08113337243 08121652894
adjieku61@gmail.com
copyright@hba-inc 1
copyright@hba-inc 2
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA
RUANG/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA BERKAITAN DENGAN
TUGAS DAN FUNGSI PPAT, JUGA DALAM
BEBERAPA PASAL MENYANGKUT JABATAN/AKTA-
AKTA NOTARIS, SEPERTI TERSEBUT DALAM PASAL
111 DAN 127 A-B.
SEHINGGA DALAM TINDAKKAN HUKUM TERTENTU
MEMERLUKAN AKTA-AKTA NOTARIS SEBAGAI
BAHAN YANG BERKAITAN DENGAN PERMOHONAN
PENDAFTARAN PERALIHAN HAK ATAS TANAH
ATAU HAK MILIK ATAS SATUAN RUMAH SUSUN DI
KANTOR PERTANAHAN.
5 APAKAH PERLU BUKU BACAAN
YANG MEMBAHAS KETERANGAN
HAK WARIS/AKTA KETERANGAN
WAK MEWARIS (AKHW) ?
copyright@hba-inc
PEMINAT TELPON KE : 022- 6121762
copyright@hba-inc 6
PEMINAT TELPON/WA KE : 08122936060
copyright@hba-inc 7
8
INDONESIA NOTARY COMMUNITY
BERSAHABAT -BERBAGI – BERKONTRIBUSI
UNTUK SESAMA NOTARIS
Nomor :
tanggal
bulan
tahun
pukul
------------ ______________________________________________________.-----------------
dengan dihadiri oleh para saksi yang saya, Notaris, kenal yang nama-
NYONYA ______________________----------------------------------------------------------------
1
Pernyataan ini dibuat oleh para ahli waris yang mempunyai hubungan
darah dengan Pewaris atau karena ada hubungan perkawinan, yang
harus dibuat sebelum dibuat Akta Keterangan Hak Waris.
2
Penggunaan kalimat “Menghadap kepada saya…” atau “Berhadapan
dengan saya….” Atau “Telah hadir di hadapan saya….” mempunyai
pengertian dan makna yang sama, yaitu para pihak hadir secara nyata
(fisik) di hadapan Notaris sesuai dengan tempat kedudukan atau wilayah
jabatan Notaris.
3
Pada Jabatan Notaris tidak boleh dicantumkan/ditambahkan istilah lain
(seperti Notaris Sebagai Pejabat Pembuat Akta Koperasi), karena
Notaris adalah Pejabat Umum yang diatur Undang-undang Nomor 30
Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014 (UUJN - P).
-penghadap saya, Notaris, telah kenal berdasarkan identitasnya yang
adalah _________4.---------------------------------------------------------------------------------
1. _______________---------------------------------------------------------------------------------
2. _______________ ---------------------------------------------------------------------------------
3. _______________---------------------------------------------------------------------------------
4. _______________ ---------------------------------------------------------------------------------
5. _______________---------------------------------------------------------------------------------
1. tidak mempunyai anak diluar kawin, baik yang diakui maupun yang
sah.------------------------------------------------------------------------------------------------------
4
Jika yang bersangkutan suami-isteri, sebutkan dokumennya, misalnya
Surat Nikah (dari Kantor Urusan Agama/KUA) atau Akta Pernikahan
(Kantor Catatan Sipil).
5
Sebutkan/tuliskanSurat atau Akta Kematiannya.
6
Sebutkan/tuliskan Surat atau Akta Kelahirannya.
7
Substansi yang tersebut pada point ini sesuai fakta yang sebenarnya,
misalnya apakah menikah atau tidak menikah, punya anak atau tidak
punya anak.
