Anda di halaman 1dari 21

ASKEP GLAUKOMA

DI
S
U
S
U
N
OLEH :

Kelompok 2
Nama : Aina Fadhla
Khairul Bahri
Mira Ulfa
Safrina
Zulfahmi

DOSEN PENGASUH : Ns. HERLINA A.N NASUTION S.Kep M.K.M

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN FAKULTAS SAINS,


TEKNOLOGI DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS BINA
BANGSA GETSEMPENA

TAHUN AJARAN 2021 / 2022


Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
daninayah-Nyakepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
ASUHAN KEPERAWATAN PADA GLAUKOMA yang bermanfaat untuk pembelajaran
kita di program studi sarjana keperawatan kita.

Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin yang dapat kami lakukan
dan juga dengan kemampuan yang kami miliki serta dari berbagai referensi yang kami
dapatkan sehingga tersusunlah makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah yang kami susunini dapat menambahi
ilmu dan bermanfaat bagi kita semua.

Banda aceh ,14 Desember 2021

Kelompok 2
DAFTAR ISI

Kata pengantar ...........................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang .................................................................4


B. Rumusan masalah ............................................................4
C. Tujuan ...............................................................................4

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian .........................................................................6
B. Etiologi ..............................................................................6
C. Patofisiologi ......................................................................6
D. Klasifikasi .........................................................................7
E. Manifestasi klinis .............................................................9
F. Pemeriksaan penunjang ..................................................9
G. Penetalaksanaan..............................................................10

BAB III TINJAUAN KASUS

Asuhan keperwatan dengan glaokoma

A. Pengkajian.......................................................................11
B. Analisa data ....................................................................13
C. Diagnose keperawatan ...................................................16
D. Intervensi ........................................................................16
E. Implementasi ..................................................................18

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan .....................................................................20
B. Saran ...............................................................................20

DAFTAR PUSTAKA................................................................21
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Mata merupakan salah satu panca indera yang sangat penting untuk kehidupan
manusia. Terlebih lebih dengan majunya teknologi, indra penglihatan yang baik merupakan
kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Apalagi dengan sempitnya lapangan kerja, hanya
orang-orang yang sempurna dengan segala indranya saja yang mendapat kesempatan kerja
termasuk matanya.mata merupakan anggota badan yang sangat peka. Trauma seperti debu
sekecil apapun yang masuk kedalam mata, sudah cukup untuk menimbulkangangguan yang
hebat, apabila keadaan ini diabaikan, dapat menimbulkan penyakit yang sangat gawat.

Salah satu penyakitnya yaitu glaukoma. Glaukoma adalah penyebab kebutaan kedua
terbesar di dunia setelah katarak. Diperkirakan 66 juta penduduk dunia sampai tahun 2010
akan menderita gangguan penglihatan karena glaukoma. Kebutaan karena glaukoma tidak
bisa disembuhkan, tetapi pada kebanyakan kasus glaukoma dapat dikendalikan.

Glaukoma disebut sebagai pencuri penglihatan karena sering berkembang tanpa gejala yang
nyata. Penderita glaukoma sering tidak menyadari adanya gangguan penglihatan sampai
terjadi kerusakan penglihatan yang sudah lanjut. Diperkirakan 50% penderita glaukoma tidak
menyadari mereka menderita penyakit tersebut. Karena kerusakan yang disebabkan oleh
glaukoma tidak dapat diperbaiki, maka deteksi, diagnosa dan penanganan harus dilakukan
sedini mungkin

B. Rumusan masalah

Adapun rumusan masalahnya adalah bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan glaukoma?

