Anda di halaman 1dari 10

Anatomi dan Fisiologi Hematologi

Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Darah didalam tubuh berfungsi sebagai
pengangkut oksigen keseluruh tubuh. Didalam darah terdapat juga nutrisi, darah juga
berfungsi mengangkut sel-sel sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan
penyusun system imun yang bertujuan mepertahankan tubuh dari berbagai penyakit.
Darah merupakan bagian terbesar dari tubuh manusia, 70% tubuh manusia terdiri atas
darah, darah memiliki banyak fungsi didalam tubuh manusia, pada dasarnya bermanfaat
untuk mengedarkan oksigen, mengatur suhu tubuh, mengedarkan sari makanan dalam
tubuh, dan mengedarkan hormone ( Handayani & haribowo, 2008 dikutip dalam Supriadi
2018 ).

Ada beberapa tempat pembuatan darah yaitu:

1) Sumsum tulang yang aktif dalam proses hemapoesis adalah tulang vertebrae, stenum
( tulang dada ), dan costa ( tulang gigi ).

2) Hepar

Hepar merupakan kelenjar terbesar dari beberapa kelenjar pada tubuh manusia. Tugas
utama hati yaitu untuk menghasilkan energy, mengerap karbohidrat, menstabilkan gula
darah, dan menetralisir racun didalam tubuh.

3) Limpa

Limpa adalah organ yang berkapsul dengan berat 100-150gr yang terletak dibagian kiri
atas abdomen dan berbentu setegah bulan berwarna merah. Limpa berfungsi sebagai organ
limdoid dan memfagositosis material tertentu dalam sirkulasi darah merah yang rusak. D
Didalam tubuh terjadi 1/3 darah pada orang dewasa yang sehat dari berat badan atau setara
4-5 liter darah. Dalam tubuh manusia jumlah darah tidak sama tergantung pada usia,
pekerjaan dan keadaan jantung atau pembuluh darah. Darah terdiri atas beberapa bagian
yaitu:

a) Plasma darah

Plasma darah adalah bagian darah 55% dari darah yang berupa cairan kekuningan dan
membentuk medium cairan yang disebut plasma darah. Plasma darah merupakan media
sirkulasi element darah ( eritrosit, leukosit, trombosit ), sebagian pengangkut zat organik
dan organic dari suatu organ atau jaringan ke organ atau jaringan lain ( Ester, 2013 dikutip
dalam Supriadi 2018 ).

b) Eritrosit

Eritrosit atau sel darah merah merupakan sel yang

telah berdiferensiasi jauh dan mempunyai fungsi khusus untuk transport oksigen. Eritrosit
terbentuk seperti cakram bikonkaf dan bila dilihat pada bidang datar berbentuk bundar.
Sel-sel darah merah bersifat elastis dan mempunyai ukuran sekitar 8.6μm. Kemampuan
berubah bentuk, jumlah eritrosit pada laki-laki terdapat 5-5, 5 juta permililiter kubik.
Eritrosit berwarna kuning kemerah- merahan karena didalamnya mengandung suatu zat
yang disebut hemoglobin ( Ester, 2013 dikutip dalam Supriadi 2018 ).

c) Trombosit

Trombosit merupakan benda-benda kecil yang

berbentuk dan ukurannya bermacam-macam, ada yang bulat da nada yang lonjong
warnanya putih dengan jumlah normal 150.000-450.000/mm3. Trombosit memegang
peranan penting dalam pembekuan darah.

d) Leukosit ( sel darah putih )

Leukosit adalah sel darah yang bentuknya dapat

berubah-rubah dan mempunyai macam-macam inti sel sehingga dapat dibedakan


berdasarkan inti sel. Leukosit berwarna kuning ( tidak berwarna ). Jumlah leukosit kira-
kira 4000-11000/mm3. Leukosit berfungsi untuk membunuh dan memakan bibit penyakit
atau bakteri yang masuk ke dalam jaringan tubuh serta mengangkut zat lemak dari dinding
usus melalui limpa dan pembuluh darah ( Ch Rostia, 2012 dikutip dalam Supriadi 2018 ).

Golongan utama leukosit terdiri atas leukosit agranular yaitu leukosit yang mempunyai
sitoplasma yang tampak homogen dan intinya berbentuk bulat. Ada 2 jenis leukosit
agranula yaitu:

I. Limfosit adalah leukosit mononuclear lain dalam darah

yang memiliki inti bulat dan oval yang dikelilingi oleh pinggiran sitoplasma sempit
berwarna biru yang mengandung sedikit granula.
II. Monosit lebih besar dari pada neutrophil dan dan

memiliki inti monomorfik yang relative sederhana.

Dan golongan leukosit granular leukosit mengandung granula spesifik dalam sitoplasma
yang mempunyai inti yang memperlihatkan banyak fariasi dalam bentuknya. Ada 3 jenis
leukosit granular yaitu:

I. Neutrofil merupakan system pertahanan tubuh primer melawan infeksi bakteri, metode
pertahanan adalah proses fagositosis.

II. Eusinofil mempunyai fungsi fagositosis yang lemah dan lebih berfungsi pada reaksi
antigen, antibody, dan meningkat pada serangan asma.

III. Basofil membawa heparin, factor-faktor pengaktifan histamine dan trombosit dalam
granula-granulanya untuk menimbulkan peradangan pada jaringan ( Ester, 2013 dikutip
dalam Supriadi 2018 ).

Manifestasi klinis

Adapun tanda dan gejala dari leukemia sebagai berikut (Nuratif & Kusuma, 2015), yaitu :

a. Leukimia granulositik kronik (LGK)

LGK adalah suatu penyakit mieloproliferatif yang ditandai dengan produksi


berlebihan seri granulosit yang relatif matang. Gejala LGK antara lain rasa lelah,
penurunan berat badan, rasa penuh di perut dan mudah berdarah. Pada
pemeriksaan fisis hampir selalu ditemukan splenomegaly, yaitu pada 90% kasus.
Juga sering didapatkan nyeri tekan pada tulang dada dan hepatomegaly. Kadang-
kadang ada purpura, perdarahan retina, panas, pembesaran kelenjar getah bening
dan kadang-kadang priapismus.

b. Leukemia mieloblastik akut (LMA)

Gejala LMA antara lain rasa lelah, pucat, nafsu makan hilang, anemia, petekie,
perdarahan, nyeri tulang, infeksi, pembesaran kelenjar getah bening, limpa, hati
dan kelenjar mediastinum. Kadang-kadang juga ditemukan hipertrofi gusi,
khususnya pada leukemia akut monoblastik dan mielomonositik.
c. Leukemia limfoblastik akut (LLA)

Gejala penderita LLA adalah sebagai berikut : rasa lelah, panas tanpa infeksi,
purpura, nyeri tulang dan sendi, macam-macam infeksi, penurunan berat badan dan
sering ditemukan suatu masa yang abnormal. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
splenomegaly (86%), hepatomegaly,limfadenopati, nyeri tekan tulang dada,
ekimoses dan perdarahan retina.

Klasifikasi

Menurut Surnayanti (2011) leukemia dibagi menjadi leukimia akut dan leukimia
kronik. Pembagian ini tidak menggambarkan lamanya harapan hidup tetapi
menggambarkan kecepatan timbulnya gejala dan komplikasi.

1. Leukemia limfositik akut (LLA)

Leukemia Limfositik Akut (LLA) adalah suatu penyakit yang berakibat fatal,
dimana sel-sel yang dalam keadaan normal berkembang menjadi limfosit berubah
menjadi ganas dan dengan segera akan menggantikan sel-sel normal di dalam
sumsum tulang. LLA merupakan leukemia yang paling sering terjadi pada anak-
anak. Leukemia jenis ini merupakan 25% dari semua jenis kanker yang mengenai
anak-anak di bawah umur 15 tahun. Paling sering terjadi pada anak usia antara 3-5
tahun, tetapi kadang terjadi pada usia remaja dan dewasa.
LLA 5 kali lebih sering daripada LMA dengan perkiraan 70-80% leukemia pada anak
merupakan leukemia jenis LLA.
Klasifikasi LLA secara morfologik :
- L-1 terdiri dari sel limfoblas kecil serupa dengan kromatin homogen, anak inti
umumnya tidak nampak dan sitoplasma sempit
- L-2 pada jenis ini limfoblas adalah besar tetapi ukurannya bervariasi, kromatin
lebih kasar dengan satu atau lebih anak inti.
- L-3 terdiri dari sel limfoblas besar, homogen dengan kromatin berbercak,
banyak ditemukan anak inti serta sitoplasma yang basofilik dan berfakualisasi.

