Anda di halaman 1dari 4

Audit Pendahuluan

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pemeriksaan Manajemen

Dosen Pengampu : Muhyiddin, S.Ak.,M.Ak.,CAP

Disusun oleh :

Kelompok 2

Ketua : Noraida Hafni 21801082162

Anggota : Devrynda Bela Anggrayny 21801082153

Agustin Nilamsari 21801082195

Madinatul Jannah 21801082175

Siti Raudhotul Jannah 21801082200

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
TAHUN 2021
Audit Pendahuluan

Obyek yang diaudit yaitu audit laporan keuangan

PT. Tiga Pilar Sejahtera

PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk merupakan perusahaan publik yang bergerak di
bidang bisnis makanan seperti mie kering,mie instan,bihun kering,bihun instan,biscuit, wafer
stick. Dan berlokasi di Jl. 3 Grompol Jambangan Km. 5.5 Desa Sepat Kecamatan Masaran,
Kabupaten Sragen, Indonesia. Dengan perkembangan usaha yang pesat, perusahaan
menjalankan tiga divisi usaha yaitu Divisi Makanan atau TPS Food, Divisi Beras atau TPS
Rice dan Divisi Kelapa Sawit atau TPS Palm Oil.

Visi Misi PT.Tiga Pilar Sejahtera :

Visi: a. Menjadi perusahaan modern yang memproduksi makanan dan minuman dalam
kemasan yang memberikan nilai tambah tinggi kepada pelanggan.
b. Masuk dalam Lima Besar produsen makanan dan minuman di Indonesia tahun 2010
dan kawasan Asia Tenggara pada tahun 2020.
Misi: a. Menyajikan produk makanan dan minuman dalam kemasan yang berkualitas dengan
harga terjangkau oleh setiap lapisan masyarakat Indonesia.
b. Bekerja berlandaskan falsafah dan nilai-nilai perusahaan yang menjunjung tinggi
pemuasan harapan pelanggan dengan mengandalkan pada commit to user penawaran
produk-produk yang inovatif dan dengan ketersediaan produk yang
berkesinambungan.
c. Mengabdi untuk membangun sebuah organisasi kelas satu yang secara konsisten
memberikan nilai tambah kepada pelanggan, return yang terbaik bagi pemegang
saham, kesejahteraan dan kesempatan berkarya seluas-luasnya bagi karyawan,
menjunjung tinggi dan patuh pada norma dan peraturan yang berlaku Good
Corporate Governance serta menjadi warga yang bertanggung jawab ikut
membangun lingkungan tentram.
Jaringan Distribusi
Untuk memastikan produk Perseroan dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat
Indonesia, TPSF terus memperluas jaringan distribusinya. Hingga akhir tahun 2019,
Perseroan memiliki 59 grup distributor yang tersebar di 135 kota di Indonesia yang
mencakup wilayah di Pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku,
dan Papua dengan jumlah 54.412 outlet.
Profil Sumber Daya Manusia

Perseroan dan anak perusahaan memiliki jumlah karyawan sebanyak 3.688


karyawan hingga akhir tahun 2019, dimana jumlah tersebut menurun dari tahun sebelumnya
yang berjumlah 4.942 karyawan. Bagi Perseroan, orientasi pengembangan sumber daya
manusia tidak difokuskan pada jumlah, namun kualitas setiap karyawan yang dimiliki.
Sehingga, dengan adanya sumber daya manusia yang lebih berkualitas tersebut, strategi
Perseroan dapat berjalan dengan efisien dan efektif di tahun 2019
Penilaian Kinerja
Untuk memastikan peningkatan produktivitas kinerja SDM yang dimiliki, Perseroan
menggunakan sistem penilaian kinerja karyawan yakni Key Performance Indicator (KPI)
yang dilakukan setiap 6 (enam) bulan sekali. Selain peningkatan produktivitas, penilaian
tersebut juga dilakukan guna mengukur dan menilai kesesuaian pelaksanaan kerja karyawan
dengan tugas dan tanggung jawabnya serta pencapaian target yang telah dicanangkan.
Setiap semester KPI tersebut akan direview untuk direvisi jika diperlukan mengingat
dinamika yang terjadi dalam bisnis dan KPI tersebut akan dinilai pada akhir tahun. Hasil
penilaian kinerja karyawan akan mempengaruhi remunerasi yang akan diterima di tahun
berikutnya, karier yang akan dilaluinya dan pelatihan serta pengembangan yang akan
diterimanya.
Struktur Organisasi
Kasus Audit Laporan Keuangan

PT Tiga Pilar Sejahtera diketahui adanya penggelembungan laporan keuangan yang mana ini
sudah terjadi dari tahun 2017 yang dilakukan oleh direkturnya sendiri. Contohnya pada
perusahaan makanan ringan "Taro" ini membukukan rugi bersih Rp 5,23 triliun sepanjang
2017. Jumlah tersebut lebih besar Rp 4,68 triliun dari laporan keuangan versi sebelumnya
yang hanya rugi Rp 551,9 miliar.
Beberapa dugaan penggelembungan yang diungkapkan oleh laporan kantor akuntan publik
Ernst & Young (EY), pun terbukti, yakni pada pos piutang usaha, persediaan, dan aset tetap.
Selain itu juga ada perbedaan yang mencolok pada pos penjualan, dan laba sebelum bunga,
pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA).

Anda mungkin juga menyukai