Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN

ANAK SEHAT (TUMBUH KEMBANG)

Disusun Oleh :
Feni Anggraini
20186523014

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK
DIV KEPERAWATAN PONTIANAK
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................2

A. KONSEP DASAR TUMBUH KEMBANG.................................................3

1. Pengertian.................................................................................................3

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak.........................3

3. Tahap-tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak.....................................4

4. Tugas Perkembangan Anak........................................................................6

5. Penilaian Pertumbuhan Fisik.......................................................................8

6. Penilaian Perkembangan...........................................................................13

7. Gangguan Tumbuh Kembang Anak...........................................................15

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN....................................................21

1. Pengkajian..............................................................................................21

2. Diagnosa Keperawatan.............................................................................28

3. Intervensi Keperawatan............................................................................29

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................32

2
A. KONSEP DASAR TUMBUH KEMBANG
1. Pengertian
Pertumbuhan (Growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam
besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel organ maupun individu yang
bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, dan kilogram), ukuran panjang
(cm dan meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium
dan nitrogen tubuh). Perkembangan (development) adalah bertambahnya
kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses
pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh,
jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian
rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga
perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi
dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 2002).
Teori lain mengatakan perkembangan adalah aspek progresif adaptasi
terhadap lingkungan yang bersifat kualitatif. Contoh perubahan kualitatif ini
adalah peningkatan kapasitas fungsional penguasaan terhadap beberapa
keterampilan yang lebih kecil, misalnya anak usia prasekolah dengan
berpartisipasi dalam percakapan telepon dengan orang tua mereka (Potter &
Perry,2005).
Walaupun demikian seorang anak dalam banyak hal tergantung kepada
orang dewasa, misalnya mengkonsumsi makanan, perawatan, bimbingan,
perasaan aman, pencegahan penyakit dan sebagainya. Oleh karena itu semua
orang-orang yang mendapat tugas mengawasi anak harus mengerti persoalan
anak yang sedang tumbuh dan berkembang.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak
Proses pertumbuhan dan perkembangan anak, tidak selamanya berjalan
sesuai yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena banyak faktor yang
mempengaruhinya, baik faktor yang dapat diubah/dimodifikasi yaitu faktor
keturunan, maupun faktor yang tidak dapat diubah/dimodifikasi yaitu faktor

3
lingkungan. Apabila ada faktor lingkungan yang menyebabkan gangguan
terhadap proses tumbuh kembang anak, maka faktor tersebut perlu diubah
(dimodifikasi).
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak menurut Potter & Perry (2005) adalah sebagai berikut :
a. Faktor genetic
a) Berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik.
b) Jenis kelamin.
c) Suku bangsa atau bangsa.
b. Faktor lingkungan
1) Faktor pranatal
Gizi pada waktu hamil, mekanis, toksin, endokrin, radiasi, infeksi,
stress, imunitas, dan anoksia embrio.
2) Faktor postnatal
a) Faktor Lingkungan Biologis
Ras, jenis kelamin, umur, gizi, kepekaan terhadap penyakit,
perawatan kesehatan, penyakit kronis, dan hormone.
b) Faktor lingkungan fisik
Cuaca, musim, sanitasi, dan keadaan rumah.
c) Lingkungan sosial
Stimulasi, motivasi belajar, stress, kelompok sebaya, ganjaran atau
hukuman yang wajar, cinta, dan kasih sayang.
d) Lingkungan keluarga dan adat istiadat yang lain
Pekerjaan, pendidikan ayah dan ibu, jumlah saudara, stabilitas
rumah tangga, kepribadian ayah/ibu, agama, adat istiadat, dan
norma-norma.
3. Tahap-tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Tumbuh kembang anak berlangsung secara teratur, saling berkaitan
dan berkesinambungan dimulai sejak konsepsi sampai dewasa. Walaupun
terdapat variasi akan tetapi setiap anak akan melewati suatu pola tertentu yang

4
merupakan tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan (Potter & Perry,
2005) sebagai berikut :
a. Masa prenatal atau masa intrauterin (masa janin dalam kandungan)
1) Masa mudigah/embrio ialah sejak konsepsi sampai umur kehamilan 8
minggu. Ovum yang telah dibuahi dengan cepat menjadi suatu
organisme, terjadi diferensiasi yang berlangsung cepat, dan terbentuk
suatu sistem oragan dalam tubuh.
2) Masa janin/fetus ialah sejak umur 9 minggu sampai kelahiran. Masa
ini terdiri dari 2 periode yaitu :
a) Masa fetus dini, sejak usia 9 minggu sampai dengan TM II
kehidupan intrauterin, terjadi percepatan pertumbuhan,
pembentukan jasad manusia sempurna dan alat tubuh telah
terbentuk dan mulai berfungsi.
b) Masa fetus lanjut, pada akhir TM pertumbuhan berlangsung pesat
dan adanya perkembangan fungsi. Pada masa ini terjadi
transferimunoglobin G(IgG) dari ibu melalui plasenta. Akumulasi
asam lemak esesnsial seri omega 3(Docosa Hexanicc Acid) omega
6(Arachidonic Acid) pada otak dari retina.
b. Masa bayi : usia 0–1 tahun
1) Masa neonatal (0-28 hari), terjadi adaptasi lingkungan dan terjadi
perubahan sirkulasi darah, serta mulainya berfungsi orgaan-oragan
tubuh lainnya.
2) Masa pasca neonatal, proses yang pesat dan proses pematangan
berlangsung secara kontinu terutama meningkatnya fungsi sistem saraf
(29 hari–1 tahun).
c. Masa prasekolah
Pada saat ini pertumbuhan berlangsung dengan stabil, terjadi
perkembangaan dengan aktifitas jasmani yang bertambah dan
meningkatnya keterampilan dan proses berpikir.
d. Masa sekolah

5
Pertumbuhan lebih cepat dibandingkan dengan masa prasekolah,
keterampilan, dan intelektual makin berkembang, senang bermain
berkelompok dengan jenis kelamin yang sama (usia 6–18/20 tahun).
1) Masa pra remaja : usia 6-10 tahun.
2) Masa remaja :
a) Masa remaja dini (Wanita : usia 8-13 tahun dan Pria : usia 10-15
tahun).
b) Masa remaja lanjut (Wanita : usia 13–18 tahun dan Pria : usia 15-
20 tahun).
4. Tugas Perkembangan Anak
a. Tugas perkembangan masa bayi dan anak prasekolah :
1) Belajar memakan makanan padat.
2) Belajar berjalan.
3) Belajar berbicara.
4) Belajar menegndalikan pembuangan kotoran tubuh.
5) Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin.
6) Mencapai kestabilan fisik.
7) Belajar mengenal konsep–konsep sederhana tentang kenyataan alam
dan social.
8) Belajar membedakan baik buruk, benar-salah, atau mengembangkan
kata hati.
b. Tugas perkembangan anak usia sekolah :
1) Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan.
2) Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai
makhluk biologis.
3) Belajar bergaul dengan teman sebaya.
4) Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelamin.
5) Belajar keterampilan dasar membaca, menulis, dan menghitung.
6) Belajar mengembangkan konsep sehari–hari.
7) Mengembangkan kata hati.

