Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

NUTRISI TERNAK DASAR


“Ternak Ruminansia dan Non Ruminansia”

Oleh:
NAMA : RATU SETIA MONINO
NIM : L1A120195
KELAS : E

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa yang telah
menganugerahkan banyak nikmat sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan
baik. Serta telah memberikan saya kemudahan sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.Penulis mengucapkan rasa syukur atas
limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga
penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah ini sebagai tugas mata
kuliah Nutrisi Ternak Dasar dengan judul “Ternak Ruminansia dan Non
Ruminansia”.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, semoga makalah ini
dapat bermanfaat. Terima kasih.

Kendari, 7 Oktober 2021

Ratu Setia M
DAFTAR ISI
Halaman Sampul.................................................................................................... i
Kata Pengantar...................................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
I.I Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................ 2
1.3 Tujuuan dan Manfaat....................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................... 3
2.I Ternak Ruminansia....................................................................................... 4
2.2 Ternak Non Ruminansia...............................................................................5
BAB III PENUTUP..................................................................................................5
3.I Kesimpulan................................................................................................... 6
3.2 Saran............................................................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 7
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Sistem pencernaan sangat berpengaruh dalam proses kehidupan makluk
hidup. Pengetahuan tentang organ pencernaan sangat penting karna berhubungan erat
dengan proses pencernaan termasuk absorbs. Proses pencernaan sepertti sebuah
Industri, misalnya industry testil yang menghasilakan pakian, dalam industry iniada
tiga kompenen yang harus di lewati yaitu input, proses, dan output selain itu ada
limbah . kalau dalam industri tekstil inputnya yaitu berupa bahan baku yaitu benang
lalu di masukkan dalam mesin dip roses untuk mengolah bahan baku tersebut lalu
keluarlah hasilnya berupa pakian, samahalnya dalam proses pencernaan ada tiga
komponen yaitu input,proses dan ouput. kalau berbicara tentang pencernaan punya
berupa bahan makanan ,bahan makanan ini di gunakan sebagai bahan baku,tidak
mungkin proses pencernaan terjadi tanpa adanya bahan baku yang akan di cerna.
Pemberian pakan pada ternak ruminansia maupun pada ternak ruminanisa secara
praktis memerlukan keterangan dasar mengenai zat-zat makanan yang terkandung di
dalam bahan makanan dan zat-zat yang di perlukan oleh tubuh esuai dengan status
fisilogisternak. Akan tetapi secara ilmiah pemberian pakan pada ternak memerlukan
pengetahuan tentang zat-zat makanan dan metabolismenya. Untuk itu dalam makalah
ini akan dibahas juga mengenai klasifikasi bahan pakan.

1.2 Rumusan masalah


Bagaimana perbedaan antara ternak ruminansia dan non ruminansia ?

1.3 Tujuan dan manfaat


Adapun tujuan dalam makalah ini adalah untuk mengetahui perbedaan antara ternak
ruminansia dan non ruminansia sedangkan manfaat dalam makalah ini adalah yaitu
Memahami fungsi dan bagian berbagai sistem pencernaan non ruminansia dan
ruminansia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.I Ternak Ruminansia
Ternak Ruminansia adalah kelompok hewan mamalia yang bisa memamah
(memakan) dua kali sehingga kelompok hewan tersebut dikenal juga sebagai hewan
memamah biak. Dalam sistem klasifikasi, manusia dan hewan ruminansia pada
umumnya mempunyai kesamaan siri dari sistem pencernaan hewan ruminansia dan
manusia. Contoh hewan ruminansia ialah kerbau, domba, kambing, sapi, kuda,
jerapah, kancil, rusa dan lain – lain (Dorland, 2002). 4 Seperti halnya pada manusia,
hewan ruminansia memiliki seperangkat alat pencernaan seperti rongga mulut (gigi)
pada hewan ruminansia terdapat gigi gerahan yang besar yang berfungsi untuk
menggiling dan menggilas serta mengunyah rerumputan yang mengandung selulosa
yang sulit dicerna. Selain rongga mulut hewan ruminansia memiliki persamaan dalam
alat pencernaan yaitu esophagus, lambung dan usus. Mekanisme pencernaan
makanan hewan ruminansia adalah makanan berupa rumput yang telah dikunyah di
dalam mulut masuk ke dalam rumen melalui esophagus makanan disimpan sementara
dirumen. Selanjutnya, makanan menuju retikulum dan dicerna di dalamnya. Makanan
yang telah dicerna kemudian dikeluarkan kembali ke mulut. Didalam mulut dikunyah
kembali dan ditelan lagi ke retikulum, proses ini disebut memamah biak. Selanjutnya
makanan masuk ke omasum, di sini terjadi proses penyerapan air. Selanjutnya
makanan diteruskan ke abomasum (perut masam), makanan yang sudah dicerna di
abomasum akan akan diteruskan ke usus halus. Di usus halus terjadi proses
penyerapan sari-sari makanan, sisa-sisa makanan yang tidak diserap dikirim ke usus
besar. Setelah mengalami penyerapan air, sisa makanan berupa ampas dikeluarkan
melalui anus..Hewan ruminansia, seperti sapi dan kerbau, memiliki sistem
pencernaan yang berbeda dengan hewan lain. Misalnya, proses pencernaan makanan
pada sapi sebagai hewan ruminansia memiliki beberapa tahapan, yakni pencernaan
secara mekanis, pencernaan pada rumen, retikulum, omasum, usus halus, dan usus
besar.