C. Tujuan penulisan

1. Menjelaskan dan memahami pengertian glaukoma

2. Menjelaskan dan memahami etiologi glaukoma


3. Menjelaskan dan memahami patofisiologi glaukoma

4. Menjelaskan dan memahami pathway galaukoma

5. Menjelaskan dan memahami klasifikasi glaukoma

6. Menjelaskan dan memahami manifestasi klinik glaukoma

7. Memahami dan melakukan pemeriksaan penunjang glaukoma

8. Memahami dan melakukan penatalaksanaan glaukoma

9. Memahami komplikasi glaukoma

10. Memahami konsep asuhan keperawatan (pengkajian, diagnosa, intervensi,


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian

Glaukoma berasal dari bahasa Yunani “glaukos” yang berarti hijau kebiruan, yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Glaukoma adalah
sekelompok gangguan gangguan yangbmelibatkan beberapa perubahan atau gejala patologis
yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler (TIO) dengan segalah akibatnya.
(Indriana dan N Istiqomah; 2004).

Glaukoma adaah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya peningkatan tekanan
intraokuler, penggaungan, dan degenerasi saraf oftik serta defak lapang pandang yang khas.
(Tamsuri A; 2010)

Glaukoma merupakan kelainan mata yang mempunyai gejala peningkatan tekanan intra
okuler (TIO), dimana dapat mengakibatkan penggaungan atau pencekungan pupil syaraf
optik sehingga terjadi atropi syaraf optik, penyempitan lapang pandang dan penurunan tajam
pengelihatan. (Martinelli; 1991 dan Sunaryo Joko Waluyo; 2009)

Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola mata meningkat,sehingga
terjadi kerusakan pada saraf optikus dan menyebabkan penurunan fungsi penglihatan
(Dwindra M; 2009).

B. Etiologi

Penyebab adanya peningkatan tekanan intraokuli adalah perubahan anatomi sebagai


bentuk gangguan mata atau sistemik lainnya, trauma mata, dan predisposisi faktor genetik.
Glaukoma sering muncul sebagai manifestasi penyakit atau proses patologik dari sistem
tubuh lainnya. Adapun faktor resiko timbulnya glaukoma antara lain riwayat glauakoma pada
keluarga, diabetes melitus dan pada orang kulit hitam

C. Patofisiologi

Tingginya tekanan intraokular bergantung pada besarnya produksi humor aqueus oleh
badan siliari dan mengalirkannya keluar. Besarnya aliran keluar humor aquelus melalui sudut
bilik mata depan juga bergantung pada keadaan kanal Schlemm dan keadaan tekanan
episklera. Tekanan intraokular dianggap normal bila kurang dari 20 mmHg pada pemeriksaan
dengan tonometer Schiotz (aplasti). Jika terjadi peningkatan tekanan intraokuli lebih dari 23
mmHg, diperlukan evaluasi lebih lanjut. Secara fisiologis, tekanan intraokuli yang tinggi
akan menyebabkan terhambatannya aliran darah menuju serabut saraf optik dan ke retina.
Iskemia ini akan menimbulkan kerusakan fungsi secara bertahap. Apabila terjadi peningkatan
tekanan intraokular, akan timbul penggaungan dan degenerasi saraf optikus yang dapat
disebabkan oleh beberapa faktor :

1. Gangguan perdarahan pada pupil yang menyebabkan deganerasi berkas serabut saraf
pada papil saraf optik.

2. Tekanan intraokular yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf optik yang
merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah pada bola mata. Bagian tepi papil
saraf otak relatif lebih kuat dari pada bagian tengah sehingga terjadi penggaungan
pada papil saraf optik.

3. Sampai saat ini, patofisiologi sesungguhnya dari kelainan ini masih belum jelas.

4. Kelainan lapang pandang pada glaukoma disebabkan oleh kerusakan serabut saraf
optik.(Tamsuri M, 2010 : 72-73).

E. Klasifikasi
1. Glaukoma primer

Glaukoma yang tidak diketahui penyebabnya. Pada galukoma akut yaitu timbul pada
mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik depan yang sempit pada kedua
mata. Pada glukoma kronik yaitu karena keturunan dalam keluarga, DM Arteri
osklerosis, pemakaian kartikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan progresif dan
lain-lain dan berdasarkan anatomis dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Glaukoma sudut terbuka