6
8) Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi.
9) Mengembangkan sikap positif terhadap kelompok social.
c. Tugas perkembangan remaja :
1) Mencapai kematangan dalam beriman dan bertakwa kepada Tuhan
YME.
2) Mencapai kematangan berperilaku etis.
3) Mencapai kematangan emosi.
4) Mencapai kematangan intelektual.
5) Memiliki kesadaran tanggung jawab social.
6) Mencapai kematangan perkembangan pribadi.
7) Mencapai kematangan hubungan dengan teman sebaya.
8) Memiliki kemandirian perilaku ekonomis.
9) Mencapai kematngan dalam pilihan karir.
10) Mencapai kematangan dalam kesiapan diri untuk menikah dan hidup
berkeluarga.
d. Tugas perkembangan dewasa awal :
1) Memilih pasangan hidup.
2) Belajar hidup dengan pasangan nikah.
3) Memulai hidup berkeluarga.
4) Memelihara anak.
5) Mengelolah rumah tangga.
6) Mulai bekerja.
7) Bertanggung jawab sebagai warga negara.
8) Menemukan kelompok social yang serasi.
e. Tugas perkembangan dewasa pertengahan :
1) Mencapai tanggung jawab social sebagai warga negara.
2) Membantu remaja belajar menjadi orang dewasa yang bertanggung
jawab.
3) Mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggang.

7
4) Menghubungkan diri sendiri dengan pasangan hidup sebagai suatu
individu.
5) Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan–perubahan
fisologis.
6) Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam
karier pekerjaan.
7) Menyesuaikan diri dengan orang tua yang semakin tua.
f. Tugas perkembangan dewasa akhir (masa tua) :
1) Menyusaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan.
2) Menyesuaikan diri dengan masa pension dan menurunya pengahsilan
keluarga.
3) Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup.
4) Membentuk hubungan dengan orang–orang seusia.
5) Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan.
6) Menyesuaikan diri dengan peran social secara luwes.
5. Penilaian Pertumbuhan Fisik
a. Ukuran antropometri
Pertumbuhan fisik anak pada umumnya dinilai dengan menggunakan
ukuranantropometrik yang dibedakan menjadi 2 kelompok yang meliputi :
1) Tergantung umur yaitu berat badan (BB) terhadap umur, tinggi badan
(TB) terhadap umur,lingkaran kepala (LK) terhadap umur dan
lingkaran lengan atas (LLA) terhadap umur.Untuk dapat memberikan
pemaknaan secara klinis pada parameter tersebut
diperlukanketerangan yang akurat mengenai tanggal lahir anak.
Kesulitannya adalah di daerah-daerahtertentu, penetapan umur anak
kurang tepat karena orang tua tidak ingat bahkan tidak adacatatan
mengenai tanggal lahirnya.
2) Tidak tergantung umur yaitu berat badan terhadap tinggi badan
(BB/TB), lingkaran lenganatas (LLA) dan tebal lipatan kulit (TLK).
Hasil pengukuran antropometrik tersebut dibandingkan dengan suatu

8
baku tertentumisalnya NCHS dari Harvard atau standar baku nasional
(Indonesia) seperti yang terekam pada Kartu Menuju Sehat (KMS).
Dengan melihat perbandingan hasil penilaian dengan standar baku
tersebut maka dapat diketahui status gizi anak. Nilai perbandingan ini
dapat digunakan untuk menilai pertumbuhan fisik anak karena
menunjukkan posisi anak tersebut pada persentil (%) keberapa untuk
suatu ukuran antropometrik pertumbuhannya, sehingga dapat
disimpulkan apakah anak tersebut terletak pada variasi normal, kurang
atau lebih. Selain itu juga dapat diamati trend (pergeseran)
pertumbuhan anak dari waktu ke waktu.
b. Berat Badan (BB)
Berat badan (BB) adalah parameter pertumbuhan yang paling
sederhana, mudah diukur, dan diulang. BB merupakan ukuran yang
terpenting yang dipakai pada setiap pemeriksaan penilaian pertumbuhan
fisik anak pada semua kelompok umur karena BB merupakan indikator
yang tepat untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang anak saat
pemeriksaan (akut). Alasannya adalah BB sangat sensitif
terhadap perubahan sedikit saja seperti sakit dan pola makan. Selain itu
dari sisi pelaksanaan, pengukuran obyektif dan dapat diulangi dengan
timbangan apa saja, relatif murah dan mudah, serta tidak memerlukan
waktu lama.
Namun, pengukuran BB tidak sensitif terhadap proporsi tubuh
misalnya pendek gemuk atau tinggi kurus. Selain itu, beberapa kondisi
penyakit dapat mempengaruhi pengukuran BB seperti adanya bengkak
(udem), pembesaran organ (organomegali), hidrosefalus, dan sebagainya.
Dalam keadaan tersebut, maka ukuran BB tidak dapat digunakan untuk
menilai status nutrisi.
Penilaian status nutrisi yang akurat juga memerlukan data tambahan
berupa umur yang tepat, jenis kelamin, dan acuan standar. Data tersebut
bersama dengan pengukuran BB dipetakan pada kurve standar BB/U dan

