Anda di halaman 1dari 13

JURNAL SEHAT MASADA Volume XI Nomor 1.

Januari 2017 ISSN: 1979-2344

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KUSTA


DI RUMAH SAKIT KHUSUS KUSTA DR SITANALA
KOTA TANGERANG TAHUN 2015

Sri Komalaningsih
Prodi S1 Kesehatan Masyarakat STIKes Dharma Husada Bandung
enci_komala@yahoo.com

ABSTRACT

RELATIONSHIP BETWEEN PERSONAL HYGIENE WITH OCCURENCE OF LEPROSY IN DR.


SITANALA LEPROSY SPECIAL HOSPITAL TANGERANG CITY ON 2015.

Leprosy is an infectious disease still prevalent in developing countries, including at


Indonesia. In this study the problem is personal hygiene factor in leprosy patients in dr.
Sitanala Leprosy Special Hospital Tangerang City. The purpose of this research was to
determine the relationship between personal hygiene with occurrence of leprosy in dr.
Sitanala Leprosy Special Hospital. This study uses a case-control approach. The
population was outpatients in dr. Sitanala Leprosy Special Hospital diagnosed leprosy
(cases) and Diabetes Mellitus (control). Samples are 108 patients. The instrument used
was questionnaire. Data were analyzed with Chi-square test formula. The research results
that there was a relationship between hand washing habits (p=0,023, OR=3,357) but there
were not relationship bathing habits (p=0,066, OR=2,340), towel cleaning habits
(p=0,740,OR=1,563), cloth cleaning habits (p=0,525, OR=1,862) and bed, blanket ,
pillow cases cleaning (p=0,171, OR=2,105) with occurrence of leprosy in dr. Sitanala
Leprosy Special Hospital. Suggestion put forward is expected to improve personal higiene
the patient and who live around them expecially on seven step hand washing habit
according WHO so as not to be a source of transmission of leprosy.

Keywords : personal hygiene, leprosy

PENDAHULUAN Beberapa faktor yang mempengaruhi


Tujuan pembangunan nasional derajat kesehatan masyarakat diantaranya
kesehatan adalah menciptakan keadaan tingkat ekonomi, pendidikan, keadaan
masyarakat yang memiliki kemampuan untuk lingkungan, kesehatan dan sosial budaya.
menjangkau pelayanan kesehatan yang Namun pada kenyataannya Indonesia masih
bermutu, adil dan merata yang diwujudkan mempunyai berbagai macam masalah
dalam visi Indonesia Sehat 2015 yaitu diantaranya adalah masalah kesehatan pada
meningkatkan kesadaran, kemauan tahun 2012 WHO mencatat Indonesia masih
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap menduduki 3 besar setelah India dan Brazil
orang agar terwujud derajat kesehatan untuk kasus penyakit kusta dengan prevalensi
masyarakat yang optimal. Keadaan tersebut 9,6/100.000 penduduk.
ditandai dengan adanya penduduk yang
hidup dalam lingkungan dengan perilaku Sehubungan dengan hal tersebut,
hidup sehat serta memiliki kemampuan untuk WHO telah mengeluarkan strategi global
menjangkau pelayanan dan fasilitas untuk terus berupaya menurunkan beban
kesehatan yang bermutu secara adil dan penyakit kusta dalam: '''Enhanced global
merata diseluruh wilayah Republik Indonesia strategy for futher reducng the disease
dan dapat mewujudkan bangsa yang mandiri burden due to leprosy 2011 - 2015" (1)
maju dan sejahtera.(1) Indonesia telah mencapai eliminasi pada

