Anda di halaman 1dari 7

Strategi Pemerintah di Era New Public Governance terhadap Maraknya Kasus

Terorisme di Indonesia

Jihan Nasfaira 1218010091

Administrasi Publik 1B
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
Email: jihannasfairaa2@gmail.com
Pendahuluan
Maraknya kasus terorisme di Indonesia cukup meresahkan masyarakat hal ini
menyebabkan kekacauan, trauma, dan bahkan menyebabkan korban jiwa akibat dari
aksi teror ini. Terorisme merupakan salah satu bentuk serangan yang terkoordinasi
dengan baik. Paper ini dibuat untuk mengetahui bagaimana kasus terorisme yang ada
di Indonesia saat ini dan solusi pemerintah terhadap hal tersebut. Metode penulisan
paper ini berdasarkan opini pribadi penulis yang mengacu teori dari buku Filsafat
moral dan informasi dari internet. Menurut opini pribadi dari penulis, kegiatan
terorisme ini harusnya ditiadakan bagaimanapun caranya, karena jika semakin
dibiarkan berkembang akan banyak memakan korban dan dari segi apapun kegiatan
ini tidak dibenarkan.

Menurut Wikipedia, terorisme adalah serangan-serangan terkoordinasi yang


bertujuan membangkitkan perasaan teror terhadap sekelompok masyarakat. Berbeda
dengan perang, aksi terorisme tidak tunduk pada tatacara peperangan seperti waktu
pelaksanaan yang selalu tiba-tiba dan target korban jiwa yang acak serta seringkali
merupakan warga sipil. Aksi terorisme juga mengandung makna bahwa serang-
serangan teroris yang dilakukan tidak berperikemanusiaan dan tidak memiliki
justifikasi, dan oleh karena itu para pelakunya ("teroris") layak mendapatkan
pembalasan yang kejam.
Menurut data yang dikutip dari laman website Universitas Indonesia, di
Indonesia dari kurun waktu 2010 hingga 2017 tercatat terjadi 130 kasus terorisme.
896 pelaku telah ditangkap dan dijatuhi hukuman, 126 di antaranya dihukum mati,
674 sedang dalam hukuman dan 96 pelaku bebas. Data tersebut membuktikan bahwa,
di Indonesia masih banyak kasus terorisme.

Pengamat terorisme, Najahan Musyafak mengatakan, “Ideologi pengeboman


terhadap gereja itu tidak ada bedanya dengan dulu, misalnya di Kepunton, Surabaya,
kemudian di Jakarta, Riau. Dilihat dari sisi sasaran itu sama, gereja. Ideologi yang
mereka anut itu sama”. Dari situ dapat ketahui bahwa pola dan motif mereka dalam
melakukan pengeboman itu mirip, mereka memang tidak saling mengenal satu sama
lain, tetapi mereka berada dalam satu ideologi, yaitu menjadikan Indonesia menjadi
negara khilafah.

Sampai saat ini, JAD (Jamaah Anshorud Daulah), salah satu kelompok teroris,
sudah menyebar di 19 provinsi di Indonesia. Sehingga, tidak menutup kemungkinan
akan ada serangan-serangan lanjutan dari kelompok tersebut di tempat-tempat serupa.
Karena jika diamati, tempat-tempat yang mereka serang adalah tempat ibadah dan
aparat kepolisian. Mereka menyerang tempat ibadah karena bagi mereka, orang-orang
yang tak sepaham dengan mereka harus di bunuh atau dalam kata lain mereka
christophobia (tidak suka terhadap orang non muslim). Mereka juga menyerang
aparat kepolisian sebagai bentuk perlawanan terhadap apa yang telah kepolisian
lakukan terhadap kawan-kawan mereka.

Pembahasan
Terorisme masih rawan terjadi di Indonesia, karena pelaku teror yang
terorganisir secara baik di masyarakat. Mereka tinggal merantau, ataupun nonmaden
di wilayah Indonesia. Dengan menyebarnya para anggota teror dan tetap dalam
komando satu arah,menyulitkan masyarakat maupun polisi untuk melacak mereka.
Mereka meneror masyarakat dengan bom yang mereka rakit, untuk menakuti
masyarakat, menciptakan suatu kondisi yang tegang, dan tidak kondusif dengan
alasan mereka berjihad. Dalam Islam, para teroris disebut dengan Kaum Khawarij.
Kaum Khawarij adalah pengikut hawa nafsu dan bid’ah yang telah keluar. Bahkan
mereka adalah seburuk-buruknya ahli bid’ah, kerusakan dan pembangkangan. Kaum
ini sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad sallallahu alaihi wa sallam dan berusaha
diperangi sampai saat ini.