9
BB/TB atau diukur persentasenya terhadap standar yang diacu. BB/U
dibandingan dengan standar, dinyatakan dalam persentase :
1) >120% disebut gizi lebih.
2) 80-120% disebut gizi baik.
3) 60-80% tanpa edema = gizi kurang.
4) Dengan edema = gizi buruk.
5) <60% disebut gizi buruk.
Perubahan BB perlu mendapat perhatian karena merupakan petunjuk
adanya masalahnutrisi akut. Kehilangan BB dapat dikategorikan menjadi :
1) Ringan : kehilangan 5-15%
2) Sedang: kehilangan 16-25%
3) Berat : kehilangan >25%
c. Tinggi Badan (TB)
Tinggi badan (TB) merupakan ukuran antropometri kedua yang
terpenting. Pengukuran TB sederhana dan mudah dilakukan. Apabila
dikaitkan dengan hasil pengukuran BB akan memberikan informasi
penting tentang status nutrisi dan pertumbuhan fisik anak. Ukuran tinggi
badan pada masa pertumbuhan dapat terus meningkat sampai tinggi
maksimal dicapai.
TB merupakan indicator yang menggambarkan proses pertumbuhan
yang berlangsung dalam kurun waktu relative lama (kronis), dan berguna
untuk mendeteksi gangguan pertumbuhan fisik di masa lampau.Indikator
ini keuntungannya adalah pengukurannya obyektif, dapat diulang, alat
dapat dibuat sendiri, murah, dan mudah dibawa.
Kerugiannya perubahan tinggi badan relative lambat dan sukar untuk
mengukur tinggi badan secara cepat. Pengukuran TB pada anak umur
kurang dari 2 tahun dengan posisi tidur dan pada anak umur lebih dari 2
tahun dengan berdiri. Seperti pada BB, pengukuran TB juga memerlukan
informai seperti umur yang tepat, jenis kelamin, dan standar baku yang
diacu. TB kemudian dipetakan pada kurve TB atau dihitung terhadap

10
standar baku dan dinyatakan dalam %. TB/U dibandingkan dengan standar
baku (%).
1) 90-110% = baik/normal
2) 70-89% = tinggi kurang
3) <70% = tinggi sangat kurang
Rasio BB menurut TB (BB/TB)
Rasio BB/TB jika dikombinasikan dengan BB/U dan TB/U sangat
penting dan lebih akurat dalam penilaian status nutrisi karena memberikan
informasi mengenai proporsi tubuh. Indeks ini digunakan pada anak
perempuan hanya sampai tinggi badan 138cm dan pada anak laki-laki
sampai tinggi badan 145cm. Setelah itu, hasil perbandingan BB/TB
menjadi tidak bermakna, karena adanya tahap percepatan pertumbuhan
(growth sport) pada masa pubertas.
Intrepretasi BB/TB (dalam %)
1) 120% : obesitas
2) 110-120% : overweight
3) 90-110% : normal
4) 70-90% : gizi kurang
5) <70% : gizi baik
d. Lingkar Kepala (LK)
Lingkar kepala (LK) menggambarkan pertumbuhan otak dari estimasi
volume dalam kepala. Lingkar kepala dipengaruhi oleh status gizi anak
sampai usia 36 bulan. Pengukuran rutin dilakukan untuk menjaring
kemungkinan adanya penyebab lain yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan otak walaupun diperlukan pengukuran LK secara berkala
daripada sewaktu-waktu saja.
Apabila pertumbuhan otak mengalami gangguan yang dideteksi dari
hasil pengukuran LK yang kecil (dinamakan mikrosefali) maka hal ini
bisa mengarahkan si anak pada kelainan retardasi mental. Sebaiknya kalau
ada gangguan pada sirkulasi cairan otak (liquor cerebrospinal) maka

11
volume kepala akan membesar (makrosefali), kelainan ini dikenal dengan
hidrosefalus.
Pengukuran LK paling bermanfaat pada 6 bulan pertama sampai 2
tahun karena pada periode inilah pertumbuhan otak berlangsung dengan
pesat. Namun LK yang abnormal baik kecil maupun besar bisa juga
disebabkan oleh faktor genetik (keturunan) dan bawaan bayi. Pada 6 bulan
pertama kehidupan LK berkisar antara 34-44 cm sedangkan pada umur 1
tahun sekitar 47 cm, 2 tahun 49 cm dan dewasa 54 cm.
e. Lingkar Lengan Atas (LiLA)
Lingkar lengan atas (LLA) menggambarkan tumbuh kembang jaringan
lemak di bawah kulit dan otot yang tidak banyak terpengaruh oleh
keadaan cairan tubuh dibandingkan dengan berat badan (BB). LLA lebih
sesuai untuk dipakai menilai keadaan gizi/tumbuh kembang pada anak
kelompok umur prasekolah (1-5 tahun).
Pengukuran LLA ini mudah, murah, alat bisa dibuat sendiri dan bisa
dilakukan oleh siapa saja. Alat yang digunakan biasanya adalah pita ukur
elastis. Namun, penggunaan LLA ini lebih tepat untuk mengidentifikasi
anak dengan gangguan gizi/pertumbuhan fisik yang berat. Selain itu
terkadang pengukurannya juga dengan menekan pertengahan LLA yang
dirasakan tidak nyaman bagi anak-anak. Interpretasi hasil dapat berupa :
1) LLA (cm)
a) <12.5 cm = gizi buruk (merah)
b) 12.5–13.5 cm = gizi kurang (kuning)
c) >13.5cm = gizi baik (hijau)
2) Bila umur tidak diketahui, status gizi dinilai dengan indeks LLA/TB
a) <75% = gizi buruk
b) 75-80% = gizi kurang
c) 80-85% = borderline
d) >85% = gizi baik (normal).

12
6. Penilaian Perkembangan
Denver II adalah revisi utama dari standarisasi ulang dari Denver
Development Screening Test (DDST) dan Revisied Denver Developmental
Screening Test (DDST-R). Adalah salah satu dari metode skrining
perkembangan, yang bertujuan mendeteksi kelainan perkembangan sedini
mungkin pada anak sehat / asimptomatik, 0 bulan–6 tahun. Berlangsung rutin
dan periodik pada saat pemeriksaan kesehatan bayi sehat, memonitor
perkembangan terutama pada anak yang mempunyai risiko tinggi.
Tes ini bukan tes diagnostik sehingga tidak dapat menyimpulkan adanya
abnormalitas, hanya suspect / diduga untuk dirujuk / diperiksa untuk
penegakan diagnosis dan tes ini juga bukan tes IQ karena tidak dapat
memprediksi IQ dikemudian hari. Juga tidak untuk menilai gangguan belajar,
perilaku, emosional dan tidak sebagai pengganti pemeriksaan fisik, neurologi
atau pun tes diagnosis lainnya. Waktu yang dibutuhkan 15-20 menit.
a. Aspek perkembangan yang dinilai
1) Terdiri dari 125 tugas perkembangan.
2) Tugas yang diperiksa setiap kali skrining hanya berkisar 25-30 tugas.
3) Ada 4 sektor perkembangan yang dinilai, yaitu :
a) Personal Social (Perilaku Sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri,
bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.
b) Fine Motor Adaptive (Gerakan Motorik Halus / Non Verbal)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu, koordinasi antara mata dengan tangan,
manipulasi benda-benda kecil, pemecahan masalah dan melakukan
gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan
dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang
cermat.
c) Language (Bahasa)