2. tidak mengangkat/mengadopsi anak.------------------------------------------------
• Nomor : ___________________________________________________________
yaitu :-------------------------------------------------------------------------------------------------------
1. _______________---------------------------------------------------------------------------------
2. _______________ ---------------------------------------------------------------------------------
3. _______________---------------------------------------------------------------------------------
4. _______________ ---------------------------------------------------------------------------------
5. _______________---------------------------------------------------------------------------------
penghadap sendiri.---------------------------------------------------------------------------------
8
Sebutkan/tuliskan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum,
Direktur Perdata Seksi Wasiat
9
Jika harus disebutkan/dituliskan akta wasiatnya.
-Selanjutnya penghadap (-para penghadap) menyatakan
bahwa10 :-------------------------------------------------------------------------------------
1. TUAN _____________________------------------------------------------------------------------
2. NYONYA ____________________--------------------------------------------------------------
10
-Ketentuan tersebut merupakan KLAUSULA PROTEKSI DIRI NOTARIS
atau EKSONERASI dalam menjalankan tugas jabatannya.
-Untuk mengatasi hal tersebut, karena jabatan Notaris merupakan
jabatan pribadi, maka Notaris wajib melindungi dirinya sendiri. Dengan
menjalankan tugas jabatan dengan baik dan benar (menutut UUJN dan
peraturan perundang-undangan lainnya) sudah merupakan perlindungan
diri yang tepat. Tapi terkadang Notaris meminta kepada para penghadap
agar mencantumkan perlindungan diri untuk Notaris jika terjadi
sengketa atau ada hal-hal yang suatu hari terbukti tidak benar dari para
penghadap sendiri.
-Apakah kalimat proteksi seperti itu boleh dicantumkan dalam akta
Notaris ? Atau apakah penting harus ada kalimat seperti itu ?
-Bahwa jika dasarnya selama tidak dilarang boleh saja, hal tersebut
kembali kepada Notaris yang bersangkutan. Dan penting atau tidak
penting Notaris sendiri yang melakukannya. Serta tidak perlu melarang
jika ada Notaris yang ingin mencantumkan kalimat seperti itu.
-Meskipun ada kalimat tersebut tidak akan menjadi halangan para pihak
yang bersengketa untuk menempatkannya sebagai tergugat atau saksi.
Tapi kalimat tersebut sebagai upaya berhati-hati saja dan menambah
keyakinan diri dan keyakinan hati Notaris yang bersangkutan.
Keduanya pegawai kantor Notaris sebagai saksi-saksi.-----------------------
-Dibuat dengan........--------------------------------------------------------------------------------
11
Pasal 16 ayat (7) UUJN – P menegaskan bahwa pembacaan Akta
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf m tidak wajib dilakukan,
jika penghadap menghendaki agar Akta tidak dibacakan karena
penghadap telah membaca sendiri, mengetahui, dan memahami
isinya, dengan ketentuan bahwa hal tersebut dinyatakan dalam
penutup Akta serta pada setiap halaman Minuta Akta diparaf oleh
penghadap, saksi, dan Notaris.
AKTA KETERANGAN HAK MEWARIS12
Nomor :
tanggal
12
Judul akta ini menyesuaikan dengan PASAL 111 AYAT (2) HURUF
c ANGKA 5 PERATURAN MENTERIA GRARIA DAN TATA RUANG/
KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 16 TAHUN 2021 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS
PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN
PERTANAHAN NASIONALNOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG
KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24
TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH
-Ada beberapa istilah/terminology yang dipergunakan seperti : Akta
Keterangan Waris (Pasal 111 Peraturan Menteri Agraria nomor 3/1997);
Surat Keterangan Hak Waris (Oe Siang Djie, Media Notariat, Tahun VI
Januari – April 1991, nomor 18 - 19); Keterangan Waris (Tan Thong Kie,
Studi Notariat, Serba – serbi Praktek Notaris, Ichtiar Baru van Hoeve,
Jakarta, 1994, hal. 351); Keterangan Hak Mewaris (I Gede Purwaka,
Keterangan Hak Mewaris Yang Dibuat Oleh Notaris, Program Spesialis
Notariat dan Pertanahan Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1999);
Surat Keterangan Warisan (Surat Dirjen Agraria nomor
Dpi/12/63/12/1969, tanggal 20 Desember 1969); Surat Keterangan Waris
(Komar Andasasmita, Hukum Harta Perkawinan dan Waris, Ikatan
Notaris Indonesia, Komisariat Daerah Jawa Barat, 1987).
