Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya buku Pedoman Praktik
Keinsinyuran di Indonesia dapat diterbitkan. Buku ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi Insinyur
Sipil di dalam menjalankan praktik keinsinyuran di Indonesia baik yang berperan sebagai konsultan,
kontraktor, pemilik proyek maupun pada pemeliharaan dan pengoperasian aset atau fasilitas.
Buku ini diharapkan melibatkan para pihak yang dianggap memahami kondisi dan situasi pelayanan
praktik keinsinyuran Indonesia, baik dari sisi insinyurnya sendiri, pengguna maupun pemanfaat
keinsinyuran. Pedoman umum berpraktik keinsinyuran dibahas dalam buku ini melibatkan masukan
dan saran dari para Insinyur Sipil dan juga Insinyur Disiplin lainnya yang bergerak di berbagai
cakupan bidang keinsinyuran dengan latar belakang disipilin teknik keinsinyuran yang berbeda-
beda.
Tim penyusun menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi masukan,
saran, kritik terhadap naskah yang disampaikan, sejak konsep pertama sampai dengan finalisasi.
Semoga buku ini membantu para Insinyur dalam menjalankan praktik keinsinyuran di Indonesia
sehingga sehingga kualitas layanan keinsinyuran di Indonesia dapat terus ditingkatkan.
Tim Pengarah
Ketua : Ir. Bambang Goeritno, M.Sc., M.P.A., IPU
Sekretaris : Ir. Kayan Sutrisna, IPU
Anggota : Ir. Andi Taufan Marimba, M.M., M.B.A., MPM., IPU
Ir. Wahyono Bintarto, M.Sc., IPU
Tim Penyusun
Ketua : Ir. Habibie Razak, M.M., IPU., ACPE., ASEAN Eng.
Sekretaris : Ir. Prastiwo Anggoro, ACPE., ASEAN Eng.
Anggota Ir. Wahyu Hendrastomo, IPU
Ir. Andi Sanjaya, IPM., ACPE., ASEAN Eng.
Ir. Darmansyah Tjitradi, MT., IPU., ASEAN Eng.
Regina Wikan Pangrepti Prawitasari, SS.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................................................................................. II
TIM PENGARAH DAN TIM PENYUSUN ............................................................................................................................... III
DAFTAR ISI..... .................................................................................................................................................................... IV
1 PENDAHULUAN ....................................................................................................................................................... 1
2 TINGKATAN INSINYUR INDONESIA .......................................................................................................................... 3
2.1 Insinyur – STRI Pratama ............................................................................................................................... 3
2.2 Insinyur – STRI Madya .................................................................................................................................. 3
2.3 Insinyur – STRI Utama .................................................................................................................................. 3
3 TANGGUNG JAWAB PROFESIONAL INSINYUR BER-STRI .......................................................................................... 4
4 PEDOMAN BERPRAKTIK KEINSINYURAN ................................................................................................................. 5
4.1 Matriks Posisi Insinyur & Tanggung Jawab Perusahaannya, Fase Proyek, dan Hubungannya
terhadap Kategori Dokumen Teknis yang diperiksa dan disahkan oleh Insinyur ......................................... 5
4.2 Insinyur Praktik Individual ............................................................................................................................ 5
4.3 Insinyur yang Memiliki Perusahaan Konsultan atau Kontraktor Sendiri ...................................................... 6
4.4 Penggunaan Cap Insinyur yang Memiliki STRI .............................................................................................. 6
4.5 Menggantikan Posisi di Proyek yang dimulai oleh Insinyur Lain .................................................................. 8
4.6 Due Diligence................................................................................................................................................ 8
4.7 Pelaporan Tertulis ........................................................................................................................................ 8
4.8 Memberikan Opini Keinsinyuran .................................................................................................................. 9
4.9 Komunikasi ................................................................................................................................................... 9
4.10 Penyimpanan Dokumen Proyek ................................................................................................................... 9
4.11 Informasi Kerahasiaan .................................................................................................................................. 9
4.12 Pengumpulan Data di Awal Proyek Ketika Insinyur Diminta Melakukan Pengesahan atau
Endorsement .............................................................................................................................................. 10
4.13 Penugasan yang dilakukan Insinyur ber-STRI Tetap Mendapatkan Peer-Review oleh Insinyur
Lain Yang Memiliki STRI .............................................................................................................................. 10
4.14 Conflict of Interest ...................................................................................................................................... 10
LAMPIRAN 1 MATRIKS POSISI ATAU JABATAN INSINYUR PADA SUATU PROYEK DI MANA PERUSAHAAN YANG
DITEMPATINYA BERTINDAK SEBAGAI KONSULTAN PERENCANA DAN PERANCANGAN ....................................... 12
LAMPIRAN 2 MATRIKS POSISI ATAU JABATAN INSINYUR PADA SUATU PROYEK DI MANA PERUSAHAAN YANG
DITEMPATINYA BERTINDAK SEBAGAI KONSULTAN PENGAWAS ........................................................................... 13
LAMPIRAN 3 MATRIKS POSISI ATAU JABATAN INSINYUR PADA SUATU PROYEK DI MANA PERUSAHAAN YANG
DITEMPATINYA BERTINDAK SEBAGAI KONTRAKTOR PELAKSANA ........................................................................ 14
LAMPIRAN 4 MATRIKS POSISI ATAU JABATAN INSINYUR PADA SUATU PROYEK DI MANA INSTANSI ATAU PERUSAHAAN
YANG DITEMPATINYA BERTINDAK SEBAGAI PELAKSANA OPERASI DAN PEMELIHARAAN SUATU ASET ATAU
FASILITAS ............................................................................................................................................................... 15
LAMPIRAN 5 MATRIKS POSISI ATAU JABATAN INSINYUR PADA SUATU PROYEK DI MANA INSTANSI ATAU PERUSAHAAN
YANG DITEMPATINYA BERTINDAK SEBAGAI PEMILIK PROYEK/PENGGUNA KEINSINYURAN ................................ 16
LAMPIRAN 6 PAKTA INTEGRITAS ...................................................................................................................................... 17
LAMPIRAN 7 UNDANG UNDANG NO. 11/2014 TENTANG KEINSINYURAN ....................................................................... 18
LAMPIRAN 8 PERATURAN PEMERINTAH NO. 25/2019 TENTANG KEINSINYURAN ........................................................... 19
Daftar Tabel
Tabel 1 Matriks Posisi Insinyur di Berbagai Peran Perusahaan yang ditempati di Suatu Proyek........................................5
Daftar Gambar
Gambar 1. Cap Tipe 1 ......................................................................................................................................................... 7
Gambar 2. Cap Tipe 2 ......................................................................................................................................................... 7
1 Pendahuluan
Pedoman Umum Praktik Keinsinyuran disiapkan oleh Majelis Standar Keinsinyuran, Persatuan Insinyur
Indonesia. Pedoman ini dibuat sesuai dengan UU No.11/2014 BAB XI mengatur tentang Persatuan
Insinyur Indonesia. Persatuan Insinyur Indonesia oleh UU Keinsinyuran di Pasal 38 mempunyai
mempunyai fungsi pelaksanaan Praktik Keinsinyuran.
Pasal 38 menyatakan tugas PII antara lain: melaksanakan pelayanan Keinsinyuran sesuai dengan
standar; melakukan pengendalian dan pengawasan bagi terpenuhinya kewajiban Insinyur;
melaksanakan registrasi Insinyur; menetapkan, menerapkan, dan menegakkan kode etik Insinyur.
Sedangkan di Pasal 39, PII diberikan wewenang antara lain: PII mempunyai wewenang: menyatakan
terpenuhi atau tidaknya persyaratan registrasi Insinyur sesuai dengan jenjang kualifikasi Insinyur;
menerbitkan, memperpanjang, membekukan, dan mencabut Surat Tanda Registrasi Insinyur;
menyatakan terjadi atau tidaknya suatu pelanggaran kode etik Insinyur berdasarkan hasil investigasi;
menjatuhkan sanksi terhadap Insinyur yang tidak memenuhi standar Keinsinyuran; menjatuhkan
sanksi terhadap Insinyur yang melakukan pelanggaran kode etik Insinyur.