13
Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara,
memahami, mengikuti perintah dan berbicara spontan.
d) Gross motor (Gerakan Motorik Kasar)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan, sikap tubuh dan
keseimbangan.
b. Alat yang digunakan
1) Alat peraga
Benang wol merah, kismis/ manik-manik, peralatan makan,
peralatan gosok gigi, kartu/ permainan ular tangga, pakaian, buku
gambar/ kertas, pensil, kubus warna merah-kuning-hijau-biru, kertas
warna (tergantung usia kronologis anak saat diperiksa).
2) Formulir
Formulir Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) (Maritalia,
2009) :
c. Cara Pemeriksaan Denver II
1) Tetapkan umur kronologis anak, tanyakan tanggal lahir anak yang
akan diperiksa. Gunakan patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12
bulan untuk satu tahun.
2) Jika dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke bawah,
jika sama dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas.
3) Tarik garis berdasarkan umur kronologis yang memotong garis
horisontal tugas perkembangan pada formulir DENVER II.
4) Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P dan
berapa yang F.
5) Berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam :
a) Abnormal
I. Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau
lebih.
II. Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih
keterlambatan Plus 1 sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan

14
dan pada sektor yang sama tersebut tidak ada yang lulus pada
kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.
b) Meragukan
I. Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih.
II. Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan
pada sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang
berpotongan dengan garis vertikal usia.
c) Tidak dapat dites
Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi
abnormal atau meragukan.
d) Normal
Semua yang tidak tercantum dalam kriteria di atas.
Rekomendasi untuk rujukan tes Suspect dan Untestable :
1) Skrining ulang pada 1 sampai 2 minggu untuk mengesampingkan faktor
temporer.
2) Bila skrining ulang ini bersifat suspect atau untestable, gunakan penilaian
klinis  berdasarkan hal berikut; angka kewaspadaan dan kelambatan; laju
perkembangan di masa lalu; pemeriksaan dan riwayat klinis; ketersediaan
sumber rujukan.
7. Gangguan Tumbuh Kembang Anak
Ada banyak sekali jenis gangguan tumbuh kembang pada anak, mulai dari
yang paling ringan hingga yang sangat kompleks. Berikut ini akan dijelaskan
beberapa gangguan tumbuh kembang pada anak beserta cara mengatasinya :
a. Speech Delay (Keterlambatan Kemampuan Bicara)
Speech Delay adalah kegagalan mengembangkan kemampuan
berbicara pada anak, yang diharapkan bisa dicapai pada usianya. Dengan
kata lain, perkembangan anak (dalam hal bicara) tertinggal beberapa bulan
dari teman-teman seusianya
Penyebab :

15
1) Anak-anak yang dicurigai mengalami speech delay seringkali juga
mengalami masalah pendengaran.
2) Adanya keterlambatan perkembangan yang terjadi karena belum
dicapainya tingkat kematangan seperti kematangan organ-organ
bicara.
3) Kurang stimulasi atau kurang terpapar dalam lingkungan sosial.
Cara Mengatasi :
1) Bacakan buku atau cerita bergambar sehingga anak dapat menunjuk
atau memberi nama benda-benda yang ia kenal.
2) Gunakan bahasa yang sederhana ketika berbicara pada anak.
3) Mengoreksi ucapan yang salah dari anak. Misalnya ketika anak
mengatakan “Atit” saat mengutarakan rasa sakit, orang tua segera
membenarkanya dengan mengucapkan “Oh, sakit ya”. Usahakan untuk
selalu mengulang kata-kata yang diucapkan anak pada kita.
4) Berikan pujian pada anak ketika anak berbicara benar.
5) Jangan abaikan anak dan selalu berikan respon terhadap apa yang
dikatakan anak.
6) Jangan memaksa anak untuk berbicara karena hal ini hanya akan
membuat anak menjadi semakin tertekan.
7) Berkonsultasi kepada tenaga ahli
b. Keterlambatan Kemampuan Berjalan
Rentang kemampuan anak bisa berjalan tanpa bantuan berada dalam
usia 8 bulan sampai dengan 18 bulan. Bila anak berumur lebih dari 18
bulan belum bisa berjalan, baru dikategorikan ‘delay’ atau terlambat,
sehingga diperlukan intervensi. Jadi, anak usia 15 bulan yang belum bisa
berjalan, dinyatakan “belum siap”, bukan dianggap terlambat, karena
rentang toleransinya cukup panjang. Namun jangan menganggap remeh
dengan kondisi tersebut. Lebih baik Anda melakukan deteksi awal
mengenai “keterlambatan” tersebut supaya bisa diantisipasi dan dicari
jalan keluarnya

16
Penyebab :
1) Kondisi kesehatan anak yang kurang mendukung. Keterlambatan anak
mulai berjalan bisa disebabkan oleh gangguan neurologis, gizi buruk,
maupun penyakit seperti : riwayat kekurangan oksigen saat lahir,
penyakit-penyakit perinatal yang  berat (sepsis, kerinikterus,
meningitis), bayi lahir dengan berat sangat rendah,  bayi prematur,
cerebal palsy, pasca kejang lama, penyakit jantung bawaan, dan lain
sebagainya.
2) Faktor keturunan. Beberapa kasus menunjukkan orangtua yang
mempunyai riwayat terlambat berjalan akan menurun kepada anaknya.
3) Bentuk dan berat badan anak. Anak dengan kaki yang pendek biasanya
lebih cepat berjalan daripada yang berkaki panjang. Semakin panjang
kaki anak, biasanya jadi lebih sulit menyeimbangkan badan.
4) Pengalaman buruk waktu belajar berjalan. Kecelakaan yang mungkin
terjadi saat belajar berjalan seperti tersandung hingga membentur meja
bahkan berdarah, bisa mengakibatkan anak trauma dan malas berlatih
lagi. Terlebih lagi jika ditambah dengan respon orang tua yang terlalu
mengkhawatirkannya.
5) Bayi yang tidak dikelilingi anak-anak lain. Hal ini biasanya
mengakibatkan anak jadi lebih lambat berjalan karena tidak ada yang
memberinya contoh (meski tidak selalu).
6) Orangtua maupun lingkungan yang overprotective. Rasa sayang yang
berlebihan dengan melarang anak untuk melakukan kegiatan yang
“menantang” karena khawatir jatuh atau terpeleset, membuat anak
kehilangan kepercayaan diri untuk mulai berjalan. Kebiasaan terlalu
sering digendong dan pemakaian baby walker yang berlebihan juga
dapat membuat anak malas belajar jalan.
Cara Mengatasi :
1) Menatih dengan penuh kesabaran. Masa menatih (titah, bahasa Jawa)
merupakan masa yang membutuhkan tenaga dan kesabaran ekstra.