2. Leukemia mielositik akut (LMA)

LMA lebih sering terjadi pada dewasa daripada anak-anak. kejadian leukemia
jenis LMA biasanya tidak lebih dari 5%. Tipe ini dahulunya disebut leukemia
nonlimfositik akut. (Tivey, 2009). Berdasarkan tingkat kesembuhan, leukemia jenis
LMA memiliki tingkat kesembuhan sebesar 40-45%.

3. Leukemia limfositik kronis (LLK)

Leukemia Limfositik Kronik (LLK) ditandai dengan adanya sejumlah besar


limfosit (salah satu jenis sel darah putih) matang yang bersifat ganas dan pembesaran
kelenjar getah bening. Lebih dari 3/4 penderita berumur lebih dari 60 tahun, dan 2-3
kali lebih sering menyerang pria.

4. Leukemia mielositik kronis (LMK)

Leukemia Mielositik (mieloid, mielogenous, granulositik, LMK) adalah suatu


penyakit dimana sebuah sel di dalam sumsum tulang berubah menjadi ganas dan
menghasilkan sejumlah besar granulosit (salah satu jenis sel darah putih) yang
abnormal.Penyakit ini bisa mengenai semua kelompok umur, baik pria maupun
wanita, tetapi jarang ditemukan pada anak-anak berumur kurang dari 10 tahun.
LMK sering terdiagnosis pada pemeriksaan darah rutin. Jumlah sel darah putih sangat
tinggi, mencapai 50.000-1.000.000 sel/mikroliter darah (mornal kurang dari 11.000).
Pada pemeriksaan mikroskopik darah, tampak sel darah putih muda yang dalam
keadaan normal hanya ditemukan di dalam sumsum tulang. Jumlah sel darah putih
lainnya (eosinofil dan basofil) juga meningkat dan ditemukan bentuk sel darah merah
yang belum matang. Untuk memperkuat diagnosis dilakukan pemeriksaan untuk
menganalisa kromosom atau bagian dari kromosom. Analisa kromosom hampir selalu
menunjukkan adanya penyusunan ulang kromosom. Sel leukemik selalu memiliki
kromosom Filadelfia dan kelainan penyusunan kromosom lainnya.

Komplikasi

Leukemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi, diantaranya yaitu :


1. Gagal sumsum tulang (Bone marrow failure).
Sumsum tulang gagal memproduksi sel darah merah dalam jumlah yang
memadai, yaitu berupa :
- Lemah dan sesak nafas, karena anemia (sel darah merah terlalu sedikit).
- Infeksi dan demam, karena berkurangnya jumlah sel darah putih.
- Perdarahan, karena jumlah trombosit yang terlalu sedikit.
2. Infeksi
Leukosit yang diproduksi saat keadaan LGK adalah abnormal, tidak
menjalankan fungsi imun yang sebenarnya. Hal ini menyebabkan pasien
menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Selain itu pengobatan LGK juga
dapat menurunkan kadar leukosit hingga terlalu rendah, sehingga sistem
imun tidak efektif.
3. Hepatomegali
4. Splenomegali
5. Limpadenopati

Pemeriksaan penunjang

1. Tes darah
Tes darah dilakukan dari vena pada lengan atau jaringan perifer. Tes
darah bertujuan untuk melihat kadar hematologi pasien. Pemeriksaan
apusan darah tepi juga dilakukan untuk melihat morfologi dari sel darah.
Pada anak yang menderita leukemia akan ditemukan sel darah putih
yang lebih banyak dari sel darah merah dan platelet yang sedikit. Pada
pemeriksaan darah tepi ditemukan sel muda limfoblas dan biasanya ada
leukositosis (60%) dan kadang-kadang leukopenia (25%). Jumlah
leukosit neurofil, kadar hemoglobin, dan trombosit seringkali rendah.
(Zahroh & Istiroha, 2019)
2. Aspirasi sumsum tulang dan biopsi
Aspirasi sumsum tulang dan biopsi dilakukan untuk mendiagnosa
leukemia dan diulang kembali untuk melihat respon dari pengobatan.
3. Lumbal pungsi
Lumbal pungsi dilakukan untuk melihat apakah ada sel leukemia pada
CSF dan sebagai terapi metastasis ke CNS untuk kemoterapi. Melalui
lumbal pungsi diberikan bahan kemoterapi menuju cairan serebrospinal
untuk mencegah sel-sel leukemia ada di sistem saraf pusat.
4. Biopsi kelenjar limph
Biopsi kelenjar limph dilakukan untuk mendiagnosa limphoma. Biopsi
kelenjar limph dilakukan bersamaan dengan proses pembedahan untuk
pengobatan atas indikasi tertentu.
Penatalaksanaan

1. Transfusi darah, biasanya diberikan jika kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 6 g%. Pada
trombositopenia yang berat dan perdarahan masif, dapat diberikan transfusi trombosit dan bila
terdapat tanda – tanda DIC dapat diberikan heparin.

2. Terapi leukemia meliputi pemakaian agens kemoterapeutik, tujuannya untuk membunuh


atau memperlambat pertumbuhan sel kanker, kemoterapi dapat membunuh sel kanker yang
telah lepas dari sel kanker induk atau bermetastase melalui darah dan limfe ke bagian tubuh
lain. Prose kemoterapi terbagi dalam empat fase, yaitu :

a) Terapi induksi
Yang menghasilkan remisi total atau remisi dengan kurang dari 5% sel – sel leukemia dalam
sumsum tulang. Hampir segera setelah diagnosis ditegakkan, terapi induksi dimulai dan
berlangsung selama 4 hingga 6 minggu. Obat – obatan utama yang dipakai untuk induksi pada
ALL adalah kortikosteroid
b) Terapi profilaksis SSP
Yang mencegah agar sel – sel leukemia tidak menginvasi SSP. Penanganan SSP terdiri atas
terapi profilaksis melalui kemoterapi intratekal dengan metotreksat, sitarabin, dan
hidrokortison.
c) Terapi intensifikasi (konsolidasi)
Yang menghilangkan sel – sel leukemia yang masih tersisa,diikuti dengan terapi intensifikasi
lambat (delayed intensification), yang mencegah timbulnya klon leukemik yang resisten.
d) Terapi rumatan
Terapi rumatan dimulai sesudah terapi induksi dan konsolidasi selesai dan berhasil dengan
baik untuk memelihara remisi selanjutnya mengurangi jumlah sel leukemia.
e) Reinduksi sesudah relaps : Terapi pada anak – anak yang mengalami relaps mengalami
relaps meliputi terapi reinduksi dengan prednison dan vinkristin, disertai pemberian kombinasi
obat lain yang belum digunakan.
WOC
Nuratif Huda. A & Kusuma Hardhi. 2015. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
diagnosa medis & NANDA NIC-NOC Jilid 2. Jogjakarta :Medication

Sunaryati Shinta S. 2014. Penyakit Paling Sering Menyerang dan Sangat Mematikan.
Jogjakarta : Flashbooks

Supriadi, ( 2018 ) Manajemen Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Departemen


Kegawatdaruratan Pada An " F " Dengan Diagnosa Medis Leukimia Limfoblastic Acute
( LLA ) Di Ruangan IGD RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

Zahroh, R., & Istiroha. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Kasus Hematologi.
Surabaya: CV. Jakad Publishing Surabaya 2019.

Anda mungkin juga menyukai