Kota
Surabaya.
7. -Bagaimana jika Pewaris me-
ninggalnya tidak di Indonesia
atau tidak diketahui lagi
alamatnya ? Jika Pewaris
tercatat sebagai Warga Negara
Indonesia maka bisa dilihat
NIKnya. NIK adalah nomor
identitas penduduk yang
bersifat unik atau khas,
tunggal dan melekat pada
seseorang yang terdaftar
sebagai penduduk
Indonesia. Undang Undang
Nomor 24 Tahun 2013 tentang
Administrasi Kependudukan
dan PP Nomor 40 Tahun 2019
tentang Pelaksanaan Undang-
undang Administrasi
Kependudukan mengatur
bahwa NIK yang terdiri atas 16
digit dan berlaku selama
seseorang yang memiliki NIK
masih menjadi warga negara
Indonesia.
-Pasal 37 PP Nomor 37 Tahun
2007 menyebutkan bahwa:
1. 6 digit pertama NIK
merupakan kode wilayah
Provinsi, Kabupaten/Kota
dan Kecamatan tempat
tinggal pada saat mendaftar.
2. 6 digit kedua NIK adalah
tanggal, bulan dan tahun
kelahiran dan khusus untuk
perempuan tanggal lahirnya
ditambah angka 40.
3. 4 digit terakhir NIK
merupakan nomor urut
penerbitan NIK yang
diproses secara otomatis
dengan SIAK.
4. NIK berlaku seumur hidup
dan selamanya tidak
berubah dan tidak mengikuti
perubahan domisili.
5. NIK diterbitkan setelah
dilakukan pencatatan
biodata penduduk sebagai
dasar penerbitan KK, KTP
dan Akta-akta Catatan Sipil
pada Dinas Dukcapil
setempat.
6. Jika NIK ditemukan tidak
selaras dengan tanggal lahir
dan/atau bulan/tahun lahir,
maka NIK tidak dapat diubah
berdasarkan tanggal
lahir/bulan/tahun yang baru
dibetulkan. NIK yang telah
terbit tidak dapat diganti,
yang dapat diganti hanya
tanggal lahir/bulan/tahun
yang baru dibetulkan.
8. Ketentuan kesesuaian an-
tara TINGGAL PEWARIS
MENINGGAL DUNIA dan
TEMPAT KEDUDUKAN
NOTARIS harus diperhatikan
jika AKTA KETERANGAN HAK
MEWARIS yang dibuat untuk
keperluan Permohonan
Pendaftaran Peralihan Hak
Atas Tanah atau Hak Milik Atas
Satuan Rumah Susun, tapi jika
bukan untuk itu ketentuan
kesesuaian antara TINGGAL
PEWARIS MENINGGAL
DUNIA dan TEMPAT
KEDUDUKAN NOTARIS tidak
perlu diperhatikan, misalnya
untuk mengambil/mencairkan
deposito,/ tabungan bank
mengurus Pensiun Pewaris
(selain untuk untuk keperluan
Permohonan Pendaftaran
Peralihan Hak Atas Tanah atau
Hak Milik Atas Satuan Rumah
Susun).
9. Hal tersebut sesuai dengan
Ke-wenangan Notaris yang
tersebut dalam Pasal 15 ayat
(1) UUJN–P.
10. Dibuat dalam bentuk
AKTA sesuai Pasal 38 UUJN
– P, dan bukan dalam bentuk
Surat Keterangan Notaris
(yang bukan akta atau bukan
Surat Keterangan Hak
Waris/Mewaris)
11.Jika dibuat dengan akta
Notaris kewajiban Notaris
untuk menanyakan ada atau
tidak ada wasiat ke Menteri
Hukum dan HAM RI u.p.
Harta Peninggalan dan
Kurator Negara - Seksi
Daftar Wasiat di Jakarta
tetap berlaku.
12. Akta Keterangan Waris /
Akta Keterangan Hak
Mewaris tersebut hanya
menyebutkan susunan siapa
sebagai ahliwaris dari siapa,
tidak menentukan
hak/bagian para ahli waris
yang dapat dibuat dengan
akta tersendiri.
13. Bahwa meskipun tentang
AKTA KETERANGAN HAK
MEWARIS ada dan dibuat
muncul) dari peraturan
pertanahan (Badan
Pertanahan Nasional/
Kementerian ATR), maka
peraturan tersebut bisa juga
berlaku untuk instansi lain
(bukan hanya untuk keperluan
di kantor pertanahan saja),
karena AKTA KETERANGAN
HAK MEWARIS yang dibuat
dengan akta Notaris
berdasarkan UUJN, dalam
PENJELASAN UUJN (Undang-
undang Nomor 30 Tahun 2004
tentang Jabatan Notaris -
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor
117, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia
Nomor 4432) disebutkan
bahwa“….DALAM RANGKA
MEWUJUDKAN UNIFIKASI
HUKUM DI BIDANG
KENOTARIATAN TERSEBUT,
DIBENTUK UNDANG-
UNDANG JABATAN
NOTARIS”.
14. Mari kita menjadi Notaris
se-bagai “agent of change”
dalam pembuatan Akta
Keterangan Hak Mewaris
(AKHW) secara egaliter.
AKTA KETERANGAN
HAK MEWARIS (AKHW)

1. UNTUK MEMBUKTIKAN DAN SEBAGAI


BUKTI SIAPA SEBAGAI AHLI WARIS
DARI SIAPA.

2. DIBUAT DI HADAPAN NOTARIS BERSIFAT


UNIFIKASI, BERLAKU UNTUK SEMUA
WARGA NEGARA INDONESIA.

3. DIBUAT DI HADAPAN NOTARIS DALAM


BENTUK AKTA PIHAK DAN DEKLARATIF

4. TIDAK PERLU MENYEBUTKAN HAK/BAGIAN PARA


AHLI WARIS, HAK DAN BAGIAN PARA AHLI WARIS
DAPAT DIBUAT DENGAN AKTA TERSENDIRI SESUAI
HUKUM WARIS BAGI YANG BERSANGKUTAN ATAU
KARENA KESEPAKATAN PARA AHLI WARIS - (HBA).
• DALAM PEMBUATAN AKTA KETERANGAN HAK MEWARIS
(AKHW) TERSEBUT NOTARIS WAJIB MENGETAHUI DAN
MEMAHAMI GOLONGAN AHLI WARIS :

• GOLONGAN AHLI WARIS BERDASARKAN KUH


PERDATA :

1.Golongan I : suami/isteri yang hidup terlama dan


anak/keturunannya (Pasal 852 KUHPerdata).
2.Golongan II : orang tua dan saudara kandung Pewaris
3.Golongan III : Keluarga dalam garis lurus ke atas
sesudah bapak dan ibu pewaris
4.Golongan IV : Paman dan bibi pewaris baik dari pihak
bapak maupun dari pihak ibu, keturunan paman dan
bibi sampai derajat keenam dihitung dari pewaris,
saudara dari kakek dan nenek beserta keturunannya,
sampai derajat keenam dihitung dari pewaris.

• GOLONGAN AHLI WARIS BERDASARKAN HUKUM


ADAT :

• Sistem keturunan : sistem ini dibedakan menjadi


tiga macam yaitu sistem PATRILINEAL yaitu
berdasarkan garis keturunan bapak, sistem
MATRILINEAL berdasarkan garis keturunan ibu, dan
sistem BILATERAL/PARENTAL yaitu sistem
berdasarkan garis keturunan kedua orang tua.

• Sistem Individual : berdasarkan sistem ini, setiap


ahli waris mendapatkan atau memiliki harta
warisan menurut bagiannya masing-masing. Pada
umumnya sistem ini diterapkan pada masyarakat
yang menganut sistem kemasyarakatan bilateral.
• Sistem Kolektif : ahli waris menerima harta warisan
sebagai satu kesatuan yang tidak terbagi-bagi
penguasaan ataupun kepemilikannya dan tiap ahli
waris hanya mempunyai hak untuk menggunakan
atau mendapat hasil dari harta tersebut.

• Sistem Mayorat : dalam sistem mayorat, harta


warisan dialihkan sebagai satu kesatuan yang tidak
terbagi dengan hak penguasaan yang dilimpahkan
kepada anak tertentu. Misalnya kepada anak tertua
yang bertugas sebagai pemimpin keluarga
menggantikan kedudukan ayah atau ibu sebagai
kepala keluarga.

• GOLONGAN AHLI WARIS BERDASARKAN HUKUM


WARIS ISLAM :

• Menurut hukum Islam hak waris itu diberikan baik kepada


keluarga wanita (anak-anak perempuan, cucu-cucu perempuan,
ibu dan nenek pihak perempuan, saudara perempuan sebapak
seibu, sebapak atau seibu saja). Para ahli waris berjumlah 25
orang, yang terdiri dari 15 orang dari pihak laki-laki dan 10 dari
pihak perempuan.
• Ahli waris dari pihak laki-laki ialah:
a. Anak laki-laki (al ibn).
b. Cucu laki-laki, yaitu anak laki-laki dan seterusnya kebawah
(ibnul ibn) .
c. Bapak (al ab).
d. Datuk, yaitu bapak dari bapak (al jad).
e. Saudara laki-laki seibu sebapak (al akh as syqiq).
f. Saudara laki-laki sebapak (al akh liab).
g. Saudara laki-laki seibu (al akh lium).
h. Keponakan laki-laki seibu sebapak (ibnul akh as syaqiq).
i. Keponakan laki-laki sebapak (ibnul akh liab).
j. Paman seibu sebapak.
k. Paman sebapak (al ammu liab).
l. Sepupu laki-laki seibu sebapak (ibnul ammy as syaqiq).
m. Sepupu laki-laki sebapak (ibnul ammy liab).
n. Suami (az zauj).
o. Laki-laki yang memerdekakan, maksudnya adalah orang yang
memerdekakan seorang hamba apabila sihamba tidak
mempunyai ahli waris.
• Sedangkan ahli waris dari pihak perempuan adalah:
a. Anak perempuan (al bint).
b. Cucu perempuan (bintul ibn).
c. Ibu (al um).
d. Nenek, yaitu ibunya ibu (al jaddatun).
e. Nenek dari pihak bapak (al jaddah minal ab).
f. Saudara perempuan seibu sebapak (al ukhtus syaqiq).
g. Saudara perempuan sebapak (al ukhtu liab).
h. Saudara perempuan seibu (al ukhtu lium).
i. Isteri (az zaujah).
j. Perempuan yang memerdekakan (al mu’tiqah).

CONTOH AKTA NOTARIS - AKTA KETERANGAN


HAK MEWARIS (AKHW) PENERAPAN DARI PASAL
111 AYAT (2) HURUF c ANGKA 5 PERATURAN
MENTERIA GRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA
BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2021 TENTANG
PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN
MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN
PERTANAHAN NASIONALNOMOR 3 TAHUN 1997
TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN
PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG
PENDAFTARAN TANAH
PERNYATAAN1

Nomor :

-Pada hari ini,

tanggal

bulan

tahun

pukul

WI ____ (Waktu Indonesia ______).------------------------------------------------------------

-Menghadap2 kepada saya,--------------------------------------------------------------------

------------ ______________________________________________________.-----------------

Notaris3 berkedudukan di _______________________________________________

Wilayah Jabatan Propinsi _______________________________________________

dengan dihadiri oleh para saksi yang saya, Notaris, kenal yang nama-

namanya akan disebutkan pada bagian akhir akta ini.-------------------------

NYONYA ______________________----------------------------------------------------------------

1
Pernyataan ini dibuat oleh para ahli waris yang mempunyai hubungan
darah dengan Pewaris atau karena ada hubungan perkawinan, yang
harus dibuat sebelum dibuat Akta Keterangan Hak Waris.
2
Penggunaan kalimat “Menghadap kepada saya…” atau “Berhadapan
dengan saya….” Atau “Telah hadir di hadapan saya….” mempunyai
pengertian dan makna yang sama, yaitu para pihak hadir secara nyata
(fisik) di hadapan Notaris sesuai dengan tempat kedudukan atau wilayah
jabatan Notaris.
3
Pada Jabatan Notaris tidak boleh dicantumkan/ditambahkan istilah lain
(seperti Notaris Sebagai Pejabat Pembuat Akta Koperasi), karena
Notaris adalah Pejabat Umum yang diatur Undang-undang Nomor 30
Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014 (UUJN - P).
-penghadap saya, Notaris, telah kenal berdasarkan identitasnya yang

diperlihatkan kepada saya, Notaris.------------------------------------------------------

-Bahwa dengan ini penghadap menerangkan terlebih dahulu :------------

-penghadap bermaksud untuk membuat Keterangan Ahli Waris yang

dibuat dihadapan Notaris.----------------------------------------------------------------------

-untuk keperluan tersebut, dengan ini penghadap menyatakan :---------

a. TUAN __________________ dan NYONYA _____________________---------------

adalah _________4.---------------------------------------------------------------------------------

b. TUAN ________________ telah meninggal dunia di5. _________----------------

c. selama hidupnya almarhum TUAN _________________ telah

menikah dengan NYONYA _______________, dan dikaruniai _______

orang anak ________6. yaitu :-----------------------------------------------------------------

1. _______________---------------------------------------------------------------------------------

2. _______________ ---------------------------------------------------------------------------------

3. _______________---------------------------------------------------------------------------------

4. _______________ ---------------------------------------------------------------------------------

5. _______________---------------------------------------------------------------------------------

-bahwa selanjutnya penghadap (-para penghadap) menerangkan pula,

selama perkawinan tersebut diatas7. :---------------------------------------------------

1. tidak mempunyai anak diluar kawin, baik yang diakui maupun yang

sah.------------------------------------------------------------------------------------------------------

4
Jika yang bersangkutan suami-isteri, sebutkan dokumennya, misalnya
Surat Nikah (dari Kantor Urusan Agama/KUA) atau Akta Pernikahan
(Kantor Catatan Sipil).
5
Sebutkan/tuliskanSurat atau Akta Kematiannya.
6
Sebutkan/tuliskan Surat atau Akta Kelahirannya.
7
Substansi yang tersebut pada point ini sesuai fakta yang sebenarnya,
misalnya apakah menikah atau tidak menikah, punya anak atau tidak
punya anak.
2. tidak mengangkat/mengadopsi anak.------------------------------------------------

3. tidak mempunyai perjanjian kawin.---------------------------------------------------

bahwa menurut Surat dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Administrasi

Hukum Umum, Direktur Perdata Seksi Wasiat 8.:------------------------------

• Nomor : ___________________________________________________________

almarhum ____________________ tidak meninggalkan wasiat9.-------

dengan demikian menurut keterangan penghadap dan penghadap

menyatakan bahwa ahli waris dari almarhum TUAN _______________

yaitu :-------------------------------------------------------------------------------------------------------

1. _______________---------------------------------------------------------------------------------

2. _______________ ---------------------------------------------------------------------------------

3. _______________---------------------------------------------------------------------------------

4. _______________ ---------------------------------------------------------------------------------

5. _______________---------------------------------------------------------------------------------

-penghadap juga menyatakan bahwa :--------------------------------------------------

-semua keterangan yang diberikan dihadapan saya, Notaris, dan

dokumen yang diperlihatkan kepada saya, Notaris, dan isinya yang

dicantumkan dalam akta ini menjadi tanggungjawab penghadap.-------

-tidak ada ahli waris lain, selain yang tersebut diatas.-------------------------