17
Karena tangan kita harus mendampingi kemanapun si kecil bergerak.
Pada awalnya kita menggunakan dua tangan untuk menatih, namun
dengan bertahap kita lepas satu tangan, hingga akhirnya kita lepas dia
berjalan tanpa bantuan kita.
2) Gunakan berbagai alat sebagai bantuan. Kursi plastik yang kokoh,
meja kecil yang ringan, maupun galon air mineral yang tidak terisi
penuh bisa menjadi alat yang menarik untuk didorong-dorong anak.
3) Pastikan lingkungan di sekitar anak cukup aman. Hal ini bertujuan
untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan. Seperti menyingkirkan
benda-benda yang mudah diraih dan mudah pecah.
4) Lakukan dengan kegembiraan. Ambillah jarak dari si kecil dengan
memegang mainan atau benda yang menarik perhatiannya. Mintalah
anak untuk mengambilnya dan berikan pelukan hangat saat dia
berhasil menjangkaunya. Perlebar jarak untuk meningkatkan
kemampuannya.
5) Hindari baby walker. Faktor praktis dan bisa ditinggal mengerjakan
hal lain seringkali membuat orangtua berlebihan dalam memanfaatkan
baby walker. Padahal, hal seperti itu bisa menyebabkan anak jadi
malas berjalan ketika dilepas tanpa baby walker. Penggunaan baby
walker tetap harus dengan pengawasan karena terbukti pada beberapa
kasus dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan seperti tergelincir di
tangga, kamar mandi, maupun kolam renang.
6) Terus berikan semangat pada anak. Belajar berjalan merupakan
kombinasi dari latihan kemandirian, kepercayaan diri, pantang
menyerah, dan kesabaran.
7) Konsultasikan dengan dokter ahli jika anak tidak juga menunjukkan
kemajuan dalam kemampuan berjalan meskipun sudah dilakukan
stimulasi yang memadai.
c. Austisme

18
Istilah autisme berasal dari kata “Autos” yang berarti diri sendiri dan
“isme” yang berarti suatu aliran, sehingga dapat diartikan sebagai suatu
paham tertarik pada dunianya sendiri. Autisme merupakan gangguan
perkembangan yang kompleks yang umumnya muncul sebelum usia tiga
tahun sebagai hasil dari gangguan neurologis yang mempengaruhi fungsi
normal otak. Gangguan ini mempengaruhi perkembangan dalam area
interaksi sosial dan keterampilan komunikasi.
Anak penyandang autis umumnya menunjukan kesulitan dalam
komunikasi verbal dan nonverbal, interaksi sosial, dan kegiatan
bersosialisasi (misalnya bermain bersama). Mereka juga menunjukan
pola-pola tingkah laku yang terbatas, berupa pengulangan dan stereotip
(meniru).
Seorang penderita autis mempunyai beberapa kesulitan yaitu dalam
hal makna, komunikasi, interaksi sosial, dan masalah imajinasi. Hal ini
menyebabkan penderita autis menemui banyak kesulitan dalam
kehidupannya sehari-hari. Anak autis bisa sangat tertarik pada sesuatu dan
kemudian asyik sendiri pada dunianya. Akibatnya, anak autis cenderung
menarik diri dari lingkungan sekitarnya.
Penyebab :
Permasalahan pada awal perkembangan seorang anak. Anak
penyandang autis mengalami masalah kesehatan yang lebih banyak
selama masa kehamilan, pada saat dilahirkan, dan segera setelah
dilahirkan, daripada anak yang bukan penyandang autis. Pengaruh genetik.
Adanya gangguan gen dan kromosom yang ditemukan pada studi terhadap
keluarga dengan anak kembar menunjukan peran yang besar dari faktor
genetik sebagai penyebab dari autis.
Abnormalitas otak. Meskipun tidak diketahui tanda-tanda biologis
untuk autis, penelitian yang dilakukan oleh sejumlah ahli menunjukan
bahwa gambaran otak anak penyandang autis berbeda dengan gambaran
otak anak normal.

19
Cara Mengenali Gejala :
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahui gejala
autis, salah satunya dengan metode yang dinamakan M-CHAT (Modified
Checklist for Autism in Toddlers). Orang tua harus mengamati 6
pertanyaan penting berikut :
1) Apakah anak Anda tertarik pada anak-anak lain ?
2) Apakah anak Anda dapat menunjuk untuk memberitahu
ketertarikannya pada sesuatu ?
3) Apakah anak Anda pernah membawa suatu benda untuk diperlihatkan
pada orangtua ?
4) Apakah anak Anda dapat meniru tingkah laku anda ?
5) Apakah anak Anda berespon bila dipanggil Namanya ?
6) Bila Anda menunjuk mainan dari jarak jauh, apakah anak anda akan
melihat ke arah mainan tersebut ?
Bila jawaban anda TIDAK pada 2 pertanyaan atau lebih, maka
sebaiknya berkonsultasi dengan profesional yang ahli dalam
perkembangan anak dan mendalami bidang autisme. Karakteristik dari
penyandang autis banyak sekali ragamnya (sepektrumnya sangat luas)
sehingga cara diagnosa yang paling ideal adalah dengan memeriksakan
anak pada beberapa tim dokter ahli seperti ahli neurologis, ahli psikologi
anak, ahli penyakit anak, ahli terapi bahasa, ahli pengajar dan
ahli profesional lainnya dibidang autis.
Diagnosis yang paling baik adalah dengan cara seksama mengamati
perilaku anak dalam berkomunikasi, bertingkah laku dan
tingkat perkembangannya. Orang tua harus peka dengan perkembangan
anak sejak lahir, dan melaporkan kepada dokter untuk setiap
keterlambatan dan gangguan dalam perkembangan perilakuknya.
Cara Mengatasi :
1) Modifikasi perilaku dengan bantuan tenaga profesional. Misalnya
dengan pendekatan ABA (Applied Behavioral Analysis) untuk