-Lihat juga dalam Habib Adjie, Pembuktian Sebagai Ahli Waris Dengan
Akta Notaris (Dalam Bentuk Akta Keterangan Ahli Waris), Mandar Maju,
Bandung, 2017, dan Habib Adjie, Unifikasi Pembuatan Keterangan Waris
Yang Dibuat Di Hadapan Notaris, Nas Media Pustaka, Yogyakarta, 2020.
-Keterangan Ahli Waris ini dibuat oleh para ahli waris yang mempunyai
hubungan darah dengan Pewaris atau karena ada hubungan perkawinan.
-Keterangan yang menerangkan/membuktikan siapa yang meninggal
dunia, bagaimana status perkawinannya semasa hayatnya, siapa
keluarga yang ditinggalkan atau ahli-waris yang ditunjuknya, siapa
sebagai ahli waris dari siapa, dan tidak perlu mencantumkan hak/bagian
para ahli waris. Mengenai hukum waris yang akan dipakai dan
hak/bagiannya diserahkan kepada para ahli waris yang bersangkutan.
-Keterangan Ahli Waris dibuat tanpa diskriminatif dan berlaku untuk
semua Warga Negara Indonesia dan penduduk Indonesia.
bulan
tahun
pukul
------------ __________________________________________.------------------------------------
dengan dihadiri oleh para saksi yang saya, Notaris, kenal yang nama-
13
Penggunaan kalimat “Menghadap kepada saya…” atau “Berhadapan
dengan saya….” Atau “Telah hadir di hadapan saya….” mempunyai
pengertian dan makna yang sama, yaitu para pihak hadir secara nyata
(fisik) di hadapan Notaris sesuai dengan tempat kedudukan atau wilayah
jabatan Notaris.
14
Pada Jabatan Notaris tidak boleh dicantumkan/ditambahkan istilah
lain (seperti Notaris Sebagai Pejabat Pembuat Akta Koperasi), karena
Notaris adalah Pejabat Umum yang diatur Undang-undang Nomor 30
Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014 (UUJN - P).
15
Berdasarkan Pasal 15 ayat (1) UUJN – P ada 2 (dua) Jenis akta
Notaris, yaitu:
1. Akta yang dibuat di hadapan Notaris disebut Akta Pihak.
2. Akta yang dibuat oleh Notaris disebut Akta Relaas (Berita Acara
atau Risalah).
sehingga tidak ada jenis akta ketiga. Tapi ternyata dalam praktek
setelah berlakunya UUJN dan UUJN – P yang sebenarnya UUJN dan
UUJN – P tidak mengenalnya, yaitu Notaris membuat Surat Keterangan
Ahli Waris atau Surat Keterangan Mewaris dalam bentuk Pernyaataan
dari Notaris sendiri berdasarkan Keterangan dan bukti-bukti dari
penghadap. Bahwa Kewenangan Notaris yaitu membuat Akta dengan
syarat dan ketentuan yang ada dalam Pasal 38 UUJN – P, sedangkan
Surat Keterangan seperti itu tidak memenuhi syarat akta dan bukan
kewenangan Notaris. Agar sesuai dengan kewenangan Notaris, maka
Keterangan Hak Waris tersebut dibuat dalam Akta Pihak saja yang
membuktikan siapa sebagai ahli waris dari siapa berdasarkan alat
TUAN/NYONYA ____________________________________________----------------------
dilahirkan di
tanggal
bulan
tahun
Jalan
Rukun Tetangga
Rukun Warga
Kelurahan
Kecamatan
Pernyataan16 nomor
tanggal
bulan
tahun
1. ________________________17.-------------------------------------------------------------
2. ________________________.-----------------------------------------------------------------
3. ________________________.----------------------------------------------------------------
4. ________________________18.--------------------------------------------------------------
5. ________________________.-----------------------------------------------------------------
sendiri.----------------------------------------------------------------------------------------------------
17
Sebutkan nama-nama ahli waris sesuai KTP dan Akta Kelahiran.