P encernaan secara mekanis

P encernaan secara mekanis dilakukan di dalam mulut. Makanan yang sudah dikunyah di dalam
mulut, setelah istirahat, akan dikeluarkan kembali, dan dikunyah lebih halus.
P roses pencernaan ini dibantu oleh air liur atau saliva untuk membuat proses pengunyahan lebih
mudah. Selain itu, air liur juga membantu menetralkan asam dari pakan ternak saat masuk ke dalam
rumen.

 P encernaan pada rumen

Rumen adalah perut besar dan merupakan bagian lambung paling besar dalam pencernaan hewan
ruminansia. Fungsi rumen adalah sebagai tempat fermentasi oleh mikroba, tempat absorbsi VFA, dan
tempat pencampuran makanan.

Rumen sapi memiliki jenis bakteri yang berbeda dengan jumlah yang sangat banyak. Selain itu,
terdapat beberapa tipe protozoa yang membantu memanfaatkan serat dari bahan pakan dan sumber
nitrogen non protein.

 P encernaan pada retikulum

Retikulum adalah organ pencernaan hewan ruminansia yang bagian dalamnya mirip dengan jala
sehingga disebut juga perut jala. Fungsi retikulum adalah sebagai tempat fermentasi pakan oleh
mikroorganisme. Hasil fermentasi dari retikulum adalah VFA, amonia, dan air.

 P encernaan pada omasum

Omasum adalah lambung ketiga yang dimiliki hewan ruminansia. Disebut sebagai perut buku,
omasum memiliki lipatan-lipatan seperti buku.

P roses pencernaan pada omasum masih termasuk fermentasi mikroorganisme. Selain itu, omasum
juga berfungsi mengatur arus ingesta ke abomasum dan menyaring partikel yang besar.

 P encernaan pada abomasum

Abomasum terbagi menjadi tiga, yakni florika (sekresi mukus), fundika (sekresi pepsinogen, renin,
dan mukus), serta kardia (sekresi mukus).
*Mekanisme Dan P enyerapan Makanan di Saluran P encernaan Ternak Non Ruminansia*

P ada hewan non ruminansia ini ada dua jenis yaitu hewan monogastrik dan unggas. Organ
pencernaan unggas terdiri atas mulut (cavum oris), faring (pharynx), kerongkongan (oesophagus),
tembolok (ingluvies), lambung kelenjar (proventriculus), lambung otot (ventriculus), usus halus
(duodenum, jejunum, dan ileum), usus besar (caecum, colon dan cloaca) (Sturkie dan Whittow, 2000).
Monogastrik adalah hewan berperut tunggal dan sederhana. Alat pencernaannya terdiri dari mulut,
esophagus, perut, usus halus, usus besar dan rektum. Sistem pencernaannya disebut Simple
Monogastric System.