Definisi praktik keinsinyuran dan terminologi lainnya terkait praktik keinsinyuran sesuai dengan UU
11/2014 dan PP 25/2019 ada pada Pasal 1 UU Keinsinyuran - Ketentuan Umum berbunyi:
Ayat 1 - Keinsinyuran adalah kegiatan teknik dengan menggunakan kepakaran dan keahlian
berdasarkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan nilai tambah dan daya
guna secara berkelanjutan dengan memperhatikan keselamatan, kesehatan, kemaslahatan, serta
kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan.
Ayat 2 - Praktik Keinsinyuran adalah penyelenggaraan kegiatan Keinsinyuran.
Ayat 3 - Insinyur adalah seseorang yang mempunyai gelar profesi di bidang Keinsinyuran.
Ayat 4 - Insinyur Asing adalah Insinyur yang berkewarganegaraan asing.
Ayat 5 - Program Profesi Insinyur adalah program pendidikan tinggi setelah program sarjana untuk
membentuk kompetensi Keinsinyuran.
Ayat 6 - Uji Kompetensi adalah proses penilaian kompetensi Keinsinyuran yang secara terukur dan
objektif menilai capaian kompetensi dalam bidang Keinsinyuran dengan mengacu pada standar
kompetensi Insinyur.
Ayat 7 - Sertifikat Kompetensi Insinyur adalah bukti tertulis yang diberikan kepada Insinyur yang telah
lulus Uji Kompetensi.
Ayat 8 - Surat Tanda Registrasi Insinyur adalah bukti tertulis yang dikeluarkan oleh Persatuan Insinyur
Indonesia kepada Insinyur yang telah memiliki Sertifikat Kompetensi Insinyur dan diakui secara hukum
untuk melakukan Praktik Keinsinyuran.
Ayat 9 - Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan adalah upaya pemeliharaan kompetensi Insinyur
untuk menjalankan Praktik Keinsinyuran secara berkesinambungan.
Adapun Disiplin Teknik Keinsinyuran pada Pasal 5 UU keinsinyuran meliputi:
• Kebumian dan energi;
• Rekayasa sipil dan lingkungan terbangun;
• Industri;
• Konservasi dan pengelolaan sumber daya alam;
• Pertanian dan hasil pertanian;
• Teknologi kelautan dan perkapalan; dan
• Aeronotika dan astronotika.
1
Cakupan bidang Keinsinyuran oleh Pasal 5 UU Keinsinyuran meliputi:
• Pendidikan dan pelatihan teknik/teknologi;
• Penelitian, pengembangan, pengkajian, dan komersialisasi;
• Konsultansi, rancang bangun, dan konstruksi;
• Teknik dan manajemen industri, manufaktur, pengolahan, dan proses produk;
• Ekplorasi dan eksploitasi sumber daya mineral;
• Penggalian, penanaman, peningkatan, dan pemuliaan sumber daya alami; dan
• Pembangunan, pembentukan, pengoperasian, dan pemeliharaan aset.
Tujuan dari pedoman praktik keinsinyuran ini adalah memberikan pedoman secara umum kepada
Insinyur yang berpraktik keinsinyuran di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang
mencakup disiplin teknik keinsinyuran dan cakupan bidang keinsinyuran sebagaimana yang disebut di
atas.
Pedoman ini juga merupakan wujud atau bukti nyata bahwa PII telah berusaha:
• memberikan landasan dan kepastian hukum bagi penyelenggaraan Keinsinyuran yang
bertanggung jawab;
• memberikan perlindungan kepada Pengguna Keinsinyuran dan Pemanfaat Keinsinyuran dari
malapraktik Keinsinyuran melalui penjaminan kompetensi dan mutu kerja Insinyur;
• memberikan arah pertumbuhan dan peningkatan profesionalisme Insinyur sebagai pelaku
profesi yang andal dan berdaya saing tinggi, dengan hasil pekerjaan yang bermutu serta
terjaminnya kemaslahatan masyarakat;
• meletakkan Keinsinyuran Indonesia pada peran dalam pembangunan nasional melalui
peningkatan nilai tambah kekayaan tanah air dengan menguasai dan memajukan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta membangun kemandirian Indonesia;
• menjamin terwujudnya penyelenggaraan Keinsinyuran Indonesia dengan tatakelola yang baik,
beretika, bermartabat, dan memiliki jati diri kebangsaan (Pasal 3 UU Keinsinyuran).
Pedoman ini adalah minimum requirement yang mesti dipenuhi oleh Insinyur yang berpraktik
Keinsinyuran termasuk Pemilik Proyek, Konsultan atau Kontraktor yang mempekerjakan Insinyur ber-
STRI.
2
2 TINGKATAN INSINYUR INDONESIA
2.1 Insinyur – STRI Pratama
Insinyur yang memiliki Surat Tanda Registrasi Insinyur (STRI) – Pratama adalah Insinyur yang oleh UU
No.11/2014 telah lulus Uji Kompetensi sehingga menyandang Sertifikat Kompetensi Insinyur oleh
Persatuan Insinyur Indonesia disebut Insinyur Profesional Pratama (IPP).
Insinyur yang memiliki STRI Pratama berhak melakukan praktik keinsinyuran untuk proyek-proyek
Keinsinyuran namun tetap harus tetap berada di bawah pengawasan Insinyur yang memiliki STRI
Madya atau pun STRI Utama.
3
3 TANGGUNG JAWAB PROFESIONAL INSINYUR BER-STRI
Tanggung Jawab Insinyur termasuk kewajiban mematuhi standar teknis, hukum, etika profesi dan
menjaga status profesional sebagai Insinyur yang memiliki Surat Tanda Registrasi Insinyur.
Insinyur dalam kapasitasnya adalah individu yang berpraktik keinsinyuran wajib memenuhi semua
kewajibannya terkait pelayanan keinsinyuran yang diberikan kepada pengguna keinsinyuran
(Client/pemberi proyek) dan pemanfaaat keinsinyuran (masyarakat/publik).
Insinyur yang memiliki kode etik profesi hanya berpraktik sesuai dengan kompetensinya dan akan
melaksanakan praktik keinsinyuran tadi secara jujur dan bertanggung jawab serta komitmen akan
menyelesaikan tanggung jawab profesionalnya tanpa keterlambatan, resiko atau tambahan
pengeluaran kepada Client atau Pemberi Tugas Keinsinyuran.
Insinyur yang telah mendapatkan Surat Tanda Registrasi Insinyur (STRI) sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 UU No.11/2014 melakukan kegiatan Keinsinyuran yang menimbulkan kerugian materil,
Insinyur dikenai sanksi administratif. Sanksi administratif sebagaimana dimaksud bisa berupa
peringatan tertulis; denda; penghentian sementara kegiatan Keinsinyuran; pembekuan Surat Tanda
Registrasi Insinyur; dan/atau pencabutan Surat Tanda Registrasi Insinyur (STRI).
Pasal 50 UU Keinsinyuran juga menyebutkan bahwa setiap orang bukan Insinyur yang menjalankan
Praktik Keinsinyuran dan bertindak sebagai Insinyur sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau pidana denda paling banyak
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
Setiap orang bukan Insinyur yang menjalankan Praktik Keinsinyuran dan bertindak sebagai insinyur
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini sehingga mengakibatkan kecelakaan, cacat, hilangnya
nyawa seseorang, kegagalan pekerjaan Keinsinyuran, dan/atau hilangnya harta benda dipidana
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Sedangkan Pasal 51 UU Keinsinyuran menyatakan bahwa setiap Insinyur atau Insinyur Asing yang
melaksanakan tugas profesi tidak memenuhi Standar Keinsinyuran sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 25 huruf c UU No. 11/2014 sehingga mengakibatkan kecelakaan, cacat, hilangnya nyawa
seseorang, kegagalan pekerjaan Keinsinyuran, dan/atau hilangnya harta benda dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah).
4
4 PEDOMAN BERPRAKTIK KEINSINYURAN
4.1 Matriks Posisi Insinyur & Tanggung Jawab Perusahaannya, Fase Proyek,
dan Hubungannya terhadap Kategori Dokumen Teknis yang diperiksa
dan disahkan oleh Insinyur
Insinyur yang melakukan praktik keinsinyuran pada proyek keinsinyuran memiliki posisi yang berbeda
di struktur organisasi proyek dan juga fungsi perusahaan tempat dia berpraktik keinsinyuran apakah
memegang fungsi atau peranan sebagai Konsultan Perencanaan dan Perancangan, Konsultan
Pengawas, Kontraktor Pelaksana, Penyelenggara Operasi dan Pemeliharaan atau sebagai representasi
Pemilik Proyek/Project Owner.
Appendix 1 adalah posisi atau jabatan Insinyur pada suatu proyek di mana Perusahaan yang
ditempatinya bertindak sebagai Konsultan Perencana dan Perancangan.
Appendix 2 adalah posisi atau jabatan Insinyur pada suatu proyek di mana Perusahaan yang
ditempatinya bertindak sebagai Konsultan Pengawas.
Appendix 3 adalah posisi atau jabatan Insinyur pada suatu proyek di mana Perusahaan yang
ditempatinya bertindak sebagai Kontraktor Pelaksana.
Appendix 4 adalah posisi atau jabatan Insinyur pada suatu proyek di mana Instansi atau Perusahaan
yang ditempatinya bertindak sebagai Pelaksana Operasi dan Pemeliharaan suatu Aset atau Fasilitas.
Appendix 5 adalah posisi atau jabatan Insinyur pada suatu proyek di mana Instansi atau Perusahaan
yang ditempatinya bertindak sebagai Pemilik Proyek/Pengguna Keinsinyuran.
Tabel 1 di bawah adalah contoh matriks posisi Insinyur di berbagai fungsi perusahaan yang ditempati
pada suatu proyek.
POSISI INSINYUR DI POSISI INSINYUR DI POSISI INSINYUR DI
POSISI INSINYUR DI
NO PERUSAHAAN PERUSAHAAN SISI OPERATION &
SISI KONTRAKTOR
KONSULTAN DESIGN KONSULTAN PENGAWAS MAINTENANCE
1 Project Director Project Director Project Director Operation Manager
2 Chief Engineer Construction Manager Project Manager Maintenance Manager
3 Project Manager Supervising Engineer Construction Engineer Asset Engineer
4 Engineering Manager Discipline Review Engineer QA/QC Inspector Discipline Engineer
5 Process Engineer(s) QA/QC Inspector Environment Engineer
6 Discipline Engineer(s) Environmental Engineer
7 Environmental Engineer
Keterangan: Setiap perusahaan memiliki penamaan yang bisa berbeda untuk setiap posisi atau jabatan keinsinyuran
Tabel 1 Matriks Posisi Insinyur di Berbagai Peran Perusahaan yang ditempati di Suatu Proyek
5
Perusahaan konsultan atau pun kontraktor apabila mereka membutuhkan technical documents
endorsement juga bisa menghubungi dan menggunakan jasa Insinyur yang berpraktik keinsinyuran
secara individual tadi. Hal ini bisa saja dilakukan apabila konsultan atau kontraktor tadi tidak memiliki
Insinyur yang memiliki STRI di dalam internal organisasi mereka.
6
• Technical Report seperti Feasibility Study, Due Diligence, Audit Report, Laboratory Report,
Topography Report
• Quality Report
• Safety and Process Safety Report
• Mine Plan
• Manufacturing Plan
• Environmental Report
• Dokumen Teknis Lainnya yang dihasilkan oleh Insinyur
Tipe 1 - Cap yang digunakan oleh Project Manager atau Project Director yang melibatkan atau
berisikan dokumen teknis multidisiplin. Contoh: Project Manager menandatangani gambar desain
untuk konstruksi untuk semua disiplin terkait atau Project Manager yang mencap technical report
seperti Feasibility Study, Due Diligence, Audit/Assessment Report yang melibatkan disiplin yang
berbeda-beda.
Tipe 2 – Cap yang digunakan oleh Insinyur Disiplin (Discipline Engineer) untuk pengesahan dokumen
teknis. Contoh: Insinyur Sipil mengesahkan dan mencap gambar terkait spesialisasi atau disiplin
ketekniksipilan saja.
Cap STRI akan disediakan dalam bentuk hard stamp. Suatu dokumen teknis yang telah diperiksa oleh
Insinyur Profesional dibuktikan dengan hard stamp yang disertai tanda tangan basah Insinyur
Profesional dan tanggal ditandatanganinya dokumen teknis tersebut. Tanda tangan diletakkan
menyentuh sebagian badan hard stamp sedangkan tanggal, bulan dan tahun diletakkan di atas atau
di samping hard stamp.
Desain cap Insinyur untuk Tipe 1 dan Tipe 2 sesuai dengan Gambar 1 & 2 di bawah
7
Keterangan:
Huruf ARIAL, dengan Font INSINYUR PROFESIONAL, INDONESIA & STRI adalah sama
Sedangkan Nama, No. dan Disiplin menggunakan Font yang sama.
Ukuran Font mengikuti ukuran stempel
Kata Indonesia diberikan spasi I N D O N E S I A
Insinyur kedua juga tidak wajib meminta persetujuan dari insinyur pertama dalam hal pengambil-
alihan penugasan tadi. Ini menjadi hak dari Client untuk menterminasi atau mempertahankan insinyur
yang dipekerjakan.
Insinyur kedua mengambil tugas dan tanggung jawab tadi harus melakukan due diligence sesuai Point
4.6 dan Point 4.12 Pengumpulan Data di Awal Proyek Ketika Insinyur Diminta Melakukan
Pengesahan atau Endorsement diatur di bawah.
8
• Identifikasi spesifik gambar, cetak biru, pedoman yang relevan dengan proyek;
• Referensi legislasi, standar, atau pedoman yang relevan dengan proyek;
• Apabila judgment atau opini dibuat, rincian justifikasi atau judgment yang dibuat tadi mengarah
pada kesimpulan atau findings;
• Identifikasi semua individu/pihak yang berkontribusi pada laporan ini;
• Laporan di-cap oleh Insinyur yang memiliki STRI.
4.9 Komunikasi
Insinyur dituntut untuk merekam atau mencatat semua komunikasi selama proyek berlangsung secara
lengkap dan terinci yang bisa tersimpan dalam waktu yang lama. Untuk alasan ini, email atau surat
lebih diutamakan dari sekedar komunikasi lisan. Karena kebanyakan komunikasi terjadi selama proyek
adalah lisan, Insinyur harus bisa menyimpan semua catatan-catatan atau notulensi sebagai back-up
dari komunikasi lisan tadi.
Dalam setiap komunikasi lisan, bagian-bagian penting percakapan harus bisa ditekankan dan diulangi
lagi di depan Client, Employer, Kontraktor atau pihak lain memastikan semua pihak memahami dan
setuju pada point-point diskusi tadi.
9
didisclose. Client dan Insinyur di dalam berkorespondensi harus menggunakan alat komunikasi yang
aman.
Di dalam menyediakan material untuk publikasi teknis, Insinyur harus berhati-hati di dalam men-
disclose informasi rahasia dan harus mendapatkan persetujuan dari Client sebelum men-submit
informasi spesifik tadi untuk kebutuhan publikasi.
Insinyur juga diharapkan menghindari menggunakan informasi yang ada untuk kepentingan atau
benefit dirinya dan pihak luar, atau merugikan Client atau pihak lain.
Client juga dapat meminta laporan hasil pengetesan existing equipment, struktur atau material
lapangan, seperti tanah atau air, yang dilakukan oleh independent testing agency. Insinyur juga apabila
dibutuhkan oleh Client bisa menyaksikan test-test yang dilakukan untuk memastikan dilakukan
berdasarkan instruksi yang ada atau sesuai dengan standard dan spesifikasi yang ditetapkan.
10
• Insinyur diminta oleh Client untuk memberikan expert opinion melawan Client lainnya di mana
Insinyur tadi pernah memberikan pelayanan keinsinyuran pada Client lainnya di masa lalu.
• Insinyur yang bertindak sebagai approver hal teknis dalam kontraknya sebagai Client di sebuah
organisasi/kementerian/departemen sementara Insinyur tadi juga sebagai vendor/kontraktor
di perusahaan lain.
• Insinyur yang juga adalah ASN menerima proyek lain sebagai reviewer/endorser pada suatu
perusahaan konsultan untuk suatu proyek milik kementerian atau instansi tempat dia bekerja.
• Insinyur yang bekerja sebagai konsultan desain pada saat proyek dieksekusi ternyata juga
menjadi bagian dari tim kontraktor.
Insinyur memiliki hak untuk menolak penugasan atau proyek yang akan diberikan oleh Client apabila
setelah Insinyur melakukan thorough assessment yang bisa memposisikan dia pada situasi conflict of
interest tadi.
11
Lampiran 1 Matriks Posisi atau Jabatan Insinyur pada suatu proyek di
mana Perusahaan yang ditempatinya bertindak sebagai Konsultan
Perencana dan Perancangan
LAMPIRAN 1 - Posisi atau Jabatan Insinyur pada suatu proyek di mana Perusahaan yang ditempatinya bertindak
sebagai Konsultan Perencana dan/atau Perancangan
Penggunaan Cap untuk Kajian, Concept dan Detailed Design
Specification
Factual/Feasibility/
Technical dan/atau Process Design As-Built Technical Due Environmental Permits &
No Posisi Fase Concept Study
Calculations * Technical Data Safety *** Drawings **** Drawings Diligence ***** Study ****** License
Report *****
Sheet **
1 Project Director/Project Manager Kajian, Concept dan Detailed Design Y/T1 Y Y/T1 Y Pilihan4 Y Y Y T
2 2 2 2
2 Chief Engineer/Technical Authority Kajian, Concept dan Detailed Design Y/T Y/T Y/T Y/T T T T T T
3 3 3 3 3 3
3 Engineering Manager/Project Engineer Kajian, Concept dan Detailed Design Y Pilihan Pilihan Pilihan Pilihan Pilihan Pilihan T T
5
4 Lead Process Engineer Kajian, Concept dan Detailed Design Y Y/T T Y T T T T T
6
9 Freelance/Third Party Sr Engineer(s) Kajian, Concept dan Detailed Design Y Y Y Y T T T T Y
Catatan:
* Technical calculation termasuk design criteria/design basis tapi tidak terbatas pada design codes and standards, safe operating limits,
maximum intended inventory, motor & load schedule, load flow study, short circuit calculation, motor starting studies, stability study, emergency
generator sizing, power system design and analysis, power system protection and requirement, relay setting and coordination.
** Technical data sheet termasuk tapi tidak terbatas pada material safety data sheet, equipment data sheet .
*** Process Safety termasuk tapi tidak terbatas pada SIL, HAZOP, HAZID dan dokumen PSM lainnya.
**** Design drawings termasuk tapi tidak terbatas pada Plot Plans & Layout, Heat Mass Balance (HMB), Block Flow Diagram, Process Flow
Diagram (PFD), Process & Instrumentation Diagram (P&ID), Process Description, Vent & Relief System Design, Ventilation System Design, Electrical
Schematics Area Classification Drawings (Electrical Systems), Hazardous Area Classification, Single Line Diagram, Main Cable Route Plan, Materials
Take-off or Bill of Quantities, Mine-Plan Design, Drilling Plan-Design dan Detailed Design Drawings lainnya.
***** Project Manager yang merupakan Insinyur ber-STRI akan men-cap sampul depan (cover page) of pada suatu laporan. Feasibility dan
concept study juga termasuk tapi tidak terbatas pada seismic study report. Kategori ini juga termasuk laboratory, metocean, topography and
geotechnical report.
****** Studi Lingkungan (Environmental Study) termasuk AMDAL/UKL-UPL dan dokumen teknis lingkungan lainnya.
1 Ya, apabila Client meminta Technical Calculations dimasukkan sebagai bagian Deliverables yang disampaikan ke mereka. Tidak, apabila
technical calculations digunakan untuk kebutuhan internal saja.
2 Ya, apabila proyek dianggap kompleks dan membutuhkan Chief Engineer/Technical Authority terlibat lebih dalam di Proyek dan
mengambil tanggung jawab langsung. Tidak, apabila sebaliknya.
3 Pilihan artinya posisi Engineering Manager/Project Engineer dapat men-cap dalam situasi apabila posisi di atasnya (Project
Director/Project Manager) tidak memberikan cap.
4 Pilihan artinya mungkin ada posisi lain yang akan men-cap as-built drawings di fase selanjutnya seperti posisi Construction Project
Manager yang akan melakukan fungsi supervisi/Pengawasan.
5 Ya, apabila Discipline Engineer tidak men-cap tetapi dilakukan oleh Process Engineer (contoh: process data sheet, static equipment data
sheet). Tidak, apabila memang fungsi cap dilakukan oleh Discipline Engineer (Contoh: Rotating Equipment Data Sheet).
6 Third party senior engineer(s) yang ber-STRI dapat digunakan apabila tidak ada Insinyur ber-STRI yang relevan tersedia untuk men-cap
dokumen teknis (technical documents) di dalam organisasi itu.
Lampiran 2 Matriks Posisi atau Jabatan Insinyur pada suatu proyek di
mana Perusahaan yang ditempatinya bertindak sebagai Konsultan
Pengawas
LAMPIRAN 2 - Posisi atau Jabatan Insinyur pada suatu proyek di mana Perusahaan yang ditempatinya bertindak
sebagai Konsultan Pengawas
Penggunaan Cap untuk Fungsi Pengawasan
Inspection Form Review of Lifting Review of Other Progress
Design Progress As-Built Final Environmental
No Posisi Fungsi (Progress, Safety & Design/Rigging Work Method Verification
Review* Report Drawings Report Monitoring**
Quality) Plan Statement Certificate
Catatan
* Posisi sebagai Design Review adalah untuk me-review atau memeriksa original design yang dikerjakan oleh konsultan desain (design
consultant) mewakili Client.
** Pekerjaan ini dilakukan oleh third party di luar supervision consultant company. Environmental Monitoring termasuk tapi tidak terbatas
pada RKL-RPL, Annual Report/Laporan Semester Izin Lingkungan (UKL-UPL), Laporan Uji Kualitas Lingkungan (Air, Udara, Tanah) per 6 bulan, Uji
Kebisingan, Uji Kualitas Air, Uji Kuantitas Air, Uji Ambien Udara termasuk Pemantauan Rutin terhadap Konsistensi Pengelolaan dan Pemantauan
sesuai Arahan Dokumen Lingkungan bersama dengan Instansi Pengawas LH serta dokumen teknis lingkungan lainnya.
1 Third party senior engineer(s) yang ber-STRI dapat digunakan apabila tidak ada Insinyur ber-STRI yang relevan tersedia untuk men-cap
technical documents di dalam suatu perusahaan konsultan Pengawas.
Lampiran 3 Matriks Posisi atau Jabatan Insinyur pada suatu
proyek di mana Perusahaan yang ditempatinya bertindak
sebagai Kontraktor Pelaksana
LAMPIRAN 3 - Posisi atau Jabatan Insinyur pada suatu proyek di mana Perusahaan yang ditempatinya bertindak
sebagai Kontraktor Pelaksana
Penggunaan Cap pada Perusahaan Kontraktor
Inspection Form Lifting
Progress Other work Shop As-Built Final
No Posisi Fungsi (progress, safety & Design/Rigging
Report methods** Drawings Drawings Report
quality) Plan/Drilling Plan*
Catatan
* Lifting Design/Rigging Plan/Drilling Plan juga harus memasukkan safety plan seperti JSA dan safety document lainnya.
** Other Works Method termasuk tapi tidak terbatas pada concrete pouring method, steel structure fabrication method, welding procedure
(WPS/WPQR), NDT plan, torque wrench method, concrete sampling and testing, etc. Safety plan seperti JSA dan safety document lainnya harus
menjadi bagian dari dokumen ini.
1 Ya, apabila Client atau Client's Representative meminta Inspection Form dimasukkan sebagai Deliverables yang diserahkan ke mereka.
Tidak, apabila Inspection Form hanya digunakan untuk kebutuhan internal kontraktor saja.
2 Third party senior engineer(s) yang ber-STRI dapat digunakan apabila tidak ada Insinyur ber-STRI yang relevan tersedia untuk men-cap
technical documents di dalam suatu perusahaan kontraktor.
Lampiran 4 Matriks Posisi atau Jabatan Insinyur pada suatu
proyek di mana Instansi atau Perusahaan yang ditempatinya
bertindak sebagai Pelaksana Operasi dan Pemeliharaan suatu
Aset atau Fasilitas
LAMPIRAN 4 - Posisi atau Jabatan Insinyur pada suatu proyek di mana Instansi atau Perusahaan yang
ditempatinya bertindak sebagai Pelaksana Operasi dan Pemeliharaan suatu Aset atau Fasilitas
Penggunaan Cap untuk Fungsi Pengoperasian dan Pemelihaaraan Aset atau Fasilitas Keinsinyuran
Plant's Minor Design Assessment
Management of Environmental
No Posisi Fungsi Risk Assessment SOP Modification and/or & Audit
Change Monitoring*
Minor Remediation Report**
Catatan
* Environmental Monitoring harus dikerjakan oleh external party. Environmental Monitoring termasuk tapi tidak terbatas pada RKL-RPL,
Annual Report/Laporan Semester Izin Lingkungan (UKL-UPL), Laporan Uji Kualitas Lingkungan (Air, Udara, Tanah) per 6 bulan, Uji Kebisingan, Uji
Kualitas Air, Uji Kuantitas Air, Uji Ambien Udara termasuk Pemantauan Rutin terhadap Konsistensi Pengelolaan dan Pemantauan sesuai Arahan
Dokumen Lingkungan bersama dengan Instansi Pengawas LH serta dokumen teknis lingkungan lainnya.
** Assessment and Audit Report termasuk tapi tidak terbatas pada Sertifikat Layak Fungsi (SLF), Energy Efficiency Audit, etc.
1 Third party senior engineer(s) yang ber-STRI dapat digunakan apabila tidak ada Insinyur ber-STRI yang relevan tersedia untuk men-cap
technical documents di dalam suatu perusahaan O&M.
Lampiran 5 Matriks Posisi atau Jabatan Insinyur pada suatu
proyek di mana Instansi atau Perusahaan yang ditempatinya
bertindak sebagai Pemilik Proyek/Pengguna Keinsinyuran
LAMPIRAN 5 - Posisi atau Jabatan Insinyur pada suatu proyek di mana Instansi atau Perusahaan yang
ditempatinya bertindak sebagai Pemilik Proyek/Pengguna Keinsinyuran.
Penggunaan Cap oleh Pemilik Proyek/Project Owner (Pemerintah dan/atau Sektor Swasta)
Final Handover
Project Budget Procurement Design Report to
No Posisi Fase
Approval Approval Approval Government or End
User
1 Project Director/Project Manager/PPK Semua fase proyek Y Y Y Y
2 Engineering Manager/Project Engineer/PPTK Semua fase proyek Pilihan1 Pilihan1 Pilihan1 Pilihan1
3 Discipline Engineer Semua fase proyek T T Y T
Catatan
1 Pilihan artinya apabila PPK/PD/PM tidak bisa mengambil tanggung jawab yang kemudian bisa diwakili oleh EM/PE/PPTK.
Lampiran 6 Pakta Integritas
PAKTA INTEGRITAS
Nomor STRI :
Badan Kejuruan :
Berjanji akan menggunakan Cap Surat Tanda Registrasi Insinyur (STRI) sesuai dengan Kode Etik Profesi
Insinyur Indonesia “Sapta Dharma Catur Karsa” dan Pedoman Praktik Keinsinyuran di Indonesia yang
dikeluarkan oleh Persatuan Insinyur Indonesia (PII).
Di kemudian hari apabila saya melanggar Kode Etik Profesi Insinyur Indonesia maka saya siap untuk
diberikan sanksi administrasi termasuk pencabutan Ijin Praktek Keinsinyuran saya dan juga dari
keanggotaan Persatuan Insinyur Indonesia (PII).
Materai
10000
www.djpp.kemenkumham.go.id
2014, No.61 2
www.djpp.kemenkumham.go.id
3 2014, No.61
www.djpp.kemenkumham.go.id
2014, No.61 4
Pasal 3
Pengaturan Keinsinyuran bertujuan:
a. memberikan landasan dan kepastian hukum bagi penyelenggaraan
Keinsinyuran yang bertanggung jawab;
b. memberikan pelindungan kepada Pengguna Keinsinyuran dan
Pemanfaat Keinsinyuran dari malapraktik Keinsinyuran melalui
penjaminan kompetensi dan mutu kerja Insinyur;
c. memberikan arah pertumbuhan dan peningkatan profesionalisme
Insinyur sebagai pelaku profesi yang andal dan berdaya saing tinggi,
dengan hasil pekerjaan yang bermutu serta terjaminnya kemaslahatan
masyarakat;
d. meletakkan Keinsinyuran Indonesia pada peran dalam pembangunan
nasional melalui peningkatan nilai tambah kekayaan tanah air dengan
menguasai dan memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
membangun kemandirian Indonesia; dan
e. menjamin terwujudnya penyelenggaraan Keinsinyuran Indonesia
dengan tatakelola yang baik, beretika, bermartabat, dan memiliki jati
diri kebangsaan.
Pasal 4
Lingkup pengaturan Keinsinyuran meliputi:
a. cakupan Keinsinyuran;
b. standar Keinsinyuran;
c. Program Profesi Insinyur;
d. registrasi Insinyur;
e. Insinyur Asing;
f. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan;
g. hak dan kewajiban;
h. kelembagaan Insinyur;
i. organisasi profesi Insinyur; dan
j. pembinaan Keinsinyuran.
BAB III
CAKUPAN KEINSINYURAN
Pasal 5
(1) Keinsinyuran mencakup disiplin teknik:
a. kebumian dan energi;
b. rekayasa sipil dan lingkungan terbangun;
c. industri;
d. konservasi dan pengelolaan sumber daya alam;
www.djpp.kemenkumham.go.id
5 2014, No.61
www.djpp.kemenkumham.go.id
2014, No.61 6
BAB V
PROGRAM PROFESI INSINYUR
Pasal 7
(1) Untuk memperoleh gelar profesi Insinyur, seseorang harus lulus dari
Program Profesi Insinyur.
(2) Syarat untuk dapat mengikuti Program Profesi Insinyur sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. sarjana bidang teknik atau sarjana terapan bidang teknik, baik
lulusan perguruan tinggi dalam negeri maupun perguruan tinggi
luar negeri yang telah disetarakan; atau
b. sarjana pendidikan bidang teknik atau sarjana bidang sains yang
disetarakan dengan sarjana bidang teknik atau sarjana terapan
bidang teknik melalui program penyetaraan.
(3) Program Profesi Insinyur dapat diselenggarakan melalui mekanisme
rekognisi pembelajaran lampau.
Pasal 8
(1) Program Profesi Insinyur diselenggarakan oleh perguruan tinggi
bekerja sama dengan kementerian terkait, PII, dan kalangan industri
dengan mengikuti standar Program Profesi Insinyur sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4).
(2) Seseorang yang telah memenuhi standar Program Profesi Insinyur,
baik melalui program profesi maupun melalui mekanisme rekognisi
pembelajaran lampau, serta lulus Program Profesi Insinyur berhak
mendapatkan sertifikat profesi Insinyur dan dicatat oleh PII.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Program Profesi Insinyur diatur
dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 9
(1) Gelar profesi Insinyur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1)
disingkat dengan ”Ir.” dan dicantumkan di depan nama yang berhak
menyandangnya.
(2) Gelar profesi Insinyur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
oleh perguruan tinggi penyelenggara Program Profesi Insinyur yang
bekerja sama dengan kementerian terkait dan PII.
BAB VI
REGISTRASI INSINYUR
Pasal 10
(1) Setiap Insinyur yang akan melakukan Praktik Keinsinyuran di
Indonesia harus memiliki Surat Tanda Registrasi Insinyur.
www.djpp.kemenkumham.go.id
7 2014, No.61
(2) Surat Tanda Registrasi Insinyur sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikeluarkan oleh PII.
Pasal 11
(1) Untuk memperoleh Surat Tanda Registrasi Insinyur sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10, seorang Insinyur harus memiliki Sertifikat
Kompetensi Insinyur.
(2) Sertifikat Kompetensi Insinyur sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diperoleh setelah lulus Uji Kompetensi.
(3) Uji Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh
lembaga sertifikasi profesi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 12
Surat Tanda Registrasi Insinyur paling sedikit mencantumkan:
a. jenjang kualifikasi profesi; dan
b. masa berlaku.
Pasal 13
Surat Tanda Registrasi Insinyur berlaku selama 5 (lima) tahun dan
diregistrasi ulang setiap 5 (lima) tahun dengan tetap memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan persyaratan
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan.
Pasal 14
Surat Tanda Registrasi Insinyur tidak berlaku karena:
a. habis masa berlakunya dan yang bersangkutan tidak mendaftarkan
ulang;
b. permintaan yang bersangkutan;
c. meninggalnya yang bersangkutan; atau
d. pencabutan Surat Tanda Registrasi Insinyur oleh PII atas malapraktik
atau pelanggaran kode etik Keinsinyuran yang dilakukan oleh yang
bersangkutan.
Pasal 15
(1) Insinyur yang melakukan kegiatan Keinsinyuran tanpa memiliki Surat
Tanda Registrasi Insinyur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
dikenai sanksi administratif.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. peringatan tertulis; dan/atau
b. penghentian sementara kegiatan Keinsinyuran.
www.djpp.kemenkumham.go.id
2014, No.61 8
www.djpp.kemenkumham.go.id
9 2014, No.61
Pasal 19
(1) Insinyur Asing wajib melakukan alih ilmu pengetahuan dan teknologi.
(2) Pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan alih ilmu pengetahuan
dan teknologi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh
Dewan Insinyur Indonesia.
Pasal 20
Insinyur Asing yang memberikan jasa Keinsinyuran dalam penanganan
bencana atau konsultasi yang bersifat insidental tidak memerlukan surat
izin kerja, tetapi harus memberitahukan kepada kementerian terkait.
Pasal 21
(1) Insinyur Asing yang melakukan kegiatan Keinsinyuran di Indonesia
tanpa memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18
dan Pasal 19 dikenai sanksi administratif.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan Keinsinyuran;
c. pembekuan izin kerja;
d. pencabutan izin kerja; dan/atau
e. tindakan administratif lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) Insinyur Asing yang dalam kegiatannya menimbulkan kerugian
materiil dikenai sanksi administratif berupa denda.
Pasal 22
Ketentuan lebih lanjut mengenai Insinyur Asing sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 18, Pasal 19, dan Pasal 20 serta tata cara pengenaan sanksi
administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
BAB VIII
PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN
Pasal 23
(1) Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bertujuan:
a. memelihara kompetensi dan profesionalitas Insinyur; dan
b. mengembangkan tanggung jawab sosial Insinyur pada lingkungan
profesinya dan masyarakat di sekitarnya.
www.djpp.kemenkumham.go.id
2014, No.61 10
www.djpp.kemenkumham.go.id
11 2014, No.61
www.djpp.kemenkumham.go.id
2014, No.61 12
www.djpp.kemenkumham.go.id
13 2014, No.61
www.djpp.kemenkumham.go.id
2014, No.61 14
www.djpp.kemenkumham.go.id
15 2014, No.61
www.djpp.kemenkumham.go.id
2014, No.61 16
Pasal 44
Struktur, tata kerja, rekrutmen pengurus, kode etik, dan pendanaan PII
diatur dalam suatu anggaran dasar dan anggaran rumah tangga PII.
BAB XII
PEMBINAAN KEINSINYURAN
Pasal 45
(1) Pemerintah bertanggung jawab atas pembinaan Keinsinyuran.
(2) Tanggung jawab pembinaan oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan oleh Menteri dan menteri yang terkait.
Pasal 46
Pembinaan Keinsinyuran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45
dilaksanakan dengan:
a. menetapkan kebijakan pengembangan kapasitas Keinsinyuran
berdasarkan rekomendasi Dewan Insinyur Indonesia;
b. melakukan pemberdayaan Keinsinyuran;
c. meningkatkan kegiatan penelitian, pengembangan, dan kemampuan
perekayasaan;
d. mendorong industri yang berkaitan dengan Keinsinyuran untuk
melakukan penelitian dan pengembangan dalam rangka
meningkatkan nilai tambah produksi;
e. mendorong Insinyur agar kreatif dan inovatif untuk menciptakan nilai
tambah;
f. melakukan pengawasan atas penyelenggaraan Keinsinyuran;
g. melakukan pembinaan dalam kaitan dengan remunerasi tarif jasa
Keinsinyuran yang setara dan berkeadilan;
h. mendorong peningkatan produksi dalam negeri yang berdaya saing
dari jasa Keinsinyuran;
i. meningkatkan peran Insinyur dalam pembangunan nasional; dan
j. melakukan sosialisasi dan edukasi guna menarik minat generasi
muda untuk mengikuti pendidikan di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi serta berprofesi sebagai Insinyur.
Pasal 47
(1) Pemerintah menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria untuk
Praktik Keinsinyuran.
www.djpp.kemenkumham.go.id
17 2014, No.61
www.djpp.kemenkumham.go.id
2014, No.61 18
BAB XIV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 52
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku:
a. Setiap orang yang telah mendapatkan gelar Insinyur sebelum Undang-
Undang ini berlaku tetap berhak menggunakan gelarnya.
b. Setiap Insinyur, sarjana teknik, sarjana teknik terapan yang telah
tersertifikasi dinyatakan sebagai Insinyur teregistrasi dan harus
menyesuaikannya dengan Undang-Undang ini paling lambat 3 (tiga)
tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan.
c. Setiap Insinyur yang telah melakukan Praktik Keinsinyuran dengan
memiliki izin kerja, tetapi belum tersertifikasi sebelum Undang-
Undang ini diundangkan dinyatakan sebagai Insinyur teregistrasi dan
harus menyesuaikannya dengan Undang-Undang ini paling lambat 3
(tiga) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan.
Pasal 53
Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga PII harus disesuaikan dengan
ketentuan dalam Undang-Undang ini dan mendapatkan persetujuan dari
Menteri paling lambat 2 (dua) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini
diundangkan.
BAB XV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 54
Peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang ini harus ditetapkan paling
lama 2 (dua) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan.
Pasal 55
Dewan Insinyur Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 harus
dibentuk paling lambat 1 (satu) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini
diundangkan.
Pasal 56
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
www.djpp.kemenkumham.go.id
19 2014, No.61
Disahkan di Jakarta
pada tanggal 22 Maret 2014
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 24 Maret 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
AMIR SYAMSUDIN
www.djpp.kemenkumham.go.id
Lampiran 8 Peraturan Pemerintah No. 25/2019 tentang
Keinsinyuran
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
MEMUTUSKAN:
BAB I
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-2-
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
9. Pengembangan
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-3-
9. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan adalah
upaya pemeliharaan kompetensi Insinyur untuk
menjalankan Praktik Keinsinyuran secara
berkesinambungan.
10. Dewan Insinyur Indonesia yang selanjutnya disingkat
DII adalah lembaga yang beranggotakan pemangku
kepentingan dalam penyelenggaraan Keinsinyuran
yang berwenang membuat kebijakan penyelenggaraan
Keinsinyuran dan pengawasan pelaksanaannya.
1 1. Persatuan Insinyur Indonesia, yang selanjutnya
Pasal 2
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 3
Pasal 4 . .
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-4-
Pasal 4
(1) Disiplin teknik Keinsinymran sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 merupakan bagian dari rumpun ilmu
terapan sebagai aplikasi ilmu dalam kegiatan teknik
dengan menggunakan kepakaran dan keahlian
berdasarkan penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi untuk meningkatkan nilai tambah dan daya
guna secara berkelanjutan dengan memperhatikan
keselamatan, kesehatan, kemaslahatan, serta
kesejahteraan masyarakat dan kelestarian
lingkungan.
(2) Bidang Keinsinyuran sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 merupakan kegiatan profesi yang memerlukan
keahlian teknik.
Bagian Kedua
Disiplin Teknik Keinsinyuran
Pasal 5
Bagian Ketiga
Bidang Keinsinyuran
Pasal 7
g. pembangunan
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-7 -
Pasal 8
j. pembongkaran
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-8-
j. pembongkaran;
k. manajemen penyelenggaraan konstruksi
bangunan; dan
l. pembangunankembali.
(a) Teknik dan manajemen industri, manufaktur,
pengolahan, dan proses produk sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 huruf d paling sedikit
meliputi kegiatan:
a. pengembangan teknik produksi;
b. perencanaan proses manufaktur;
c. pengoperasian;
d. pemeliharaan;
e. pengembangan;
f. modifikasi;
g. pelayanan pada masyarakat; dan
h. jasa industri.
(5) Ekplorasi dan eksploitasi sumber daya mineral
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf e paling
sedikit meliputi kegiatan:
a. penyelidikan umum/survey pendahuluan;
b. eksplorasi;
c. studi kelayakan;
d. konstruksi;
e. penambangan/eksploitasi;
f. pengolahan dan pemurnian;
g. pengangkutan dan penjualan;
h. pemanfaatan; dan
i. pasca tambang/pascaeksploitasi.
(6) Penggalian, penanaman, peningkatan, dan pemuliaan
sumber daya alami sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 huruf f paling sedikit meliputi kegiatan:
a. pengkajian kelayakan;
b. penelitian kesesuaian alam;
c. perencanaan;
d. perancangan;
e. penerapan
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-9 -
BAB III
PROGRAM PROFESI INSINYUR
Pasal 9
b. meletakkan .
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-10-
b. meletakkan Keinsin)ruran Indonesia pada peran dalam
pembangunan nasional melalui peningkatan
nilai tambah kekayaan tanah air dengan menguasai
dan memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta membangun kemandirian Indonesia.
Pasal 10
(1) Program Profesi Insinyur dilaksanakan melalui
program studi Program Profesi Insinyur.
(2) Program studi Program Profesi
Insinyur
diselenggarakan oleh perguruan tinggi bekerja sama
dengan kementerian terkait, PII, dan kalangan
industri sesuai dengan standar Program Profesi
Insinyur.
(3) Penyelenggaraan program studi Program Profesi
Insinyur oleh perguruan tinggi sebagaimana dimaksud
pada ayat (21harus mendapatkan izin Menteri.
Pasal 1 1
e. memiliki...
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
11-
e. memiliki jumlah dosen yang telah sesuai dengan
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia dalam profesi
Keinsinyuran;
f. memiliki perjanjian kerja sama dengan kementerian
terkait, PII, dan/atau kalangan industri; dan
g. telah men5rusun kurikulum program studi Program
Profesi Insinyur bersama dengan PII dan/atau
himpunan keahlian Keinsinyuran yang telah
terakreditasi oleh PII.
Pasal 12
(1) Seseorang yang akan mengikuti program studi
Program Profesi Insinyur memiliki kualifikasi
akademik:
a. sarjana bidang teknik atau sarjana terapan bidang
teknik; atau
b. sarjana pendidikan bidang teknik atau sarjana
bidang sains yang disetarakan dengan sarjana
bidang teknik atau sarjana terapan bidang teknik
melalui program penyetaraan.
(2) Program penyetaraan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b merupakan proses penyandingan dan
pengintegrasian capaian pembelajaran yang diperoleh
melalui pendidikan, pelatihan kerja, dan pengalaman
kerja yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
(3) Program penyetaraan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) diikuti oleh sarjana pendidikan bidang teknik
dan sarjana bidang sains yang memiliki pengalaman
kerja dalam Praktik Keinsinyuran paling sedikit 3
(tiga) tahun.
(4) Pengalaman kerja sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) dibuktikan dengan surat keterangan dari
pimpinan perusahaan atau lembaga pemberi kerja
dan/atau surat pernyataan.
(5) Ketentuan . .
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-12-
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyetaraan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3), dan
ayat (41diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 13
(1) Selain melalui Program Profesi Insinyur sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10, Program Profesi Insinyur
dapat juga dilakukan melalui mekanisme rekognisi
pembelaj aran lampau.
(2\ Rekognisi pembelajaran lampau sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan pengakuan atas
capaian pembelajaran seseorang yang diperoleh dari
pendidikan nonformal, pendidikan informal, dan/atau
pengalaman kerja di dalam sektor pendidikan formal.
(3) Program Profesi Insiny.ur melalui mekanisme
rekognisi pembelajaran lampau sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat diikuti oleh
seluruh lulusan program sarjana teknik kurikulum 4
(empat) tahun dan program sarjana teknik terapan
kurikulum 4 (empat) tahun dengan pengalaman kerja
Keinsinyuran.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme rekognisi
pembelajaran lampau Program Profesi Insinyur
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 14
Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan
program studi Program Profesi InsinSrur diatur dengan
Peraturan Menteri.
Pasal 15
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-13-
Pasal 15
(1) Seseorang yang telah memenuhi standar Program
Profesi Insinyur, baik melalui program studi Program
Profesi Insinyur maupun melalui mekanisme
rekognisi pembelajaran lampau serta lulus Program
Profesi Insinyur berhak mendapatkan sertifikat profesi
Insinyur.
(2) Sertifikat profesi Insinyur sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dicatat oleh PII.
Pasal 16
(1) Seseorang yang telah lulus Program Profesi Insinyur
diberikan gelar profesi Insinyur.
(2) Gelar profesi Insinyur sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diberikan oleh pergurLran tinggi
penyelen ggara Program Profesi Insinyur.
BAB IV
REGISTRASI INSINYUR
Pasal 17
(1) Setiap Insinyur yang akan melakukan Praktik
Keinsinyuran di Indonesia harus memiliki Surat
Tanda Registrasi Insinyur.
(2) Registrasi Insinyur dilakukan oleh PII.
(3) Surat Tanda Registrasi Insinyur dikeluarkan oleh PIL
Pasal 18
(1) Untuk memperoleh Surat Tanda Registrasi Insinyur
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (3)
Insinyur harus memiliki Sertifikat Kompetensi
Insinyrrr.
(2) Sertifikat
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-L4-
(21 Sertifikat Kompetensi Insinyur sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diperoleh setelah lulus Uji
Kompetensi.
(3) Sertifikat Kompetensi Insinyur berlaku untuk jangka
waktu 5 (lima) tahun.
(4) Uji Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan oleh lembaga sertifikasi profesi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 19
(1) Untuk memperoleh Surat Tanda Registrasi Insinyur,
dikenakan biaya.
