ABSTRAK
Tuberkulosis menjadi salah satu permasalahan utama kesehatan masyarakat yang dapat
mempengaruhi produktivitas kerja masyarakat dan juga merupakan penyebab kematian utama. Data
profil Dinas Kesehatan DIY merupakan salah satu dari enam provinsi yang belum mencapai target
keberhasilan penanganan Tuberkulosis. Program Directly Observed Treatment Shot-Course menjadi
strategi di Indonesia yang merupakan pengobatan jangka pendek dengan pengawasan langsung
minum obat dengan harapan dapat menjamin keteraturan minum obat setiap penderia Tuberkulosis
selama masa pengobatan. Tujuan Penelitian untuk mengetahui pengalaman keluarga sebagai
pengawas menelan obat terhadap kepatuhan pengobatan penderita Tuberkulosis di Puskesmas Pleret
Bantul Yogyakarta. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan
Studi Fenomenologi. Teknik pengambilan sampel dengan teknik Purposive Sampling. Partisipan
dalam penelitian ini berjumlah 2 partisipan yang terdiri dari keluarga sebagai pengawas menelan obat
pasien Tuberkulosis. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara mendalam (In Depth
Interview). Analisis data menggunakan teknik analisa data menurut Miles & Huberman. Berdasarkan
hasil analisis didapatkan kesimpulan bahwa ditemuakan 10 tema utama yang terdiri dari (1) Kemauan
untuk berobat, (2) Kesabaran dalam proses pengobatan, (3) Pemahaman kondisi kesehatan pasien, (4)
Pendampingan PMO selama berobat, (5) Pemahaman obat pasien, (6) Kelelahan fisik dan psikis, (7)
Pengawasan dan penyiapan obat pasien, (8) Dukungan asuransi kesehatan, (9) Kemampuan
memotivasi pasien, (10) Harapan PMO.
ABSTRACT
Tuberculosis is one of the main problems in public health that can affect the community work
productivity and is also as the major cause of death. The data taken from DIY Health Office profile
is one of the six provinces that has not achieved the target of successfully treating tuberculosis. The
Directly Observed Treatment Short-Course program becomes a strategy in Indonesia in the form of
a short-term treatment with direct supervision of taking medication with the expectation of
ensuring regularity in taking medication for every tuberculosis sufferer during the treatment period.
The aim of this research was to figure out the family experience as a supervisor in taking
medication to the compliance with the treatment of tuberculosis patients in the Health Center at
Pleret Bantul Yogyakarta. This research used qualitative research with a phenomenological study
approach while the sampling technique was purposive sampling technique. There were 2
participants in this research consisting of families as supervisors to take the medication for
Tuberculosis patients. Data collection was carried out by using in-depth interviews (In Depth
Interview) while the data analysis was using data analysis techniques according to Miles &
Huberman. Based on the results of the analysis, ten (10) main themes were found consisting of (1)
Willingness to seek treatment, (2) Patience within the treatment process, (3) Understanding the
patient's health condition, (4) PMO assistance during treatment, (5) Understanding the patient's
medication , (6) physical and psychological fatigue, (7) Monitoring and preparation of patients’
medication, (8) Health insurance support, (9) Ability to motivate patients, (10) PMO’s expectation.
789
Jurnal Keperawatan Volume 12 No 4, Hal 789 - 798, Desember 2020 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
790
Jurnal Keperawatan Volume 12 No 4, Hal 789 - 798, Desember 2020 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
PMO adalah dikenal oleh penderita, tempat Teknik analisa data berdasarkan teknik
tinggal tidak jauh dengan Miles & Huberman yang dalam penelitian
penderita/keluarga, dan bersedia membantu ini meliputi data collection, data
penderita, disisi lain PMO harus reduction, data display dan conclusion.
memahami tentang tanda dan gejala, cara Pengujian keabsahan data dalam penelitian
penularan, pengobatan dan pencegahan. ini meliputi pengujian credibility ; yaitu,
PMO sebaiknya berasal dari petugas dengan mentriangulasi (triangulate) data
kesehatan, kader kasehatan atau anggota dan hasil wawancara mendalam (in-depth
keluarga (Nizar, 2017), (Depkes RI, 2018). interview). Pengujian transferability ;
Kepatuhan berobat pasien TB dapat pembuatan laporan penelitian secara jelas,
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara rinci, sistematis dan dapat dipercaya.
lain faktor internal (dari dalam diri pasien) Pengujian dependability ; dilakukan
dan faktor eksternal (berasal dari luar diri dengan cara melakukan audit terhadap
pasien). Faktor internal yang dapat keseluruhan proses penelitian oleh auditor
mempengaruhi pasien adalah karakteristik yang berkompeten di bidangnya.
pasien TB (yang tidak dapat diubah Pengujian confirmability ; pengujian
misalnya usia, jenis kelamin, penyakit dilakukan dengan membicarakan hasil
penyerta), pengetahuan pasien, kemauan penelitian dengan auditor yang
pasien untuk sembuh, PHBS pasien, dan berkompeten di bidangnya.