Glaukoma sudut terbuka merupakan sebagian besar dari glaukoma (90-95%),


yang meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang disebut
sudut terbuka karena humor aqueous mempunyai pintu terbuka ke jaringan
trabekular. Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan trabekular,
saluran schleem, dan saluran yg berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat
terjadi. Gejalaawal biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO
dan sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan
nyeri mata yang timbul.

b. Glaukoma sudut tertutup

Glaukoma sudut tertutup (sudut sempit), disebut sudut tertutup karena ruang
anterior secara otomatis menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel
ke jaringan trabekuler dan menghambat humor aqueos mengalir ke saluran
schlemm. Pargerakan iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus,
penambahan cairan diruang posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua.
Gejalah yang timbul dari penutupan yang tiba-tiba dan meningkatnya TIO, dapat
nyeri mata yang berat, penglihatan kabur. Penempelan iris memyebabkan dilatasi
pupil, tidak segera ditangni akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.

2. Glaukoma sekunder

Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang terjadi akibat penyakit mata lain yang
menyebabkan penyempitan sudut atau peningkatan volume cairan di dalam mata.
Kondisi ini secara tidak langsung mengganggu aktivitas struktur yang terlibat dalam
sirkulasi dan atau reabsorbsi akueos humor. Gangguan ini terjadi akibat:

 Perubahan lensa, dislokasi lensa , terlepasnya kapsul lensa pada katarak

 Perubahan uvea, uveitis, neovaskularisasi iris, melanoma dari jaringan uvea

 Trauma, robeknya kornea/limbus diserai prolaps iris

3. Glaukoma kongenital

Glaukoma Kongenital ditemukan pada saat kelahiran atau segera setelah kelahiran,
biasanya disebabkan oleh sistem saluran pembuangan cairan di dalam mata tidak
berfungsi dengan baik. Akibatnya tekanan bola mata meningkat terus dan
menyebabkan pembesaran mata bayi, bagian depan mata berair, berkabut dan peka
terhadap cahaya. Glaukoma Kongenital merupakan perkembangan abnormal dari
sudut filtrasi dapat terjadi sekunder terhadap kelainan mata sistemik jarang (0,05%)
manifestasi klinik biasanya adanya pembesaran mata, lakrimasi, fotofobia
blepharospme.
4. Glaukoma Absolut

Glaukoma absolute merupakan stadium akhir glaukoma (sempit/terbuka) dimana


sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi
lanjut. Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi
dengan eksvasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit.

F. Manifestasi klinik

a) Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi, telinga).

b) Pandangan kabut, melihat halo sekitar lampu.

c) Mual, muntah, berkeringat.

d) Mata merah, hiperemia konjungtiva, dan siliar.

e) Visus menurun.

f) Edema kornea.

g) Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak ditemui pada glaukoma sudut terbuka).

h) Pupil lebar lonjong, tidak ada refleks terhadap cahaya.

i) TIO meningkat.(Tamsuri A, 2010 : 74-75).