-pernyataan waris ini penghadap buat dengan sebenarnya tidak lain

dari pada sebenarnya, sehingga jika ternyata terbukti bahwa

pernyataan ini tidak benar, semuanya menjadi tanggungjawab

penghadap sendiri.---------------------------------------------------------------------------------

8
Sebutkan/tuliskan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum,
Direktur Perdata Seksi Wasiat
9
Jika harus disebutkan/dituliskan akta wasiatnya.
-Selanjutnya penghadap (-para penghadap) menyatakan

bahwa10 :-------------------------------------------------------------------------------------

-Menjamin kebenaran dan bertanggungjawab sepenuhnya

atas isi semua identitas/surat/dokumen dan keterangan yang-

disampaikan kepada saya, Notaris, dan isinya yang-----------------

dicantumkan/disebutkan dalam akta ini.-----------------------------------

-Telah mengerti dan memahami isi akta ini, serta menerima

segala akibat hukum apapun yang timbul, baik sekarang

maupun dikemudian hari.------------------------------------------------------------

---------------------------------------- DEMIKIAN AKTA INI -------------------------------------

-Dibuat dan diselesaikan di Surabaya, dengan dihadiri oleh :--------------

1. TUAN _____________________------------------------------------------------------------------

2. NYONYA ____________________--------------------------------------------------------------

10
-Ketentuan tersebut merupakan KLAUSULA PROTEKSI DIRI NOTARIS
atau EKSONERASI dalam menjalankan tugas jabatannya.
-Untuk mengatasi hal tersebut, karena jabatan Notaris merupakan
jabatan pribadi, maka Notaris wajib melindungi dirinya sendiri. Dengan
menjalankan tugas jabatan dengan baik dan benar (menutut UUJN dan
peraturan perundang-undangan lainnya) sudah merupakan perlindungan
diri yang tepat. Tapi terkadang Notaris meminta kepada para penghadap
agar mencantumkan perlindungan diri untuk Notaris jika terjadi
sengketa atau ada hal-hal yang suatu hari terbukti tidak benar dari para
penghadap sendiri.
-Apakah kalimat proteksi seperti itu boleh dicantumkan dalam akta
Notaris ? Atau apakah penting harus ada kalimat seperti itu ?
-Bahwa jika dasarnya selama tidak dilarang boleh saja, hal tersebut
kembali kepada Notaris yang bersangkutan. Dan penting atau tidak
penting Notaris sendiri yang melakukannya. Serta tidak perlu melarang
jika ada Notaris yang ingin mencantumkan kalimat seperti itu.
-Meskipun ada kalimat tersebut tidak akan menjadi halangan para pihak
yang bersengketa untuk menempatkannya sebagai tergugat atau saksi.
Tapi kalimat tersebut sebagai upaya berhati-hati saja dan menambah
keyakinan diri dan keyakinan hati Notaris yang bersangkutan.
Keduanya pegawai kantor Notaris sebagai saksi-saksi.-----------------------

-setelah saya, Notaris membacakan akta ini kepada penghadap (-para

penghadap)11. dan para saksi, maka kemudian penghadap (-para--------

penghadap), para saksi dan saya, Notaris menandatangani akta ini.--

-Dibuat dengan........--------------------------------------------------------------------------------

11
Pasal 16 ayat (7) UUJN – P menegaskan bahwa pembacaan Akta
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf m tidak wajib dilakukan,
jika penghadap menghendaki agar Akta tidak dibacakan karena
penghadap telah membaca sendiri, mengetahui, dan memahami
isinya, dengan ketentuan bahwa hal tersebut dinyatakan dalam
penutup Akta serta pada setiap halaman Minuta Akta diparaf oleh
penghadap, saksi, dan Notaris.
AKTA KETERANGAN HAK MEWARIS12

Nomor :

-Pada hari ini,

tanggal

12
Judul akta ini menyesuaikan dengan PASAL 111 AYAT (2) HURUF
c ANGKA 5 PERATURAN MENTERIA GRARIA DAN TATA RUANG/
KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 16 TAHUN 2021 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS
PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN
PERTANAHAN NASIONALNOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG
KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24
TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH
-Ada beberapa istilah/terminology yang dipergunakan seperti : Akta
Keterangan Waris (Pasal 111 Peraturan Menteri Agraria nomor 3/1997);
Surat Keterangan Hak Waris (Oe Siang Djie, Media Notariat, Tahun VI
Januari – April 1991, nomor 18 - 19); Keterangan Waris (Tan Thong Kie,
Studi Notariat, Serba – serbi Praktek Notaris, Ichtiar Baru van Hoeve,
Jakarta, 1994, hal. 351); Keterangan Hak Mewaris (I Gede Purwaka,
Keterangan Hak Mewaris Yang Dibuat Oleh Notaris, Program Spesialis
Notariat dan Pertanahan Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1999);
Surat Keterangan Warisan (Surat Dirjen Agraria nomor
Dpi/12/63/12/1969, tanggal 20 Desember 1969); Surat Keterangan Waris
(Komar Andasasmita, Hukum Harta Perkawinan dan Waris, Ikatan
Notaris Indonesia, Komisariat Daerah Jawa Barat, 1987).
-Lihat juga dalam Habib Adjie, Pembuktian Sebagai Ahli Waris Dengan
Akta Notaris (Dalam Bentuk Akta Keterangan Ahli Waris), Mandar Maju,
Bandung, 2017, dan Habib Adjie, Unifikasi Pembuatan Keterangan Waris
Yang Dibuat Di Hadapan Notaris, Nas Media Pustaka, Yogyakarta, 2020.
-Keterangan Ahli Waris ini dibuat oleh para ahli waris yang mempunyai
hubungan darah dengan Pewaris atau karena ada hubungan perkawinan.
-Keterangan yang menerangkan/membuktikan siapa yang meninggal
dunia, bagaimana status perkawinannya semasa hayatnya, siapa
keluarga yang ditinggalkan atau ahli-waris yang ditunjuknya, siapa
sebagai ahli waris dari siapa, dan tidak perlu mencantumkan hak/bagian
para ahli waris. Mengenai hukum waris yang akan dipakai dan
hak/bagiannya diserahkan kepada para ahli waris yang bersangkutan.
-Keterangan Ahli Waris dibuat tanpa diskriminatif dan berlaku untuk
semua Warga Negara Indonesia dan penduduk Indonesia.
bulan

tahun

pukul

WI ____ (Waktu Indonesia ______).------------------------------------------------------------

-Menghadap13 kepada saya,-------------------------------------------------------------------

------------ __________________________________________.------------------------------------

Notaris14 berkedudukan di ________________________________________---------

Wilayah Jabatan Propinsi _______________________________________------------

dengan dihadiri oleh para saksi yang saya, Notaris, kenal yang nama-

namanya akan disebutkan pada bagian akhir akta ini 15.-----------------------

13
Penggunaan kalimat “Menghadap kepada saya…” atau “Berhadapan
dengan saya….” Atau “Telah hadir di hadapan saya….” mempunyai
pengertian dan makna yang sama, yaitu para pihak hadir secara nyata
(fisik) di hadapan Notaris sesuai dengan tempat kedudukan atau wilayah
jabatan Notaris.
14
Pada Jabatan Notaris tidak boleh dicantumkan/ditambahkan istilah
lain (seperti Notaris Sebagai Pejabat Pembuat Akta Koperasi), karena
Notaris adalah Pejabat Umum yang diatur Undang-undang Nomor 30
Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014 (UUJN - P).
15
Berdasarkan Pasal 15 ayat (1) UUJN – P ada 2 (dua) Jenis akta
Notaris, yaitu:
1. Akta yang dibuat di hadapan Notaris disebut Akta Pihak.
2. Akta yang dibuat oleh Notaris disebut Akta Relaas (Berita Acara
atau Risalah).
sehingga tidak ada jenis akta ketiga. Tapi ternyata dalam praktek
setelah berlakunya UUJN dan UUJN – P yang sebenarnya UUJN dan
UUJN – P tidak mengenalnya, yaitu Notaris membuat Surat Keterangan
Ahli Waris atau Surat Keterangan Mewaris dalam bentuk Pernyaataan
dari Notaris sendiri berdasarkan Keterangan dan bukti-bukti dari
penghadap. Bahwa Kewenangan Notaris yaitu membuat Akta dengan
syarat dan ketentuan yang ada dalam Pasal 38 UUJN – P, sedangkan
Surat Keterangan seperti itu tidak memenuhi syarat akta dan bukan
kewenangan Notaris. Agar sesuai dengan kewenangan Notaris, maka
Keterangan Hak Waris tersebut dibuat dalam Akta Pihak saja yang
membuktikan siapa sebagai ahli waris dari siapa berdasarkan alat
TUAN/NYONYA ____________________________________________----------------------

dilahirkan di

tanggal

bulan

tahun

Warga Negara Indonesia, Swasta, bertempat tinggal di

Jalan

Rukun Tetangga

Rukun Warga

Kelurahan

Kecamatan

pemegang Kartu Tanda Penduduk (K.T.P./N.I.K.) nomor_____________--

-penghadap (-para penghadap) saya, Notaris, telah kenal berdasarkan

identitasnya yang diperlihatkan kepada saya, Notaris.------------------------

-penghadap (-para penghadap) menerangkan terlebih dahulu :------------

-bahwa penghadap (-para penghadap) telah membuat akta

Pernyataan16 nomor

tanggal

bulan

tahun

yang dibuat dihadapan saya, Notaris.----------------------------------------------------

bukti/data/dokumen dan keterangan dari penghadap sendiri. Dalam akta


Keterangan Hak Waris tersebut tidak perlu menyebutkan hak atau
bagian para ahli waris, karena hal tersebut menjadi tangungjawab
penghadap sendiri mengenai hukum yang mengatur bagian dan hak
waris para ahli waris. Keterangan Hak Waris ini dibuat untuk seluruh
Warga Negara Indonesia dan penduduk Indonesia dan tidak
diskriminatif.
16
Akta Pernyataan ini telah dibuat sebelumnya.
-bahwa berdasarkan pernyataan tersebut penghadap (-para

penghadap) bermaksud untuk membuat Keterangan Ahli Waris

sebagai bukti untuk para Ahli Waris.-----------------------------------------------------

-dengan demikan menurut keterangan penghadap (-para

penghadap) bahwa ahli waris dari :------------------------------------------------------

almarhum ________________ dan almarhumah _________________, yaitu :---

1. ________________________17.-------------------------------------------------------------

2. ________________________.-----------------------------------------------------------------

3. ________________________.----------------------------------------------------------------

4. ________________________18.--------------------------------------------------------------

5. ________________________.-----------------------------------------------------------------

-penghadap (-para penghadap) juga menyatakan bahwa :--------------------

-semua keterangan yang diberikan dihadapan saya, Notaris, dan-----

dokumen/surat/akta yang diperlihatkan kepada saya, Notaris dan-----

keterangan serta dokumen/surat/akta yang isi dicantumkan dalam

Akta ini menjadi tanggungjawab penghadap (-para penghadap)

sendiri.----------------------------------------------------------------------------------------------------

-tidak ada ahli waris lain, selain yang tersebut diatas.-------------------------

-Keterangan Ahli Waris ini penghadap (-para penghadap) buat dengan

sebenarnya tidak lain dari pada sebenarnya, sehingga jika ternyata

terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar, semuanya menjadi

tanggungjawab penghadap (-para penghadap) sendiri.------------------------

-Selanjutnya penghadap (-para penghadap) menyatakan bahwa19 :-----

17
Sebutkan nama-nama ahli waris sesuai KTP dan Akta Kelahiran.
18
Sebutkan nama-nama ahli waris sesuai KTP dan Akta Kelahiran.
19
-Ketentuan tersebut merupakan KLAUSULA PROTEKSI DIRI NOTARIS
atau EKSONERASI dalam menjalankan tugas jabatannya.
--Menjamin kebenaran dan bertanggungjawab sepenuhnya atas isi

semua identitas/surat/dokumen dan keterangan yang disampaikan

kepada saya, Notaris, dan isinya yang dicantumkan/disebutkan dalam

akta ini.---------------------------------------------------------------------------------------------------

--Telah mengerti dan memahami isi akta ini, serta menerima segala

akibat hukum apapun yang timbul, baik sekarang maupun dikemudian

hari.---------------------------------------------------------------------------------------------------------

--------------------------------------- DEMIKIAN AKTA INI ---------------------------------------

-Dibuat dan diselesaikan di Surabaya, dengan dihadiri oleh :--------------

1. _________________________.---------------------------------------------------------------------

2. ________________________.-----------------------------------------------------------------------

keduanya pegawai kantor Notaris sebagai saksi-saksi.-----------------------

-Untuk mengatasi hal tersebut, karena jabatan Notaris merupakan


jabatan pribadi, maka Notaris wajib melindungi dirinya sendiri. Dengan
menjalankan tugas jabatan dengan baik dan benar (menutut UUJN dan
peraturan perundang-undangan lainnya) sudah merupakan perlindungan
diri yang tepat. Tapi terkadang Notaris meminta kepada para penghadap
agar mencantumkan perlindungan diri untuk Notaris jika terjadi
sengketa atau ada hal-hal yang suatu hari terbukti tidak benar dari para
penghadap sendiri.
-Apakah kalimat proteksi seperti itu boleh dicantumkan dalam akta
Notaris ? Atau apakah penting harus ada kalimat seperti itu ?
-Bahwa jika dasarnya selama tidak dilarang boleh saja, hal tersebut
kembali kepada Notaris yang bersangkutan. Dan penting atau tidak
penting Notaris sendiri yang melakukannya. Serta tidak perlu melarang
jika ada Notaris yang ingin mencantumkan kalimat seperti itu.
-Meskipun ada kalimat tersebut tidak akan menjadi halangan para pihak
yang bersengketa untuk menempatkannya sebagai tergugat atau saksi.
Tapi kalimat tersebut sebagai upaya berhati-hati saja dan menambah
keyakinan diri dan keyakinan hati Notaris yang bersangkutan
-setelah saya, Notaris membacakan akta ini kepada penghadap (-para

penghadap) 20 dan para saksi, maka kemudian penghadap (-para--------

penghadap), para saksi dan saya, Notaris menandatangani akta ini.--

-Dibuat dengan........--------------------------------------------------------------------------------

20
Pasal 16 ayat (7) UUJN – P menegaskan bahwa pembacaan Akta
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf m tidak wajib dilakukan,
jika penghadap menghendaki agar Akta tidak dibacakan karena
penghadap telah membaca sendiri, mengetahui, dan memahami
isinya, dengan ketentuan bahwa hal tersebut dinyatakan dalam
penutup Akta serta pada setiap halaman Minuta Akta diparaf oleh
penghadap, saksi, dan Notaris.
PENEGASAN KETERANGAN AHLI WARIS21

Nomor :

–Pada hari ini,

tanggal

bulan

tahun

pukul

WIB (empat belas Waktu Indonesia Barat). -----------------------------------------