18
Sebutkan nama-nama ahli waris sesuai KTP dan Akta Kelahiran.
19
-Ketentuan tersebut merupakan KLAUSULA PROTEKSI DIRI NOTARIS
atau EKSONERASI dalam menjalankan tugas jabatannya.
--Menjamin kebenaran dan bertanggungjawab sepenuhnya atas isi
akta ini.---------------------------------------------------------------------------------------------------
--Telah mengerti dan memahami isi akta ini, serta menerima segala
hari.---------------------------------------------------------------------------------------------------------
1. _________________________.---------------------------------------------------------------------
2. ________________________.-----------------------------------------------------------------------
-Dibuat dengan........--------------------------------------------------------------------------------
20
Pasal 16 ayat (7) UUJN – P menegaskan bahwa pembacaan Akta
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf m tidak wajib dilakukan,
jika penghadap menghendaki agar Akta tidak dibacakan karena
penghadap telah membaca sendiri, mengetahui, dan memahami
isinya, dengan ketentuan bahwa hal tersebut dinyatakan dalam
penutup Akta serta pada setiap halaman Minuta Akta diparaf oleh
penghadap, saksi, dan Notaris.
PENEGASAN KETERANGAN AHLI WARIS21
Nomor :
tanggal
bulan
tahun
pukul
dengan dihadiri oleh saksi-saksi yang akan disebut pada bagian akhir
dari akta ini, dan telah dikenal oleh saya, Notaris yaitu : -------------------
(17-10-1999).------------------------------------------------------------------------------------
membuat bukti sebagai ahli waris dari pewaris tersebut di atas dalam
dan telah dicatat di buku Register Kelurahan Bulu Lor oleh Lurah
Bulu Lor tertanggal dua puluh satu- Mei dua ribu delapan belas (21-
Utara tertanggal dua puluh satu Mei dua ribu delapan belas (21-05-
AHMANUDIN adalah:-------------------------------------------------------------------------------
Dan untuk keperluan ini, copy dari Surat Keterangan Waris tersebut
hidupnya:----------------------------------------------------------------------------------------------
– Para Penghadap juga menyatakan tidak ada ahli waris lain, selain
yang -----------------------------------------------------------------------------------------------------
sendiri. -------------------------------------------------------------------------------------------------
------------------------------------------- A K T A – I N I -------------------------------------------
–Dibuat sebagai minit dan diresmikan di Semarang, pada hari,
tanggal, bulan dan tahun tersebut dalam kepala akta ini, dengan
tanggal sepuluh Juli seribu sembilan ratus tujuh puluh dua (10-07-
33.7410.100772.0007; -----------------------------------------------------------------------
33.7414.480465.0001.------------------------------------------------------------------------
-Segera setelah akta ini dibacakan oleh saya, Notaris, kepada para
dilekatkan pada minuta akta ini dan akta ini ditandatangani oleh para
CONTOH :
PENERAPAN PASAL 111 AYAT (5) PERATURAN MENTERI GRARIA DAN
TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2021 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS
PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN
NASIONALNOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG
PENDAFTARAN TANAH “APABILA AHLI WARIS LEBIH DARI 1 (SATU)
ORANG DAN PADA WAKTU PENDAFTARAN PERALIHAN HAKNYA
DISERTAI DENGAN AKTA WARIS YANG MEMUAT KETERANGAN BAHWA
HAK ATAS TANAH ATAU HAK MILIK ATAS SATUAN RUMAH SUSUN
TERTENTU JATUH KEPADA1 (SATU) ORANG PENERIMA WARISAN, MAKA
PENCATATAN PERALIHAN HAKNYA DILAKUKANKEPADA PENERIMA
WARISAN YANG BERSANGKUTAN BERDASARKAN AKTA WARIS
TERSEBUT”
KAPITA SELEKTA :
dilarang.