20
menguasai keterampilan yang diperlukan dalam lingkungan, terapi
integrasi sensori untuk menghadapi stimulasi sensori, dan metode
pendekatan yang hangat dan akrab untuk membangun hubungan
dengan anak sebagai individu dan untuk membantu memperbaiki
proses perkembangan anak melalui bahasa tubuh, kata-kata, serta
media bermain.
2) Sarana pendukung dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan orang
tua diluar waktu-waktu terapi.
3) Pendukung visual agar anak lebih mudah berkomunikasi,
mengutarakan keinginan, dan membantu anak memahami kehidupan.
Selain itu, dengan menunjukkan objek secara nyata pada anak juga
dapat membantu anak mengembangkan pemahaman tentang waktu
dan pentingnya menghargai lingkungan.
4) Berenang, berkuda, naik sepeda, sepatu roda, atau naik turun tangga.
Kegiatan-kegiatan tersebut sejalan dengan prinsip terapi integrasi
sensori.
5) Berinteraksi dengan anak dalam situasi bermain yang melibatkan
sentuhan dan kontak mata yang memadai.
6) Terapi wicara (dibantu dokter dan terapis).
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas Anak dan Orang Tua
1) Nama
2) Alamat
3) Telepon
4) Tempat dan tanggal lahir
5) Suku/bangsa
6) Jenis kelamin
7) Agama
8) Tanggal pengkajian

21
b. Keluhan Utama
Untuk menjalani suatu imunisasi anak diharapkan dalam kondisi sehat
jasmani dan rohani karena akan dipenetrasikan antigen dalam imunisasi yang
akan memicu fungsi imunnya, namun seiring dengan kondisi anak yang rentan
terhadap kontak infeksi dari lingkungan, tidak menutup kemungkinan jika saat
memasuki jadwal imunisasi ia berada dalam kondisi sakit. Maka dari
itu, perlu ditanyakan apakah anak memiliki keluhan kesehatan baik secara
langsung pada anak ataupun orang tua/pengasuhnya beberapa saat sebelum
diimunisasi, keluhan ini dapat dijadikan indikator apakah imunisasi harus
dilanjutkan, ditunda sementara waktu, atau tidak diberikan sama sekali.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Untuk mendapatkan semua rincian yang berhubungan dengan keluhan
utama. Jika saat ini kesehatan anak baik, riwayat penyakit sekarang mungkin
tidak terlalu menjadi acuan, akan tetapi jika anak dalam kondisi tidak sehat,
hal ini dapat dijadikan kajian lebih lanjut untuk mengetahui status kesehatan
anak saat ini, selain untuk kepentingan imunisasi, hal ini juga dapat
dijadikan panduan apakah anak harus mendapat perawatan lebih lanjut
mengenai penyakitnya.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Untuk memperoleh profil penyakit anak, cedera-cedera, atau pembedahan
sebelumnya yang pada kesempatan ini akan digunakan sebagai petunjuk yang
berarti dalam pemberian imunisasi :
1) Riwayat kelahiran (riwayat kehamilan, persalinan, dan perinatal).
2) Penyakit, cedera, atau operasi sebelumnya.
3) Alergi.
4) Pengobatan terbaru.
5) Imunisasi yang pernah didapatkan anak serta pengalaman/reaksi
terhadap imunisasi yang pernah didapat sebelumnya.
6) Pertumbuhan dan perkembangan anak (sebelum melakukan imunisasi
dapat pula dikaji pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga dapat

22
mengidentifikasikan indikasi imunisasi serta pendidikan kesehatan yang
sesuai dengan usia serta pola perilaku anak baik ditujukan secara
langsung pada anak ataupun keluarganya).
7) Kebiasaan anak yang dapat memengaruhi kesehatannya.
e. Tinjauan Sistem
Untuk memperoleh informasi yang menyangkut adanya kemungkinan
masalah kesehatan pada anak, walau tampak jarang dilakukan saat akan
diimunisasi, namun tinjauan ini akan menjadi pilihan yang lebih baik selain
pengkajian riwayat kesehatan anak karena dalam pengkajian cenderung hanya
berfokus pada informasi yang diberikan anak, keluarga sedangkan
kemungkinan terhadap kondisi kelainan yang ada pada tubuh anak belum
disadari olehnya dan juga keluarga, sehingga alangkah baik jika sebelum
diimunisasi anak mendapatkan tindakan pemeriksaan fisik untuk peninjauan
terhadap sistem tubuhnya. Tinjauan sistem meliputi :
1) Menyeluruh/umum
2) Integumen
3) Kepala
4) Mata
5) Telinga
6) Hidung
7) Mulut
8) Tenggorokan
9) Leher
10) Dada
11) Respirasi
12) Kardiovaskuler
13) Gastrointestinal
14) Genitourinaria
15) Ginekologi
16) Muskuloskeletal

23
17) Neurologi
18) Endokrin

f. Riwayat Pengobatan Keluarga


Untuk mengidentifikasi adanya faktor genetika atau penyakit yang
memiliki kecenderungan terjadi dalam keluarga dan untuk mengkaji pajanan
terhadap penyakit menular pada anggota keluarga dan kebiasaan keluarga
yang dapat memengaruhi kesehatan anak, seperti merokok dan penggunaan
bahan kimia lain, serta tingkat kewaspadaan keluarga saat anak mengalami
sakit.
g. Riwayat Psikososial
Untuk memperoleh informasi tentang konsep diri anak, terutama terfokus
pada riwayat imunisasi yang pernah ia dapatkan, apabila riwayat sebelumnya
menyisakan kerisauan pada anak maka akan lebih baik jika saat imunisasi
berikutnya hal ini diperbaiki untuk mengubah konsep anak terhadap
imunisasi, menanamkan padanya bahwa hal ini penting untuk mencegah
penyakit yang mungkin mendatanginya, serta diperlukan keterlibatan keluarga
yang dapat memberikan dukungan mental pada anaknya sehingga anak tidak
risau dalam menghadapi imunisasi.
h. Riwayat Keluarga
Untuk mengembangkan pemahaman tentang anak sebagai individu dan
sebagai anggota keluarga dan komunitas. Pengkajian juga berfokus pada
sejauh mana keluarga memahami tentang imunisasi yang akan diberikan pada
anak, meliputi jenis imunisasi, alasan diimunisasi, manfaat imunisasi, dan
efek sampingnya. Hal ini akan sangat membantu jika keluarga telah
memahami pentingnya imunisasi sebagai langkah penting yang diperlukan
untuk mencegah penyakit pada anaknya. Untuk beberapa keluarga yang
belum begitu memahami imunisasi, hal ini dapat dijadikan patokan untuk
memberikan pendidikan kesehatan dalam pemahaman terhadap imunisasi.

