Menurut Kepala BPPI, konsep circular economy bukan hal yang baru bagi
Indonesia, karena sejak enam tahun lalu melalui penerbitan Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2014, Kemenperin telah menetapkan salah satu tujuan untuk
mewujudkan industri yang mandiri, berdaya saing, dan maju, serta menuju
industri hijau.
“Sebuah perusahaan industri bisa dikatakan sebagai industri hijau jika dalam
proses produksinya telah mengutamakan upaya efisiensi dan efektivitas
penggunaan sumber daya secara berkelanjutan sehingga mampu
menyelaraskan pembangunan Industri dengan kelestarian fungsi lingkungan
hidup serta dapat memberikan manfaat bagi masyarakat,” jelasnya.
“Untuk mendukung perluasan penerapan industri hijau di tanah air, saat ini
Kemenperin sedang menyusun mekanisme fasilitasi insentif untuk industri
hijau. Fasilitasi tersebut merupakan amanat dari Peraturan Pemerintah No. 29
Tahun 2018 tentang Pemberdayaan Industri, yang menyebutkan bahwa
pemerintah dapat memberikan fasilitas baik berupa fiskal maupun non-fiskal,”
paparnya.
Dalam penyusunan insentif fiskal industri hijau, lanjut Doddy, pihaknya telah
memetakan jenis insentif yang telah dimanfaatkan oleh industri hingga saat
ini. “Sekarang sedang berjalan penyusunan mengenai Benefit Cost Analysis
(BCA) dan kelayakan dari pemberian insentif fiskal industri hijau yang
diharapkan menghasilkan justifikasi yang kuat untuk pemberian insentif
industri hijau kepada industri yang telah mendapatkan sertifikat industri hijau,”
imbuhnya.
Salah satu jenis fasilitasi yang telah diberikan pemerintah adalah fasilitasi
pembiayaan proses sertifikasi industri hijau. Sejak tahun 2017-2019,
sebanyak 31 perusahaan industri telah mendapatkan fasilitas tersebut.