G. Pemeriksaan Penunjang
a. Oftalmoskopi : untuk melihat fondus mata bagian dalam yaitu retina, diskus optikus
macula dan pembuluh darah retina.
b. Tonometri : adalah alat untuk mengukur tekanan intra okuler, nilai yang
mencurigakan apabila berkisar antara 21 – 25 mmHg yang mencurigakan apabila
berkisar antara 21 – 25 mmHg dan dianggap patilogi bisa melebihi 25 mmHg.
c. Perimetri : kerusakan nervus optikus memberikan gangguan lapang pandangan yang
has pada glaucoma, secara sederhana, lapang pandang dapat diperiksa dengan tes
konfrontasi.
d. Pemeriksaan ultrasonotrapi : adalah gelombang suara yang dapat digunakan untuk
mengukur dimensi dan struktur okuler (Nurarif, 2015 : 37)
H. Penatalaksanaan
Pengobatan dilakukan dengan prinsip untuk menurunkan TIO, membuka sudut yang tertutup
(pada glaucoma sudut tertutup), melakukan tindakan suportif (mengurangi nyeri, mual,
muntah, serta mengurangi radang), mencegah adanya sudut tertutup ulang serta mencegah
gangguan pada mata yang baik (sebelahnya) Untuk melancarkan aliran humor aqueus,
dilakukan konstriksi pupil dengan miotikum seperti pilocarpine hydrochloride 2 -4 % setiap
3-6 jam. Miotikum ini menyebabkan pandangan kabur setelah 1 -2 jam penggunaan.
Pemberian miotikum dilakukan apabila telah terdapat tanda – tanda penurunan TIO.
Penanganan nyeri, mual, muntah, dan peradangan dilakukan dengan memberikan analgesik
seperti pethidine (Demerol),antimuntah atau kortikosteroid untuk reaksi radang.
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY.R DENGAN DIAGNOSA GLAUKOMA

Kasus

Ny.r saat ini sedang dirawat dengan keluhan orbita dextra terasa sakit jika
ditekan,penglihatan kabur padahal ny.r sudah menggunakan kacamata minus 3 pada mata
dextra dan sinistra,dua bulan yang lalu ny.r menderita kelainan tyroid. Oleh dokter spesialis
mata telah dilakukan pemeriksaan,hasil pemeriksaan ternyata ny.r menderita glaucoma tidak
tau kenapa dia sampai mengalami glaucoma dan mendengar informasi dari orang-0rang
bahwa glaucoma bisa buta, sehingga ny R takut mengalami kebutaan

A. PENGKAJIAN

1. Data pasien

Nama : Ny. R

Tempat ttl : Jakarta 23 februari 1973

Umur : 40 thun

Jenis kelamin : perempuan

Agama : islam

Pekerjaan : ibu rumah tangga

Status perkawinan : menikah

Stastus pendidikan : SLTA

Diagnosa medis : glaokoma

2. Riwayat penyakit :

Keluhan utama :
Klien dating ke rumah sakit, dengan keluhan orbita dextra terasa sakit bila ditekan
penglihatan kabur padahal ny.r sudah menggunakan kacamata minus 3 pada mata
dextra dan sinistra,

Riwayat penyakit sekarang :

KU lemah, hasil pemeriksaan TTV saat ini :

TD : 150 /100 mmHg

Nadi : 80x/mnt

Suhu : 37%

Pernafasan : 20x/mnt

Riwayat penyakit dahulu : klien tidak mempunyai riwayat penyakit atau riwayat
masuk rumah sakit , tetapi 2 bulan yang lalu ny R menderita kelaian tyroid

Riwayat kesehatan keluarga :

Keluarga klien tidak ada yang mempunyai penyakit yang berhubungan dengan
saraf persepsi sensori

3. Pemeriksaan fisik

1. Aktifitas/istirahat

Gejala : perunahan aktifitas / biasanya hobi sehubungan dengan gangguan


penglihatan

2. Makanan / cairan

Gejala : mual muntah (glaucoma akut )

3. Neurosensori

Gejala : genguan penglihatan ( kanur atau tidak jelas ), sinar terang


menyebabkan silau dengan kehilangan bertatap penglihatan perifer , kesulitan
memfokuskan kerja dengan dekat / metasa di ruang gelap .
Penglihatan berawan/kabur,tanpak lingkaran cahaya /pelangi sekitar sinar ,
kehilangan penglihatan perifer , fotofobia (glaucoma akut) perubahan
kacamata / pengpbatan tidak memperbaiki penglihatan

Tanda : rampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak)

Pupil menyempit dan merah / mata keras dengan kornea berawan (glaucoma
darurat ) peningkatan air mata

