Anda di halaman 1dari 2

Nama : Nicholas Moniaga

Nim : 10718057
No.WA : 085295363839

Letter of Interests

Kepada Yth.

Dosen Bioteknologi Farmasi Institut Teknologi Bandung

Pertama-tama, saya mengucapkan terima kasih kepada dosen-dosen biotek yang sudah
mengajarkan saya sebuah pengetahuan baru di bidang bioteknologi dalam mata kuliah
Bioteknologi Farmasi dan mata kuliah pilihan Terapi Rekombinan Mendatang sehingga
membuat saya tertarik untuk melakukan tugas akhir pada Kelompok Keilmuan Farmasetika
khususnya Bioteknologi Farmasi.

Dalam kesempatan ini, saya akan memberikan alasan saya ingin melakukan tugas akhir di bidang
Bioteknologi. Tepatnya pada 11 Maret 2021, nenek saya meninggal dunia disebabkan oleh
kanker kepala pankreas yang dideritanya dan baru didiagnosis cukup terlambat sekitar bulan
Desember 2020 karena sebelumnya tidak tampak gejala apapun yang dikeluhkan oleh nenek
saya. Nenek saya menjalani pengobatan kurang lebih sekitar 3 bulan semenjak desember 2020
tetapi tidak menghasilkan hasil yang signifikan. Sudah cukup banyak jasa dokter yang dipakai
untuk pengobatan nenek, namun sayangnya dokter di Indonesia kurang dibekali ilmu yang cukup
mumpuni untuk menangani kasus yang dialami nenek saya sehingga mereka merekomendasikan
untuk konsultasi ke dokter A, B, dan sebagainya. Namun, hasilnya kurang memuaskan. Satu
dokter yang kami gunakan untuk pengobatan nenek saya mendiagnosis bahwa nenek menderita
kanker dan disarankan untuk operasi bypass karena operasi utama (operasi whipple) memiliki
resiko yang cukup besar karena umur nenek yang sudah lansia. Selain dokter tersebut, kami juga
menggunakan jasa dokter lain untuk berkonsultasi terkait alternatif yang tersedia namun
sayangnya beliau mendiagnosis bahwa nenek saya sudah pada tahap kanker pankreas stadium 4
sehingga beliau hanya memberikan obat-obatan sederhana yang tujuannnya bukan untuk kuratif
tetapi hanya suportif.

Saya sangat menyayangkan pengobatan yang diberikan oleh fasilitas kesehatan Indonesia
hanyalah obat-obatan yang sifatnya supportive saja bukan mengatasi sumber atau akar
permasalahan seperti Xepazym (obat berisi enzim pankreas), Seloxy AA (suplemen vitamin),
Vometa (anti mual) yang bertujuan hanya untuk meminimalisir efek samping dari kanker
pankreas tersebut yakni seperti mual, muntah, ikterus (jaundice), tidak nafsu makan. Di samping
itu, pengobatan kasus-kasus kanker di Indonesia tergolong masih sedikit baik melalui operasi
paliatif, operasi whipple, ataupun bypass, belum tersedianya terapi alternatif lain untuk
mengatasi kanker pankreas, salah satu kanker yang sulit untuk disembuhkan karena masih
minimnya penelitian terkait kanker ini serta kurangnya pengalaman tenaga kesehatan di
Indonesia terkait kanker pankreas ini.
Nama : Nicholas Moniaga
Nim : 10718057
No.WA : 085295363839
Didukung dari ilmu yang saya dapatkan selama kuliah, saya tertarik dengan salah satu metode
alternatif yang sedang dikembangkan saat ini untuk terapi kanker (kemoterapi), salah satunya
adalah aptamer. Dari salah satu jurnal yang saya baca, aptamer dapat digunakan sebagai terapi
penghantaran obat yang cukup efektif pada sel kanker karena mampu meningkatkan
bioavailibilitas zat kemoterapi dalam tubuh. Efektivitas aptamer sebagai kendaraan yang
mumpuni membuat saya ingin mempelajari lebih lanjut bagaimana mekanisme penghantarannya
serta faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi sistem penghantaran ini. Di samping
kelemahan aptamer yakni renal clearance yang cukup tinggi membuat efikasi dari aptamer
menurun. Namun, hal tersebut dapat diatasi melalui modifikasi struktur secara kimia dan dari
modifikasi inilah saya tertarik untuk melakukan studi lebih lanjut sehingga mampu
meningkatkan keamanan, kualitas, serta efikasi dari aptamer itu sendiri dalam terapi penyakit
kanker.

Selain penggunaan aptamer untuk terapi kanker, saya juga cukup tertarik terkait penggunaan
aptamer dalam mendeteksi COVID-19 melalui protein nukleokapsid (np). Berdasarkan salah satu
jurnal yang telah saya baca sebelumnya, aptamer memiliki efisiensi yang lebih tinggi dalam
mendeteksi COVID-19 dibandingkan dengan sistem imun tubuh sehingga membuat saya lebih
tertarik untuk melakukan studi literatur terkait modifikasi aptamer untuk menghasilkan hasil
diagnosa yang akurat dan cepat tanpa memerlukan biaya mahal seperti PCR atau swab test.
Dengan adanya dobrakan besar dalam diagnosis COVID-19 ini, saya ingin melakukan studi lebih
lanjut terkait mutasi COVID-19 yang baru terjadi saat ini dan apakah efektivitas aptamer dalam
mendiagnosis mutasi COVID-19 ini lebih poten atau sama saja. Selain itu, dengan adanya
diagnosis mutasi COVID-19 sejak dini dapat mencegah risiko penyebaran dari individu ke
komunitas maupun dari komunitas ke populasi sehingga dapat menekan angka penyebaran
COVID-19 sekaligus mampu mempercepat pembuatan vaksin COVID-19 karena minimnya
mutasi COVID-19.

Oleh karena itu, saya sangat tertarik untuk mempelajari lebih dalam terkait aptamer baik sebagai
terapi maupun diagnosis serta modifikasi-modifikasi aptamer yang memungkinkan untuk
dilakukan untuk menjamin SQE (Safety, Quality, Efficacy) yang menjadi pedoman dasar sediaan
farmasi.

Salam,

( Nicholas Moniaga )

Anda mungkin juga menyukai