sebagainya. Faktor eksternal adalah
petugas fasilitas kesehatan, akses ke HASIL
fasilitas kesehatan, dukungan dan motivasi Hasil wawancara mendalam terhadap 2
keluarga, PMO (Pengawas Menelan Obat) partisipan sebagai pengawas menelan obat
yang mendampingi pasien TB paru selama (PMO) pasien TBC didapatkan data jenis
dalam waktu pengobatan (Sutarto, S., kelamin dari 2 partisipan adalah
Susiyanti, E., & Soleha, 2019). perempuan. Usia partisipan 1 berusia 62
tahun dan usia partisipan 2 berusia 34
Penelitian yang dilakukan oleh (Kurniasih, tahun. Tingkat pendidikan partisipan 1
E & Sa’adah, 2017) dengan tema peran adalah SD dan patisipan 2 adalah SMP.
PMO dengan kepatuhan menelan obat Hasil penelitian berdasarkan hasil
pasien TBC mendapatkan hasil yaitu wawancara terhadap partisipan ditemukan
terdapat hubungan yang signifikan antara 10 tema utama sebagai berikut :
peran pengawas menelan obat dengan
kepatuhan berobat pasien TB. Penelitian Tema 1: Kemauan untuk berobat
ini sangat penting dilakukan karena PMO Adanya kemauan maupun keinginan dari
memiliki peran penting terhadap kepatuhan PMO untuk berobat dengan jalan mencari
pengobatan pasien TB sehingga pasien fasilitas kesehatan yang lebih besar
mau berobat dengan rutin sampai maupun dengan usaha mencari pengobatan
pengobatan selesai. alternative. Berikut kutipan wawancara
mendalam dengan partisipan tersebut:
METODE “ kulo ki ngoyak ngoyak … ngejar ngejar
Jenis penelitian yang digunakan adalah selama berobat di puskesmas belum
penelitian kualitatif dengan pendekatan sembuh … terus kulo .. mbok saiki golek
studi fenomenologi. Tekhnik pengambilan dokter .. rumah sakit sing gede …”
sampel dengan purposif sampling. (W1, P1, 12)
Aprtisipan dalam penelitian ini berjumlah
2 orang yang merupakan keluarga sebagai ”saya ngejar-ngejar … selama berobat di
pengawas menelan obat dari pasien TBC. puskesmas belum sembuh .. terus saya
Pengumpulan data dilakukan dengan cara dorong untuk mencari dokter maupun
wawancara mendalam (in-depth Interview) rumah sakit yang lebih besar”
791
Jurnal Keperawatan Volume 12 No 4, Hal 789 - 798, Desember 2020 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
“ Wow kulo nganti tumbaske teng pundi *”iya itu .. perokok berat .. tapi sekarang
pundi …nganti tumbas herbal ..” sudah tidak merokok lagi sejak tahu
(W2, P2, 12) sakitnya ..”
*”saya semalam di sana dengan bapak .. “ Njih teng pundi pundi … kulo selama
itu dapat kabar dari RS Bethesda dari jam teng ngriki 3 hari .. mboten mulih .. teng
10.00 selasa” betesda mboten mulih ..”
(W1, P1, 20)
Tema 3: Pemahaman kondisi kesehatan
pasien *”iya kemana-mana… saya selama disini
Adanya pemahaman kondisi kesehatan (RS Bethesda) 3 hari … tidak pulang … di
pasien tentang riwayat penyakit pasien dan RS Bethesda tidak pulang ..”
riwayat kebiasaan merokok. Berikut
kutipan wawancara mendalam dengan Tema 5: Pemahaman obat pasien
partisipan tersebut. Adanya pemahaman dan pengetahuan
“… bapake kecuali tbc nggeh wonten PMO tentang jenis obat maupun dosis obat
angsal penyakit jantung … asale darah yang harus rutin diminum oleh pasien.
tinggi .. awal awale ….” Berikut kutipan wawancara mendalam
(W1, P1, 16) dengan partisipan tersebut.
“ Njih .. obate selama .. saking betesda
*” .. bapak selain terkena TBC juga niku merah merah niko …”
mempunyai riwayat penyalit jantung .. (W1, P1, 22)
yang asal muasalnya dari darah tinggi ..“
*”iya .. obatnya yang diminum ..dari RS
“ Misale nek ngangkat bantal .. menggeh Bethesda yang berwarna merah ..”
menggeh … nganggkat barang setitik
menggeh menggeh … “ Tema 6: Kelelahan fisik dan psikis PMO
(W1, P1, 26) Adanya kesedihan PMO selama proses
pendampingan pasien serta adanya
*”misalnya jika mengangkat bantal .. penolakan dan kesedihan terkait kondisi
sesak nafas .. mengangkat brang yang kesehatan pasien. Berikut kutipan
sedikit langsung sesak ..” wawancara mendalam dengan partisipan
“Hah niku … perokok berat .. tapi sakniki tersebut
pun mboten sejak ngertos penyakite ….”