4. Nyeri/ kenyamanan

Gejala : ketidaknyamanan ringan / mata berair , nyeri tiba-tiba / betar menetap


atau pada tekanan dan sekitar mata , sakit kepala

B. Analisa data

No Data Etiologi Masalah

1 Ds : Penyebab galukoma Gangguan persepsi sensori penglihatan

- Klien mengeluh Peningkatan tio


penglihatan kabur
Gangguan anatomic dan
padahal
fungsi mata
- Klien mengakatan
Distensi sekitar area rongga
aktivitas berkurang
orbita
karna pengihatan
Ketidak seimbangan
- Klien mengeluh
metabolic lensa dan aquaus
penglihatannya
humor
berawan

- Klien mengeluh
silau dengan sinar
terang

Do :

- Klien terlihat
menggunkan
kacamata

- Mata keras dengan


kornea berawan

- Klien tampak
kecoklatan atau
putih susus pada
pupila mata

- Klien terlihat pupil


menyempit dan
merah

- Klien terlihat
peningkatan
produksi aiar mata

2 Ds ; Peningkatan tekatan intra Gangguan rasa nyaman : nyeri


okuler (TIO)
- Klien mengeluh
penglihatan kabur

- Klien mengeluh
pusing tiba tiba

- Klien mengatakan
sakit kepala

- Klien mengeluh
adanya tekanan pada
mata

Do :

- Skala nyeri 6

- Klien terlihat
menekan area mata

- Klien terlihat
memengangi area
kelapa dan mata

- Klien terlihat susah


memfokuskan saat
melihat suatu benda

- Klien mengerutkan
kening pada saat
melihat

3 Ds : Ganggaun anatomic dan Ansietas


fungsi mata,perubahan pada
- Klien kurang
status kesehatan
pengetahuan

- Klien takut akan


kebutaan

Do :

- Klien terlihat
menggunakan
kacamata

- Klien terlihat gelisah

- Klien tampak pucat

- Klien terlihat cemas

C. Diagnose keperrawatan
1. Gangguan persepsi sensori penglihatan b.d gangguan penerimaan
sensori,gangguan status organ

2. Ganguan rasa nyaman : nyeri b.d peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang

3. Ansietas b.d Factor fisiologis,perubahan status kesehatan, adanya nyeri ,


kemungkinan kenyataan kehilangan penglihatan

D. Intervensi

No Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

1 Setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama 3x24 jam
1. Pastikan derajat atau tipe kehilangan
diharapkan massalah keperawatan
pengihatan
gangguan persepsi sensori
penglihatan teratasi dengan 2. Dorong mengeksprikan perasaan tentang
criteria hasil : kehilangan atau kemungkinan kehilangan
penglihatan
- Klien mengidentifikasi
factor factor yang 3. Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh
mempengarhi penglihatan menghitung tetesan ,mengikuti
jadwal,tidak salah dosis
- Klien mengidentifikasi
dan menunjukkan pola 4. Lakukan tindakan untuk membantu pasien
pola alternative untuk menangani keterbatasan penglihatan,
meningkatkan penerimaan contoh ,kurangi kekacauan,atur
rangsang penglihatan perabot,ingatkan memutar kepala
kesubyek yang terlihat,memperbaiki sinar
suram dan masalah penglihatan malam

5. Berikan obat sesuai indikasi

2 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji derajat nyeri setiap hari/sesering


keperawatan selama 3x24 jam mungkin
diharapkan massalah
2. Jelaskan penyebab nyeri dan factor
keperawatangangguan rasa
tndakan yang dapat memicu timbulnya
nyaman : nyeri teratasi dengan nyeri
criteria hasil :
3. Anjurkan klien untuk menghindari
- Klien dapat perilaku yang dapat memprokasi nyeri
mengidentifikasi penyebab
4. Ajarkan tindakan distraksi dan relaksasi
nyeri
pada klien
- Klien menyebut kan factor
5. Berikan obat sesuai indikasi
yang dapat meningkatkan
nyeri