• Jika seperti tersebut di atas dilakukan oleh Notaris, dan
berdasarkan surat dari DPW ada Wasiat atau tidak ada Wasiat,
PEWARIS.
dari DPW). Jika terjadi seperti itu apakah harus dilakukan dalam
a. perkawinan;
b. WARIS;
c. wasiat;
d. hibah;
e. wakaf;
f. zakat;
g. infaq;
h. shadaqah; dan
i. ekonomi syari’ah.
• Jika terjadi seperti itu, Notaris dapat saja membuat lagi Akta
tersebut.
-----------------------------------
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BADAN PERTANAHAN
NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2021 TENTANG PERUBAHAN
KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN
PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG KETENTUAN
PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG
PENDAFTARAN TANAH PASAL 127A DALAM HAL PPAT MEMBUAT AKTA BERDASARKAN
PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI YANG DI BUAT DI HADAPAN NOTARIS DENGAN
TEMPAT KEDUDUKAN YANG TIDAK SESUAI DENGAN LETAK TANAH YANG
DIPERJANJIKAN MAKA PPAT WAJIB MENELITI KELENGKAPAN DOKUMEN DENGAN
MENERAPKAN ASAS KEHATI-HATIAN UNTUK MELINDUNGI PEMILIK SEBENARNYA DAN
MENGURANGI KONFLIK DI BIDANG PERTANAHAN.
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/
KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL TENTANG
PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI NEGARA
AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR
3 TAHUN 1997 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1997
TENTANG PENDAFTARAN TANAH.
-3-
Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Negara Agraria/
Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997
tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor
24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah sebagaimana telah
beberapa kali diubah, dengan:
a. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 8
Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah; dan
b. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 7 Tahun 2019 tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Negara
Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3
Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran
Tanah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 722),
diubah, sebagai berikut:
Pasal 19B
(1) Penetapan batas dilakukan oleh petugas ukur
berdasarkan Surat Pernyataan Pemasangan Tanda
Batas dan Persetujuan Pemilik yang Berbatasan.
(2) Penetapan batas dilakukan pada lokasi bidang tanah
yang akan diukur dengan ketentuan:
a. petugas ukur membacakan Surat Pernyataan
Pemasangan Tanda Batas dan Persetujuan
Pemilik yang Berbatasan di hadapan pemohon
atau Pihak Yang Berkepentingan; dan
b. pemohon menunjukkan batas bidang tanah
yang dimohon.
(3) Dalam hal penetapan batas dilakukan sekaligus
dengan penataan batas maka hasil penataan batas
dituangkan dalam Berita Acara Penataan Batas (d.i.
201A) yang disetujui oleh Pemegang Hak yang
bersangkutan dan pemilik yang berbatasan.
-5-
Pasal 19C
(1) Kegiatan penunjukan batas dan penetapan batas
dapat memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi yang mempertimbangkan lintas aspek
ruang dan waktu serta komunikasi secara interaktif
digital seperti teknologi Augmented Reality/Virtual
Reality (AR/VR), aplikasi komunikasi video
call/audio visual atau teknologi lainnya.
(2) Hasil kegiatan penunjukan batas dan penetapan
batas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa
rekaman Dokumen Elektronik.
Pasal 19D
(1) Dalam hal ruang atas tanah dan/atau ruang bawah
tanah maka penetapan batas dilakukan oleh petugas
pengukuran berdasarkan penunjukan dari pelaku
pembangunan sesuai dengan batas fisik bangunan
yang sudah terbangun dan diverifikasi terhadap
model 3 (tiga) dimensi bangunan yang terbangun.