–Menghadap dihadapan saya, _________________, Sarjana Hukum,

Notaris di Kota Semarang, Wilayah Jabatan Propinsi Jawa Tengah,

dengan dihadiri oleh saksi-saksi yang akan disebut pada bagian akhir

dari akta ini, dan telah dikenal oleh saya, Notaris yaitu : -------------------

1. Tuan AHMAD, lahir di Semarang, tanggal dua puluh satu Juni

seribu Sembilan-- ratus sembilan puluh lima (21-06-1995), Warga

Negara Indonesia, Karyawan Swasta, bertempat tinggal di Kota

Semarang, Jalan Anggraini Raya nomor ________, Rukun Tetangga

007, Rukun Warga 002, Kelurahan Bulu Lor, Kecamatan Semarang

Utara, pemegang Kartu Tanda Penduduk nomor :_____________--------

2. Tuan BUDI WARDANI, lahir di Semarang, pada tangga Sebelas

Pebruari seribu sembilan ratus sembilan puluh sembilan (11-02-

1999), Warga Negara Indonesia, Pelajar, bertempat tinggal di

Kota Semarang, Jalan Anggraini, Rukun Tetangga 007, Rukun

Akta Penegasan ini dibuat ketika para penghadap sudah membuat


21

Surat Keterangan Waris dibawah tangan yang sudah diregister di


kelurahan dan kecamatan, tapi karena yang diminta harus dalam bentuk
akta Notaris, maka Surat Keterangan Waris tersebut ditegaskan ke
dalam bentuk akta Notaris.
Warga 002, Kelurahan Bulu Lor, Kecamatan Semarang Utara,

pemegang Kartu Tanda Penduduk nomor :________________________.-

– Para penghadap telah dikenal oleh saya, Notaris. --------------------------

– Para penghadap menerangkan terlebih dahulu dalam akta ini :-------

a. Bahwa Almarhumah ENDANG WARDANI pada tanggal tujuh April

dua ribu delapan belas (07-04-2018) telah meninggal dunia

demikian berdasarkan Kutipan Akta Kematian tertanggal dua

puluh april dua ribu delapan belas (20-04-2018), nomor : _______,

dari Kantor Pencatatan Sipil Kota Semarang dan Almarhum

MUHAMMAD AHMANUDIN pada tanggal satu Juni dua ribu lima

belas (01-06-2015) telah meninggal dunia, demikian berdasarkan

Kutipan Akta kematian tertanggal delapan belas Juni dua ribu

lima belas (18-06-2015), nomor : _________ dari Kantor Pencatatan

Sipil Kota Semarang ----------------------------------------------------------------------

b. Bahwa selama hidupnya Almarhumah ENDANG WARDHANI telah

melangsungkan perkawinan dengan Almarhum MUHAMMAD-------

AHMANUDIN pada tanggal 17 Oktober 1999 di Semarang dengan

Kutipan Akta Nikah Nomor : 374/30/X/1999, tertanggal tujuh

belas Oktober seribu sembilan ratus sembilan puluh sembilan

(17-10-1999).------------------------------------------------------------------------------------

c. Bahwa selama perkawinan Almarhumah ENDANG WARDANI dan

Almarhum MUHAMMAD AHMANUDIN telah dikaruniai 2 (dua)

orang anak kandung, yaitu :------------------------------------------------------------

1. Penghadap Tuan AHMAD, tersebut di atas;-------------------------------

2. Penghadap Tuan BUDI WARDANI, tersebut di atas;------------------


–Bahwa para penghadap dengan ini menyatakan kehendaknya untuk

membuat bukti sebagai ahli waris dari pewaris tersebut di atas dalam

bentuk Penegasan Keterangan Ahli Waris.--------------------------------------------

–Bahwa sesuai dengan Surat Keterangan Waris yang dibuat dibawah

tangan tertanggal sepuluh April dua ribu delapan belas (10-04-2018),

dan telah dicatat di buku Register Kelurahan Bulu Lor oleh Lurah

Bulu Lor tertanggal dua puluh satu- Mei dua ribu delapan belas (21-

05-2018) dengan Nomor ___________________, serta telah dicatat dalam

buku Register Kecamatan Semarang Utara oleh Camat Semarang----

Utara tertanggal dua puluh satu Mei dua ribu delapan belas (21-05-

2018) dengan Nomor ______________________:, Ahli Waris dari

Almarhumah ENDANG WARDANI dan Almarhum MUHAMMAD-------------

AHMANUDIN adalah:-------------------------------------------------------------------------------

1. Penghadap Tuan AHMAD, tersebut di atas; ------------------------------------

2. Penghadap Tuan BUDI WARDANI, tersebut di atas; ------------------------

Dan untuk keperluan ini, copy dari Surat Keterangan Waris tersebut

dilekatkan pada minuta akta ini.------------------------------------------------------------

–Bahwa dengan demikian menurut keterangan para penghadap

bahwa ahli waris dari Almarhumah ENDANG WARDANI dan Almarhum

MUHAMMAD AHMANUDIN, yaitu :----------------------------------------------------------

1. Penghadap Tuan AHMAD, tersebut di atas; ----------------------------------

2. Penghadap Tuan BUDI WARDANI, tersebut di atas; ---------------------

– Para penghadap juga menyatakan bahwa Almarhumah ENDANG

WARDANI dan Almarhum MUHAMMAD AHMANUDIN ketika

hidupnya:----------------------------------------------------------------------------------------------

a. Tidak pernah membuat dan/atau dibuat akta Perjanjian Kawin,

dengan demikian terjadi percampuran harta perkawinan;-------------


b. Tidak mempunyai anak luar kawin, selain tersebut di atas;--------

c. Tidak pernah mengadopsi atau mengangkat anak; ------------- ---------

d. Tidak ada perkawinan lain setelah perkawinan Almarhumah

ENDANG WARDANI dengan Almarhum MUHAMMAD AHMANUDIN,

dengan demikian menurut keterangan para penghadap bahwa

ahli waris dari Almarhumah ENDANG WARDANI dan Almarhum

MUHAMMAD AHMANUDIN yaitu :----------------------------------------------------

1. Penghadap Tuan AHMAD, tersebut di atas; ---------- -------------------

2. Penghadap Tuan BUDI WARDANI, tersebut di atas; ----------------

– Para Penghadap juga menyatakan tidak ada ahli waris lain, selain

yang -----------------------------------------------------------------------------------------------------

tersebut diatas. -----------------------------------------------------------------------------------

– Penegasan Keterangan Ahli Waris ini oleh para penghadap dibuat

dengan sebenarnya tidak lain daripada yang sebenarnya, sehingga

jika ternyata terbukti bahwa Penegasan Keterangan Ahli Waris ini

tidak benar, semuanya menjadi tanggung jawab para penghadap

sendiri. -------------------------------------------------------------------------------------------------

–Para Penghadap menyatakan dengan ini menjamin kebenaran

identitas/ surat/dokumen para penghadap sesuai dengan tanda

pengenal yang ---------------------------------------------------------------- ---------------------

disampaikan kepada saya, Notaris dan dan bertanggung jawab

sepenuhnya atas hal tersebut dan selanjutnya para penghadap juga

menyatakan tela mengerti dan memahami isi akta ini.----------------------

– Dari segala sesuatu yang tersebut di atas, dibuatlah : --------------------

------------------------------------------- A K T A – I N I -------------------------------------------
–Dibuat sebagai minit dan diresmikan di Semarang, pada hari,

tanggal, bulan dan tahun tersebut dalam kepala akta ini, dengan

dihadiri oleh : -----------------------------------------------------------------------------------------

1. Tuan MIFTAHUDIN, Sarjana Hukum, lahir di Pekalongan, pada

tanggal sepuluh Juli seribu sembilan ratus tujuh puluh dua (10-07-

1972), Warga Negara Indonesia, Swasta, bertempat tinggal di

Kota Semarang, Perum Klipang PGRI Blok L 124, Rukun Tetangga

012, Rukun Warga 016, Kelurahan Sendangmulyo, Kecamatan

Tembalang, pemegang Kartu Tanda Penduduk nomor :-------------------

33.7410.100772.0007; -----------------------------------------------------------------------

2. Tuan SRI NIDYANA INDRASAKTI, lahir di Semarang, pada tanggal

dua puluh September seribu sembilanratus lima puluh tujuh (20-

09-1957), Warga- Negara Indonesia, Karyawan Swasta, bertempat

tinggal di Selomulyo Mukti- Barat IX/44, Rukun Tetangga 001,

Rukun Warga 009, Kelurahan Tlogomulyo, Kecamatan

Pedurungan, Pemegang Kartu Tanda Penduduk nomor:------------

33.7414.480465.0001.------------------------------------------------------------------------

– Kedua-duanya karyawan saya, Notaris, sebagai saksi-saksi.------------

-Segera setelah akta ini dibacakan oleh saya, Notaris, kepada para

penghadap dan saksi-saksi, pada saat itu juga (para) penghadap

membubuhkan sidik jari tangan kanan pada lembaran tersendiri yang

dilekatkan pada minuta akta ini dan akta ini ditandatangani oleh para

penghadap, saksi-saksi, dan saya, Notaris. -------------------------- ---------------

–Dilangsungkan dengan ………………………………………………………………


CATATAN :

• CONTOH PERNYATAAN / AKHW/PENEGASAN TERSEBUT BERADA

DALAM SATU TINGKAT ANAK KE ORANG TUA ATAU ORANG TUA

KE ANAK (BERADA DALAM GOLONGAN UTAMA/PERTAMA), TAPI

SUDAH PADA GOLONGAN YANG LAIN, MISALNYA GARIS LURUS

KE BAWAH TANPA BATAS ATAU SEMENDA SAMPING KIRI DAN

KANAN (ATAU BERADA PADA GOLONGAN YANG LAIN) MAKA

DIPERLUKAN KETERAMPILAN NOTARIS UNTUK MENYUSUN

SUSUNAN AHLI WARIS TERSEBUT.

CONTOH :
PENERAPAN PASAL 111 AYAT (5) PERATURAN MENTERI GRARIA DAN
TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2021 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS
PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN
NASIONALNOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG
PENDAFTARAN TANAH “APABILA AHLI WARIS LEBIH DARI 1 (SATU)
ORANG DAN PADA WAKTU PENDAFTARAN PERALIHAN HAKNYA
DISERTAI DENGAN AKTA WARIS YANG MEMUAT KETERANGAN BAHWA
HAK ATAS TANAH ATAU HAK MILIK ATAS SATUAN RUMAH SUSUN
TERTENTU JATUH KEPADA1 (SATU) ORANG PENERIMA WARISAN, MAKA
PENCATATAN PERALIHAN HAKNYA DILAKUKANKEPADA PENERIMA
WARISAN YANG BERSANGKUTAN BERDASARKAN AKTA WARIS
TERSEBUT”
KAPITA SELEKTA :

• NOTARIS/PPAT MENERIMA SURAT KETERANGAN AHLI WARIS

DARI PARA PENGHADAP YANG DIBUAT DI BAWAH TANGAN DAN

DIKUATKAN OLEH LURAH/KEPADA DESA SERTA CAMAT, SEBAGAI

SIKAP KEHATI-HATIAN APAKAH BOLEH NOTARIS UNTUK

MEMINTA KETERANGAN DARI DAFTAR PUSAT WASIAT (DPW)


UNTUK MENANYAKAN APAKAH ADA WASIAT DARI PEWARIS YANG

NAMANYA TERSEBUT DALAM SURAT KETERANGAN WARIS

DIBAWAH TANGAN TERSEBUT ?

• Para ahli datang ke hadapan Notaris/PPAT dengan membawa

Surat Keterangan Waris yang dibuat di bawah tangan dan

diketahui/dikuatkan di registrasikan pada kantor Kepala

Desa/Kelurahan/Kecamatan setempat. Sudah tentu Surat

Keteranga Waris seperti itu tidak pernah ada informasinya

megenai ada Wasiat atau tidak ada Wasiat, karena Surat

Kererangan Waris seperti itu merupakan inisiatif dari para yang

membuatnya sendiri yang bersifat Deklaratif, dan Kepala

Desa/Kelurahan/Kecamatan pun tidak punya kewenangan untuk

meminta keterangan dari Daftar Pusat Wasiat (DPW)

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

untuk menanyakan apakah ada wasiat atau tidak ada wasiat.

• Jika Notaris/PPAT menerima Surat Keterangan Waris seperti

tersebut di atas, apakah Notaris/PPAT akan menerimanya

begitu saja dan percaya dengan isinya ? Apakah diperbolehkan

jika Notaris yang meminta kepada mereka yang namanya

tersebut dalam Surat Keterangan Waris tersebut untuk

meminta/mengirim surat ke DPW untuk menyakan ada wasiat

atau tidak ada wasiat ?

• Memang sebenarnya tidak ada kewajiban seperti itu jika

Notaris/PPAT menerima Surat Keterangan Waris seperti

tersebut di atas. Tapi Notaris berinisiatif boleh saja dan tidak

dilarang.
• Jika seperti tersebut di atas dilakukan oleh Notaris, dan

berdasarkan surat dari DPW ada Wasiat atau tidak ada Wasiat,

Notaris dapat saja untuk menegaskan kembali dalam bentuk

Akta Penegasan Sebagai Ahli Waris, dengan menyebutkan

kembali susunan para ahli yang bersangkutan dan

mecantumkan ada Wasiat atau tidak ada Wasiat. Jika ada

Wasiat sudah dapat mengubah sususan para ahli waris

terutama yang berkaitan dengah harga peninggalan (harta

warisan) dari pewaris.

• PENETAPAN (ATAU FATWA WARIS DAMAI) DARI PENGADILAN

AGAMA YANG TIDAK MENCANTUMKAN ADANYA WASIAT DARI

PEWARIS.

• Ada susunan para ahli waris berdasarkan Penetapan atau

Fatwa Waris Damai dari Pengadilan Agama, kemudian salah

seorang dari ahli waris tersebut datang menghadap kepada

Notaris dengan maksud mohon agar dicek ke Daftar Pusat

Wasiat (DPW) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia – apakah terdaftar wasiat atau ada wasiat

dari orang tuanya (Pewaris) ?

• Atas permintaan tersebut kemudian Notaris mengajukan

permohonan ke DPW, dan DPW memberikan jawaban bahwa

atas nama Pewaris tersebut terdapat wasiat yang dibuat di

hadapan Notaris. Padahal dalam Fatwa Waris Damai yang

dibuat oleh Pengadilan Agama tidak menyebutkan adanya

wasiat ? (Karena memang dalam praktek Pengadilan Agama

ketika akan menerbitkan Fatwa Waris Damai tersebut tidak


pernah meminta informasi apakah ada wasiat atau tidak ada

dari DPW). Jika terjadi seperti itu apakah harus dilakukan dalam

bentuk surat/akta apa untuk mencantumkannya ?

• Bahwa Pengadilan Agama berwenang mengeluarkan fatwa atau

penetapan waris dari seorang pewaris yang beragama

Islam. Kewenangan ini sebagaimana yang terdapat atau

disebutkan pada Pasal 49 huruf b Undang-Undang No. 3 Tahun

2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1989

tentang Peradilan Agama :

“Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa,

memutus, dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara

orang-orang yang beragama Islam di bidang :

a. perkawinan;

b. WARIS;

c. wasiat;

d. hibah;

e. wakaf;

f. zakat;

g. infaq;

h. shadaqah; dan

i. ekonomi syari’ah.

• Penjelasan Pasal 49 huruf b Undang-Undang Nomor 3 Tahun

2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun

1989 tentang Peradilan Agama (UU 3/2006) : Yang dimaksud

dengan "waris" adalah penentuan siapa yang menjadi ahli

waris, penentuan mengenai harta peninggalan, penentuan

bagian masing-masing ahli waris, dan melaksanakan


pembagian harta peninggalan tersebut, serta penetapan

pengadilan atas permohonan seseorang tentang penentuan

siapa yang menjadi ahli waris, penentuan bagian masing-

masing ahli waris.

• Fatwa Waris berlaku sebagai keterangan siapa saja yang

berhak untuk mewarisi harta peninggalan si Pewaris (ahli waris)

yang beragama Islam.

• Dalam kasus tersebut di atas, dalam Fatwa Waris dari

Pengadilan Agama tidak disebutkan adanya Wasiat dari

Pewaris, tapi hasil cek ke DPW oleh Notaris atas permintaan

para ahli waris ternyata ada Wasiat dari Pewaris.

• Jika terjadi seperti itu, Notaris dapat saja membuat lagi Akta

Pernyataan Waris dan Akta Keterangan Waris yang di dalamnya

tetap merujuk kepada susunan ahli waris berdasarkan Fatwa

atau Penetapan dari Pengadilan Agama tersebut, tapi secara

substansi ditambahkan adanya Wasiat dari Pewaris. Sudah

tentu substansinya tersebut tergantung pada isi Wasiat

tersebut.

-----------------------------------
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BADAN PERTANAHAN
NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2021 TENTANG PERUBAHAN
KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN
PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG KETENTUAN
PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG
PENDAFTARAN TANAH PASAL 127A DALAM HAL PPAT MEMBUAT AKTA BERDASARKAN
PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI YANG DI BUAT DI HADAPAN NOTARIS DENGAN
TEMPAT KEDUDUKAN YANG TIDAK SESUAI DENGAN LETAK TANAH YANG
DIPERJANJIKAN MAKA PPAT WAJIB MENELITI KELENGKAPAN DOKUMEN DENGAN
MENERAPKAN ASAS KEHATI-HATIAN UNTUK MELINDUNGI PEMILIK SEBENARNYA DAN
MENGURANGI KONFLIK DI BIDANG PERTANAHAN.

PASAL 127A CATATAN/KETERANGAN


DALAM HAL PPAT MEMBUAT AKTA • PEMBUATAN AKTA PENGIKATAN JUAL
BERDASARKAN PERJANJIAN PENGIKATAN BELI (PJB/PPJB) ATAS PERMINTAAN
JUAL BELI YANG DI BUAT DI HADAPAN PENGHADAP OLEH NOTARIS DENGAN
NOTARIS DENGAN TEMPAT KEDUDUKAN BERBAGAI MACAM ALASAN.
YANG TIDAK SESUAI DENGAN LETAK TANAH • DALAM PRAKTEK NOTARIS PALING
YANG DIPERJANJIKAN MAKA PPAT WAJIB BANYAK MENIMBULKAN MASALAH,
MENELITI KELENGKAPAN DOKUMEN TERUTAMA PJB/PPJ TIDAK LUNAS/CICILAN
DENGAN MENERAPKAN ASAS KEHATI- ATAU ANGSURAN KETIKA ADA YANG
HATIAN UNTUK MELINDUNGI PEMILIK WANPRESTASI HAL INI PERLU MENDAPAT
SEBENARNYA DAN MENGURANGI KONFLIK PERHATIAN PARA NOTARIS.
DI BIDANG PERTANAHAN. • PJB/PPJB BANYAK JUGA DIBUAT OLEH
PARA NOTARIS YANG DIDASARKAN ATAU
DIAWALI DENGAN UTANG-PIUTANG ATAU
PINJAM MEMINJAM UANG, YANG
SEHARUSNYA UTANG-PIUTANG ATAU
PINJAM MEMINJAM UANG DITINDAK
LANJUTI DENGAN APHT TAPI DALAM HAL
INI DITINDAKLANJUTI DENGAN PJB/PPJB.
JIKA PPAT TAHU SEPERTI ITU LATAR
BELAKANG PEMBUATAN PPJB TERSEBUT,
APAKAH AKAN MENERIMA ATAU
MENOLAK PEMBUATAN AKTA PPAT (JUAL
BEL) NYA ?
• PASAL 127 B TERSEBUT HARUS
DIPERHATIKAN OLEH NOTARIS, KETIKA
AKAN MEMBUAT AKTA PPJB TERNYATA
KEDUDUKAN NOTARIS DAN LETAK TANAH
BERBEDA, MISALNYA NOTARIS
BERKEDUDUKAN DI KOTA/KABUPATEN A
DAN LETAK TANAH DI KOTA/KABUPATEN
B, UNTUK MENERAPKAN ASPEK KEHATI-
HATIAN DISAMPING MENELITI
KELENGKAPAN DOKUMEN PEMILIK
SEBENARNYA, SEBAIKNYA MINTA
SKT/SKPT (SURAT KETERANGAN TANAH/
SURAT KETERANGAN PENDAFTARAN
TANAH) DENGAN MEMINTA BANTUAN
NOTARIS/PPAT YANG SESUAI DENGAN
LETAK TANAH BERADA, HAL TERSEBUT
PERLU DILAKUKAN KARENA PJB/PPJB
TERSEBUT AKAN DIPERGUNAKAN OLEH
PPAT YANG SESUAI DENGAN LOKASI/
LETAK TANAH.
• BAGAIMANA JIKA PPAT MENERIMA AKTA
PJB/PPJB YANG DIBUAT OLEH NOTARIS
YANG TIDAK SESUAI DENGAN LETAK
LOKASI TANAH ? DALAM HAL INI (DEMI
KEHATI-HATIAN) APAKAH PERLU PPAT
MENGHUBUNGI NOTARIS YANG MEMBUAT
PJB/PPJB TERSEBUT ? BAGAIMANA KALAU
NOTARIS YANG MEMBUATNYA SUDAH
PENSIUN/MENINGGAL DUNIA, APAKAH
HARUS MENGHUBUNGI NOTARIS
PEMEGANG PROTOKOLNYA ?
• JIKA TERNYATA PPAT MENERIMA PPJB
DAN KUASA DIBAWAH TANGAN YANG
DILEGALISASI, APAKAH BISA PPAT
MENERAPKAN ASAS KEHATI-HATIAN ?
• ASAS KEHATI-HATIAN TERSEBUT
ABSTRAK, NOTARIS/PPAT PERLU STANDAR
DAN PARAMETER YANG PASTI UNTUK
MENENTUKANNYA.

BERDASARKAN PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BADAN


PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2021 TENTANG
PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN
PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH
PASAL 127 B : BAHWA PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI ATAU PERJANJIAN SEWA ATAS
TANAH TERDAFTAR KE KANTOR PERTANAHAN WAJIB DIDAFTARKAN DI KANTOR
PERTANAHAN

PASAL 127 B CATATAN/KETERANGAN


(1) PIHAK YANG BERKEPENTINGAN DAPAT ▪ Bahwa PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI atau
MENGAJUKAN PERMOHONAN PENCATATAN
PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI ATAU PERJANJIAN SEWA ATAS TANAH TERDAFTAR
PERJANJIAN SEWA ATAS TANAH TERDAFTAR KE yang harus didaftarkan tersebut dengan dasar jika
KANTOR PERTANAHAN. “PIHAK YANG BERKEPENTINGAN DAPAT…” ,
(2) Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan pada daftar umum dan/atau Sertipikat Hak jadi bukan merupakan keharusan/kewajiban (imperatif).
Atas Tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun Jika pihak yang berkepentingan ingin terlindungi dari sisi
pada halaman sebab perubahan dengan kalimat:
a. “Hak Atas Tanah/Hak Milik Atas Satuan Rumah hukum pendafataran tersebut silahkan daftarkan, jika
Susun ini merupakan objek Perjanjian Pengikatan Jual tidak didaftarkan tanggungjawab yang berkepentingan.
Beli antara Pemegang Hak dengan…………sesuai ▪ Sebelum dan setelah pembuatan akta tersebut Notaris
dengan Akta Perjanjian Jual Beli Nomor…..
tanggal….yang dibuat oleh…….,Notaris di …..”; berkewajiban untuk menyampaikannya/menerangkan
b. “Hak Atas Tanah/Hak Milik Atas Satuan Rumah kepada para pihak yang berkepentingan tersebut.
Susun ini merupakan objek Perjanjian Perjanjian ▪ Perlu dikaji oleh para Notaris mengenai PERJANJIAN
Sewa antara Pemegang Hak dengan………. sesuai
dengan Akta Perjanjian Sewa PENGIKATAN JUAL BELI atau PERJANJIAN SEWA
Nomor…..tanggal….yang dibuat oleh…….,Notaris ATAS TANAH TERDAFTAR “seperti apa……“ yang
di…….” harus didaftarkan tersebut……?
(3) Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan atas permohonan Pihak Yang ▪ Dalam praktik Notaris dalam pembuatan PERJANJIAN
Berkepentingan dengan ketentuan: PENGIKATAN JUAL BELI judul boleh sama tapi isi
a. menyampaikan salinan akta perjanjian pengikatan jual bisa berbeda, misalnya PERJANJIAN PENGIKATAN
beli atau perjanjian sewa atas tanah dan identitas para
pihak ke Kantor Pertanahan; dan JUAL BELI yang didaftarkan tersebut :
b. membawa asli Sertipikat Hak Atas Tanah atau Hak ▪ Merupakan PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL
Milik Atas Satuan Rumah Susun yang bersangkutan BELI yang sudah lunas (cash and carry)
untuk dicatat.
(4) Catatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dihapus ▪ Tidak disertai klausula lain yang “bersyarat”
setelah permohonan penghapusan catatan oleh pemohon (PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI
pencatatan dan dilakukan pada daftar umum dan/atau bersyarat).
Sertipikat Hak Atas Tanah atau Hak Milik Atas Satuan
Rumah Susun pada halaman sebab perubahan dengan ▪ PPh dalam PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL
kalimat: BELI sudah terbayar lunas (lihat : PERATURAN
a. “Pencatatan Hak Atas Tanah/Hak Milik Atas Satuan PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Rumah Susun ini sebagai objek Perjanjian Pengikatan
Jual Beli dengan Akta Perjanjian Jual Beli Nomor ….. 34 TAHUN 2016 TENTANG PAJAK
tanggal …. yang dibuat oleh ……., Notaris di ….., PENGHASIL,AN ATAS PENGHASILAN DARI
hapus”; PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU
b. “Pencatatan Hak Atas Tanah/Hak Milik Atas Satuan
BANGUNAN, DAN PERJANJIAN PENGIKATAN
Rumah Susun ini sebagai objek Perjanjian Perjanjian JUAL BELI ATAS TANAH DAN/ATAU
Sewa dengan Akta Perjanjian Sewa Nomor ….. tanggal
…. yang dibuat oleh ……., Notaris di ….., hapus”. BANGUNAN BESERTA PERUBAHANNYA).
(5) Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ▪ Dalam PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI
penghapusan catatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) yang lunas selalu disertai Kuasa Untuk Menjual. Jika
ditandatangani oleh Kepala Kantor Pertanahan atau pejabat
yang ditunjuk. Kuasa Untuk Menjual disebutkan dalam (included)
(6) Dalam hal terdapat catatan mengenai perjanjian pengikatan dalam PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI
jual beli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) maka Hak maka akan turut serta terdaftar, tapi jika
Atas Tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun
tidak dapat dilakukan peralihan hak selain kepada pihak PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI lunas
yang tercantum dalam perjanjian. tersebut dibuat Kuasa Untuk Menjual dibuat terpisah,
apakah harus ikut didaftarkan pula ?
▪ PJB/PPJB BANYAK JUGA DIBUAT OLEH PARA
NOTARIS YANG DIDASARKAN ATAU DIAWALI
DENGAN UTANG-PIUTANG ATAU PINJAM
MEMINJAM UANG, YANG SEHARUSNYA
UTANG-PIUTANG ATAU PINJAM MEMINJAM
UANG DITINDAK LANJUTI DENGAN APHT
TAPI DALAM HAL INI DITINDAKLANJUTI
DENGAN PJB/PPJB. APAKAH PJB/PPJB SEPERTI
INI BISA DIDAFTARKAN JIKA PIHAK YANG
BERKEPENTINGAN MENGHENDAKINYA ?
▪ Bahwa PERJANJIAN SEWA ATAS TANAH
TERDAFTAR tersebut hanya menyebutkan “TANAH”,
dalah hal ini apakah khusus tanah kosong (tanpa ada
bangunan) saja ? Atau Tanah dan Bangunan ?
▪ Apakah PERJANJIAN SEWA ATAS TANAH
TERDAFTAR tersebut ketika yang berkepentingan
ingin mendaftarkannya haruskah PPN atas Sewa-
menyewa sudah lunas sebesar 10% X harga sewa ?
Apakah hal tersebut untuk harga sewa yang dibayar
dimuka lunas (penuh) atau apakah untuk harga sewa
yang dibayar bertahap ?
▪ Dalam praketk akan ditemukan juga PERJANJIAN
PENGIKATAN JUAL BELI atau PERJANJIAN SEWA
ATAS TANAH TERDAFTAR yang dibuat dibawah
tangan, jika para berkepentingan ingin didaftarkan pada
kantor pertanahan, apakah kantor pertanahan akan
menerima pendaftaran seperti itu ?
▪ Notaris wajib membuat kesepakatan agar kedua akta
tersebut menjadi “standar” untuk para Notaris jangan
sampai menjadi masalah seperti yang sudah terjadi.
▪ Aturan hukum untuk mendaftarkan Pengikatan Jual Beli
dan Perjanjian Sewa Tanah yang terdaftar masih terlalu
sederhana, kalau syaratnya : PIHAK YANG
BERKEPENTINGAN (fakultatif) dan TANAH YANG
TERDAFTAR di Kantor Pertanahan setempat,
sebaiknya KEMENTERIAN MENTERI NEGARA
AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN untuk
membuat syarat tambahan mengenai PERJANJIAN
PENGIKATAN JUAL BELI/PERJANJIAN SEWA
ATAS TANAH TERDAFTAR yang akan didaftarkan
tersebut seperti tersebut di atas.
INDONESIA NOTARY COMMUNITY (INC) 9
APABILA REKAN-REKAN MERASA TULISAN INI DAPAT
MEMBERIKAN MANFAAT,
MAKA BAGIKANLAH TULISAN INI KEPADA REKAN-REKAN
YANG LAIN.

JIKA SESEORANG MENINGGAL DUNIA, MAKA


TERPUTUSLAH AMALANNYA KECUALI TIGA PERKARA
(YAITU) :
1. SEDEKAH/AMAL JARIYAH,
2. ILMU YANG DIMANFAATKAN/BERMANFAAT
3. DO’A ANAK YANG SHOLEH
(HR. MUSLIM)
copyright@hba-inc 4
BIT.LY/HABIBADJIE-INC
copyright@hba-inc 6
copyright@hba-inc 7
MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/
KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/


KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 16 TAHUN 2021
TENTANG
PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/
KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 1997
TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/


KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 99 Peraturan


Pemerintah Nomor 18 Tahun 2021 tentang Hak Pengelolaan,
Hak Atas Tanah, Satuan Rumah Susun dan Pendaftaran
Tanah, perlu menetapkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata
Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional tentang Perubahan
Ketiga atas Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
tentang Pendaftaran Tanah;

Mengingat : 1. Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945;
-2-

2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang


Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4196);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2021 tentang
Hak Pengelolaan, Hak Atas Tanah, Satuan Rumah Susun
dan Pendaftaran Tanah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2021 Nomor 28, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6630);
4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2020 tentang
Kementerian Agraria dan Tata Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 83);
5. Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2020 tentang Badan
Pertanahan Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 84);
6. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 16 Tahun 2020 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 985);
7. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 17 Tahun 2020 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 986);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/
KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL TENTANG
PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI NEGARA
AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR
3 TAHUN 1997 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1997
TENTANG PENDAFTARAN TANAH.
-3-

Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Negara Agraria/
Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997
tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor
24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah sebagaimana telah
beberapa kali diubah, dengan:
a. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 8
Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah; dan
b. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 7 Tahun 2019 tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Negara
Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3
Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran
Tanah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 722),
diubah, sebagai berikut:

1. Di antara Pasal 19 dan Pasal 20 disisipkan 4 (empat)


pasal, yakni Pasal 19A, Pasal 19B, Pasal 19C dan Pasal
19D sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 19A
(1) Pemasangan tanda batas dilakukan oleh pemohon
setelah mendapat persetujuan pemilik yang
berbatasan.
(2) Dalam rangka pemasangan tanda batas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
pemotretan terhadap tanda batas yang terpasang
dengan dilengkapi keterangan lokasi, koordinat atau
geotagging.
(3) Pemasangan tanda batas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan pemeliharaannya menjadi
tanggung jawab pemohon.
-4-

(4) Pemasangan tanda batas sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dituangkan dalam Surat Pernyataan
Pemasangan Tanda Batas dan Persetujuan Pemilik
yang Berbatasan.
(5) Hasil pemotretan tanda batas sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan Surat Pernyataan
Pemasangan Tanda Batas dan Persetujuan Pemilik
yang Berbatasan sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) menjadi syarat kelengkapan berkas permohonan.
(6) Surat Pernyataan Pemasangan Tanda Batas dan
Persetujuan Pemilik yang Berbatasan dibuat sesuai
format sebagaimana tercantum dalam Lampiran I
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.

Pasal 19B
(1) Penetapan batas dilakukan oleh petugas ukur
berdasarkan Surat Pernyataan Pemasangan Tanda
Batas dan Persetujuan Pemilik yang Berbatasan.
(2) Penetapan batas dilakukan pada lokasi bidang tanah
yang akan diukur dengan ketentuan:
a. petugas ukur membacakan Surat Pernyataan
Pemasangan Tanda Batas dan Persetujuan
Pemilik yang Berbatasan di hadapan pemohon
atau Pihak Yang Berkepentingan; dan
b. pemohon menunjukkan batas bidang tanah
yang dimohon.
(3) Dalam hal penetapan batas dilakukan sekaligus
dengan penataan batas maka hasil penataan batas
dituangkan dalam Berita Acara Penataan Batas (d.i.
201A) yang disetujui oleh Pemegang Hak yang
bersangkutan dan pemilik yang berbatasan.
-5-

Pasal 19C
(1) Kegiatan penunjukan batas dan penetapan batas
dapat memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi yang mempertimbangkan lintas aspek
ruang dan waktu serta komunikasi secara interaktif
digital seperti teknologi Augmented Reality/Virtual
Reality (AR/VR), aplikasi komunikasi video
call/audio visual atau teknologi lainnya.
(2) Hasil kegiatan penunjukan batas dan penetapan
batas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa
rekaman Dokumen Elektronik.

Pasal 19D
(1) Dalam hal ruang atas tanah dan/atau ruang bawah
tanah maka penetapan batas dilakukan oleh petugas
pengukuran berdasarkan penunjukan dari pelaku
pembangunan sesuai dengan batas fisik bangunan
yang sudah terbangun dan diverifikasi terhadap
model 3 (tiga) dimensi bangunan yang terbangun.
(2) Model 3 (tiga) dimensi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat dibuat dari konversi as built drawing 2
(dua) dimensi, hasil pemetaan menggunakan laser
scanner atau hasil pemetaan secara fotogrametris
dengan format model 3 (tiga) dimensi yang disajikan
menggunakan salah satu dari format DWG, DXF,
IFC, OBJ, RVT, CityGML atau format penyajian 3
(tiga) dimensi lainnya.

2. Ketentuan Pasal 23 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 23
(1) Setiap bidang tanah yang sudah ditetapkan batas-
batasnya baik dalam pendaftaran tanah secara
sistematik maupun sporadik diberi Nomor
Identifikasi Bidang Tanah (NIB) yang dicantumkan
dalam Peta Bidang Tanah.
-6-

(2) Nomor Identifikasi Bidang Tanah (NIB) sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) terdiri dari 14 (empat belas)
digit, yaitu:
a. 2-digit pertama merupakan kode provinsi;
b. 2-digit berikutnya merupakan kode
kabupaten/kota;
c. 9-digit berikutnya merupakan nomor bidang
tanah; dan
d. 1-digit terakhir merupakan kode bidang tanah
di permukaan, di ruang atas tanah, di ruang
bawah tanah, satuan rumah susun atau hak di
atas hak bidang permukaan, hak di atas ruang
atas tanah dan hak di atas ruang bawah tanah.
(3) Nomor Identifikasi Bidang Tanah (NIB) merupakan
nomor referensi yang digunakan dalam setiap tahap
kegiatan pendaftaran tanah.
(4) Bidang tanah yang telah mempunyai Nomor
Identifikasi Bidang Tanah (NIB) di-plotting ke dalam
peta pendaftaran.

3. Ketentuan Pasal 24 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 24
(1) Prinsip dasar pengukuran bidang tanah harus
memenuhi kaidah teknis pengukuran dan pemetaan
sehingga bidang tanah yang diukur dapat dipetakan,
diketahui letak dan batasnya di atas peta serta
dapat direkonstruksi titik batasnya di lapangan.
(2) Pengukuran bidang tanah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat dilaksanakan dengan cara
terestrial, fotogrametrik, satelit atau metode lainnya.
(3) Prinsip dasar pengukuran ruang atas tanah
dan/atau ruang bawah tanah harus memenuhi
kaidah teknis pengukuran dan pemetaan 3 (tiga)
dimensi.
-7-

4. Ketentuan Pasal 26 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 26
(1) Pengukuran bidang tanah di daerah yang telah
tersedia peta dasar pendaftaran berupa peta foto
atau citra dilaksanakan dengan cara identifikasi
bidang tanah yang batasnya telah ditetapkan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Batas bidang tanah yang diidentifikasi pada peta
foto atau citra dapat diukur di lapangan.
(3) Batas ruang atas tanah dan ruang bawah tanah
yang diidentifikasi pada peta 3 (tiga) dimensi harus
diverifikasi di lapangan.
(4) Dalam hal titik-titik batas tidak dapat diidentifikasi
pada peta foto atau citra karena tumbuhan atau
halangan pandangan lain maka dilakukan
pengukuran dari titik-titik batas yang berdekatan
atau titik-titik lain yang dapat diidentifikasi pada
peta foto atau citra, sehingga titik-titik batas dapat
ditandai di peta foto atau citra dengan cara
pemotongan kemuka.
(5) Dalam hal titik-titik batas tidak dapat diidentifikasi
di lapangan dikarenakan kondisi lokasi berupa rawa,
lahan gambut dan kondisi tertentu lainnya yang
tidak memungkinkan untuk dilakukan pemasangan
tanda batas, dilakukan pengukuran secara
fotogrametris dan titik-titik batas yang ada
ditentukan oleh Pihak Yang Berkepentingan dan
disetujui oleh para pihak yang berbatasan di atas
peta foto atau citra.

5. Ketentuan Pasal 27 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 27
(1) Semua pengukuran bidang tanah diikatkan pada
titik dasar teknik nasional, Continuously Operating
Reference Station terdekat dan/atau detail-detail
lainnya yang ada dan mudah diidentifikasi di
lapangan dan di petanya.
-8-

(2) Pengikatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dilakukan dengan menggunakan metode Network
Transport of RTCM via Internet Protocol atau post-
processing.

6. Di antara Pasal 30 dan Pasal 31 disisipkan 2 (dua) pasal,


yakni Pasal 30A dan Pasal 30B sehingga berbunyi
sebagai berikut:
Pasal 30A
(1) Gambar Ukur sebagaimana dimaksud dalam Pasal
30 dapat dibuat dalam bentuk Dokumen Elektronik.
(2) Dalam hal pembuatan Dokumen Elektronik belum
dapat dilaksanakan maka Gambar Ukur
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dibuat dalam bentuk Dokumen Analog.
(3) Gambar Ukur sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling kurang memuat:
a. penunjukan batas oleh pihak pemohon/
kuasanya;
b. deklarasi penetapan batas oleh petugas ukur;
c. catatan koreksi atau hasil kontrol kualitas oleh
pejabat yang ditunjuk; dan
d. pencantuman metadata seperti peralatan
pengukuran yang digunakan, metode
pengukuran, data dan hasil pengukuran,
penyelesaian sengketa batas dan data teknis
lainnya.
(4) Selain menggambarkan bidang tanah, Gambar Ukur
juga menggambarkan bangunan, areal penyangga,
sempadan badan air seperti sempadan sungai,
sempadan pantai dan sempadan jalan, lahan
konservasi, Hak Atas Tanah yang dilepaskan atau
fungsi sosial/kepentingan publik lainnya sesuai
rencana tata ruang wilayah pada lokasi bidang
tanah yang diukur.
-9-

(5) Gambar Ukur dibuat sesuai format sebagaimana


tercantum dalam Lampiran II yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 30B
(1) Pengukuran bidang tanah dapat memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi yang
mempertimbangkan lintas aspek ruang dan waktu
serta komunikasi secara interaktif digital seperti
teknologi Augmented Reality/Virtual Reality (AR/VR),
aplikasi komunikasi video call/audio visual atau
teknologi lainnya.
(2) Hasil pengukuran sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) berupa rekaman Dokumen Elektronik.

7. Lampiran 41 dalam Pasal 140 angka 16 Peraturan


Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
1997 tentang Pendaftaran Tanah, diubah sesuai format
Lampiran II sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30A
ayat (5).

8. Di antara Pasal 35 dan Pasal 36 disisipkan 2 (dua) pasal,


yakni Pasal 35A dan Pasal 35B, sehingga berbunyi
sebagai berikut:
Pasal 35A
Dalam penetapan pemberian Hak Atas Tanah,
pembuatan Peta Bidang Tanah hasil pengukuran yang
merupakan kewenangan Kantor Wilayah atau
Kementerian dilengkapi dengan unsur tematik yang
memuat informasi berupa:
a. kawasan hutan;
b. pola ruang sesuai dengan Rencana Tata Ruang;
c. areal penghentian pemberian izin baru pada hutan
alam primer dan lahan gambut;
d. areal konservasi sempadan badan air atau fungsi
konservasi lainnya, termasuk kelerengan lebih dari
40% (empat puluh persen);
- 10 -

e. areal perizinan di sektor kehutanan;


f. areal perizinan di sektor pertambangan;
g. areal lokasi kebun kemitraan, dalam hal
permohonan Hak Guna Usaha;
h. areal perizinan lainnya terkait pemanfaatan sumber
daya alam; dan/atau
i. Peta Tematik Kawasan yang memuat penguasaan,
pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah.

Pasal 35B
(1) Perubahan dan/atau pembatalan Peta Bidang Tanah
dapat dilakukan berdasarkan:
a. rekomendasi panitia pemeriksaan tanah;
b. permohonan dari pemilik tanah dan/atau
keberatan dari pihak yang berbatasan, yang
ditindaklanjuti dengan penetapan batas dan
pengukuran kembali;
c. berita acara hasil reviu kajian teknis dan
prosedur pengukuran dan pemetaan bidang
yang telah ditetapkan atau kajian teknis lainnya
dari Kepala Kantor Pertanahan, Kepala Kantor
Wilayah, Direktur yang membidangi
pengukuran dan pemetaan kadastral atau
Direktur yang membidangi penetapan hak atau
pejabat yang ditunjuk; dan
d. penyelesaian dari sengketa penguasaan dan
kepemilikan bidang tanah dimaksud.
(2) Peta Bidang Tanah tetap berlaku sepanjang tidak
terdapat perubahan fisik bidang tanah.

9. Pasal 37 dihapus.

10. Pasal 38 dihapus.

11. Pasal 39 dihapus.


- 11 -

12. Ketentuan Pasal 41 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 41
(1) Pemeliharaan peta pendaftaran, Gambar Ukur dan
data ukur terkait merupakan tanggung jawab Kepala
Kantor Pertanahan.
(2) Dalam hal terdapat peta pendaftaran, Gambar Ukur,
dan data ukur terkait yang rusak atau hilang,
Kepala Kantor Pertanahan diwajibkan memperbaiki
atau mengembalikan data informasi tersebut.
(3) Dalam hal pengukuran untuk pembuatan peta
pendaftaran dan Gambar Ukur terdapat kesalahan
teknis data ukuran, maka Kepala Kantor Pertanahan
dapat memperbaiki kesalahan tersebut.
(4) Dalam hal pembuatan peta pendaftaran yang
dilaksanakan dengan menggunakan metode
fotogrametrik, terdapat kekeliruan yaitu bidang
tanah yang dipetakan tidak sesuai dengan keadaan
sebenarnya di lapangan maka berdasarkan
pengukuran di lapangan Kepala Kantor Pertanahan
dapat memperbaiki peta pendaftaran tersebut.
(5) Dalam hal suatu bidang tanah yang diukur ulang
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4)
sudah diterbitkan Sertipikat, selain dilakukan
perubahan pada Gambar Ukur dan peta pendaftaran
juga dilakukan perubahan pada surat ukurnya.
(6) Perbaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
ayat (3) dan ayat (4) dibuatkan Berita Acara.

13. Di antara Pasal 41 dan Pasal 42 disisipkan 1 (satu) pasal,


yakni Pasal 41A sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 41A
(1) Dalam hal perbaikan peta pendaftaran, Gambar
Ukur, dan data-data ukur sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 41, dapat dilakukan berdasarkan:
a. hasil pemeriksaan tanah;
- 12 -

b. perbaikan/peningkatan kualitas data


pertanahan;
c. permohonan Pemegang Hak atau pihak yang
bersangkutan;
d. penyelesaian sengketa dan/atau konflik; dan
e. putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap.
(2) Perbaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibuatkan berita acaranya.

14. Ketentuan Pasal 42 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 42
(1) Dalam hal penggabungan, pemisahan atau
pemecahan bidang tanah yang telah terdaftar
dilakukan penetapan batas dan pengukuran
kembali, dilaksanakan apabila:
a. terdapat perubahan batas bidang tanah; atau
b. permohonan dari pihak yang bersangkutan.
(2) Bidang tanah hasil pengukuran kembali
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dibuatkan
Gambar Ukur baru dan dilakukan perubahan pada
peta pendaftarannya.
(3) Terhadap bidang tanah ulayat masyarakat hukum
adat dilarang dilakukan pemecahan atas nama
perorangan kecuali diperbolehkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Pengukuran bidang tanah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) perlu memperhatikan:
a. pembatasan luas pemilikan dan penguasaan
tanah pertanian sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
b. kesesuaian rencana tata ruang wilayah dan
fungsi sosial/kepentingan publik.
- 13 -

15. Ketentuan Pasal 43 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 43
(1) Bidang tanah yang telah terdaftar namun belum
terpetakan wajib dipetakan (plotting) pada peta
pendaftaran tanah.
(2) Dalam hal terdapat bidang tanah terdaftar yang
belum tepat terpetakan posisi bidang tanahnya pada
peta pendaftaran tanah, wajib dipetakan kembali (re-
plotting).
(3) Pemetaan (plotting) maupun pemetaan kembali (re-
plotting) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) dilakukan melalui kegiatan:
a. perbaikan/peningkatan kualitas data
pertanahan;
b. permohonan dari pihak yang bersangkutan;
atau
c. kegiatan lainnya dalam rangka pelaksanaan
pelayanan elektronik.