(2) Besaran biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh DII setelah mendapat persetujuan
dari Menteri.
(3) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diberikan oleh Menteri setelah berkoordinasi dengan
menteri terkait.
Pasal 20
Surat Tanda Registrasi Insinyur sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 18 paling sedikit mencantumkan:
a. jenjang kualifikasi profesi; dan
b. masa berlaku.
Pasal 21
(1) Jenjang kualifikasi profesi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 20 huruf a terdiri atas:
a. Insinyur profesional pratama;
b. Insinyur profesional madya; dan
c. Insinyur profesional utama.
(2) Kriteria jenjang kualifikasi Insinyur sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur oleh Menteri setelah
berkoordinasi dengan menteri/kepala lembaga
pemerintah nonkementerian terkait serta
mendapatkan rekomendasi dari DII.
Pasal22...
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-15-
Pasal22
(1) Surat Tanda Registrasi Insinyur sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 huruf b berlaku selama 5
(lima) tahun.
(2) Surat Tanda Registrasi Insinyur sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat diregistrasi ulang setiap
5 (lima) tahun dengan ketentuan:
a. tetap memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18; dan
b. memenuhi persyaratan Pengembangan
Keprofesian Berkelanj utan.
(3) Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (21 huruf b
diselenggarakan oleh PII sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(41 Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (21 huruf b
bertujuan:
a. meningkatkan kompetensi dan profesionalitas
Insinyur; dan
b. mengembangkan tanggung jawab sosial Insinyur
pada lingkungan profesinya dan masyarakat di
sekitarnya.
BAB V
INSINYUR ASING
Pasal 23
(1) Insinyur Asing dapat melakukan Praktik
Keinsinyuran di Indonesia setelah memiliki surat izin
kerja tenaga kerja asing sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Surat izin kerja tenaga kerja asing sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh kementerian
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang ketenagakerj aan.
(3) Untuk .
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-t6-
(3) Untuk mendapat surat izin kerja tenaga kerja asing
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Insinyur Asing
harus memiliki Surat Tanda Registrasi Insinyur.
(4) Surat Tanda Registrasi Insinyur sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dikeluarkan oleh PII
berdasarkan:
a. surat tanda registrasi menurut hukum negaranya;
atau
b. Sertifikat Kompetensi Insinyur menurut hukum
negaranya.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai penerbitan Surat
Tanda Registrasi Insinyur bagi Insinyur Asing
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur oleh PII.
Pasal24
(1) Insinyur Asing wajib melakukan alih ilmu
pengetahuan dan teknologi.
(2) Alih ilmu pengetahuan dan teknologi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan:
a. mengembangkan dan meningkatkan jasa Praktik
Keinsinyuran pada perusahaan atau lembaga
tempatnya bekerja;
b. mengalihkan pengetahuan dan kemampuan
profesionalnya kepada Insinyur; dan/ atau
c. memberikan pendidikan dan/atau pelatihan
kepada lembaga pendidikan, penelitian, dan/atau
pengembangan di bidang Keinsin5ruran tanpa
dipungut biaya.
(3) Pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan alih ilmu
pengetahuan dan teknologi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilaksanakan oleh DII.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara alih ilmu
pengetahuan dan teknologi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.
BAB VI
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-t7-
BAB VI
PEMBINAAN
Pasal 25
Pasal 26
g. melakukan
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-18-
g. melakukan pembinaan dalam kaitan dengan
remunerasi tarif jasa Keinsinyuran yang setara dan
berkeadilan;
h. mendorong peningkatan produksi dalam negeri yang
berdaya saing dari jasa Keinsinyuran;
i. meningkatkan peran Insinyur dalam pembangunan
nasional; dan
j. melakukan sosialisasi dan edukasi guna menarik
minat generasi muda untuk mengikuti pendidikan di
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta
berprofesi sebagai Insinyur.
Pasal 27
Pasal 28
Pasal 29
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-t9-
Pasal 29
BAB VII
SANKSI ADMINISTRATIF
Bagian Kesatu
Jenis Pelanggaran dan Jenis Sanksi
Pasal 30
Pasal 31
(21 Sanksi
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-20-
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berupa:
a. peringatan tertulis;
b. denda;
c. penghentian sementara kegiatan Keinsinyuran;
d. pembekuan Surat Tanda Registrasi Insinyur;
danf atau
e. pencabutan Surat Tanda Registrasi Insinyur.
Pasal 32
Bagian Kedua
Tata Cara Pengenaan Sanksi
Pasal 33
(1) Dugaan pelanggaran administratif diperoleh dari
a. hasil pemeriksaan aparat pemerintah;
b. pengaduan;
c. laporan; dan/atau
d. pemberitaan media massa.
(2) Prr...
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-21 -
(2) PII melakukan pemeriksaan dan/atau investigasi
terhadap dugaan pelanggaran administratif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Dalam melakukan pemeriksaan dan/atau investigasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), PII dapat
memanggil Insinyur dan/atau Insinyur Asing yang
bersangkutan.
Pasal 34
Pasal 35
Pasal 36
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-22-
Pasal 36
BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 37
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 38
Agar
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-23-
Agar setiap orang mengetahuinya,memerintahkan
pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan
penempatannya dalam Lembaga Negara Republik
Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 12 April 2Ol9
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd
JOKO WIDODO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 18 April 2OL9
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
YASONNA H. LAOLY
Djaman
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
PENJELASAN
ATAS
TENTANG
I. UMUM
Secara
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-2-
Secara umum peraturan pemerintah ini mengatur mengenai
disiplin teknik Keinsinyuran dan bidang Keinsinyuran, Program
Profesi Insinyur, registrasi Insin5rur, Insinyur Asing, pembinaan, dan
sanksi administratif. Selain itu Peraturan Pemerintah ini juga
mengatur mengenai penyesuaian bagi Insinyur Asing.
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Cukup jelas
Pasal 3
Cukup jelas
Pasal 4
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "keahlian teknik" adalah penerapan
ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang terapan
untuk kesejahteraan masyarakat.
Pasal 5
Cukup jelas
Pasal 6
Cukup jelas
Pasal 7
Cukup jelas
Pasal 8
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-3-
Pasal 8
Cukup jelas
Pasal 9
Cukup jelas
Pasal 10
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (21
Yang dimaksud dengan "sesuai dengan standar Program
Profesi Insinyur" adalah penyelenggaraan program studi
Program Profesi Insinyur harus mendasarkan pada standar
program yang ditetapkan oleh Menteri.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 1 1
Cukup jelas
Pasal 12
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (21
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (a)
Yang dimaksud dengan "perusahaan atau lembaga pemberi
kerja" adalah suatu badan hukum yang merekomendasikan
pengalaman kerja, termasuk konsultan yang bekerja untuk
dan atas nama sendiri.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 13
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-4-
Pasal 13
Cukup jelas
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas
Pasal 16
Cukup jelas
Pasal 17
Cukup jelas
Pasal 18
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan "ketentuan peraturan perundang-
undangan" antara lain Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2OI4 tentang Standarisasi dan Penilaian Kesesuaian.
Pasal 19
Cukup jelas
Pasal 20
Cukup jelas
Pasal2l...
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-5-
Pasal 21
Ayat (1)
Penetapan jenjang kualifikasi Insinyur antara lain
memperhatikan standar kompetensi yang mengacu pada
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal22
Cukup jelas
Pasal 23
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "surat izin kerja tenaga asing"
adalah izin tertulis yang diberikan kepada pemberi kerja
Insinyur Asing.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (a)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal24
Cukup jelas
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas
Pasal 28
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-6-
Pasal 28
Cukup jelas
Pasal 29
Cukup jelas
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas
Pasal 33
Cukup jelas
Pasal 34
Cukup jelas
Pasal 35
Cukup jelas
Pasal 36
Cukup jelas
Pasal 37
Cukup jelas
Pasal 38
Cukup jelas.