(2) Model 3 (tiga) dimensi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat dibuat dari konversi as built drawing 2
(dua) dimensi, hasil pemetaan menggunakan laser
scanner atau hasil pemetaan secara fotogrametris
dengan format model 3 (tiga) dimensi yang disajikan
menggunakan salah satu dari format DWG, DXF,
IFC, OBJ, RVT, CityGML atau format penyajian 3
(tiga) dimensi lainnya.
Pasal 30B
(1) Pengukuran bidang tanah dapat memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi yang
mempertimbangkan lintas aspek ruang dan waktu
serta komunikasi secara interaktif digital seperti
teknologi Augmented Reality/Virtual Reality (AR/VR),
aplikasi komunikasi video call/audio visual atau
teknologi lainnya.
(2) Hasil pengukuran sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) berupa rekaman Dokumen Elektronik.
Pasal 35B
(1) Perubahan dan/atau pembatalan Peta Bidang Tanah
dapat dilakukan berdasarkan:
a. rekomendasi panitia pemeriksaan tanah;
b. permohonan dari pemilik tanah dan/atau
keberatan dari pihak yang berbatasan, yang
ditindaklanjuti dengan penetapan batas dan
pengukuran kembali;
c. berita acara hasil reviu kajian teknis dan
prosedur pengukuran dan pemetaan bidang
yang telah ditetapkan atau kajian teknis lainnya
dari Kepala Kantor Pertanahan, Kepala Kantor
Wilayah, Direktur yang membidangi
pengukuran dan pemetaan kadastral atau
Direktur yang membidangi penetapan hak atau
pejabat yang ditunjuk; dan
d. penyelesaian dari sengketa penguasaan dan
kepemilikan bidang tanah dimaksud.
(2) Peta Bidang Tanah tetap berlaku sepanjang tidak
terdapat perubahan fisik bidang tanah.
9. Pasal 37 dihapus.
Pasal 45A
(1) Pendaftaran tanah untuk pertama kali dilaksanakan
melalui:
a. pendaftaran tanah secara sistematik; dan
b. pendaftaran tanah secara sporadik.
(2) Pendaftaran tanah secara sistematik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan kegiatan
pendaftaran tanah yang dilakukan atas inisiatif
pemerintah dan didasarkan pada rencana kerja yang
ditetapkan oleh Menteri.
- 14 -
Pasal 74B
(1) Dalam hal pengukuran dilakukan dalam rangka
pelaksanaan eksekusi putusan pengadilan maka
permohonan diajukan oleh panitera pengadilan
untuk memastikan letak dan batas tanah.
(2) Permohonan pengukuran bidang tanah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan:
a. salinan resmi putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap; dan
b. identitas pemohon.
(3) Biaya atas pengukuran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dibebankan kepada pemenang perkara
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(4) Penunjukan batas bidang tanah wajib dilakukan
oleh juru sita sesuai dengan objek gugatan dan
bertanggung jawab atas letak dan batas tanah objek
eksekusi yang ditunjukkannya.
- 17 -
Bagian Keenam
Peralihan Hak Karena Penggabungan, Peleburan, atau
Pemisahan Perseroan atau Koperasi
Pasal 113
(1) Permohonan pendaftaran peralihan suatu Hak Atas
Tanah, Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun, atau
Hak Pengelolaan karena adanya penggabungan,
peleburan, atau pemisahan perseroan atau koperasi
yang dilakukan tidak dengan likuidasi diajukan oleh
direksi perseroan atau pengurus koperasi hasil
penggabungan, peleburan atau yang menerima
pemisahan sesuai dengan ketentuan dalam
anggaran dasar perseroan atau koperasi tersebut,
dengan dilengkapi dokumen-dokumen sebagai
berikut:
a. sertipikat Hak Atas Tanah, Hak Milik Atas
Satuan Rumah Susun atau Hak Pengelolaan
untuk tanah terdaftar;
b. akta penggabungan, peleburan atau pemisahan
perseroan atau koperasi;
c. pernyataan dari direksi perseroan atau
pengurus koperasi hasil penggabungan,
peleburan atau yang menerima pemisahan
bahwa penggabungan, peleburan, atau
pemisahan tersebut telah dilaksanakan tidak
dengan likuidasi;
d. anggaran dasar dari perseroan atau koperasi
hasil penggabungan, peleburan, atau yang
menerima pemisahan yang telah disahkan oleh
pejabat yang berwenang;
e. anggaran dasar dari masing-masing perseroan
atau koperasi yang bergabung, melebur, atau
melakukan pemisahan.
