DI SUSUN OLEH:
KELAS: IP E SEMESTER 3
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Mekanisme Pengambilan
Keputusan dalam Pemerintahan Islam ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Sistem Pemerintahan Islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Mekanisme Pengambilan Keputusan dalam Pemerintahan Islam.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.
Penulis
DAFTAR ISI
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Konsisten Terhadap Hukum-hukum Al-Qur’an dan Sunnah
2. Untuk mengetahui Musyawarah
3. Untuk mengetahui Ijtihad
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Musyawarah
Musyawarah merupakan satu di antara hal yang amat penting bagi kehidupan manusia,
bukan saja dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melainkan dalam kehidupan
berumah tangga dan lain-lainnya.
Kata musyawarah berasal dari bahasa Arab yaitu Syawara yang artinya berunding, urun
rembuk atau mengajukan sesuatu. Dalam tata Negara Indonesia dan kehidupan modern
musyawarah dikenal dengan sebutan syuro, rembug desa, kerapatan nagari, bahkan
demokrasi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), musyawarah merupakan pembahasan
bersama dengan maksud mencapai keputusan atas penyelesaian masalah.
Musyawarah memiliki tujuan untuk mencapai mufakat atau persetujuan. Pada dasarnya,
prinsip dari musyawarah adalah bagian dari demokrasi sehingga saat ini sering dikaitkan
dengan dunia politik demokrasi.
Dalam demokrasi Pancasila di Indonesia, penentuan hasil dilakukan dengan cara
musyawarah mufakat. Apabila tidak ada jalan keluar atau mengalami kebuntuan, biasanya
akan dilaksanakan voting atau pemungutan suara.
Dari pengertian itu dapat disimpulkan, musyawarah adalah suatu sistem pengambilan
keputusan yang melibatkan banyak orang dengan mengakomodasi semua kepentingan
sehingga tercipta satu keputusan yang disepakati bersama dan dapat dijalankan oleh seluruh
peserta yang mengikuti musyawarah.
Ciri-Ciri Musyawarah
Tujuan Musyawarah
Dalam bermusyawarah ada tujuan yang harus dihasilkan atau diputuskan, yaitu :
Proses musyawarah tidak dilakukan dengan begitu saja, melainkan harus memiliki pedoman
yang wajib ditaati saat melakukan musyawarah. Prinsip-prinsip tersebut, antara lain :
1. Musyawarah bersumber pada paham sila keempat Pancasila.
Setiap keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan dan tidak boleh
bertentangan dengan Pancasila serta UUD 1945.
2. Setiap peserta musyawarah mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam
mengeluarkan pendapat.
3. Setiap keputusan, baik sebagai hasil mufakat maupun berdasarkan suara terbanyak harus
diterima dan dilaksanakan.
4. Apabila cara musyawarah untuk mufakat tidak dapat dicapai dan telah diupayakan berkali-
kali maka dapat digunakan cara lain yaitu dengan pengambilan suara terbanyak (voting).
Contoh Musyawarah
Contoh dalam Keluarga yaitu musyawarah pembagian tugas bersih-bersih rumah, musyawarah
menentukan tempat rekreasi, dan lain-lain.
Contoh dalam Lingkungan Sekolah yaitu Musyawarah pemilihan ketua dan wakil OSIS,
musyawarah mengadakan lomba, pemilihan ketua kelas, dan lain-lain.
Contoh dalam Lingkungan Masyarakat yaitu pembentukan panitia ulang tahun desa,
musyawarah pembagian siskamling, musyawarah perbaikan jalan desa, dan lain-lain.
Contoh dalam Lingkungan Negara yaitu rapat anggota DPR, musyawarah merumuskan
undang-undang, dan lain-lain.
2.3 Ijtihad
Ijtihad secara etimologi memiliki pengertian “pengerahan segala kemampuan untuk
mengerjakan sesuatu yang sulit”. Sedangkan pengertian ijtihad secara terminologi adalah
penelitian dan pemikiran untuk mendapatkan sesuatu yang terdekat pada kitabullah (syara)
dan sunnah rasul atau yang lainnya untuk memperoleh nash yang ma’qu agar maksud dan
tujuan umum dari hikmah syariah yang terkenal dengan maslahat.
Kemudian Imam al-Amidi menjelaskan pengertian ijtihad yaitu mencurahkan semua
kemampuan untuk mencari hukum syara yang bersifat dhanni, sampai merasa dirinya tidak
mampu untuk mencari tambahan kemampuannya itu.
Sedangkan menurut mayoritas ulama ushul fiqh, pengertian ijtihad adalah pencurahan
segenap kesanggupan (secara maksimal) seorang ahli fikih untuk mendapatkan pengertian
tingkat dhanni terhadap hukum syariat.
Artinya: “Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad), kecuali orang laki-laki
yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai
pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.”
2. Al-Anbiya [21]:7
َهل َ وا أ ل َ ْ اسأ ِ مه ف ِوحي إ اال ر َج ااال َِك إ ْب َ ْلن َِا َِ ا م َون َو َما أ ْع َْلم َ ال َْقرِسل ِْن نكت ْ كر ْ إ
ت ِن ِل ِْ
لذ
ي
Artinya: “Kami tidak mengutus (rasul-rasul) sebelum enagkau (Muhammad), kecuali
beberapa orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah kepada
orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui.”
Fungsi ijtihad
1. Fungsi ijtihad al-ruju’ (kembali): mengembalikan ajaran-ajaran Islam kepada al-Qur’an
dan sunnah dari segala interpretasi yang kurang relevan.
2. Fungsi ijtihad al-ihya (kehidupan): menghidupkan kembali bagian-bagian dari nilai dan
Islam semangat agar mampu menjawab tantangan zaman.
3. Fungsi ijtihad al-inabah (pembenahan): memenuhi ajaran-ajaran Islam yang telah di-
ijtihadi oleh ulama terdahulu dan dimungkinkan adanya kesalahan menurut konteks
zaman dan kondisi yang dihadapi.
Rukun Ijtihad
Adapun rukun ijtihad adalah :
1. Al-Waqi’ yaitu adanya kasus yang terjadi atau diduga akan terjadi tidak diterangkan
oleh nash,
2. Mujtahid ialah orang yang melakukan ijtihad dan mempunyai kemampuan untuk ber-
ijtihad dengan syarat-syarat tertentu,
3. Mujtahid fill ialah hukum-hukum syariah yang bersifat amali (taklifi), dan
4. Dalil syara untuk menentukan suatu hukum bagi mujtahid fill.
Setiap muslim pada dasarnya diharuskan untuk berijtihad pada semua bidang hukum dan
Syariah, asalkan dia mempunyai kriteria dan syarat sebagai seorang mujtahid Para
ulama membagi hukum untuk melakukan ijtihad dengan lima bagian yaitu :
1. wajib ain yaitu bagi seorang yang faqih yang mereka yang dimintai fatwa hukum
mengenai suatu peristiwa yang terjadi, sedangkan hanya dia seorang faqih
yang dapat melakukan ijtihad dan ia khawatir peristiwa itu lenyap tanpa ada kepastian
hukumnya, maka hukum berijtihad baginya adalah wajib ain.
2. Wajib kifayah
yaitu bagi mereka yang dimintai fatwa hukum mengenai suatu peristiwa sedangkan
hanya dia seorang faqih yang dapat melakukan ijtihad yang tidak dikhawatirkan
peristiwa tersebut akan lenyap atau selain dia masih terdapat faqih-faqih lainnya yang
mampu berijtihad maka apabila ada seorang faqih saja
yang berijtihad maka faqih yang lainnya bebas dari kewajiban berijtihad Akan tetapi, jika
tidak ada seorang faqihpun yang berijtihad maka faqih semuanya yang ada disitu
semuanya berdosa karena telah meninggalkan kewajiban kifayah.
3. Sunnah yaitu apabila melakukan ijtihad mengenai masalah-masalah yang belum atau tidak
terjadi Tetapi umat menghendaki ketetapan hukumnya untuk mengantisipasinya Artinya
tidak berdosa seorang faqih tersebut meninggalkan ijtihad akan tetapi bila dia berijtihad
maka dia mendapatkan pahala.
4. Mubah yaitu apabila melakukan ijtihad mengenai masalah-masalah yang belum atau sudah
terjadi dalam kenyataan. Tetapi kasus tersebut belum diatur secara jelas dalam nas al-
Quran dan hadits, Sedangkan orang yang faqih tersebut ada beberapa orang maka ia
dibolehkan dalam berijtihad.
5. Haram yaitu apabila melakukan ijtihad mengenai masalah-masalah yang telah ada
hukumnya dan telah ditetapkan berdasarkan dalil-dalil yang sharih dan Qathhi atau bila
seorang yang melakukan ijtihad tersebut belum mencapai tingkat faqih /arena ijtihad tidak
boleh dilakukan bila telah ada dalil yang sharih dan qathi, sedangkan dia tidak punya
kemampuan dalam berijtihad.
Berkaitan dengan ruang lingkup ijtihad para ulama ushul sepakat bahwasanya ijtihad ini
hanya terjadi pada ayat-ayat yang bersifat zhanniyah karena sebagian dari materi-materi
hukum dalam Al-Quran dan Sunah sudah terbentuk diktum yang
otentik yakni tidak mengandung pengertian lain atau sudah diberi interpetasi otentik oleh
sunah itu sendiri. Di samping itu, juga ada sebagian di antaranya yang sudah memperoleh
kesepakatan bulat serta diberlakukan secara umum dan mengikat semua pihak atau
berdasarkan ijma.