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 1


JURNAL SEHAT MASADA Volume XI Nomor 1. Januari 2017 ISSN: 1979-2344

tingkat nasional karena prevalensi kurang bulan, sedang tipe MB memerlukan waktu
dari 1 per 10.000 penduduk pada tahun 2000, pengobatan 1 tahun. Pencegahan penyakit
dimana target yang ditentukan adalah kusta dapat dilakukan dengan meningkatkan
penurunan sebesar 35% kusta pada akhir personal hygiene, diantaranya pemeliharaan
tahun 2015. kulit, pemeliharaan rambut, kebersihan
Penyakit kusta merupakan penyakit tangan, pakaian dan tempat tidur karena
kronik yang disebabkan oleh kuman penularan kusta sangat dipengaruhi oleh
Mycobakterium leprae (M.leprae). pertama adanya kontak langsung dengan penderita. (4)
kali menyerang susunan saraf tepi, Hasil penelitian yang dilakukan
selanjutnya dapat menyerang kulit, Deddy tahun 2013 tentang Gambaran faktor
mukosa(mulut), saluran pernapasan bagian yang berhubungan dengan penderita kusta di
atas, sistem retikulo endotelial, mata, otot, RSK sitanala Tangerang. Hasilnya persentase
tulang dan testis. Penyakit kusta pada responden berdasarkan kategori hygiene
umumnya terdapat dinegara-negara yang perorangan dari 31 responden, distribusi
sedang berkembang. frekuensi berdasarkan pesonal hygiene
M.leprae hanya dapat menyebabkan menunjukkan bahwa 293 responden tidak
penyakit kusta pada manusia tidak pada menjaga kebersihan tubuhnya dan menjaga
hewan. Penularannya melalui kontak yang kebersihan tubuh nya dengan baik sebanyak
lama karena pergaulan yang rapat dan 16 responden (34%). Dengan demikian dari
berulang-ulang melalui saluran pernapasan penderita kusta di rumah sakit sitanala pada
dan kulit (kontak langsung yang lama dan periode januari 2013 jumlah frekuensi
erat), kuman mencapai permukaan kulit personal hygiene pada penderita kusta masih
melalui folikel, rambut dan keringat. sangat kurang. Pada dasarnya personal
Banyaknya penyakit kusta yang hygiene sangat penting bagi setiap oranng(5)
terdapat di Jawa Barat dan Banten telah Berdasarkan uraian diatas peneliti
mendorong pemerintah melakukan berbagai tertarik untuk melakukan penelitian
upaya yaitu pencegahan dan pengobatan yang mengenai Hubungan Personal Hygiene
dilakukan di berbagai fasilitas kesehatan dengan Kejadian Penyakit Kusta di RSK
termasuk Puskesmas. Apabila terdapat Kusta Dr. Sitanala Kota Tangerang . Adapun
pasien yang membutuhkan rehabilitasi fisik rumusan masalahnya : Bagaimana hubungan
dan melakukan operasi rutin, operasi yang personal hygiene dengan kejadian penyakit
lebih kompleks atau mengobati ulkus kusta di RSK Kusta Dr. Sitanala Tangerang
komplikata dan mengobati penderita kusta tahun 2015 ?
dengan efek samping obat yang berat maka
pasien tersebut harus di rujuk ke Rumah Tujuan Penelitian
Sakit Khusus Kusta Nasional.(3) 1. Untuk mengetahui frekwensi kejadian
Penyakit Kusta menimbulkan masalah penyakit dan frekuensi personal hygiene
yang sangat kompleks tidak hanya dilihat yang meliputi, mandi, kebesihan tangan,
dari segi medis namun meluas sampai kebersihan pakaian, kebersihan handuk dan
masalah sosial, ekonomi dan budaya. Karena kebesihan seprai selimut, sarung bantal di
selain cacat yang ditimbulkan, rasa takut RSK Kusta Dr Sitanala Kota Tangerang.
yang berlebihan terhadap kusta (leptophobia) 2. Untuk mengetahui hubungan antara
akan memperkuat persoalan sosial ekonomi variabel personal hygiene diantarnya adalah
penderita kusta. Program Penanggulangan Mandi, kebersihan tangan, kebersihan
Penyakit (P2) kusta yang dilaksanakan di handuk, kebersihan pakaian dan mengganti
Indonesia mempunyai tujuan jangka panjang seprai dengan kejadian penyakit kusta di
yaitu eradikasi kusta di Indonesia RSK Kusta Dr. Sitanala Kota Tangerang.
Rumah Sakit Khusus Kusta Dr.
Sitanala Tangerang melaporkan pada tahun
TINJAUAN PUSTAKA
2013 terdapat 8688 penderita kusta yang
terdaftar dalam rekam medis, terdiri dari Penyakit Kusta
kusta tipe Pausi basiler (PB) sebanyak 820
1. Pengertian Penyakit Kusta
orang dan penderita dengan tipe Multi Penyakit kusta adalah penyakit menular
basiler (MB) adalah 7868 penderita, kusta menahun yang disebabkan oleh M. leprae
tipe PB memerlukan waktu pengobatan 6