16. Di dalam BAB III ditambahkan 1 (satu) bagian dan 1


(satu) pasal yakni Bagian KesatuA dan Pasal 45A
sehingga berbunyi sebagai berikut:
Bagian Kesatu
Umum

Pasal 45A
(1) Pendaftaran tanah untuk pertama kali dilaksanakan
melalui:
a. pendaftaran tanah secara sistematik; dan
b. pendaftaran tanah secara sporadik.
(2) Pendaftaran tanah secara sistematik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan kegiatan
pendaftaran tanah yang dilakukan atas inisiatif
pemerintah dan didasarkan pada rencana kerja yang
ditetapkan oleh Menteri.
- 14 -

(3) Dalam hal suatu desa/kelurahan telah ditetapkan


sebagai lokasi pendaftaran tanah secara sistematik
maka wajib diikuti oleh pemilik bidang tanah.
(4) Pendaftaran tanah secara sporadik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b dilaksanakan dalam
hal:
a. suatu desa/kelurahan belum ditetapkan
sebagai lokasi pendaftaran tanah secara
sistematik;
b. pemilik bidang tanah tidak bersedia mengikuti
pendaftaran tanah secara sistematik; atau
c. atas permintaan pihak yang berkepentingan.

17. Ketentuan Pasal 74 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 74
Permohonan pengukuran bidang tanah diajukan dalam
rangka:
a. persiapan permohonan hak baru, seperti
pengukuran bidang tanah, pulau kecil dan wilayah
perairan;
b. pemecahan, pemisahan, dan penggabungan bidang
tanah;
c. pengembalian batas;
d. penataan batas dalam rangka konsolidasi tanah;
e. inventarisasi pemilikan dan penguasaan tanah
dalam rangka pengadaan tanah bagi pembangunan
untuk kepentingan umum sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
f. permohonan pengukuran untuk objek yang menjadi
perkara di pengadilan dan/atau melaksanakan
putusan pengadilan; atau
g. lain-lain dengan persetujuan Pemegang Hak.
- 15 -

18. Di antara Pasal 74 dan Pasal 75 disisipkan 2 (dua) pasal,


yakni Pasal 74A dan Pasal 74B sehingga berbunyi
sebagai berikut:
Pasal 74A
(1) Dalam hal tanah menjadi objek perkara di
pengadilan, pengukuran dapat dilakukan atas
permintaan hakim yang memeriksa perkara untuk
memastikan letak dan batas tanah objek gugatan
yang sedang diperkarakan.
(2) Permohonan pengukuran bidang tanah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan:
a. salinan resmi surat dari pengadilan atas
permintaan hakim yang memeriksa perkara;
dan
b. identitas pemohon.
(3) Biaya atas pengukuran dibebankan kepada pihak
penggugat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(4) Dalam hal perkara sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) merupakan:
a. sengketa batas antarpihak yang berbatasan
maka penunjukan batas wajib dilakukan oleh
para pihak yang berperkara; atau
b. sengketa penguasaan dan kepemilikan maka
penunjukan batas wajib dilakukan oleh pihak
penggugat.
(5) Pelaksanaan pengukuran sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) pihak penggugat wajib menghadirkan
para pihak yang berbatasan.
(6) Hasil pengukuran bidang tanah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berupa Peta Bidang Tanah
dengan menggunakan nomor identifikasi sementara
dan diberikan catatan bahwa pengukuran dilakukan
dalam rangka permohonan pengadilan atas objek
gugatan yang sedang diperkarakan.
- 16 -

(7) Dalam hal objek perkara sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) merupakan tanah yang telah
diterbitkan Sertipikat atas nama bukan para pihak
yang berperkara atau merupakan tanah aset
Instansi Pemerintah/Pemerintah Daerah/Badan
Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah
maka hakim yang menangani perkara menghadirkan
pemilik Sertipikat atau pengguna/pengelola tanah
aset Instansi Pemerintah/Pemerintah Daerah/
Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik
Daerah.
(8) Dalam hal objek perkara sebagaimana dimaksud
pada ayat (7) telah terdapat putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap maka
nomor identifikasi sementara yang telah diberikan
tidak dapat menjadi Nomor Identifikasi Bidang
Tanah (NIB).

Pasal 74B
(1) Dalam hal pengukuran dilakukan dalam rangka
pelaksanaan eksekusi putusan pengadilan maka
permohonan diajukan oleh panitera pengadilan
untuk memastikan letak dan batas tanah.
(2) Permohonan pengukuran bidang tanah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan:
a. salinan resmi putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap; dan
b. identitas pemohon.
(3) Biaya atas pengukuran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dibebankan kepada pemenang perkara
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(4) Penunjukan batas bidang tanah wajib dilakukan
oleh juru sita sesuai dengan objek gugatan dan
bertanggung jawab atas letak dan batas tanah objek
eksekusi yang ditunjukkannya.
- 17 -

(5) Dalam hal pelaksanaan pengukuran sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) pemenang perkara wajib
menghadirkan para pihak berbatasan.
(6) Hasil pengukuran bidang tanah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berupa Peta Bidang Tanah
dengan menggunakan Nomor Identifikasi Bidang
Tanah (NIB) dan diberikan catatan bahwa
pengukuran dilakukan dalam rangka pelaksanaan
eksekusi putusan pengadilan.

19. Di antara Pasal 76 dan Pasal 77 disisipkan 1 (satu) pasal,


yakni Pasal 76A sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 76A
(1) Alat bukti tertulis tanah bekas milik adat yang
dimiliki oleh perseorangan berupa Petuk Pajak
Bumi/Landrente, girik, pipil, kekitir, Verponding
Indonesia dan alat bukti bekas hak milik adat
lainnya dengan nama atau istilah lain dinyatakan
tidak berlaku setelah 5 (lima) tahun sejak Peraturan
Pemerintah Nomor 18 Tahun 2021 tentang Hak
Pengelolaan, Hak Atas Tanah, Satuan Rumah
Susun, dan Pendaftaran Tanah berlaku.
(2) Dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berakhir maka:
a. alat bukti tertulis tanah bekas milik adat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
dapat digunakan sebagai alat pembuktian Hak
Atas Tanah dan hanya sebagai petunjuk dalam
rangka pendaftaran tanah; dan
b. status tanah tetap tanah bekas milik adat.
(3) Pendaftaran tanah sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dilakukan dengan mekanisme pengakuan
hak.
- 18 -

(4) Permohonan pengakuan hak sebagaimana dimaksud


pada ayat (3) dilengkapi dengan surat pernyataan
penguasaan fisik dari pemohon dan bertanggung
jawab secara perdata dan pidana yang menyatakan
bahwa:
a. tanah tersebut adalah benar milik yang
bersangkutan bukan milik orang lain dan
statusnya merupakan tanah bekas milik adat
bukan Tanah Negara;
b. tanah tersebut telah dikuasai secara fisik
selama 20 (dua puluh) tahun atau lebih secara
berturut-turut;
c. penguasaan tanah dilakukan dengan iktikad
baik dan secara terbuka oleh yang
bersangkutan sebagai yang berhak atas tanah;
d. tidak terdapat keberatan dari pihak lain atas
tanah yang dimiliki dan/atau tidak dalam
keadaan sengketa;
e. tidak terdapat keberatan dari pihak Kreditur
dalam hal tanah dijadikan jaminan sesuatu
utang; dan
f. bukan merupakan aset Pemerintah, Pemerintah
Daerah, atau Badan Usaha Milik Negara/Badan
Usaha Milik Daerah dan tidak berada dalam
Kawasan Hutan.
(5) Unsur iktikad baik sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) huruf c terdiri dari kenyataan secara fisik
menguasai, menggunakan, memanfaatkan dan
memelihara tanah secara terus-menerus dalam
waktu tertentu dan/atau memperoleh dengan cara
tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-
undangan.
- 19 -

(6) Surat pernyataan penguasaan fisik sebagaimana


dimaksud pada ayat (4) dibuat dengan ketentuan:
a. disaksikan paling sedikit oleh 2 (dua) orang
saksi dari lingkungan setempat yang tidak
mempunyai hubungan keluarga dengan yang
bersangkutan sampai derajat kedua, baik
dalam kekerabatan vertikal maupun horizontal,
yang menyatakan bahwa yang bersangkutan
merupakan benar sebagai pemilik dan yang
menguasai bidang tanah tersebut; dan
b. dibuat berdasarkan keterangan yang sebenar-
benarnya dan dapat dipertanggungjawabkan
baik secara perdata maupun pidana apabila di
kemudian hari terdapat unsur ketidakbenaran
dalam pernyataannya.
(7) Surat Pernyataan Penguasaan Fisik dibuat sesuai
format sebagaimana tercantum dalam Lampiran III
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.

20. Lampiran 14 dalam Pasal 76 ayat (3) Peraturan Menteri


Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah, diubah sesuai format Lampiran III
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76B ayat (7).

21. Ketentuan Pasal 78 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 78
Petugas pengukuran mempunyai tugas meliputi:
a. melakukan persiapan dengan membuat peta kerja,
melakukan telaah, analisis risiko dan rencana
mitigasi terhadap bidang tanah yang akan diukur
terhadap potensi masalah yang ditimbulkan, antara
lain sengketa batas, tumpang tindih dan masalah
lainnya;
- 20 -

b. koordinasi dengan pihak-pihak terkait dalam rangka


meminimalkan potensi masalah yang ditimbulkan;
c. menetapkan batas bidang tanah berdasarkan Surat
Pernyataan Pemasangan Tanda Batas dan
Persetujuan Pihak yang Berbatasan;
d. membantu penyelesaian sengketa mengenai batas
bidang tanah yang dituangkan dalam Risalah
Penyelesaian Sengketa Batas (d.i. 200);
e. melaksanakan pengukuran dan Pemetaan Bidang
Tanah;
f. membuat Gambar Ukur dan Peta Bidang Tanah
dan/atau berita acara; dan
g. memastikan bidang yang diukur telah dipetakan di
peta pendaftaran dalam Aplikasi Komputerisasi
Kegiatan Pertanahan, dan bila diperlukan
melakukan penataan dan perbaikan pada peta
pendaftaran.

22. Ketentuan Pasal 79 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 79
Setelah petugas pengukuran menerima perintah
pengukuran, dilakukan persiapan sebagai berikut:
a. merencanakan pengukuran di atas peta pendaftaran
atau peta lainnya yang memenuhi syarat dan
melakukan analisis risiko serta rencana mitigasi
terhadap bidang tanah yang akan diukur terhadap
potensi masalah yang ditimbulkan;
b. memeriksa peralatan yang sesuai dengan rencana
lokasi dan tersedianya titik dasar teknik di sekitar
bidang tanah yang dimohon; dan
c. menyampaikan pemberitahuan baik secara tertulis
atau melalui media komunikasi lainnya kepada
pemohon mengenai waktu pelaksanaan penetapan
batas dan pengukuran.
- 21 -

23. Ketentuan Pasal 83 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 83
Pelaksanaan tugas Panitia A dalam pendaftaran tanah
sporadik dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

24. Pasal 84 dihapus.

25. Ketentuan Pasal 86 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 86
(1) Kutipan data yuridis dan data fisik yang sudah
dicantumkan dalam Risalah Penelitian Data Yuridis
dan Penetapan Batas (d.i. 201) sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 85 dimasukkan dalam Daftar
Data Yuridis dan Data Fisik Bidang Tanah (d.i.
201C).
(2) Untuk memberi kesempatan bagi yang
berkepentingan mengajukan keberatan atas data
fisik dan data yuridis mengenai bidang tanah yang
dimohon pendaftarannya, maka Daftar Data Yuridis
dan Data Fisik Bidang Tanah (d.i. 201C)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan Peta
Bidang Tanah yang bersangkutan diumumkan
dengan menggunakan daftar isian 201B di Kantor
Pertanahan dan kantor kepala desa/kelurahan letak
tanah dan/atau website yang disediakan oleh
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional paling lama 30 (tiga puluh) hari
kalender.

26. Di antara Pasal 90 dan Pasal 91 disisipkan 1 (satu) pasal,


yakni Pasal 90A sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 90A
(1) Pencatatan batasan dan kewajiban penerima hak
dalam pembukuan hak dapat dilakukan
berdasarkan surat keputusan pemberian hak atau
keputusan penegasan konversi/pengakuan hak.
- 22 -

(2) Batasan dan kewajiban sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) merupakan batasan dan kewajiban yang
belum diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan yang bersifat individual yang
melekat pada hak.

27. Ketentuan Pasal 94 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 94
(1) Pemeliharaan data pendaftaran tanah dilaksanakan
dengan pendaftaran perubahan data fisik dan/atau
data yuridis objek pendaftaran tanah yang telah
terdaftar dengan mencatatnya di dalam daftar
umum sesuai dengan ketentuan di dalam peraturan
ini.
(2) Perubahan data fisik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berupa:
a. pemecahan bidang tanah;
b. pemisahan sebagian atau beberapa bagian dari
bidang tanah;
c. penggabungan dua atau lebih bidang tanah.
(3) Perubahan data yuridis sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berupa:
a. peralihan hak karena jual beli, tukar menukar,
hibah, pemasukan dalam perusahaan, dan
perbuatan hukum pemindahan hak lainnya;
b. peralihan hak karena pewarisan;
c. peralihan hak karena penggabungan, peleburan
atau pemisahan perseroan atau koperasi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
d. pembebanan Hak Tanggungan;
e. peralihan Hak Tanggungan;
f. hapusnya Hak Atas Tanah, Hak Pengelolaan,
Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun dan Hak
Tanggungan;
g. pembagian hak bersama;
- 23 -

h. perubahan data pendaftaran tanah berdasarkan


putusan pengadilan atau penetapan Ketua
Pengadilan;
i. perubahan nama akibat pemegang hak yang
ganti nama;
j. perpanjangan jangka waktu Hak Atas Tanah.

28. Ketentuan Pasal 97 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 97
(1) Sebelum melaksanakan pembuatan akta mengenai
pemindahan atau pembebanan Hak Atas Tanah atau
Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun, Pejabat
Pembuat Akta Tanah wajib:
a. memastikan kesesuaian data fisik dan data
yuridis pada Sertipikat dengan data elektronik
pada pangkalan data melalui layanan informasi
pertanahan elektronik; dan
b. memastikan dan yakin objek fisik bidang tanah
yang akan dialihkan dan/atau dibebani hak
tidak dalam sengketa.
(2) Layanan informasi pertanahan elektronik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

29. Ketentuan Pasal 98 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 98
(1) Untuk membuat akta pemindahan Hak Atas Tanah
atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun dan
mendaftarnya tidak diperlukan izin pemindahan
hak, kecuali dalam hal sebagai berikut:
a. pemindahan Hak Atas Tanah atau Hak Milik
Atas Satuan Rumah Susun yang di dalam
Sertipikatnya dicatat bahwa hak tersebut hanya
boleh dipindahtangankan apabila telah
diperoleh izin dari instansi yang berwenang;
b. pemindahan Hak Pakai atas Tanah Negara.
- 24 -

(2) Dalam hal izin pemindahan hak diperlukan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) maka izin
tersebut harus sudah diperoleh sebelum akta
pemindahan hak yang bersangkutan dibuat.
(3) Izin pemindahan hak sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tidak diperlukan lagi dalam hal:
a. pemindahan hak yang dilakukan dalam rangka
pelaksanaan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan
Ruang;
b. pemasaran hasil pengembangan bidang tanah
Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai induk
oleh perusahaan penyelenggara perumahan,
kawasan industri atau pengembangan lain yang
sejenis;
c. peralihan hak karena lelang; atau
d. dalam rangka pengadaan tanah bagi
pembangunan untuk kepentingan umum,
proyek strategis nasional maupun kawasan
ekonomi khusus.

