Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Negara-negara modern dewasa ini menggolongkan diri mereka ke dalam demokrasi, yaitu
negara yang pemerintahanya dijalankan “oleh rakyat dan untuk rakyat”,sekalipun dalam
mekanisme pemerintahanya baik yang menyangkut infrastruktur politik maupun supra struktur
politik, berbeda satu dengan yang lain. Inggris misalnya, suatu kerajaan dengan system
pemerintahan parlementer dan pengorganisasian kekuatan social politiknya yang sederhana
tetapi mantap, yaitu terdiri dari dua partai besar yang secara menentukan jalanya pemerintahan,
adalah negara demokrasi.

Amerika suatu republik, dengan sistem pemerintahan presidensial, dimana kekuasaan


pemerintah dibagi menjadi tiga dan diserahkan masing-masing kepada tiga lembaga tinggi
konstitusional, legislatif kepada Congress, eksekutif kepada presiden, judikatif kepada supreme
Court, dan pengorganisasian kekuatan sosial politik yang longgar kedalam dua partai besar, juga
merupakan negara demokrasi.

“Tidak ada demokrasi tanpa democrat”. Pengalaman pahit Jerman dimasa lalu telah
membuktikan kebenaran itu:Demokrasi pertama jerman pada masa republic Weimar (1919 –
1933) akhirnya runtuh dan berakhir dengan malapetaka terror kediktatoran rezim Nazi. Friedrich
Ebert, presiden pertama Jerman yang terpilih secara demokratis berjuang dengan susah payah
untuk membawa demokrasi kesetiap kehidupan masyarakat dimana ketika itu mayoritas
penduduk tidak berpikiran demokratis.

Negara Indonesia juga merupakan Negara demokrasi, seperti nampak pada Alinea keempat
Pembukaan UUD 1945 yang antara lain berbunyi “…dalam susunan Negara indonsia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adil
dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam
permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh
rakyat Indonesia”. Bahwa Negara Indonesia adalah Negara demokrasi juga nampak dalam pasal

1
1 ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi “kedaulatan adalah ditangan rakyat, dan dilakukan
sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat”…., tetapi bukan demokrasi liberal dan juga
bukan demokrasi Rakyat, melainkan demokrasi Pancasila.

Demokrasi adalah tugas yang tiada akhir. Oleh sebab itu gagasan ini harus ditanamkan
kesetiap lapisan masyarakat dalam suatu Negara, melalui media, disekolah-sekolah dan
universitas-universitas serta pusat-pusat kebudayaan. Demokrasi tidak hanya terjadi pada saat
pemilu saja tetapi juga harus diterapkan pada hidup sehari-hari. Demokrasi yang hidup
mengharuskan partisipasi aktif masyarakat dalam partai politik yang demokratis, kelompok
masyarakat sipil dan masyarakat pada umumnya.

1.2 Rumusan masalah

1. Pengertian demokrasi dan pendidikan demokrasi.

2. Teori dan model-model demokrasi.

3. Demokratisasi.

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian mengenai demokrasi dan pendidikan demokrasi.

2. Untuk mengenal dan memahami teori-teori dan model-model demokrasi.

3. Untuk mengetahui istilah demokratisasi dan penjabarannya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian demokrasi

Dari sudut bahasa (etimologis), demokrasi berasal dari bahasa yunani yaitu demos yang
berarti rakyat dan cratos atau cratein yang berarti pemerintahan. Jadi secara bahasa Demokrasi
adalah Pemerintahan rakyat atau kekuasaan rakyat.

Konsep demokrasi lahir dari yunani kuno yang dipraktikan dalam hidup bernegara antara
abad ke-4 SM sampai abad ke-6 M. Demokrasi yang dipraktikan pada waktu itu adalah
demokrasi langsung (direct democracy), artinya hak rakyat untuk membuat keputusan-keputusan
politik dijalankan secara langsung oleh seluruh rakyat atau warga Negara. Hal ini dapat
dilakukan karena yunani pada waktu itu berupa Negara kota (polis) yang penduduknya terbatas
pada sebuah kota dan daerah sekitarnya, yang berpenduduk sekitar 300.000 orang. Meskipun ada
keterlibatan seluruh warga, namun masih ada pembatasan, misalnya para anak, wanita, dan
budak tidak berhak berpartisipasi dalam pemerintahan.

Menurut International commission for jurist, demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan di
mana hak-hak untuk membuat keputusan-keputusan politik di selenggarakan oleh warga Negara
melalui wakil-wakil yang di pilih oleh mereka dan yang bertanggung jawab kepada mereka
melalui proses pemilihan yang bebas.

Menurut C.F Strong, demokrasi adalah suatu system pemerintahan dalam mana mayoritas
anggota dewasa dari masyarakat politik ikut serta atas dasar system perwakilan yang menjamin
bahwa pemerintahan akhirnya bmempertanggungjawabkan tindakan-tindakan kepada mayoritas.

Menurut Samuel Huntington, system politik sebagai demokratis sejauh para pembuat
keputusan kolektif yang paling kuat dalam system itu di pilih melalui pemilihan umum yang adil,
jujur, dan berkala dan di dalam system itu para calon bebas bersaing untuk memperoleh suara
dan hamper semua penduduk dewasa berhak memberikan suara.

3
Menurut Abraham Lincoln, demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat. Rakyat adalah pemegang kekuasaan tertinggi atau kedaulatan tertinggi di Negara
tersebut. Pemerintahan yang menempatkan rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi.
Pemerintahan demokrasi dapat dinyatakan pula sebagai sistem pemerintahan kedaulatan rakyat.

2.2 Teori-teori dan model-model demokrasi

A. Berikut ini empat teori demokrasi yang dalam prakteknya akan membawa makna tertentu
bagi semua negara saat ini :

1. Teori demokrasi ekonomis

Teori demokrasi ini berpandangan bahwa fungsi demokrasi pada prinsipnya sama dengan
pasar dalam ekonomi. Kaum elit menawarkan solusi alternatif untuk mengatasi masalah-
masalah politik suatu Negara. Kemudian rakyat memilih di antara elit-elit tersebut meskipun
mereka tidak memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam perumusan maupun
pelaksanaan program-program yang di tawarkan. Baik elit yang bertujuan untuk
mendapatkan jabatan, kekuasaan dan penghasilan maupun para pemilih yang bertindak untuk
kepentingan pribadinya. Tetapi melalui pemilihan umum yang demokratis kedua pihak pada
akhirnya akan memperoleh apa yang mereka harapkan. Elit-elit politik mengejar jabatan
bukan untuk mencapai kepentingan politik yang berkaitan dengan nilai-nilai tertentu tetapi
untuk mendapatkan keuntungan dari jabatannya seperti kekuasaan, penghargaan, dan
penghasilan. Tetapi untuk mendapatkan dukungan mayoritas suara mereka harus
menumbuhkan kepercayaan dari para pemilih. Mereka hanya akan berhasil apabila para
pemilih menentukan pilihan yang sesuai dengan kepentingannya dan program yang di
tawarkan oleh elit politik tersebut cocok dengan keinginan mayoritas pemilih. Para elit yang
bersaing pada prinsipnya bersedia menawarkan semua program kepada masyarakat pemilih
melalui kampanye terbuka. Selain itu mereka juga berusaha melaksanakan program-program
tersebut dengan sebaik-baiknya sehingga bisa meraih suara mayoritas dalam pemilihan
berikutnya.

Dalam konteks teori ini hanya pasar suara yang di jamin oleh system demokratis, yang
memberikan jaminan bahwa kepentingan masing-masing pemilih akan di perhatikan oleh
pemimpin politik demi mencapai kekuasaannya. Menurut teori ini hal-hal seperti sikap

4
demokratis para pemilih dan elit, luasnya partisipasi warga pada pembentukan kehendak
politik dan pengawasan terhadap pelaksanaan kekuasaan tidak diperlukan untuk mrnciptakan
demokrasi yang baik. Yang terpenting bagi teori ini hanya system pemilihan umum yang
mengamankan pasar politik dan masyarakat bebas yang menjamin arus informasi.

2. Teori demokrasi langsung

Demokrasi langsung muncul dari pengalaman bahwa wakil-walkil politik maupun


lembaga-lembaga politik seperti partai, pemerintah dan parlemen pada umumnya berusaha
untuk memisahkan diri dari kepentingan rakyat. Mereka hanya memperjuangkan
kepentingannya sendiri dan kemudian secara perlahan mengabaikan kepentingan rakyat yang
di wakilinya. Demokrasi langsung berkeyakinan bahwa pada akhirnya tidak perlu ada
pemisahan antara pemerintahan dan rakyat demi mencapai tujuan demokrasi.

Masyarakat yang dapat mengatur kehidupannya sendiri secara demokratis dapat


mempraktekan demokrasi langsung dan tidak memerlukan lembaga-lembaga atau organisasi-
organisasi sebagai perantara. Dalam demokrasi langsung waraga masyarakat dapat
merumuskan kepentingan bersama dan menemukan alternative pemecahan masalah serta
melaksanakanya dalam semangat k ebersamaan. Menurut pandangan ini “masyarakat sipil”
merupakan satu-satunya wadah pembuat keputusan politik yang memadai untuk semua
masalah politik. Dengan demikian kehendak rakyat dapat diwujudkan dalam praktek
keputusan politik tanpa perantara dan tanpa manipulasi.

3.   Demokrasi media yang populistik

Demokrasi media Populistik lebih merupakan bentuk kegiatan tertentu dari demokrasi
ketimbang sebuah model normative dari demokrasi modern. Dalam masyarakat modern
politik sepenuhnya ditentukan oleh media khususnya televisi. Demokrasi media merupakan
suatu fenomena dimana media masa khususnya televisi tidak hanya mempengaruhi
masyarakat yang kesadaran politik dan opini masyarakat, tapi juga perilaku para politisi dan
lembaga politik. Dalam demokrasi media massa masih terdapat partai-partai, asosiasi-
asosiasi dan masyarakat bebas, tetapi fungsi dan peran mereka mengalami perubahan yang

5
besar. Dalam demokrasi media pembentukan kehendak rakyat secara demokrasi dan
pelaksanaanya dalam system politik tidak lagi memainkan peran sentral.

4.   Demokrasi partai yang partisipatif

Sesuai dengan namanya model ini berupaya untuk mengatasi kelemahan-kelemahan


ketiga teori yang telah disebutkan diatas. Demokrasi partai pluralistic dapat menggabungkan
efisiensi politik dan partisipasi. Dalam demokrasi multipartai terjadi persaingan sejumlah
partai untuk meraih pengauh dan kekuasaan, maupun untuk merencanakan kondisi kehidupan
masyarakat. Disatu pihak, partai-partai merupakan organisasi besar dengan tingkat
sentralisasi tertentu dan hadir diseluruh wilayah Negara. Jika mereka terorganisir dengan
baik maka mereka akan mampu melakukan pembentukan aspirasi politik pada tingkat akar
rumput, seperti di kabupaten, kecamatan dan desa. Mereka juga akan mampu
menggabungkan langkah-langkah pengambilan keputusan pada semua tingkatan organisasi
diseluruh wilayah Negara sampai ketingkat nasional. Demokrasi partai yang berfungsi
dengan baik berakar dalam masyarakat sipil yang aktif dan efektif.

B. Dua model demokrasi

Filsafat politik yang mendasari demokrasi pada prinsipnya bersifat Universal dan dapat
diterapkan pada semua masyarakat dewasa ini. Sebaliknya model-model yang berkembang
diberbagai masyarakat dalam berbagai era sangat bervariasi. Model-model tersebut dapat
dibagi menurut dua perspektif yang berbeda.

1.  Demokrasi Presidensial atau Parlementer.

Dalam demokrasi presidensial presiden memiliki kedudukan kuat dalam pembuatan


keputusan dan kekuasaan politik yang kuat pula. Kekuasaan politik presiden sering kali
disejajarkan dengan parlemen atau bahkan lebih kuat dari parlemen. Sebaliknya dalam
demokrasi Parlementer, parlemenlah satu-satunya lembaga perwakilan tertinggi untuk
pengambilan keputusan. Peranan presiden pada kasus ini terbatas pada tugas-tugas mewakili
Negara dan penengah dalam situasi konflik. Dalam demokrasi parlementer kekuasaan
pengambilan keputusan politik dijalankan oleh wakil-wakil rakyat sesuai dengan hasil

6
pemilihan umum. Sebaliknya dalam demokrasi presidensial kepala Negara yang dipilih
secara langsung oleh rakyat merupakan pusat kekuasaan mandiri, yang juga berpengaruh
baik dalam pembentukan pemerintahan maupun penyusunan undang-undang.

Sesuai dengan budaya politik dalam pengalaman sebuah masyarakat, maka demokrasi
presidensial secara lebih kuat dapat menciptakanunsur kesinambungan dan stabilitas dalam
proses politik.Demokrasi presidensial memerlukan pembatasan kekuasaan yang jelas, untuk
menghindari terjadinya konsentrasi kekuasaan yana hamper menyerupai dictator. Jika
lembaga-lembaga pengimbang seperti parlemen dan pemerintah, partai dan masyarakat sipil
lemah maka mutu demokrasi presidensial dapat merosot secara tak terkendali dan bahkan
pada akhirnya menjadi sebuah kediktatoran.

2.  Demokrasi perwakilan atau demokrasi langsung

Demokrasi perwakilan mempercayakan sepenuhnya pengambilan keputusan ditingkat


parlemen oleh wakil-wakil yang dipilih. Demokrasi langsung akan mengalihkan sebanyak
mungkin keputusan kepada rakyat yang berdaulat: misalnya melalui plebisit, referendum,
jajak pendapat rakyat, dan keputusan rakyat atau mengembalikan  sebanyak mungkin
keputusan ketingkat komunitas local. Norma-norma dan aturan dasar demokrasi bersifat
universal tetapi cara pelaksanaanya harus diputuskan secara pragmatis sesuai dengan
preferensi masyarakat tertentu.

2.3 Demokratisasi

Sebelum kita berbicara mengenai negara demokrasi, kita harus mengenal terlebih dahulu
istilah demokratisasi, yaitu suatu penerapan kaidah-kaidah atau prinsip-prinsip demokrasi pada
setiap kegiatan politik kenegaraan. Tujuannya adalah terbentuknya kehidupan politik yang
bercirikan demokrasi. Demokratisasi melalui beberapa tahap:

1. Tahapan pertama adalah penggantian dari penguasa non demokrasi ke penguasa


demokrasi.
2. Tahapan kedua adalah pembentukkan lembaga-lembaga dan tertib politik demokrasi.
3. Tahapan ketiga adalah konsolidasi demokrasi.

7
4. Tahapan keempat adalah politik demokrasi sebagai budaya bernegara.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan perubahan UUD 1945 pasal 1 ayat 2 “kedaulatan berada ditangan rakyat dan
dilaksanakan menurut undang-undang dasar”. Hal ini berarti kedaulatan tidak lagi dilaksanakan
oleh sepenuhnya oleh MPR. Selanjutnya Pasal 1 ayat 3 UUD 1945 yang berbunyi “Indonesia
adalah merupakan negara hukum”. Lembaga-lembaga negara berdasarkan perubahan UUD 1945
adalah MPR, Presiden, DPR, DPD, BPK, MA, Mahkamah Konstitusi. Dengan semangat era
reformasi kita sepakat untuk tidak melakukan amandemen pembukaan UUD 1945, maka
demokrasi yang ditetapkan di Indonesia adalah Demokrasi Pancasila.

Menurut Abraham Lincoln berpendapat bahwa demokrasi adalah sistem pemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat (democracy is goverment of the people, by the people, for
the people) yang kemudian kita kenal dengan demokrasi modern. Ada dua asas pokok tentang
demokrasi yaitu pengakuan partisipasi rakyat di dalam pemerintahan dan pengakuan hakikat dan
martabat manusia.

3.2 Saran

Dari pengalaman sejarah kita harus banyak belajar dari keberhasilan kehidupan demokrasi
negara lain, antara lain dalam meningkatkan kedewasaan dalam berpolitik, tanggung jawab
sebagai bangsa dan kesadaran untuk mematuhi aturan main dalam kehidupan demokrasi.
Masalah praktik politik yang mengarah kepada tindakan anarkis, money politic, dan kurang
betanggung jawab harus kita hindarkan. Kita harus terbiasa untuk mengakui keberhasilan orang
lain dan kita siap belajar dari kegagalan untuk meraih sukses dimasa depan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Pamudji,S. 1982. Demokrasi Pancasila Dan Ketahanan Nasional. Jakarta: PT BINA AKSARA.

Bambang S. Sulasmono. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan. FKIP UKSW Salatiga

Dwi Winarno. 2006. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta. Bumi Aksara

Winarno. 2009. Kewarganegaraan Indonesia Dari Sosiologi Menuju Yuridis. Bandung Alfa Beta

Gultom ( Ed ). 2001. Pendidikan Kewarganegaraan. Pusat Penelitian dan Pengembangan


Kewrganegaraan dan Demokrasi Jurusan Studi PPKN-FKIP-UKSW Salatiga

Anda mungkin juga menyukai