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 2


JURNAL SEHAT MASADA Volume XI Nomor 1. Januari 2017 ISSN: 1979-2344

yang terutama menyerang saraf tepi, kulit dan Kemampuan untuk merasakan sentuhan,
organ tubuh lain kecuali susunan saraf pusat. nyeri, panas dan dingin menurun, sehingga
Untuk mendiagnosanya mencari kelainan penderita yang mengalami kerusakan saraf
kelainan yang berhubungan dengan gangguan tepi tidak menyadari adanya lukabakar, luka
saraf tepi dan kelainan kelainan yang tampak sayat atau mereka melukai dirinya sendiri.
pada kulit(3). Kerusakan saraf tepi juga menyebabkan
Penyakit kusta adalah penyakit kronik kelemahan otot yang menyebabkan jari-jari
yang disebabkan oleh M. leprae yang tangan seperti sedang mencakar dan kaki
pertama kali menyerang saraf tepi, terkulai. Karena itu penderita lepra menjadi
selanjutnya dapat menyerang kulit, mukosa tampak mengerikan. Penderita juga memiliki
(mulut), saluran napas bagian atas, system luka ditelapak kakinya. Kerusakan pada
retikuloendotelia, mata, otot, tulang dan saluran udara di hidung bisa menyebabkan
testis(6) hidung tersembat. Kerusakan mata dan dapat
Penyakit kusta adalah penyakit menular menyebabkan kebutaan. Penderita lepra
menahun yang disebabkan oleh M.leprae lepromatosa dapat menjadi impoten dan
yang terutama menyerang saraf tepi, kulit dan mandul, karena infeksi ini dapat menurunkan
organ tubuh lain kecuali susunan saraf pusat. kadar testosteron dan jumlah sperma yang
Untuk mendiagnosanya mencari kelainan dihasilkan oleh testis.7
kelainan yang berhubungan dengan gangguan
3. Sifat Kuman
saraf tepi dan kelainan kelainan yang tampak
M. leprae merupakan salah satu kuman
pada kulit(3).
yang berbentuk basil dengan ukuran 3-8 Um
Penyakit kusta adalah penyakit kronik
x 0,5 Um, tahan asam dan alcohol, penelitian
yang disebabkan oleh M. leprae yang
dengan mikroskop electron tampak bahwa M.
pertama kali menyerang saraf tepi,
leprae mempunyai dinding yang terdiri dari
selanjutnya dapat menyerang kulit, mukosa
atas dua lapisan yakti lapisan padat terdapat
(mulut), saluran napas bagian atas, sistem
pada bagian dalam yang terdiri atas
retikuloendotelia, mata, otot, tulang dan
peptidoglikan dan lapisan transparan pada
testis(6).
bagian luar yang terdiri atas lipopolisakarida
2. Riwayat Kejadian Penyakit Kusta
dan kompleks protein –lipopolisakarida.
Secara morfologi berbentuk fleomorf
Dinding polisakarida ini adalah suatu
lurus batang panjang, sisi paralel dengan
arabinogalaktan ini yang diesterifikasi oleh
kedua ujung bulat, ukuran 0,3 –0,5 x 1-8
asam mikolik dengan ketebalan 20 nm.
mikron. Basil ini berbentuk batang gram
Tampaknya peptidoglikan ini mempunyai
positif, tidak bergerak dan tidak berspora,
sifat spesifik pada M. leprae yaitu adanya
dapat tersebar atau dalam berbagai ukuran
asam amino glisin, sedangkan pada bakteri
bentuk kelompok, termasuk masa irreguler
lain mengandung alanine M. leprae ini
besar yang disebut sebagai globi.
merupakan basil gram positif karena
Kuman ini hidup intraseluler dan
sitoplasma basil ini mempunyai struktur yang
mempunyai afinitas yang besar pada sel saraf
sama dengan basil gram positif yang lain
dan sel dari Retikulo Endotelial, waktu
yaitu mengadung DNA dan RNA(7).
pembelahan sangat lama, yaitu 2-3 minggu,
diluar tubuh manusia (dalam kondisi tropis) Faktor Determinan Penyakit Kusta
kuman kusta dari secret nasal dapat bertahan Hubungan penyakit dan lingkungan
9 hari (3) yang terdapat dalam segitiga epidemiologi
Siklus hidup bakteri M. leprae menurut konsep Bloom meliputi, host, Agent
bekembang baik sangat lambat, sehingga dan faktor lingkungan dimana faktor tersebut
gejalanya baru muncul minimal setahun saling mempengaruhi dalam penyebaran
setelah terinfeksi. Gejala dan tanda muncul penyakit kusta. 3
gejala dan tanda muncul tergantung kepada
1. Host
respon kekebalan penderita. M.Leprae adalah Hanya manusia satu satunya saat ini yang
satu-satunya bakteri yang menginfeksi saraf dianggap sebagai penularan walaupun kuman
tepi dan hampir semua komplikasinya kusta dapat hidup pada Armadilo, simpanse
merupakan akibat langsung dari masuknya dan pada telapak kaki tikus yang mempunyai
bakteri ke dalam saraf tepi. Bakteri ini tidak kelenjar Thymus (Athymic nude mouse).
menyerang otak dan medulla spinalis.