- Klien mampu melakukan


tindakan untuk
mengurangi nyeri

3 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat ansietas, derajat pengalaman


keperawatan selama 3x24 jam nyeri / timbulnya gejala tiba tiba dan
diharapkan massalah keperawatan pengetahuan kondisi saat ini
ansietas teratasi dengan criteria
2. Berikan informasi yang akurat dan jujur.
hasil :
Diskusikan kemungkinan bahwa
- Klien tampak rileks dan pengawasan dan pengubahan dapat
melaporkan ansietas mencegah kehilangan penglihatan
menurun sampai tingkat
3. Dorong pasien untuk mangakui masalah
dapat diatasi
dan mengekspresikan persaan
- Klien menunjukkan
4. Indentifikasi sumber atau orang yang
keterampilan pemecahan
menolong
masalah

- Klien menggunakan
sumber secara efekti

E. IMPLEMENTASI
Hari/tangga No Implementasi dan hasil Paraf
l dx

1 1. Memastikan derajat atau tipe kehilangan


pengihatan

2. mendorong mengeksprikan perasaan tentang


kehilangan atau kemungkinan kehilangan
penglihatan

3. menunjukkan pemberian tetes mata, contoh


menghitung tetesan ,mengikuti jadwal,tidak
salah dosis

4. melakukan tindakan untuk membantu pasien


menangani keterbatasan penglihatan, contoh
,kurangi kekacauan,atur perabot,ingatkan
memutar kepala

5. memberikan obat sesuai indikasi

- kronis,sederhana,tipe sudut terbuka : pillokarpin


hidroklorida

2 1. mengkaji derajat nyeri setiap hari/sesering


mungkin

2. menjelaskan penyebab nyeri dan factor tndakan


yang dapat memicu timbulnya nyeri

3. menganjurkan klien untuk menghindari perilaku


yang dapat memprokasi nyeri

4. mengajarkan tindakan distraksi dan relaksasi


pada klien

5. memberikan obat sesuai indikasi : relaksasi otot


misalnya dantren
(antrium)alagesik,antiansietas,misalnya
diazepam ( valium)

3 1. mengkaji tingkat ansietas, derajat pengalaman


nyeri / timbulnya gejala tiba tiba dan
pengetahuan kondisi saat ini

2. memberikan informasi yang akurat dan jujur.


Diskusikan kemungkinan bahwa pengawasan
dan pengubahan dapat mencegah kehilangan
penglihatan

3. mendorong pasien untuk mangakui masalah dan


mengekspresikan persaan

4. mengidentifikasi sumber atau orang yang


menolong

BAB IV

PENUTUP

A. kesimpulan

Glaukoma berasal dari bahasa Yunani “glaukos” yang berarti hijau kebiruan, yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Glaukoma adalah
sekelompok gangguan gangguan yangbmelibatkan beberapa perubahan atau gejala
patologis yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler (TIO) dengan segalah
akibatnya. (Indriana dan N Istiqomah; 2004).

B. Saran

Kepada pemakalah selanjutnya menjadi acuan atau keterangan informasi, dengan


adanya pemakalah selanjutnya saya berharap dapat menerapkan pengetahuan
tentangasuhan keperawatan pada pasien dengan DIGNOSA GLAOKOMA.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes.(2008). Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: USAID

FKUI. (2000). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius.

Gary dkk. (2006). Obstetri Williams, Edisi 21. Jakarta, EGC.


Meidian, JM. (2000). Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of America:
Mosby.

Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

Wiknjosostro. (2002). Ilmu Kebidanan Edisi III. Jakarta: Yayasan Bima pustaka Sarwana
Prawirohardjo.

Nurarif, A. H. (2015). Aplikasi Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis. Yogyakarta:


Mediaction Jogja.
PPNI. (2016). Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: Tim Polja PPNI.
Tamsuri, A. (2011). Klien Gangguan Mata dan Penglihatan Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Wilkinson, J. (2015). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai