Anda di halaman 1dari 19

Makalah

Bahasa Indonesia
Ragam Bahasa

Dosen Pembimbing :
Ripi Hamdani, M.Pd

Disusun Oleh
Kelompok 2 :

Padli Pirdaus 190301049


Shandy Ramadhan 190301050
Ahmad Ilham 190301105

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis


Akuntansi
Universitas Muhammadiyah Riau
TA. 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Ragam Bahasa” yang merupakan tugas mata
perkuliahan Bahasa Indonesia tepat pada waktunya.

Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa
Indonesia semester IV jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Riau. Melalui makalah ini, kami juga berharap
semoga kita dapat memahami “Ragam Bahasa” dengan lebih baik.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesan sempurna. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran guna menyempurnakan
makalah ini dan agar kami dapat membuat makalah yang lebih baik lagi dimasa
yang akan datang. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
khususnya bagi kami pribadi.

Pekanbaru, 4 April 2021

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
2.1 Sikap Berbahasa ......................................................................................................3
2.1.1. Pengertian Sikap Berbahasa ........................................................................3
2.1.2. Ciri-ciri Sikap Bahasa .................................................................................3
2.1.3. Jenis-jenis Sikap Bahasa ............................................................................4
2.2 Bahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar ................................................................5
2.2.1. Pengertian Bahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar ..................................5
2.2.2. Menggunakan Bahasa Indonesia Dalam Kehidupan Sehari-hari................7
2.2.3. Manfaat Menggunakan Bahasa Indonesia ..................................................12
BAB III PENUTUP ..........................................................................................................15
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................15
3.2 Saran.........................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah bahasa Indonesia yang baik telah dikenal oleh masyarakat
secara luas dalam kehidupan sehari-hari. Namun pengenalan istilah tidak
menjamin secara komperhensif konsep dan makna istilah bahasa Indonesia
yang baik itu. Hal ini terbukti bahwa masih banyak orang atau masyarakat
berpendapat bahwa bahasa Indonesia yang baik sama dengan bahasa
Indonesia yang baku atau bahasa Indonesia yang benar. Slogan
“pergunakanlah bahasa Indonesia yang baik dan benar”, tampaknya mudah
diucapkan, namun maknanya tidak jelas. Slogan tersebut diartikan oleh
sebagian besar masyarakat bahwa di segala tempat kita harus
menggunakan bahasa Indonesia yang baku. Selain itu, masalah lain yang
perlu kita soroti adalah sebagian besar orang terkadang sulit untuk
melakukan komunikasi yang interaktif satu sama lain, bukan berarti karena
mereka tidak bisa berbahasa indonesia yang baku dengan lancar. Bahasa
Indonesia yang baku dan bahasa indonesia yang benar belum tentu dapat
menjamin tersampaikannya maksud dan tujuan kepada lawan bicara.
Sehingga dibutuhkan susunan bahasa indonesia yang fleksibel yang
artinya dapat dengan mudah menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi.
Dengan gambaran kondisi yang demikian itu, dimana pengetahuan
masyarakat masih kurang tepat dan terbatas berkaitan dengan penggunaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari. Di
dalam makalah ini penulis akan membahas tentang pengertian bahasa
Indonesia yang baik, cara berbahasa Indonesia yang baik dan benar dalam
kehidupan sehari-hari, serta manfaat penggunaan bahasa Indonesia.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar?
2. Bagaimana cara menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
dalam kehidupan sehari-hari?
3. Apa saja manfaat menggunakan bahasa Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan


Dalam makalah ini terdapat beberapa tujuan yang terdiri dari :
Tujuan Umum
Dapat mendiskripsikan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Tujuan khusus
a. Dapat menjelaskan cara menggunakan bahasa yang baik dan benar
dalam kehidupan sehari-hari
b. Dapat menjelaskan manfaat penggunaan bahasa Indonesia yang baik
dan benar

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sikap Berbahasa
2.1.1. Pengertian Sikap Berbahasa
Sikap merupakan tingkah laku atau respon dari hasil suatu
tindakan atau tuturan seseorang. Dalam kegiatan berbahasa juga
menghasilkan berbagai sikap yang disebut sikap berbahasa. Sikap
ini akan memengaruhi bagaimana bahasa itu digunakan, baik dari
segi variasinya, tuturannya, maupun bentuknya. Berbahasa adalah
salah satu wujud kepribadian dan intelektualitas.
Sikap bahasa adalah porsi mental perasaan terhadap bahasa
sendiri atau bahasa orang lain (Kridalaksana, 2001:197) dan
Rusyana (1989, 31-32) menyatakan bahwa sikap bahasa dari
seorang pemakai bahasa atau masyarakat baik yang
dwibahasawan maupun multibahasawan akan berwujud berupa
perasaaan bangga atau mengejek, menolak atau sekaligus
menerima suatu bahasa tertentu atau masyarakat pemakai bahasa
tertentu, baik terhadap bahasa yang dikuasai oleh setiap individu
maupun anggota masyarakat.

2.1.2. Ciri-ciri Sikap Berbahasa


Sikap merupakan kontributor utama bagi keberhasilan
belajar bahasa. Garvin dan Mathiot (1968) mengemukakan sikap
bahasa itu setidak-tidaknya mengandung tiga ciri pokok, yaitu :
 Kesetiaan bahasa (language loyality). Kesetiaan adalah
keinginan masyarakat mendukung bahasa itu untuk
memelihara dan mempertahankan bahasa itu bahkan perlu
mencegahnya dari pengaruh bahasa lain.
 Kebanggan bahasa (language pride). Kebanggaan bahasa
mendorong seseorang atau masyarakat pendukung bahasa

3
itu menjadikan sebagai penanda jati, lambing identitas dan
kesatuan masyarakat.
 Kesadaran adanya norma bahasa (awareness of the norm).
Cenderung untuk mendorong orang menggunakan
bahasanya dengan cermat dan santun.

2.1.3. Jenis-jenis Sikap Bahasa


Seperti sikap pada umumnya bahwa selalu memiliki dua
sisi. Sisi jelek dan sisi baik. Begitu juga dengan sikap bahasa.
Sikap bahasa ada dua yaitu sikap positif dan sikap negative.
A. Sikap Positif
Sikap positif bahasa adalah penggunaan bahasa sesuai
dengan kaidah bahasa dan sesuai dengan situasi kebahasaan.
Hal-hal yang menunjukkan sikap positif seorang terhadap
bahasanya antara lain :
 Memakai bahasa sesuai dengan kaidah dan situasi
kebahasaan.
 Memakai bahasa sendiri (Indonesia) tanpa dicampur
dengan bahasa asing, walaupun lawan bicara mengerti
maksud pembicaraan tersebut, alangkah lebih baik
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
 Memakai bahasa sesuai dengan keperluan.

B. Sikap Negatif
Sikap negatif bahasa akan menyebabkan orang tak acuh
terhadap pembinaan dan pelestarian bangsa. Mereka menjadi
tidak bangga lagi memakai bahasa sendiri sebagai penanda
jati diri bahkan mereka merasa malu memakai bahasa itu.
Fenomena negative yang masih terjadi ditengah-tengah
masyarakat Indonesia antara lain :

4
 Banyak orang Indonesia memperlihatkan dengan
bangga kemahirannya menggunakan bahasa inggris,
walaupun mereka tidak menguasai baha Indonesia
dengan baik.
 Banyak orang Indonesia merasa malu apabila tidak
menguasai bahasa asing (Inggris) tetapi tidak pernah
merasa malu apabila tidak menguasai bahasa
Indonesia.
 Banyak orang Indonesia menganggap remeh bahasa
Indonesia dan tidak mau mempelajarinya karena
merasa dirinya telah menguasai bahasa Indonesia
dengan baik.

2.2 Bahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar


2.2.1. Pengertian Bahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar
Berbahasa Indonesia yang baik adalah berbahasa Indonesia
yang sesuai dengan tempat tempat terjadinya kontak berbahasa,
sesuai dengan siapa lawan bicara, dan sesuai dengan topic
pembicaraan. Bahasa Indonesia yang baik tidak selalu perlu
beragam baku. Yang perlu diperhatikan dalam berbahasa Indonesia
yang baik adalah pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi menurut
golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa. Orang yang mahir
menggunakan bahasanya sehingga maksud hatinya mencapai
sasarannya, apa pun jenisnya itu, dianggap berbahasa dengan
efektif. Pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi menurut golongan
penutur dan jenis pemakaian bahasa itulah yang disebut bahasa
yang baik atau tepat. Bahasa yang harus mengenai sasarannya tidak
selalu perlu bergam baik (Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia,
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, 1988, halaman 19). Jadi
jika kita berbahasa benar belum tentu baik untuk mencapai
sasarannya, begitu juga sebaliknya, jika kita berbahasa baik belum

5
tentu harus benar, kata benar dalam hal ini mengacu kepada bahasa
baku. Contohnya jika kita melarang seorang anak kecil naik ke atas
meja, “Hayo adek, nggak boleh naik meja, nanti jatuh!” Akan
terdengar lucu jika kita menggunakan bahasa baku, “Adik tidak
boleh naik ke atas meja, karena nanti engkau bisa jatuh!”.
Pemakaian bahasa Indonesia yang baik perlu memperhatikan
pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya .(Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1988, halaman 20).
Kalo kita cermati kutipan-kutipan di atas tentang apa itu
bahasa Indonesia yang baik, erat sekali hubungannya dengan ragam
bahasa. Berarti untuk lebih memahaminya kita juga perlu tahu apa
saja ragam bahasa yang ada di dalam bahasa Indonesia. Sepertinya
perlu pembahasan tersendiri mengenai hal itu. Jadi yang penting
dalam masalah “yang baik dan benar” kali ini adalah kita tetap
berbahasa sesuai keadaan, situasi, dengan siapa kita berbicara, dan
untuk tujuan apa kita berbahasa.
Penggunaan bahasa dengan baik menekankan aspek
komunikatif bahasa. Hal itu berarti bahwa kita harus
memperhatikan sasaran bahasa kita. Kita harus memperhatikan
kepada siapa kita akan menyampaikan bahasa kita. Oleh sebab itu,
unsur umur, pend idikan, agama, status sosial, lingkungan
sosial, dan sudut pandang khalayak sasaran kita tidak boleh kita
abaikan. Cara kita berbahasa kepada anak kecil dengan cara kita
berbahasa kepada orang dewasa tentu berbeda. Penggunaan bahasa
untuk lingkungan yang berpendidikan tinggi dan berpendidikan
rendah tentu tidak dapat disamakan. Kita tidak dapat
menyampaikan pengertian mengenai jembatan, misalnya, dengan
bahasa yang sama kepada seorang anak SD dan kepada orang
dewasa. Selain umur yang berbeda, daya serap seorang anak dengan
orang dewasa tentu saja berbeda. Lebih lanjut lagi, karena berkaitan

6
dengan aspek komunikasi, maka unsur-unsur komunikasi menjadi
penting, yakni pengirim pesan, isi pesan, media penyampaian pesan,
dan penerima pesan. Mengirim pesan adalah orang yang akan
menyampaikan suatu gagasan kepada penerima pesan, yaitu
pendengar atau pembacanya, bergantung pada media yang
digunakannya. Jika pengirim pesan menggunakan telepon, media
yang digunakan adalah media lisan. Jika ia menggunakan surat,
media yang digunakan adalah media tulis. Isi pesan adalah gagasan
yang ingin disampaikan kepada penerima pesan.
Marilah kita gunakan contoh sebuah majalah atau buku.
Pengirim pesan dapat berupa penulis artikel atau penulis cerita, baik
komik, dongeng, atau narasi. Isi pesan adalah permasalahan atau
cerita yang ingin disampaikan atau dijelaskan. Media pesan
merupakan majalah, komik, atau buku cerita. Semua bentuk tertulis
itu disampaikan kepada pembaca yang dituju. Cara artikel atau
cerita itu disampaikan tentu disesuaikan dengan pembaca yang
dituju. Berarti, dalam pembuatan tulisan itu akan diperhatikan jenis
permasalahan, jenis cerita, dan kepada siapa tulisan atau cerita itu
ditujukan.

2.2.2. Menggunakan Bahasa Indonesia Dalam Kehidupan Sehari-hari


Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar harus
dalam kehidupan sehari-hari harus sesuai dengan norma
kemasyarakatan yang berlaku. Misalnya dalam situasi nonformal
seperti di warung, di pasar, di rumah dan lain- lain hendaknya
menggunakan bahasa Indonesia yang tidak terlalu terikat.
Contohnya, “ Berapa nih, Bu, ikannya ? “.
Sedangkan pada situasi formal seperti kuliah, seminar,
rapat dan lain- lain, menggunakan bahasa Indonesia yang resmi dan
formal serta memperhatikan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku,
seperti kaidah ejaan, kaidah pembentukan kata, kaidah penyusunan

7
kalimat dan kaidah penataan penalaran. Jika kaidah – kaidah bahasa
kurang ditaati, maka pemakaian bahasa Indonesia tersebut tidak
benar atau tidak baku. Jadi, berbahasa Indonesia yang baik dan
benar adalah pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan
sasarannya dan juga mengikuti kaidah bahasa yang benar. Agar
penggunaan bahasa Indonesia dapat digunakan dalam
berkomunikasi di lingkungan masyarakat, ada beberapa langkah
yang perlu dilakukan antara lain sebagai berikut :
a. Isi atau makna, yaitu berhubungan dengan pikiran, gagasan
atau perasaan yang disampaikan.
b. Keadaan pemakaian bahasa, yaitu yang berhubungan dengan
suasana tempat, atau waktu bahasa.
c. Khalayak/sasaran, yaitu yang berkenaan dengan usia,
kelamin, pendidikan, pekerjaan dan kedudukan.
d. Sarana saluran yang digunakan, umpamanya melalui
telepon, radio, televise.
e. Cara berhubungan langsung atau tidak langsung, misalnya
melalui forum rapat, televisi, radio, dan surat
Untuk itu ada baiknya kita tetap harus selalu berbahasa
Indonesia yang baik dan benar yang berarti pemakaian ragam
bahasa yang serasi dengan sasarannya dan di samping itu
mengikuti kaidah bahasa yang benar. Ungkapan bahasa Indonesia
yang baik dan benar sebaliknya mengacu ke ragam bahasa yang
sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran.
Selain itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada
saat kita menggunakan bahasa Indonesia yaitu :
 Tata bunyi (fonologi), fonologi pada umumnya dibagi atas
dua bagian yang meliputi :
a. Fonetik, adalah ilmu yang menyelidiki dan menganalisa
bunyi-bunyi ujaran yang dipakai dalam tutur, serta

8
mempelajari bagaimana menghasilkan bunyi-bunyi
tersebut dengan alat ucap manusia.
b. Fonemik, adalah ilmu yang mempelajari bunyi atau
ujaran yang dalam fungsinya sebagai pembeda arti.
Kalau dalam fonetik kita mempelajari segala macam
bunyi yang dapat dihasilkan oleh alat ucap serta bagaimana
tiap-tiap bunyi itu dilaksanakan, maka dalam fonemik kita
mempelajari dan menyelidiki kemungkinan-kemungkinan,
bunyi-bunyi yang dapat mempunyi fungsi untuk
membedakan arti.

 Tata bahasa (kalimat),


Masalah definisi atau batasan kalimat tidak perlu
dipersoalkan karena sudah terlalu banyak definisi kalimat
yang telah dibicarakan oleh ahli bahasa. Yang lebih penting
untuk diperhatikan ialah apakah kalimat-kalimat yang klita
hasilkan dapat memenuhi syarat sebagai kalimat yang benar
(gramatikal). Selain itu, apakah kita dapat mengenali
kalimat-kalimat gramatikal yang dihasilkan orang lain.
Dengan kata lain, kita dituntut untuk memiliki wawasan
bahasa Indonesia dengan baik agar kita dapat menghasilkan
kalimat-kalimat yang gramatikal dalam komunikasi baik
lisan maupun tulis, dan kita dapat mengenali kalimat-
kalimat yang dihasilkan orang lain apakah gramatikal atau
tidak.
Suatu pernyataan merupakan kalimat jika di dalam
pernyataan itu terdapat predikat dan subjek. Jika dituliskan,
kalimat diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan
tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya. Pernyataan tersebut
adalah pengertian kalimat dilihat dari segi kalengkapan
gramatikal kalimat ataupun makna untuk kalimat yang

9
dapat mandiri, kalimat yang tidak terikat pada unsure lain
dalam pemakaian bahasa. Dalam kenyataan pemakaian
bahasa sehari-hari terutama ragam lisan terdapat tuturan
yang hanya terdiri dari atas unsur subjek saja, predikat saja,
objek saja, atau keterangan saja.

 Kosakata
Dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik
dan benar, kita dituntut untuk memilih dan menggunakan
kosa kata bahasa yang benar. Kita harus bisa membedakan
antara ragam bahasa baku dan ragam bahasa tidak baku,
baik tulis maupun lisan. Ragam bahasa dipengaruhi oleh
sikap penutur terhadap kawan bicara (jika lisan) atau sikap
penulis terhadap pembaca (jika dituliskan). Sikap itu antara
lain resmi, akrab, dingin, dan santai. Perbedaan-perbedaan
itu tampak dalam pilihan kata dan penerapan kaidah tata
bahasa. Sering pula raga mini disebut gaya.
Pada dasarnya setiap penutur bahasa mempunyai
kemampuan memakai bermacam ragam bahasa itu. Namun,
keterampilan menggunakan bermacam ragam bahasa itu
bukan merupakan warisan melainkan diperoleh melalui
proses belajar, baik melalui pelatihan maupun pengalaman.
Keterbatasan penguasaan ragam/gaya menimbulkan kesan
bahwa penutur itu kurang luas pergaulannya. Jika terdapat
jarak antara penutur dengan kawan bicara (jika lisan) atau
penulis dengan pembaca (jika ditulis), akan digunakan
ragam bahasa resmi atau apa yang dikenal bahasa baku.
Makin formal jarak penutur dan kawan bicara, akan makin
resmi dan berarti makin tinggi tingkat kebakuan bahasa
yang digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat

10
keformalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa
yang digunakan.

 Ejaan,
Dalam bahasa tulis kita menemukan adanya
bermacam-macam tanda yang digunakan untuk
membedakan arti sekaligus sebagai pelukisan atas bahasa
lisan. Segala macam tanda tersebut untuk menggambarkan
perhentian antara , perhentian akhir, tekanan, tanda Tanya
dan lain-lain. Tanda-tanda tersebut dinamakan tanda baca.
Ejaan suatu bahasa tidak saja berkisar pada persoalan
bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujaran serta
bagaimana menempatkan tanda-tanda baca dan sebagainya,
tetapi juga meliputi hal-hal seperti: bagaimana memotong-
motong suku kata, bagaimana menggabungkan kata-kata,
baik dengan imbuhan-imbuhan maupun antara kata dengan
kata.
Pemotongan itu harus berguna terutama bagaimana
kita harus memisahkan huruf-huruf itu pada akhir suatu
baris, bila baris itu tidak memungkinkan kita menuliskan
seluruh kata di sana. Kecuali itu, penggunaan huruf kapital
juga merupakan unsur penting yang harus diperhatikan
dalam penulisan dengan ejaan yang tepat. Dari uraian diatas
dapat disimpulkan bahwa keseluruhan peraturan bagaimana
menggambarkan lambing-lambang bunyi-ujaran dan
bagaimana inter-relasi antara lambang-lambang itu
(pemisahannya, penggabungannya) dalam suatu bahasa
disebut ejaan.
 Makna,
Pemakaian bahasa yang benar bertalian dengan
ketepatan menggunakan kata yang sesuai dengan tuntutan

11
makna. Misalnya, dalam bahasa ilmu tidak tepat digunakan
kata-kata yang bermakna konotatif (kata kiasan tidak tepat
digunakan dalam ragam bahasa ilmu). Jadi, pemakaian
bahasa yang benar adalah pemakaian bahasa yang sesuai
dengan kaidah-kaidah bahasa.
Kriteria pemakaian bahasa yang baik adalah
ketepatan memilih ragam bahsa yang sesuai dengan
kebutuhan komunikasi. Pemilihan ini bertalian dengan topik
apa yang dibicarakan, tujuan pembicaraan, orang yang
diajak berbicara (kalau lisan) atau orang yang akan
membaca (kalau tulis), dan tempat pembicaraan. Selain itu,
bahasa yang baik itu bernalar, dalam arti bahwa bahasa
yang kita gunakan logis dan sesuai dengan tata nilai
masyarakat kita.

2.2.3. Manfaat Menggunakan Bahasa Indonesia


 Mempermudah dalam komunikasi,
Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi
diri. Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita
tidak diterima atau dipahami oleh orang lain. Dengan
komunikasi pula kita mempelajari dan mewarisi semua yang
pernah dicapai oleh nenek moyang kita, serta apa yang dicapai
oleh orang-orang yang sezaman dengan kita. Sebagai alat
komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita,
melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan
kerja sama dengan sesama warga. Ia mengatur berbagai macam
aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan
masa depan kita (Gorys Keraf, 1997 : 4).
Pada saat kita menggunakan bahasa sebagai alat
komunikasi, kita sudah memiliki tujuan tertentu, kita ingin
dipahami oleh orang lain, kita ingin menyampaikan gagasan

12
yang dapat diterima oleh orang lain, kita ingin membuat orang
lain yakin terhadap pandangan kita, kita ingin mempengaruhi
orang lain. Lebih jauh lagi, kita ingin orang lain membeli hasil
pemikiran kita. Jadi, dalam hal ini pembaca atau pendengar atau
khalayak sasaran menjadi perhatian utama kita. Kita
menggunakan bahasa dengan memperhatikan kepentingan dan
kebutuhan khalayak sasaran kita.
Pada saat menggunakan bahasa untuk berkomunikasi,
antara lain kita juga mempertimbangkan apakah bahasa yang
kita gunakan mudah dipahami orang lain atau tidak. Oleh karena
itu, seringkali kita mendengar istilah “bahasa yang
komunikatif”. Misalnya, kata makro hanya dipahami oleh orang-
orang dan tingkat pendidikan tertentu, namun kata besar atau
luas lebih mudah dimengerti oleh masyarakat umum. Kata griya,
misalnya, lebih sulit dipahami dibandingkan kata rumah atau
wisma. Dengan kata lain, kata besar, luas, rumah, wisma,
dianggap lebih komunikatif karena bersifat lebih umum.
Sebaliknya, kata-kata griya atau makro akan memberi nuansa
lain pada bahasa kita, misalnya, nuansa keilmuan, nuansa
intelektualitas, nuansa tradisional.

 Mempermudah kita untuk berintegrasi dan beradaptasi


secara social,
Bahasa disamping sebagai salah satu unsur
kebudayaan, memungkinkan pula manusia memanfaatkan
pengalaman-pengalaman mereka, mempelajari dan
mengambil bagian dalam pengalaman-pengalaman itu, serta
belajar berkenalan dengan orang-orang lain. Anggota-
anggota masyarakat hanya dapat dipersatukan secara efisien
melalui bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi, lebih jauh
memungkinkan tiap orang untuk merasa dirinya terikat

13
dengan kelompok sosial yang dimasukinya, serta dapat
melakukan semua kegiatan kemasyarakatan dengan
menghindari sejauh mungkin bentrokan-bentrokan untuk
memperoleh efisiensi yang setinggi-tingginya.
Ia memungkinkan integrasi (pembauran) yang
sempurna bagi tiap individu dengan masyarakatnya (Gorys
Keraf, 1997 : 5). Cara berbahasa tertentu selain berfungsi
sebagai alat komunikasi, berfungsi pula sebagai alat
integrasi dan adaptasi sosial. Pada saat kita beradaptasi
kepada lingkungan sosial tertentu, kita akan memilih bahasa
yang akan kita gunakan bergantung pada situasi dan kondisi
yang kita hadapi. Kita akan menggunakan bahasa yang
berbeda pada orang yang berbeda. Kita akan menggunakan
bahasa yang nonstandar di lingkungan teman-teman dan
menggunakan bahasa standar pada orang tua atau orang-
orang yang kita hormati.

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas kita dapat mengambil kesimpulan, yaitu :
 Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang pemakaiannya
sesuai dengan situasi dan kondisi dengan memperhatikan pemakaian
ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya.
  Cara menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari adalah
dengan menggunakan bahasa yang baku sesuai dengan kaidah ejaan atau
ejaan yang disempurnakan.
 Manfaat yang kita peroleh dari penggunaan bahasa Indonesia yang baik
dan benar adalah mempermudah dalam berkomunikasi dan dapat
mempermudah dalam beradaptasi di lingkungan bermasyarakat.

3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, kita harus menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menggunakan
bahasa yang baku sesuai dengan kaidah ejaan atau ejaan yang disempurnakan.

15
Daftar Pustaka
https://nurhibatullah.blogspot.com/2016/12/makalah-ragam-bahasa-
indonesia.html
http://ryanrahmadi99.blogspot.com/2013/04/makalah-bahasa-
indonesia.html

16

Anda mungkin juga menyukai