Hewan monogastrik karena struktur lambung yang berbeda maka agar pakan dapat tercerna dengan
baik maka struktur gigi pada hewan non ruminansia juga berbeda dengan hewan ruminansia. Gigi
pada hewan monogastrik lebih banyak berperan dalam pencernaan secara mekanis. Makanan yang
sudah ditelan tidak dikeluarkan lagi untuk pengunyahan kedua. P ada hewan ini pengunyahan hanya
dilakukan satu kali saja. Ada beberapa hewan yang termasuk monogastrik seperti kuda dan babi.
1. Saluran Pencernaan Hewan Ruminansia
Saluran pencernaan ruminansia terdiri dari rongga mulut (oral), kerongkongan
(oesophagus), proventrikulus (pars glandularis), yang terdiri dari rumen, retikulum,
dan omasum; ventrikulus(pars muscularis) yakni abomasum, usus halus (intestinum
tenue), usus besar (intestinum crassum), sekum (coecum), kolon, dan anus. Lambung
sapi sangat besar, yakni ¾ dari isi rongga perut. Lambung mempunyai peranan
penting untuk menyimpan makanan sementara yang akan dikunyah kembali (kedua
kali). Selain itu, pada lambung juga terjadi pembusukan dan peragian (Soeprapto,
2006). Pada hewan ruminansia (memamah biak), lambungnya terbagi menjadi 4
bagian, yaitu:
a. Rumen: bagian lambung tempat penghancuran makanan secara mekanis 10
b. Retikulum: bagian lambung tempat pencernaan selulosa oleh bakteri
c. Omasum: bagian lambung tempat pencernaan secara mekanik
d. Abomasum: bagian lambung tempat terjadinya pencernaan secara kimiawi dengan
bantuan enzim dan HCl yang dihasilkan oleh dinding abomasum.
Perbedaan kebutuhan zat makanan ternak ruminansia dan non ruminansia yaitu
Standar kebutuhan pakan atau sering juga diberi istilah dengan standar kebutuhan zat-
zat makanan pada hewan ruminansia sering menggunakan satuan yang beragam,
misalnya untuk kebutuhan energi dipakai Total Digestible Nutrient (TDN),
Metabolizable Energy (ME) atau Net Energy (NEl) sedangkan untuk kebutuhan
protein dipakai nilai Protein Kasar (PK), PK tercerna atau kombinasi dari nilai
degradasi protein di rumen atau protein yang tak terdegradasi di rumen. Istilah
Standar didefinisikan sebagai dasar kebutuhan yang dihubungkan dengan fungsi aktif
(status faali) dari hewan tersebut. Misalnya pada sapi perah, pemberian pakan
didasarkan atas kebutuhan untuk hidup pokok dan produksi susu, sedangkan untuk
sapi potong lebih ditujukan untuk kebutuhan hidup pokok dan pertumbuhan. Namun
tidak mudah pula untuk menentukan kebutuhan hanya untuk hidup pokok saja atau
produksi saja, terutama untuk kebutuhan zat makanan yang kecil seperti vitamin dan
mineral (Blakely, 1985).
2.2 Ternak Non Ruminansia
Hewan non ruminansia (unggas) memiliki pencernaan monogastrik (perut tunggal)
yang berkapasitas kecil. Makanan ditampung di dalam crop kemudian
empedal/gizzard melakukan penggilingan sempurna hingga halus. Makanan yang
tidak tercerna akan keluar bersama ekskreta, oleh karena itu sisa pencernaan pada
unggas berbentuk cair (Blakely, 1985).
Zat kimia dari hasil–hasil sekresi kelenjar pencernaan memiliki peranan
penting dalam sistem pencernaan manusia dan hewan monogastrik lainnya.
Pencernaan makanan berupa serat tidak terlalu berarti dalam spesies ini. Unggas tidak
memerlukan peranan mikroorganisme secara maksimal, karena makanan berupa serat
sedikit dikonsumsi. Saluran pencernaan unggas sangat berbeda dengan pencernaan
pada mamalia. Perbedaan itu terletak didaerah mulut dan perut, unggas tidak
memiliki gigi untuk mengunyah, namun memiliki lidah yang kaku untuk menelan
makanannya. Perut unggas memiliki keistimewaan yaitu terjadi pencernaan mekanik
dengan batu-batu kecil yang dimakan oleh unggas digizzard (Dorland, 2002).