(2) Pencatatan pendaftaran peralihan dalam daftar-
daftar pendaftaran tanah dilakukan sesuai
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 105.
- 29 -
Pasal 126 A
(1) Dalam hal hakim yang memeriksa perkara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 126 ayat (1)
memerintahkan status quo atas Hak Atas Tanah
atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang
bersangkutan maka atas perintah hakim,
permohonan tersebut dicatatkan ke Kantor
Pertanahan.
(2) Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kalender
sejak tanggal pencatatan status quo tidak ada
perintah sita, pendaftaran peralihan atau
pembebanan hak dapat dilaksanakan dengan
dilengkapi surat pernyataan atau surat izin ketua
pengadilan negeri setempat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 126 ayat (2) dan ayat (3).
(3) Kepala Kantor Pertanahan menolak untuk
melakukan pendaftaran peralihan atau pembebanan
hak apabila tanah yang bersangkutan merupakan
objek sita atau skorsing di Pengadilan.
Pasal 126B
(1) Catatan Hak Atas Tanah atau Hak Milik Atas Satuan
Rumah Susun yang menjadi objek perkara di
pengadilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 126
ayat (1) dan catatan perintah status quo Hak Atas
Tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun
sebagaimana dimaksud dalam pasal 126A ayat (1)
diberitahukan kepada pemohon yang memuat:
a. pencatatan perkara;
b. jangka waktu berlakunya pencatatan;
c. tindak lanjut pendaftaran layanan pertanahan
setelah jangka waktu pencatatan perkara.
(2) Pendaftaran peralihan atau pembebanan hak
sebagaimana dimaksud dalam pasal 126 ayat (2) dan
dalam pasal 126A ayat (2) tidak menghapus catatan
perkara.
- 33 -
Pasal 127B
(1) Pihak yang berkepentingan dapat mengajukan
permohonan pencatatan perjanjian pengikatan jual
beli atau perjanjian sewa atas tanah terdaftar ke
Kantor Pertanahan.
(2) Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan pada daftar umum dan/atau Sertipikat
Hak Atas Tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah
Susun pada halaman sebab perubahan dengan
kalimat:
a. “Hak Atas Tanah/Hak Milik Atas Satuan Rumah
Susun ini merupakan objek Perjanjian
Pengikatan Jual Beli antara Pemegang Hak
dengan ………… sesuai dengan Akta Perjanjian
Jual Beli Nomor ….. tanggal …. yang dibuat
oleh ……., Notaris di …..”;
b. “Hak Atas Tanah/Hak Milik Atas Satuan Rumah
Susun ini merupakan objek Perjanjian
Perjanjian Sewa antara Pemegang Hak dengan
………… sesuai dengan Akta Perjanjian Sewa
Nomor ….. tanggal …. yang dibuat oleh …….,
Notaris di …..”
(3) Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan atas permohonan Pihak Yang
Berkepentingan dengan ketentuan:
a. menyampaikan salinan akta perjanjian
pengikatan jual beli atau perjanjian sewa atas
tanah dan identitas para pihak ke Kantor
Pertanahan; dan
b. membawa asli Sertipikat Hak Atas Tanah atau
Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang
bersangkutan untuk dicatat.
(4) Catatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dihapus setelah permohonan penghapusan catatan
oleh pemohon pencatatan dan dilakukan pada daftar
umum dan/atau Sertipikat Hak Atas Tanah atau
Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun pada halaman
sebab perubahan dengan kalimat:
- 36 -
Pasal II
1. Semua frasa Kepala Seksi Pengukuran dan Pendaftaran
Tanah dimaknai dengan:
a. Kepala Seksi Survei dan Pemetaan sepanjang
berkaitan dengan bidang fisik; atau
b. Kepala Seksi Penetapan Hak dan Pendaftaran
sepanjang berkaitan dengan bidang yuridis.