Isu aktual yang marak saat ini adalah tentang Penangkapan tiga orang yang
diduga sebagai jaringan kelompok teroris yang merupakan anggota pengurus Majelis
Ulama Indonesia (MUI) hal ini akhirnya merembet ke lembaga yang didirikan Buya
Hamka tersebut. Tiba-tiba saja suara untuk membubarkan lembaga tersebut nyaring
terdengar lewat berbagai platform media sosial. Menteri Koordinator Bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan Mahfud Md mengatakan Detasemen Khusus Antiteror 88
Mabes Polri sudah lama mengawasi Ahmad Zain An-Najah, anggota Komisi Fatwa
Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang ditangkap atas tuduhan terorisme. Ia
mengatakan Densus telah sangat berhati-hati sebelum menangkap pelaku di Jawa
Barat, pada 16 November 2021 lalu.
Adapun beberapa aksi teror yang terjadi di Indonesia yang cukup meresahkan
dan menyebabkan korban jiwa:
1. Teror di Mako Brimob, Depok, Jawa Barat
Dikutip dari IDN Times, kerusuhan yang terjadi antara pihak kepolisian yang
berada di komplek Mako Brimob, Depok, Jawa Barat degan narapidana teroris yang
menjadi tahanan. Dalam kerusuhan ini enam polisi sempat dijadikan sandra.Lima di
antaranya meninggal dunia di tangan narapidana teroris. Satu tahanan teroris juga
meninggal dunia karena insiden tersebut. Pasca kejadian tersebut, 145 narapidana
teroris dipindahkan dari Mako Brimob ke Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah.
Dikutip dari website Kompas, sehari setalah aksi teror di Mako Brimob polisi
melakukan penjagaan ketat di area bekas aksi teror. Mulai dari para wartawan yang
menjauh 200 meter dari lokasi kejadian, memasang kawat berduri, jalanan ditutup
sampai menurunkan beberapa anggota polisi untuk menjaga lokasi.

2. Bom di 3 Gereja di Surabaya


Dikutip dari IDN Times, pelaku merupakan satu keluarga. Bom diledakkan di
Gereja Santa Maria Tak Bercela, GKI Diponegoro, dan Gereja Pentakosta Jalan
Arjuna.Keluarga yang diketahui merupakan anggota dari kelompok JAD itu tewas
dalam aksinya. Dalam insiden ini, tiga anak diajak ikut serta bersama orangtuanya
dalam melakukan aksi bom bunuh diri ini.

3. Bom di Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo


Dikutip dari IDN Times, pelaku teror bom ini diketahui merupakan satu
keluarga yang masih memiliki hubungan dengan keluarga pelaku teror bom di 3
Gereja di Surabaya, pagi harinya. Dalam insiden ini 3 orang tewas yang merupakan
ayah, ibu dan anak sulung mereka. 3 anak lainnya mengalami luka dan dalam
perawatan.

4. Bom di Polresta
Surabaya Dikutip dari IDN Times, sepasang suami istri dengan tiga orang
anaknya mendatangi Polrestabes Surabaya dengan menggunakan dua sepeda motor.
Saat masih berada di palang gerbang masuk Polrestabes Surabaya, bom
meledak.Empat dari lima pelaku teror bom tewas di tempat. Empat polisi dan enam
warga sipil juga menjadi korban dalam teror tersebut. Seorang anak kecil berjenis
kelamin perempuan yang diketahui sebagai anak dari pelaku teror bom diketahui
selamat dan dalam perawatan.

5. Penyerangan terduga teroris ke Mapolda Riau


Dikutip dari IDN Times, kawanan ini terdiri dari lima orang yang diketahui
menggunakan mobil Avanza putih.Seorang pelaku lagi sempat berusaha kabur
dengan membawa mobil. Sampai saat ini diketahui seorang polisi gugur dalam aksi
tersebut karena ditabrak oleh pelaku yang kabur dengan mobil. Empat orang pelaku
lainnya tewas tertembak polisi. Dua wartawan dikabarkan turut menjadi korban luka
dalam insiden ini.