2. Saluran pencernaan non ruminansia.
Pada ternak non ruminansia atau hewan yang mempunyai labung tunggal alat
pencernaanya terdiri dari :
a. Mulut ( cawar oris )
b. Tekak ( pharing )
c. Kerongkongan ( esophagus )
d. Gastrium ( lambung )
e. Intestinum tenue ( usus halus: duodenum, ileum ,jejunum ) usus kasar ( caecum
dan rektum)
f. Anus
Saluran pencernaan ini dinamakan dengan monogastrik, pada jenis unggas saluran
pencernaanya mempunyai beberapa perbedaan dalam bentuk anatominya dengan
hewan monogastrik lainnya, tetapi fungsinya secara umum dapat di katakan hampir
sama, sedangkan pada hewan ruminansia lebih komleks (Wolin, 1960).
Alat pencernaan (Apparatus digestorius) terdiri atas saluran pencernaan
(Tractus alimentarius) dan organ pembantu (Organa accesoria). Dilihat dari anatomi
alat pencernaan, terdapat tiga kelompok hewan yakni kelompok hewan berlambung
jamak (polygastric animals) antara lain sapi, kerbau, rusa, domba, kambing dankijang,
kelompok hewan berlambung tunggal (monogastric animals) antara lain manusia,
anjing, kucing, babi, kuda dan kelinci, dan hewan yang berlambung jamak semu
(pseudo polygastric animals) antara lain ayam, bebek, angsa, dan burung.Hewan yang
berlambung jamak dikelompokkan sebagai ruminansia dan yang berlambung tunggal
dikelompokkan ke dalam non ruminansia. Unggas yang merupakan hewan
berlambung jamak semu (pseudo ruminants) dikelompokkan ke dalam non-
ruminansia .
Makanan dari kerongkongan akan masuk rumen yang berfungsi sebagai
gudang sementara bagi makanan yang tertelan. Di rumen terjadi pencernaan protein,
polisakarida, dan fermentasi selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri
dan jenis protozoa tertentu. Dari rumen, makanan akan diteruskan ke retikulum dan di
tempat ini makanan akan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar
(disebut bolus). Bolus akan dimuntahkan kembali ke mulut untuk dimamah kedua
kali. Dari mulut makanan akan ditelan kembali untuk diteruskan ke ornasum. Pada
omasum terdapat kelenjar yang memproduksi enzim yang akan bercampur dengan
bolus. Akhirnya bolus akan diteruskan ke abomasum, yaitu perut yang sebenarnya
dan di tempat ini masih terjadi proses pencernaan bolus secara kimiawi oleh enzim
(Wolin, 1960).
BAB III
PENUTUP
3.I Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pembahasan maka dapat di simpulkan bahwa pada
hewan ruminansia lebih kompleks, sedangkan sistem pencernaan pada hewan non
ruminansia lebih sederhana. untuk membedakan apakah suatu hewan tergolong jenis
non ruminansia atau ruminansia dapat dilihat (disimpulkan) dari lambungnya.

3.2 Saran
Sebelum melakukan pembiakan hewan, akan lebih bijaksana apabila terlebih
dahulu mengetahui apakah jenis hewan tersebut termasuk hewan ruminansia atau non
ruminansia karena kebutuhan zat makanan ternak ruminansia dan non ruminansia
berbeda, sehingga nantinya pemilihan dan pemberian vitamin, suplemen ataupun
yang lainnya sesuai dengan kebutuhan dan standar keperluan hewan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Blakely, James. 1985. Ilmu Peternakan edisi keempat.Yogyakarta: Gajah Mada


University Press
Dorland, W A Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC
Soeprapto, Herry & Zainal Abidin. 2006. Cara Tepat Penggemukan Sapi Potong.
Jakarta: Agro Media Pustaka
Van Soest, P.J. 1994. Nutritional ecology of the ruminant. Comstock Publishing
Associates, Cornell University Press, Ithaca - New York. pp. 93-107
Wolin, M.J. 1960. A theoritical rumen fermentation balance. J. Dairy Sci., 43: 1452-
1459

Anda mungkin juga menyukai