Peraturan hukum Islam seperti kewajiban shalat, zakat, puasa, haji, berbakti kepada orang tua,
mengasihi orang miskin, serta menyantuni anak yatim dan larangan berzina, mencuri,
membunuh tanpa hak dan lain-lain adalah termasuk kategori hukum Islam yang sudah
diketahui oleh umum dan bersifat mengikat semua pihak serta tidak memerlukan interpretasi
lain lagi. Pengertiannya sudah begitu jelas dan otentik dalam teori maupun praktek. Jenis
peraturan tersebut disebut dengan mujma alaihwa ma’lum min al-din bi al–dharrah dan bersifat
Qathiyyah. Hal ini diketahui secara terus menerus sejak dari masa Rasulullah Sa hingga saat
ini, Pengetahuan yang demikian memang sudah meyakinkan dan tidak perlu lagi interpretasi.
Macam-macam Ijtihad
1. Ijma’
Ijma’ yaitu kesepakatan atau sependapat dengan suatu hal mengenai hukum syara’ dari
suatu peristiwa setelah wafatnya Rasul.
2. Qiyas
Qiyas yaitu menyamakan,membandingkan atau menetapkan hukum suatu kejadian atau
peristiwa yang tidak ada dasar nashnya dengan yang telah ditetapkan hukunya berdasarkan
nash.
3. Ihtisan
Ihtisan yaitu menunggalkan hukum yang telah ditetapkan pada suatu peristiwa atau
kejadian yang diteapkan berdasarkan dalil dan syara’
4. Maslahah
mursalah Adalah suatu kemaslahatan.
5. Urf
Kebiasaan yang dikenal orang banyak dan menjadi tradisi.
6. Istishab
Menetapkan hukum terhadap sesuatu berdasar keadaan sebelumnya sehingga ada dalil
yang menyebut perubahan tersebut.
1. Ijtihad Muthalaq
Dilakukan dengan cara menciptakan sendiri norma dan kaidah yang dipergunakan sebagai
sistem/metode bagi seorang mujtahid
2. Ijtihad Muntasib
Dilakukan seorang mujtahid dengan cara mempergunakan norma dan kaidah istinbath
imamnya
3. Ijtihad Mazhab atau Fatwa
Yaitu Ijtihad yang dilakukan seorang mujtahid dalam lingkungan mazhab tertentu.
4. Ijtihad dibidang tarjih
Yaitu ijtihad dengan cara mentarjih dari beberapa pendapat yang ada dalam satu
lingkungan mazhab tertentu maupun dari berbagai mazhab.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengambilan keputusan merupakan suatu proses pemilihan alternatif terbaik
sebagai solusi dari setiap permasalahan yang kita hadapi. Kita dapat melakukan
pengambilan keputusan dengan pendekatan apapun. Tidak salah jika kita menggunakan
human judgement dalam proses pemilihan keputusan karena terdapat ilmu yang
mengatur hal tersebut, namun yang terpenting adalah bahwa kita harus selalu
melibatkan Allah dalam setiap usaha pencarian solusi kita. Sebagai seorang muslim kita
meyakini bahwa setiap masalah datang dari Allah, dan harusnya kepada-Nya lah kita
mengembalikan segala keputusan.
Konsisten terhadap hukum adalah ketetapan dan kemantapan (dalam bertindak); dari
pengertian tersebut maka dapat disimpulkan secara singkat bahwa tidaklah mudah
dalam membangun sebuah konsistensi, dibutuhkan komitmen yang tinggi, pengulangan
yang dilakukan berulang akan suatu hal sehingga menjadikan hukum konsistensi itu
bekerja sesuai dengan tujuan akhir yang diharapkan.
Musyawarah merupakan satu di antara hal yang amat penting bagi kehidupan manusia,
bukan saja dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melainkan dalam kehidupan
berumah tangga dan lain-lainnya.
Ijtihad yaitu mencurahkan semua kemampuan untuk mencari hukum syara yang bersifat
dhanni, sampai merasa dirinya tidak mampu untuk mencari tambahan kemampuannya
itu.
B. Saran
Kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan sangat
jauh dari kesempurnaan. Tentunya kami akan terus memperbaiki makalah ini dengan
mengacu pada sumber yang dapat di pertanggung jawab kan nanti nya. Oleh karna itu
kami sebagai penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan
makalah di atas.
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Tahir Azhary, Negara Hukum: Suatu Studi tentang Prinsip-Prinisp Dilihat
Dari Segi Hukum Islam, Implementasinya Pada Periode Negara Madinah Dan Masa
Kini, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010,
https://www.scribd.com/doc/83712170/MAKALAH-IJTIHAD
https://m.merdeka.com/jabar/ketahui-pengertian-ijtihad-rukun-beserta-
fungsinya-kln.html
https://m.bola.com/ragam/read/4514123/pengertian-musyawarah-ciri-ciri-
tujuan-manfaat-prinsip-dan-contoh-yang-perlu-dipahami
https://id.scribd.com/doc/231667080/makalah-musyawarah