30. Ketentuan Pasal 99 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 99
(1) Dalam hal pemindahan Hak Atas Tanah untuk
tanah pertanian maka sebelum dibuat akta
mengenai pemindahan Hak Atas Tanah, calon
penerima hak harus membuat pernyataan yang
menyatakan:
a. bahwa yang bersangkutan dengan pemindahan
hak tersebut tidak menjadi Pemegang Hak Atas
Tanah yang melebihi ketentuan batas
maksimum penguasaan tanah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. bahwa yang bersangkutan dengan pemindahan
hak tersebut tidak menjadi Pemegang Hak Atas
Tanah absentee (guntai) sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
- 25 -

c. bahwa yang bersangkutan menyadari bahwa


apabila pernyataan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b tersebut tidak benar
maka tanah kelebihan atau tanah absentee
tersebut menjadi objek landreform;
d. bahwa yang bersangkutan bersedia
menanggung semua akibat hukumnya, apabila
pernyataan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dan huruf b tidak benar.
(2) Pejabat Pembuat Akta Tanah wajib menjelaskan
kepada calon penerima hak maksud dan isi
pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

31. Di antara Pasal 104 dan Pasal 105 disisipkan 1 (satu)


pasal, yakni Pasal 104A sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 104A
(1) Dalam hal Hak Atas Tanah atau Hak Milik Atas
Satuan Rumah Susun dibebani Hak Tanggungan
maka dalam pendaftaran peralihan haknya wajib
melampirkan:
a. surat persetujuan tertulis dari pemegang Hak
Tanggungan dan diketahui oleh penerima
peralihan hak; dan/atau
b. surat perjanjian pengakuan utang.
(2) Persetujuan tertulis dari pemegang Hak Tanggungan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
menjadi syarat sebelum Pejabat Pembuat Akta
Tanah melaksanakan pembuatan akta peralihan
Hak Atas Tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah
Susun.
(3) Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) tetap melekat pada Hak Atas Tanah atau Hak
Milik Atas Satuan Rumah Susun yang dibebani Hak
Tanggungan.
- 26 -

32. Ketentuan Pasal 111 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 111
(1) Permohonan pendaftaran peralihan Hak Atas Tanah
atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun diajukan
oleh ahli waris atau kuasanya dengan melampirkan:
a. Sertipikat Hak Atas Tanah atau Sertipikat Hak
Milik Atas Satuan Rumah Susun atas nama
pewaris atau alat bukti pemilikan tanah
lainnya;
b. surat kematian atas nama pemegang hak yang
tercantum dalam Sertipikat yang bersangkutan
dari kepala desa/lurah tempat tinggal pewaris
waktu meninggal dunia, rumah sakit, petugas
kesehatan, atau instansi lain yang berwenang;
c. surat tanda bukti sebagai ahli waris dapat
berupa:
1. wasiat dari pewaris;
2. putusan pengadilan;
3. penetapan hakim/ketua pengadilan;
4. surat pernyataan ahli waris yang dibuat
oleh para ahli waris dengan disaksikan
oleh 2 (dua) orang saksi dan diketahui oleh
kepala desa/lurah dan camat tempat
tinggal pewaris pada waktu meninggal
dunia;
5. akta keterangan hak mewaris dari Notaris
yang berkedudukan di tempat tinggal
pewaris pada waktu meninggal dunia; atau
6. surat keterangan waris dari Balai Harta
Peninggalan.
d. Surat Kuasa Tertulis dari ahli waris apabila
yang mengajukan permohonan pendaftaran
peralihan hak bukan ahli waris yang
bersangkutan;
e. bukti identitas ahli waris.
- 27 -

(2) Apabila pada waktu permohonan pendaftaran


peralihan sudah ada putusan pengadilan atau
penetapan hakim/ketua pengadilan atau akta
mengenai pembagian waris, maka putusan/
penetapan atau akta tersebut juga dilampirkan pada
permohonan.
(3) Akta mengenai pembagian waris sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dapat dibuat dalam bentuk
akta di bawah tangan oleh semua ahli waris dengan
disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi atau dengan
akta Notaris.
(4) Apabila ahli waris lebih dari 1 (satu) orang dan
belum ada pembagian warisan, maka pendaftaran
peralihan haknya dilakukan kepada para ahli waris
sebagai pemilikan bersama, dan pembagian hak
selanjutnya dapat dilakukan melalui pembagian hak
bersama sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(5) Apabila ahli waris lebih dari 1 (satu) orang dan pada
waktu pendaftaran peralihan haknya disertai dengan
akta waris yang memuat keterangan bahwa Hak
Atas Tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah
Susun tertentu jatuh kepada 1 (satu) orang
penerima warisan, maka pencatatan peralihan
haknya dilakukan kepada penerima warisan yang
bersangkutan berdasarkan akta waris tersebut.
(6) Pencatatan pendaftaran peralihan hak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada buku tanah,
Sertipikat, daftar tanah dan/atau daftar umum
lainnya.
- 28 -

33. Ketentuan bagian Keenam dan Pasal 113 diubah,


sehingga berbunyi sebagai berikut:

Bagian Keenam
Peralihan Hak Karena Penggabungan, Peleburan, atau
Pemisahan Perseroan atau Koperasi
Pasal 113
(1) Permohonan pendaftaran peralihan suatu Hak Atas
Tanah, Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun, atau
Hak Pengelolaan karena adanya penggabungan,
peleburan, atau pemisahan perseroan atau koperasi
yang dilakukan tidak dengan likuidasi diajukan oleh
direksi perseroan atau pengurus koperasi hasil
penggabungan, peleburan atau yang menerima
pemisahan sesuai dengan ketentuan dalam
anggaran dasar perseroan atau koperasi tersebut,
dengan dilengkapi dokumen-dokumen sebagai
berikut:
a. sertipikat Hak Atas Tanah, Hak Milik Atas
Satuan Rumah Susun atau Hak Pengelolaan
untuk tanah terdaftar;
b. akta penggabungan, peleburan atau pemisahan
perseroan atau koperasi;
c. pernyataan dari direksi perseroan atau
pengurus koperasi hasil penggabungan,
peleburan atau yang menerima pemisahan
bahwa penggabungan, peleburan, atau
pemisahan tersebut telah dilaksanakan tidak
dengan likuidasi;
d. anggaran dasar dari perseroan atau koperasi
hasil penggabungan, peleburan, atau yang
menerima pemisahan yang telah disahkan oleh
pejabat yang berwenang;
e. anggaran dasar dari masing-masing perseroan
atau koperasi yang bergabung, melebur, atau
melakukan pemisahan.
(2) Pencatatan pendaftaran peralihan dalam daftar-
daftar pendaftaran tanah dilakukan sesuai
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 105.
- 29 -

34. Ketentuan Pasal 114 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 114
(1) Untuk pendaftaran Hak Tanggungan yang objeknya
berupa Hak Atas Tanah atau Hak Milik Atas Satuan
Rumah Susun yang sudah terdaftar atas nama
pemberi Hak Tanggungan, Pejabat Pembuat Akta
Tanah yang membuat Akta Pemberian Hak
Tanggungan wajib menyampaikan kepada Kantor
Pertanahan paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah
penandatanganan akta.
(2) Penyampaian akta sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan secara elektronik dengan mengunggah
dokumen persyaratan meliputi:
a. identitas pemberi dan pemegang Hak
Tanggungan;
b. Akta Pemberian Hak Tanggungan;
c. Sertipikat asli Hak Atas Tanah atau Hak Milik
Atas Satuan Rumah Susun yang menjadi objek
Hak Tanggungan; dan
d. Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan,
apabila pemberian Hak Tanggungan dilakukan
melalui kuasa.
(3) Pendaftaran Hak Tanggungan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Kantor
Pertanahan dengan mendaftar Hak Tanggungan
yang bersangkutan dengan menerbitkan Sertipikat
Hak Tanggungan secara elektronik paling lama 7
(tujuh) hari kalender setelah dokumen yang
diperlukan untuk pendaftaran Hak Tanggungan
dinyatakan memenuhi syarat.
(4) Pendaftaran Hak Tanggungan secara elektronik
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai pelayanan hak
tanggungan terintegrasi secara elektronik.

35. Pasal 115 dihapus.

36. Pasal 116 dihapus.


- 30 -

37. Pasal 117 dihapus.

38. Pasal 118 dihapus.

39. Pasal 119 dihapus.

40. Ketentuan Pasal 121 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 121
(1) Permohonan pendaftaran peralihan Hak Tanggungan
diajukan oleh kreditur baru sebagai pemegang Hak
Tanggungan yang baru dengan menyampaikan:
a. sertipikat Hak Tanggungan;
b. surat tanda bukti beralihnya piutang yang
dijamin dengan Hak Tanggungan berupa:
1. akta cessie atau akta otentik yang
menyatakan adanya cessie tersebut;
2. akta subrogasi atau akta otentik yang
menyatakan adanya subrogasi tersebut;
3. bukti pewarisan, atau
4. bukti penggabungan, peleburan atau
pemisahan perseroan atau koperasi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(2) Apabila sertipikat Hak Atas Tanah yang dibebani
Hak Tanggungan disimpan oleh pemegang Hak
Tanggungan, sertipikat tersebut juga dilampirkan
pada permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1).
(3) Pendaftaran peralihan Hak Tanggungan dilakukan
dengan mencatat peralihan tersebut dalam buku
tanah dan sertipikat Hak Tanggungan, pada
halaman perubahan yang telah disediakan dan
dibubuhi tanda tangan Kepala Kantor Pertanahan
atau pejabat yang ditunjuk berikut cap dinas Kantor
Pertanahan, dan dalam buku tanah hak yang
dibebani serta, apabila sertipikat hak yang dibebani
tersebut dilampirkan, pada sertipikat tersebut.
- 31 -

41. Ketentuan Pasal 126 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 126
(1) Kepala Kantor Pertanahan mencatat suatu Hak Atas
Tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun
yang menjadi objek perkara di pengadilan apabila
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional/Kantor Wilayah/Kantor
Pertanahan sebagai pihak dalam perkara atau atas
permohonan Pihak Yang Berkepentingan dengan
menyampaikan salinan gugatan.
(2) Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kalender
sejak tanggal pencatatan perkara tidak ada perintah
status quo atau sita, pendaftaran peralihan atau
pembebanan hak dapat dilaksanakan dengan
dilengkapi surat pernyataan yang dibuat oleh pihak
yang mengalihkan dan menerima peralihan hak atau
pihak debitur dan kreditur dalam hal pembebanan
hak atau surat izin ketua pengadilan negeri
setempat.
(3) Surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) sekurang-kurangnya memuat:
a. identitas pihak yang mengalihkan dan
menerima peralihan hak atau pihak debitur dan
kreditur;
b. para pihak mengetahui bahwa objek tanah yang
akan dialihkan atau dibebani hak tanggungan
masih dalam perkara;
c. para pihak akan tunduk kepada putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap dengan segala keuntungan/
kerugian/beban yang didapat atas putusan
pengadilan dimaksud.
- 32 -

42. Di antara Pasal 126 dan Pasal 127 disisipkan 2 (dua)


pasal, yakni Pasal 126A dan Pasal 126 B sehingga
berbunyi sebagai berikut:

Pasal 126 A
(1) Dalam hal hakim yang memeriksa perkara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 126 ayat (1)
memerintahkan status quo atas Hak Atas Tanah
atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang
bersangkutan maka atas perintah hakim,
permohonan tersebut dicatatkan ke Kantor
Pertanahan.
(2) Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kalender
sejak tanggal pencatatan status quo tidak ada
perintah sita, pendaftaran peralihan atau
pembebanan hak dapat dilaksanakan dengan
dilengkapi surat pernyataan atau surat izin ketua
pengadilan negeri setempat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 126 ayat (2) dan ayat (3).
(3) Kepala Kantor Pertanahan menolak untuk
melakukan pendaftaran peralihan atau pembebanan
hak apabila tanah yang bersangkutan merupakan
objek sita atau skorsing di Pengadilan.

Pasal 126B
(1) Catatan Hak Atas Tanah atau Hak Milik Atas Satuan
Rumah Susun yang menjadi objek perkara di
pengadilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 126
ayat (1) dan catatan perintah status quo Hak Atas
Tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun
sebagaimana dimaksud dalam pasal 126A ayat (1)
diberitahukan kepada pemohon yang memuat:
a. pencatatan perkara;
b. jangka waktu berlakunya pencatatan;
c. tindak lanjut pendaftaran layanan pertanahan
setelah jangka waktu pencatatan perkara.
(2) Pendaftaran peralihan atau pembebanan hak
sebagaimana dimaksud dalam pasal 126 ayat (2) dan
dalam pasal 126A ayat (2) tidak menghapus catatan
perkara.
- 33 -

(3) Hapusnya catatan perkara sebagaimana dimaksud


dalam pasal 126 ayat (3) dan dalam pasal 126A ayat
(3) setelah adanya putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap dan salinannya
disampaikan kepada Kantor Pertanahan.

43. Ketentuan Pasal 127 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 127
(1) Penyitaan Hak Atas Tanah atau Hak Milik Atas
Satuan Rumah Susun dalam rangka penyidikan
atau penuntutan perbuatan pidana dicatat dalam
buku tanah dan daftar umum lainnya serta apabila
dimungkinkan pada sertipikatnya, berdasarkan
salinan resmi surat penyitaan yang dikeluarkan oleh
penyidik yang berwenang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Permohonan pencatatan sita pidana oleh penyidik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilengkapi
dengan melampirkan:
a. surat perintah penyitaan yang ditandatangani
oleh penyidik;
b. surat izin ketua pengadilan negeri setempat;
dan/atau
c. syarat lainnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(3) Dalam hal permohonan pencatatan sita belum
dilengkapi surat izin ketua pengadilan negeri
setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b maka Kepala Kantor Pertanahan dapat
melakukan pencatatan sita terlebih dulu
berdasarkan surat perintah penyitaan dari penyidik.
(4) Pencatatan sita sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
berlaku paling lama 60 (enam puluh) hari kalender
sejak pencatatan sita sebagaimana dimaksud pada
ayat (3).
- 34 -

(5) Dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja sebelum jangka


waktu 60 (enam puluh) hari berakhir sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) Kepala Kantor Pertanahan
memberitahukan kepada penyidik untuk segera
melengkapi surat izin sita dari ketua pengadilan
negeri setempat dengan tembusan kepada Menteri
dan Kepala Kantor Wilayah.
(6) Hapusnya catatan mengenai penyitaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berdasarkan:
a. sita tersebut dibatalkan/diangkat oleh penyidik
atau penyidikan perbuatan pidana yang
bersangkutan dihentikan sesuai ketentuan yang
berlaku;
b. putusan pengadilan mengenai perkara pidana
yang bersangkutan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap; atau
c. berakhirnya jangka waktu 60 (enam puluh) hari
kalender dan pencatatan sita sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) belum
dilengkapi surat izin ketua pengadilan negeri
setempat.
(7) Dalam hal buku tanah terdapat catatan sita pidana
dapat dilakukan pencatatan peralihan dan/atau
pembebanan hak sepanjang telah memperoleh izin
dari penyidik dan/atau surat izin ketua pengadilan
negeri setempat.