24
i. Pengkajian Nutrisi
Untuk memperoleh informasi yang adekuat tentang asupan dan kebutuhan
nutrisi anak dalam kaitannya dengan kesehatan anak saat ini sebelum ia
mendapatkan imunisasi dan dapat dijadikan bahan untuk pendidikan
kesehatan pasca imunisasi anak. Pengkajian nutrisi meliputi pengkajian
terhadap asupan diet dan pemeriksaan klinis.
j. Pengkajian Pertumbuhan dan Perkembangan
Pengkajian pertumbuhan dan perkembangan anak bertujuan
mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan tumbuh kembang anak,
sehingga dengan data yang ada dapat diketahui mengenai keadaan anak yang
dapat membantu proses imunisasi dan juga pendidikan kesehatan seputaran
imunisasi anak. Dalam melaksanakan pengkajiaan atas pertumbuhan
dan perkembangan anak, hal penting yang harus diperhatikan adalah
bagaimana mempersiapkan anak agar pemeriksaan berjalan lancar. Sebelum
melakukan pengkajiaan, prinsip-prinsip yang perlu di perhatikan dan dapat
diterapkan di lapangan adalah :
1) Lingkungan/ruangan pemeriksaan tidak menakutkan, misalnya
memberikan warna dinding netral cukup ventilasi, menjauhkan peralatan
yang menakutkan bagi anak, dan menyediakan makanan.
2) Sebelum pengkajiaan sebaiknya disediakan waktu untuk bermain agar
anak menjadi kooperatif. Dalam hal ini, bukan berarti mengabaikan tugas
utama, tetapi untuk pendekatan agar anak tidak takut sehingga
memudahkan pemeriksaan.
3) Pemeriksaan dapat dimulai dari bagian tubuh yang mudah dan tidak
menakutkan anak.
4) Jika ada beberapa anak, mulailah dengan anak yang kooperatif sehingga
akan mengurangi rasa takut dari anak yang lain.
5) Libatkan anak dalam proses pemeriksaan. Kita bisa menjelaskan pada
anak mengenai hal-hal yang perlu dilakukan pada dirinya. Apabila
mungkin, beri kesempatan anak untuk membantu proses pemeriksaan.

25
Buat posisi pemeriksaan senyaman mungkin. Anak dapat berbaring di
pangkuaan orang tua.
6) Berikan pujian kepada anak yang kooperatif. Hal ini dapat merangsang
anak yang lain agar tidak takut untuk diperiksa.
7) Berikan pujian pada orang tua apabila anak maju dan ibunya mengetahui
nasehat petugas. Prinsip-prinsip tersebut hendaknya dipahami oleh setiap
perawat sehingga memudahkannya dalam melaksanakan pemeriksaan dan
meminimalkan kecemasan pada anak. Setelah memahami prinsip-prinsip
ini, berikutnya adalah melakukan pengkajiaan pada anak. Hal-hal yang
perlu dikaji adalah:
a) Riwayat Pranatal
Perlu ditanyakan pada ibu apakah ada tanda-tanda resiko tinggi
saat hamil, seperti terinfeksi TORCH, berat badan tidak naik,
preeksklamsi, dan lain-lain, serta apakah kehamilannya dipantau
berkala. Kehamilan risiko tinggi yang tidak ditangani dengan benar
dapat mengganggu tumbuh kembang anak. Dengan mengetahui
riwayat prenatal maka keadaan anaknya dapat diperkirakan.
b) Riwayat Kelahiran
Perlu ditanyakan pada ibu mengenai cara kelahiran anaknya, apakah
secara normal, dan bagaimana keadaan anak sewaktu lahir. Anak yang
dalam kandungan terdeteksi sehat, apabila kelahirannya mengalami
gangguan (cara kelahiran dengan tindakan seperti forceps, partus lama,
atau kasep), maka gangguan tersebut dapat mempengaruhi keadaan
tumbuh kembang anak.
c) Pertumbuhan Fisik
Untuk menentukan keadaan pertumbuhan fisik anak, perlu
diperlakukan pengukuran antropometri dan pemeriksaan fisik.
Sebagaimana dalam pembahasan sebelumnya, pengukuran
antropometri yang sering digunakan di lapangan untuk memantau
tumbuh kembang anak adalah TB, BB, dan lingkar kepala. Sedangkan

26
lingkar lengan dan lingkar dada baru digunakan bila dicurigai adanya
gangguan pada anak. Apabila petugas akan mengkaji pertubuhan fisik
anak, maka petugas tersebut cukup mengukur TB, BB, dan lingkar
kepala. Meskipun tidak semua ukuran antropometri digunakan, berikut
ini akan dijelaskan cara pengukuran dari masing-masing ukuran
antropometri :
a. Berat Badan (BB)
b. Tinggi Badan (TB)
c. Lingkar Kepala (LK)
d. Lingkar Lengan Atas (LiLA)
d) Pemeriksaan fisik
Meskipun pemeriksaan fisik tidak dilakukan apabila dilapangkan,
namun petugas perlu mengetahui bahwa pemeriksaan fisik perlu
dilakukan agar keadaan anak dapat diketahui secara keseluruhan.
Pemeriksaan fisik dapat dimulai dari rambut, kepala, leher, dada,
perut, genetalia, ekstremitas. Selain itu, tanda-tanda vital dan keadaan
umum perlu dikaji. Pemeriksaan fisik pada pertumbuhan dan
perkembangan ini adalah sama seperti cara pemeriksaan fisik pada
bayi dan anak. Oleh karena itu, pemeriksaan fisik tidak dibahas secara
khusus pada bagian ini.
e) Perkembangan anak
Untuk mengkaji keadaan perkembangan anak, dapat digunakan buku
Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita sebagaimana telah
dibahas sebelumnya. Dari pedoman ini dapat diketahui mengenai
keadaan perkembangan anak saat ini, apakah anak berada dalam
keadaan normal, meragukan, atau memerlukan rujukan. Apabila anak
memerlukan pemeriksaan lebih lanjut, maka dapat dilakukan DDST
yang dapat dibaca pada Buku Tumbuh Kembang oleh Soetjiningsih
(1996).
f) Data lain