(W2, P2, 16)
792
Jurnal Keperawatan Volume 12 No 4, Hal 789 - 798, Desember 2020 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
793
Jurnal Keperawatan Volume 12 No 4, Hal 789 - 798, Desember 2020 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
menjalani pengobatan dengan teratur (Puspitha, A., Erika, K. A., & Saleh, 2020)
(Kusdiman, D. and Darmadja, 2017). bahwa pengetahuan keluarga yang
meningkat akan meningkatkan kemampuan
Tema 3 : Pemahaman kondisi kesehatan dalam merawat dan mengingatkan
pasien penderita tentang pentingnya minum obat
Salah satu tugas PMO adalah memahami TB secara teratur.
kondisi pasien yaitu dalam bentuk
memperhatikan atau mengawasi bila ada Tema 6: Kelelahan fisik dan psikis PMO
gejala efek samping obat, segera minta Keluarga terdekat partisipan ikut
penjelasan atau penanganan selanjutnya merasakan beban penderita TBC. Penderita
kepada petugas kesehatan dan jangan diusahakan agar tidak menularkan
menghentikan minum obat (Depkes RI, penyakitnya dengan membatasi
2018a). Pengetahuan dan sikap PMO aktivitasnya, menjaga pola makan dan gaya
tentang pemahaman kondisi kesehatan hidup. Partisipan disini merasa sedih dan
khawatir akan penyakitnya sehingga dalam
pasien TB juga perlu diperhatikan karena
hal ini partisipan menyarankan penderita
Pengetahuan dan sikap merupakan faktor
untuk berobat berharap penyakitnya bisa
risiko yang berhubungan dengan disembuhkan. Emosi sedih adalah
kepatuhan berobat pasien TB (Fadlilah, gambaran rasa tidak senang yang dialami
2017). oleh seseorang. Emosi sedih terdiri dari
duka, kecewa, hampa dan putus asa (Saam,
Tema 4: Pendampingan PMO selama Z & Wahyuni, 2012).
berobat
Pendampingan PMO selama proses Tema 7: Pengawasan dan penyiapan
pengobatan sangatlah penting seperti yang obat
disampaikan oleh (Natalya, W. and Tugas lain seorang PMO adalah
Anwar, 2016) pasien TB yang didampingi menyarankan penderita untuk minum obat.
PMO memiliki kepatuhan berobat lebih Bagi Penderita TBC, diharapkan teratur
tinggi diabandingkan dengan yang tidak berobat sehingga tidak terjadi kegagalan
didampingi oleh PMO. Hal ini juga sejalan pengobatan yang berakibat timbulnya
dengan penelitian yang dilakukan oleh resistensi terhadap obat dan sumber
(Rahmi, N., Medison, I., & Suryadi, 2017) penularan. Disini peran PMO sangat
bahwa Tingkat kepatuhan berobat penting menyarankan penderita untuk
penderita TB paru dipengaruhi oleh minum obat secara teratur. Dukungan yang
perilaku kesehatan (tingkat ilmu diberikan keluarga juga erat kaitannya akan
pengetahuan, sikap, dan peran petugas peminuman obat oleh penderita. Pada saat
kesehatan) dan peran dari PMO. PMO melihat langsung bagaimana seorang
penderita meminum dan menelan obatnya,
Tema 5: Pemahaman obat pasien hal tersebut efektif terhadap kepatuhan
Menurut (Pratama, 2018) bahwa minum obat penderita TBC (Susiyanti,
diperlukan pengetahuan bagi PMO terkait 2019). Salah satu tujuannya adalah agar
pengobatan pasien TBC baik benar dalam pasien selalu diingatkan akan pentingnya
jenis obat, dosis, jumlah hari minum, cara pengobatan dan obat yang diberikan juga
dan waktu minum obat. Faktor-faktor yang tidak terputus (Kemenkes RI, 2016).
dapat mempengaruhi pengetahuan
seseorang adalah factor internal (minat, Tema 8 : Dukungan asuransi kesehatan
kondisi fisik, intelegensia), factor eksternal Untuk pasien TB paru untuk pengobatan
(keluarga, masyarakat, sarana) melalui Puskesmas sudah masuk Jaminan
(Notoatmodjo, 2010). Hal ini sejalan Kesehatan Nasional (JKN). Adanya
dengan penelitian yang dilakukan oleh dukungan asuransi kesehatan membuat
794
Jurnal Keperawatan Volume 12 No 4, Hal 789 - 798, Desember 2020 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
795
Jurnal Keperawatan Volume 12 No 4, Hal 789 - 798, Desember 2020 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
796
Jurnal Keperawatan Volume 12 No 4, Hal 789 - 798, Desember 2020 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
797
Jurnal Keperawatan Volume 12 No 4, Hal 789 - 798, Desember 2020 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
798