2. Pelaksanaan pendaftaran tanah dimaknai dapat
dilakukan secara elektronik sepanjang diatur dalam
Peraturan Menteri.
3. Izin Lokasi yang diterbitkan sebelum berlakunya
Peraturan Menteri ini dimaknai dengan Kesesuaian
Kegiatan Pemanfaatan Ruang, tetap berlaku sepanjang
jangka waktunya belum berakhir.
4. Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:
a. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang
Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Menteri Agraria dan Tata
Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 7
Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang
Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 722);
- 39 -
Pasal III
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
- 40 -
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 29 April 2021
SOFYAN A. DJALIL
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 23 Agustus 2021
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
BENNY RIYANTO
LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/
KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
NOMOR 16 TAHUN 2021
TENTANG
PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI
NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN
NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG
KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN
PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG
PENDAFTARAN TANAH
SURAT PERNYATAAN
PEMASANGAN TANDA BATAS DAN PERSETUJUAN PEMILIK YANG BERBATASAN
Nama : …………………………………………
Umur : …………………………………………
NIK : …………………………………………
Pekerjaan : …………………………………………
Alamat : …………………………………………
…………………………………………
Adalah pemilik tanah Kohir No. ………… Persil ………… Kelas ………… seluas
± ………… m2 yang terletak di Blok ……………………Desa/Kelurahan
…………… Kecamatan ……………… Kabupaten/Kota ……………………
berdasarkan ……………………
Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dengan penuh
tanggung jawab dan saya bersedia mengangkat sumpah bila diperlukan,
apabila pernyataan ini tidak benar saya bersedia dituntut di hadapan pihak
yang berwenang.
Mengetahui
Kepala Desa/Lurah,
………………………………….
- 43 -
LAMPIRAN II
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/
KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
NOMOR 16 TAHUN 2021
TENTANG
PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI
NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN
NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG
KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN
PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG
PENDAFTARAN TANAH
GAMBAR UKUR
(SPORADIK)
Nomor : ……………………………….
I LOKASI
a Kecamatan :
b Desa/ Kelurahan*) :
c Nomor Peta Pendaftaran :
II KETERANGAN PEMOHON
a Nama Pemohon :
b Alamat :
c Tanggal :
Bahwa saya telah menunjukkan tanda batas pada setiap batas
bidang tanah sesuai dengan kesepakatan para pihak yang
berbatasan
V SKET LOKASI
a RT/RW/Blok :
LAMPIRAN III
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/
KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
NOMOR 16 TAHUN 2021
TENTANG
PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI
NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN
NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG
KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN
PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG
PENDAFTARAN TANAH
SURAT PERNYATAAN
PENGUASAAN FISIK BIDANG TANAH
Batas-batas tanah:
Sebelah Utara : .......................................................................
Sebelah Timur : .......................................................................
Sebelah Selatan : .......................................................................
Sebelah Barat : .......................................................................
- 46 -
1. Nama : ....................................................................
Umur : ....................................................................
Pekerjaan : ....................................................................
Alamat : ....................................................................
2. Nama : ....................................................................
Umur : ....................................................................
Pekerjaan : ....................................................................
Alamat : ....................................................................
2. ......................... ..............................
(...................)
*) Menggambarkan tahun penguasaan/perolehan selama 20 (dua puluh) tahun atau lebih secara berturut-turut oleh pemohon dan pendahulu-
pendahulunya;
**)Tambahkan apabila diperlukan pernyataan tambahan.
- 47 -
Lampiran I sampai dengan Lampiran III merupakan satu kesatuan dan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 16 Tahun 2021 tentang Perubahan Ketiga
atas Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.
SOFYAN A. DJALIL