27
Yang termasuk data lain adalah pola makan, pola aktifitas anak, data
penunjang lainnya, seperti pemeriksaan laboratorium, serta data yang
diperlukan terutama apabila anak berada diklinik.
k. Interpretasi Hasil Pengukuran dan Tindakan yang Diperlukan
Setelah dilakukan pengkajian terhadap pertumbuhan dan perkembangan
pada bayi dan balita, terdapat interpretasi hasil sebagai berikut :
1) Pertumbuhan dan perkembangan normal
Menurut Moersintowarti (2002), pertumbuhan anak dikatakan normal
apabila grafik berat badan anak berada pada jalur berwarna hijau pada
kalender balita (KMS) atau sedikit di atasnya. Arah grafik harus naik dan
sejajar mengikuti lengkungan jalur (kurva) berwarna hijau.
Sementara pertumbuhan anak dikatakan ideal jika pertumbuhan yang
ditetapkan dengan pengukuran antropometri adalah BB/U, BB/M, dan
LK/U.
Perkembangan anak tergolong normal apabila umur dan
kemampuan/kepandaian anak sesuai dengan patokan yang berlaku.
Berdasarkan Pedoman Deteksi Tumbuh Kembang Balita, skor yang
diperoleh saat pemeriksaan harus berjumlah 9-10. Apabila menggunakan
kalender balita (KMS) maka kemampuan anak sesuai usia yang terdapat
pada gambar. Sementara apabila menggunakan tes DDST anak dapat
melewati tugas-tugas perkembangannya sesuai usia. Demikian juga untuk
pemeriksaan lainnya.
2) Pertumbuhan dan perkembangan tidak normal
Pertumbuhan anak mengalami penyimpangan apabila grafik berat
badan anak berada jauh di atas warna hijau atau berada dibawah jalur
hijau, khususnya pada jalur merah. Ukuran antropometri lain yang
mengikuti biasanya adalah lingkar lengan atas dan lingkar lengan dada.
Perkembangan anak mengalami penyimpangan apabila kemampuan
kepandaian anak tidak dicapai sesuai dengan usianya, sehingga anak
mengalami keterlambatan. Pada tes DDST anak tidak dapat mencapai

28
tugas-tugas perkembangannya, atau pada gambar kalender balita (KMS)
kemampuan anak tidak sesuai dengan usianya.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko cedera berhubungan dengan ketidakamanan transportasi
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
1 Resiko cedera Setelah Pencegahan - Mengetahui area
berhubungan dilakukan Cedera lingkungan yang
dengan tindakan Observasi dapat berpotensi.
ketidakaman- keperawatan - Identifikasi area
an transportasi selama1x30 lingkungan yang
menit berpotensi
diharapkan menyebabkan - Mengurangi resiko
tingkat cedera cedera. cedera pada
menurun - Identifikasi ekstremitas
dengan kriteria kesesuaian alas bawah.
hasil : kaki atau stoking
- Kejadian elastis pada
cedera ekstremitas
menurun. bawah. - Menghindari resiko
- Toleransi Terapeutik salah melakukan
aktivitas - Sediakan tindakan jika
meningkat. pencahayaan yang cahaya redup.
- Gangguan memadai. - Lebih memantai
mobilitas dan evaluasi.
menurun.
- Tingkatkan
frekuensi
observasi dan
pengawasan - Menambah
sesuai kebutuhan. informasi
Edukasi keluarga
- Jelaskan alas an mengenai
intervensi pencegahan
pencegahan jatuh jatuh.
ke pasien dan
keluarga.
Edukasi Keamanan
Anak
Observasi - Memahami
- Identifikasi kemampuan

29
kesiapan dan pasien dalam
kemampuan menerima
menerima informasi.
informasi.
Terapeutik - Mencegah
- Sediakan materi kepenatan dan
dan media meningkatkan
Pendidikan perasaan sehat.
kesehatan. - Meningkatkan
pengetahuan
- Jadwalkan pasien tekait
Pendidikan keamanan.
kesehatan sesuai - Mengkaji
jadwal. pengetahuan
- Berikan orang tua selama
kesempatan untuk proses belajar.
bertanya. - Mengurangi resiko
cedera pada
Edukasi anak.
- Anjurkan - Mengurangi resiko
memantau anak cedera pada
berada di tempat anak.
yang berisiko.
- Anjurkan menutup
sumber listrik - Mengurangi resiko
yang dapat cedera pada
dijangkau. anak.
- Anjurkan memilih
mainan yang
sesuai dengan
usia anak dan - Mengurangi resiko
tidak berbahaya. cedera pada
- Anjurkan anak.
menyimpan
benda berbahaya
dan cairan
berbahaya.

30
DAFTAR PUSTAKA

Behrman, Kliegman, Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak (Nelson Textbook of


Pediatrics). Jakarta : EGC

Dhamayanti, Meita. 2010. Stimulasi Tumbuh Kembang Anak Untuk Meningkatkan


Emotional Spiritual Quotient (ESQ). Bandung : FK Unpad Subbagian Tumbuh
Kembang – Pediatri Sosial Bagian Ilmu Kesehatan Anak Perjan RSHS Bandung.

Latief, A. 2000. Diagnosis fisik pada Anak. Jakarta : Penerbit Sagung Seto

Potter, P.A. and Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, dan Praktik. Jakarta : EGC

Markum, A.H. dkk. 1991. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : FKUI

Meritalia, D. 2009. Analisis Pelaksanaan Program Stimulasi, Deteksi Dini dan


Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) Balita dan Anak Pra Sekolah Di
Puskesmas Kota Semarang Tahun 2009. Semarang : Undip

Narendra, M.B., Sularyo, T.S., Soetjiningsih, Suyitno, H., Ranuh, AG.N.G., &
Wiradisuria, S. 2002. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja (Ed. 1). Jakarta : CV
Sagung Seto

Natosba, J. 2010. Diklat kuliah ilmu keperawatan anak. Palembang : Program studi
ilmu keperawatan Universitas Sriwijaya

Supartini. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

31

Anda mungkin juga menyukai