Kesimpulan dan Solusi


Aksi terorisme merupakan aksi yang sangat merugikan diri sendiri dan
masyarakat yang berada dekat dengan lokasi kejadian. Aksi ini tidak dibenarkan di
segi mana pun. Tidak ada agama yang mengajarkan dan menghalalkan bom bunuh
diri, dari segi moral hal ini juga salah dan segi hati nurani orang-orang yang
melakukan aksi teror ini mempunya hati yang sesat. Masyarakat diharapakan dapat
membawa diri dalam lingkungan masyarakat selain itu masyarakat juga harus
waspada terhadap orang-orang yang sekiranya mencurigakan. Aksi teror ini dapat kita
musnahkan jika masyarakat dapat melawan rasa takut mereka, bersatu dalam
memerangi aksi teror tanpa melihat apa agama dia, ras apa dan dari mana asalnya.
Dan jangan menyamaratakan apa yang pelaku teror dengan orang lain karena apa
yang yang dia gunakan (pakaian) sama.

Lalu bagaimana solusi pemerintah terhadap hal yang terjadi? Saat ini, Badan
Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menaruh perhatian serius kepada
generasi muda Indonesia agar tidak menjadi korban propaganda radikalisme dan
terorisme.

Penduduk Indonesia seperti data dari Badan Pusat Statistik (BPS) jumlahnya
didominasi oleh kelompok produktif yaitu anak muda yang masuk kategori generasi
Milenial dan Z. Hal ini tentunya bisa menjadi bom waktu dikemudian hari, apabila
para anak muda ini justru terjerembab dalam ideologi radikalisme dan terorisme.
"Gen Z dan Milenial mendominasi. Kita harus memiliki daya tahan yg baik,
ketahanan di bidang ideologi yg mumpuni agar anak muda tidak terpengaruh paham
radikal dan terorisme," kata Kepala BNPT Komjen Pol. Dr. Boy Rafli Amar, M.H.,
di channel YouTube Humas BNPT yang diuplod pada Sabtu (23/10).

BNPT melihat sumber ketahanan agar tidak terpengaruh paham radikal dan
terorisme sewajarnya dapat hadir pertama kali dari lingkungan keluarga dan
kemudian dari lingkungan pendidikan yaitu sekolah. "Jangan sampai anggota
keluarga ini ikut kegiatan mengarah pada kejahatan termasuk terorisme. Peran
pendidikan dari keluarga oleh orangtua, ayah dan ibu ini pertahanan utama," ujarnya.

Kemudian ketahanan dalam menangkal virus radikal dan terorisme juga


datang dari tokoh agama yang selalu mengajarkan pentingnya moderasi beragama.
Moderasi beragama merupakan konsepsi yang dapat membangun sikap toleran dan
rukun guna memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. "Toleransi itu lawannya
intoleran. Teroris itu punya kencenderungan yang kuat sebagai intoleran. Untuk itu
harus dibangun semangat berempati dan bangun pengertian satu sama lain dan saling
menghargai," ujarnya.

Sejumlah sumber ketahanan ideologi tersebut, masih juga kurang lengkap


apabila tidak adanya kontra narasi dan propaganda di media sosial.

Saat ini, anak muda sebagian besar mengakses internet dan media sosial. Di
ruang digital ini, para ideolog radikal dan terorisme sering melakukan propaganda
untuk menggaet dukungan hingga merekrut anak muda untuk ikut menjadi teroris.
Untuk itu, BNPT melalui program pencegahan secara masif membuat konten
toleransi, perdamaian dan cinta tanah air dalam membendung propaganda teroris.
Selain itu BNPT juga selalu memantau dan melaporkan konten-konten propaganda
teroris kepada Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) agar diblokir.
"Usia muda ini usia yang sangat baik sekali untuk mempersiapkan masa depan.
Jangan sia siakan masa muda apalagi dengan terpengaruh paham radikalisme dan
terorisme," jelasnya.
Referensi
Bnpt. (2021, Oktober 23). CEGAH PAHAM RADIKALISME PADA ANAK MUDA,
KEPALA BNPT: PERAN PENDIDIKAN DARI KELUARGA MERUPAKAN
PERTAHANAN UTAMA.
Retrieved from BNPT: https://www.bnpt.go.id/cegah-paham-radikalisme-
pada-anak-muda-kepala-bnpt-peran-pendidikan-dari-keluarga-merupakan-
pertahanan-utama
Kurniawan Dian. (2021, November 9). Densus 88 Tangkap Tiga Terduga Teroris JI
di Jatim.
Retrieved from CNN Indonesia:
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20211109132946-12-718615/densus-
88-tangkap-tiga-terduga-teroris-ji-di-jatim
Redaksi. (2018, Desember 4). Menelaah Tren Terorisme Di Indonesia.
Retrieved from UI: http://www.ui.ac.id/berita/menelaah-tren-terorisme-di-
indonesia-dari-masake-masa.html
Wikipedia. (2018, Desember 4). TERORISME.
Retrieved from wikipedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Terorisme

Anda mungkin juga menyukai