44. Di antara Pasal 127 dan Pasal 128 disisipkan 2 (dua)


pasal, yakni Pasal 127A dan Pasal 127B sehingga
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 127A
Dalam hal PPAT membuat akta berdasarkan perjanjian
pengikatan jual beli yang di buat di hadapan Notaris
dengan tempat kedudukan yang tidak sesuai dengan
letak tanah yang diperjanjikan maka PPAT wajib meneliti
kelengkapan dokumen dengan menerapkan asas kehati-
hatian untuk melindungi pemilik sebenarnya dan
mengurangi konflik di bidang pertanahan.
- 35 -

Pasal 127B
(1) Pihak yang berkepentingan dapat mengajukan
permohonan pencatatan perjanjian pengikatan jual
beli atau perjanjian sewa atas tanah terdaftar ke
Kantor Pertanahan.
(2) Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan pada daftar umum dan/atau Sertipikat
Hak Atas Tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah
Susun pada halaman sebab perubahan dengan
kalimat:
a. “Hak Atas Tanah/Hak Milik Atas Satuan Rumah
Susun ini merupakan objek Perjanjian
Pengikatan Jual Beli antara Pemegang Hak
dengan ………… sesuai dengan Akta Perjanjian
Jual Beli Nomor ….. tanggal …. yang dibuat
oleh ……., Notaris di …..”;
b. “Hak Atas Tanah/Hak Milik Atas Satuan Rumah
Susun ini merupakan objek Perjanjian
Perjanjian Sewa antara Pemegang Hak dengan
………… sesuai dengan Akta Perjanjian Sewa
Nomor ….. tanggal …. yang dibuat oleh …….,
Notaris di …..”
(3) Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan atas permohonan Pihak Yang
Berkepentingan dengan ketentuan:
a. menyampaikan salinan akta perjanjian
pengikatan jual beli atau perjanjian sewa atas
tanah dan identitas para pihak ke Kantor
Pertanahan; dan
b. membawa asli Sertipikat Hak Atas Tanah atau
Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang
bersangkutan untuk dicatat.
(4) Catatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dihapus setelah permohonan penghapusan catatan
oleh pemohon pencatatan dan dilakukan pada daftar
umum dan/atau Sertipikat Hak Atas Tanah atau
Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun pada halaman
sebab perubahan dengan kalimat:
- 36 -

a. “Pencatatan Hak Atas Tanah/Hak Milik Atas


Satuan Rumah Susun ini sebagai objek
Perjanjian Pengikatan Jual Beli dengan Akta
Perjanjian Jual Beli Nomor ….. tanggal …. yang
dibuat oleh ……., Notaris di ….., hapus”;
b. “Pencatatan Hak Atas Tanah/Hak Milik Atas
Satuan Rumah Susun ini sebagai objek
Perjanjian Perjanjian Sewa dengan Akta
Perjanjian Sewa Nomor ….. tanggal …. yang
dibuat oleh ……., Notaris di ….., hapus”.
(5) Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan penghapusan catatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) ditandatangani oleh Kepala Kantor
Pertanahan atau pejabat yang ditunjuk.
(6) Dalam hal terdapat catatan mengenai perjanjian
pengikatan jual beli sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) maka Hak Atas Tanah atau Hak Milik Atas
Satuan Rumah Susun tidak dapat dilakukan
peralihan hak selain kepada pihak yang tercantum
dalam perjanjian.

45. Ketentuan Pasal 139 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 139
(1) Dalam rangka penerbitan Sertipikat pengganti,
apabila ditemukan perubahan batas bidang tanah
yang mengakibatkan perubahan bentuk dan/atau
letak batas bidang tanah maka dilakukan penetapan
batas dan pengukuran kembali dengan nomor hak
tidak diubah.
(2) Dalam hal batas bidang tanah tidak berubah dan
tanda batas tidak terpasang/hilang, maka dapat
dilakukan pengukuran dengan pengembalian batas
sepanjang muatan data dalam Gambar Ukur sesuai
dengan keadaan semula.
- 37 -

46. Di antara Pasal 164 dan Pasal 165 disisipkan 1 (satu)


pasal, yakni Pasal 164A sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 164A
(1) Dalam hal buku tanah Hak Milik Atas Satuan
Rumah Susun untuk orang asing yang dibangun di
atas tanah Hak Guna Bangunan, pada kolom
catatan diisi dengan kalimat “kepemilikan satuan
rumah susun ini tidak termasuk tanah bersama”.
(2) Catatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hapus
apabila kepemilikan satuan rumah susun beralih
kepada selain orang asing.

47. Ketentuan Pasal 186 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 186
(1) Media penyimpan data dan dokumen yang
berbentuk elektronik disimpan di pangkalan data
Kantor Pertanahan.
(2) Dalam hal data dan dokumen telah dibuat dalam
bentuk Dokumen Elektronik maka data asli dapat
disimpan di tempat lain.
(3) Data atau dokumen lain yang dapat disimpan di
tempat lain merupakan Warkah yang telah berumur
lebih dari 30 (tiga puluh) tahun, data ukur
pemetaan, Gambar Ukur dan data administrasi lain
yang sudah tidak dipakai.

48. Ketentuan Pasal 187 diubah, sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 187
(1) Informasi tentang data fisik dan data yuridis yang
ada pada peta pendaftaran, daftar tanah, surat ukur
dan buku tanah terbuka untuk umum dan dapat
diberikan kepada Pihak Yang Berkepentingan.
- 38 -

(2) Informasi mengenai data fisik dan data yuridis


mengenai bidang tanah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diberikan melalui layanan informasi
pertanahan elektronik.
(3) Layanan informasi pertanahan elektronik
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal II
1. Semua frasa Kepala Seksi Pengukuran dan Pendaftaran
Tanah dimaknai dengan:
a. Kepala Seksi Survei dan Pemetaan sepanjang
berkaitan dengan bidang fisik; atau
b. Kepala Seksi Penetapan Hak dan Pendaftaran
sepanjang berkaitan dengan bidang yuridis.
2. Pelaksanaan pendaftaran tanah dimaknai dapat
dilakukan secara elektronik sepanjang diatur dalam
Peraturan Menteri.
3. Izin Lokasi yang diterbitkan sebelum berlakunya
Peraturan Menteri ini dimaknai dengan Kesesuaian
Kegiatan Pemanfaatan Ruang, tetap berlaku sepanjang
jangka waktunya belum berakhir.
4. Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:
a. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang
Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Menteri Agraria dan Tata
Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 7
Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang
Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 722);
- 39 -

b. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala


Badan Pertanahan Nasional Nomor 6 Tahun 2018
tentang Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018
Nomor 501);
c. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 2020
tentang Pelayanan Hak Tanggungan Terintegrasi
secara Elektronik (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2020 Nomor 349); dan
d. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 19 Tahun 2020
tentang Layanan Informasi Pertanahan secara
Elektronik (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2020 Nomor 1130),
dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan
dengan Peraturan Menteri ini.

Pasal III
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
- 40 -

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 29 April 2021

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/


KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,

SOFYAN A. DJALIL

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 23 Agustus 2021

DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

BENNY RIYANTO

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2021 NOMOR 953


- 41 -

LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/
KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
NOMOR 16 TAHUN 2021
TENTANG
PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI
NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN
NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG
KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN
PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG
PENDAFTARAN TANAH

FORMAT SURAT PERNYATAAN PEMASANGAN TANDA BATAS DAN


PERSETUJUAN PEMILIK YANG BERBATASAN

SURAT PERNYATAAN
PEMASANGAN TANDA BATAS DAN PERSETUJUAN PEMILIK YANG BERBATASAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : …………………………………………
Umur : …………………………………………
NIK : …………………………………………
Pekerjaan : …………………………………………
Alamat : …………………………………………
…………………………………………

Adalah pemilik tanah Kohir No. ………… Persil ………… Kelas ………… seluas
± ………… m2 yang terletak di Blok ……………………Desa/Kelurahan
…………… Kecamatan ……………… Kabupaten/Kota ……………………
berdasarkan ……………………

Dengan ini menyatakan bahwa tanah tersebut:


1. Telah dipasang patok/tanda batas;
2. Terhadap patok yang yang dipasang tersebut tidak ada pihak yang
berkeberatan;
3. Apabila ternyata luas hasil ukur lebih kecil dari luas yang tertulis pada
alas hak/akta peralihan hak/surat-surat lain dalam berkas permohonan
sertipikat, kami menerima luas hasil ukuran petugas Kantor
Pertanahan; dan
4. Apabila luas hasil pengukuran ternyata lebih besar dari yang tertulis
pada alas hak/akta peralihan hak/surat-surat lain dalam berkas
permohonan sertipikat, saya tidak mengambil hak orang lain dan tidak
ada perolehan lain selain bukti pemilikan tersebut di atas, apabila ada
gugatan/keberatan dari pihak lain, saya akan bertanggung jawab.
- 42 -

Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dengan penuh
tanggung jawab dan saya bersedia mengangkat sumpah bila diperlukan,
apabila pernyataan ini tidak benar saya bersedia dituntut di hadapan pihak
yang berwenang.

Menyetujui pemilik yang berbatasan: ……………., ……………………


Sebelah Utara: Yang membuat pernyataan
……………………………..
(…………………………....)
Sebelah Timur:
…………………………….. (Meterai cukup)
(…………………………....)
Sebelah Selatan:
…………………………….. ………………………………….
(…………………………....)
Sebelah Barat:
……………………………..
(…………………………....)

*melampirkan fotokopi KTP para pihak yang bersebelahan/ berbatasan


atau diketahui oleh Kepala Desa/ Lurah

SKETSA BIDANG TANAH


Informasi Sketsa:
1. Harus ada alamat jelas;
2. Gambaran lokasi tetangga batas;
3. Lokasi relatif dari tempat umum (contoh: Masjid, SPBU, dan lain-lain)
atau unsur geografis (jalan, sungai, jembatan).

Kolom Gambar Sketsa Bidang:

Mengetahui
Kepala Desa/Lurah,

………………………………….
- 43 -

LAMPIRAN II
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/
KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
NOMOR 16 TAHUN 2021
TENTANG
PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI
NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN
NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG
KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN
PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG
PENDAFTARAN TANAH

FORMAT GAMBAR UKUR

KOP SURAT KANTOR PERTANAHAN


KABUPATEN/KOTA …

GAMBAR UKUR
(SPORADIK)

Nomor : ……………………………….

I LOKASI
a Kecamatan :
b Desa/ Kelurahan*) :
c Nomor Peta Pendaftaran :

II KETERANGAN PEMOHON
a Nama Pemohon :
b Alamat :
c Tanggal :
Bahwa saya telah menunjukkan tanda batas pada setiap batas
bidang tanah sesuai dengan kesepakatan para pihak yang
berbatasan

Tanda Tangan Pemohon :

III KETERANGAN PENGUKUR


a Nama Petugas Lapangan :
b Nama KJSB :
c NIP/No. Lisensi :
d Nomor & Tanggal Surat Tugas :
e Alat Ukur :
- 44 -

IV PENETAPAN BATAS BIDANG TANAH


Penetapan Batas dilaksanakan berdasarkan tanda batas yang telah
dipasang dan mendapat persetujuan para pihak yang berbatasan
sebagaimana diterangkan pada Surat Pernyataan Pemasangan Tanda
Batas dan Persetujuan Pemilik yang Berbatasan yang dibuat oleh
pemohon tanggal hh/bb/tttt.

Tanda Tangan Petugas Ukur:

V SKET LOKASI
a RT/RW/Blok :

*) Coret yang tidak perlu


- 45 -

LAMPIRAN III
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/
KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
NOMOR 16 TAHUN 2021
TENTANG
PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI
NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN
NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG
KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN
PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG
PENDAFTARAN TANAH

FORMAT SURAT PERNYATAAN PENGUASAAN FISIK


BIDANG TANAH (SPORADIK)

SURAT PERNYATAAN
PENGUASAAN FISIK BIDANG TANAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : .......................................................................
NIK : .......................................................................
Agama : .......................................................................
Umur : .......................................................................
Pekerjaan : .......................................................................
Alamat : .......................................................................

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya serta dengan iktikad baik


bahwa saya menguasai/memiliki sebidang tanah yang terletak di:
Jalan, RT/RW : .......................................................................
Desa/Kelurahan : .......................................................................
Kecamatan : .......................................................................
Kabupaten/Kota : .......................................................................
NIB : .......................................................................
Status Tanah : .......................................................................
Dipergunakan untuk : .......................................................................

Batas-batas tanah:
Sebelah Utara : .......................................................................
Sebelah Timur : .......................................................................
Sebelah Selatan : .......................................................................
Sebelah Barat : .......................................................................
- 46 -

bahwa bidang tanah tersebut:


1. benar milik saya bukan milik orang lain dan statusnya adalah tanah
bekas milik adat;
2. telah saya kuasai sejak tahun ……..;
3. saya peroleh dari .......................... sejak tahun …….*);
4. saya kuasai dengan iktikad baik dan secara terbuka oleh saya sebagai
yang berhak atas bidang tanah tersebut;
5. tidak terdapat keberatan dari pihak lain atas tanah yang dimiliki
dan/atau tidak dalam keadaan sengketa baik sengketa batas ataupun
sengketa penguasaan/pemilikan;
6. tidak dijadikan/menjadi jaminan sesuatu utang;
7. bukan aset Pemerintah/Pemerintah Daerah/Badan Usaha Milik
Negara/Badan Usaha Milik Daerah;
8. tidak berada dalam Kawasan hutan; dan
9. dst…**)

Surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dengan penuh


tanggung jawab baik secara perdata maupun pidana, apabila di kemudian
hari terdapat unsur-unsur yang tidak dibenarkan dalam pernyataan ini maka
segala akibat yang timbul menjadi tanggung jawab saya dan bersedia dituntut
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan serta tidak akan
melibatkan pihak lain dan saya bersedia sertipikat yang saya terima
dibatalkan oleh pejabat yang berwenang.

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan disaksikan oleh:

1. Nama : ....................................................................
Umur : ....................................................................
Pekerjaan : ....................................................................
Alamat : ....................................................................

2. Nama : ....................................................................
Umur : ....................................................................
Pekerjaan : ....................................................................
Alamat : ....................................................................

Saksi-saksi : ....................., ..................


Yang membuat
1. ......................... pernyataan,
(...................)
(Meterai cukup)

2. ......................... ..............................
(...................)

*) Menggambarkan tahun penguasaan/perolehan selama 20 (dua puluh) tahun atau lebih secara berturut-turut oleh pemohon dan pendahulu-
pendahulunya;
**)Tambahkan apabila diperlukan pernyataan tambahan.
- 47 -

Lampiran I sampai dengan Lampiran III merupakan satu kesatuan dan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 16 Tahun 2021 tentang Perubahan Ketiga
atas Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/


KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,

SOFYAN A. DJALIL

Anda mungkin juga menyukai