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 3


JURNAL SEHAT MASADA Volume XI Nomor 1. Januari 2017 ISSN: 1979-2344

Tempat masuk kuman kusta kedalam Waktu pembelahan sangat lama yaitu 2-3
tubuh host sampai saat ini belum dapat minggu di luar tubuh manusia (dalam kondisi
dipatikan. Diperkirakan cara masuknya tropis) kuman kusta dapat bertahan sampai 9
adalah melalui saluran pernafasan bagian atas hari. Pertumbuhan optimal dari kuman kusta
dan melalui kontak kulit yang tidak utuh. adalah pada suhu 270-300C. (8)
Suatu kerokan hidung dari penderita tipe
3. Environment
Lepromatosa yang tidak diobati menunjuk
Lingkungan adalah segala sesuatu baik
kan jumlah kuman sebesar 104-107. Dan
benda maupun keadaan yang berada
telah terbukti bahwa saluran napas bagian
disekitarnya yang dapat mempengaruhi
atas dari penderita tipe Lepromatosa
kehiudupan masyarakat dan sekitarnya,
merupakan sumber kuman yang terpenting di
sebagai faktor intrinsik yang terdiri dari
dalam lingkungan.6
lingkungan fisik, biologi, ekonomi dan sosial.
Sebagaian manusia kebal terhadap
Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik yaitu
penyakit kusta (95%) dari hasil penelitian
keadaan geografis, kelembaban udara, suhu,
Direktortar Jenderal Pemberantasan Penyakit
lingkungan tempat tinggal, adapun
Menular & Penyehatan Lingkungan (Ditjen
lingkungan non fisik mneliputi : sosal,
P2M & PL)(1996) menunjukkan gambaran
budaya, ekonomi dsb. Dari faktor lingkungan
sebagai berikut : dari 100 orang yang
tersebut akan mempengaruhi pola
terpapar diantaranya 95 orang tidak menjadi
penyebaran penyakit kusta apabila keadaan
sakit, 3 orang sembuh sendiri tanpa diobati, 2
lingkungan tersebut mengalami degredasi
orang menjadi sakit, hal ini belum lagi
penuruan dalam kualitasnya 6.
memperhitungkan pengaruh pengobatan.6.
Seseorang dalam lingkungan tertentu Tipe - tipe Penyakit Kusta
akan masuk dalam satu tiga kelompok Banyak jenis klasifikasi penyakit kusta
berikut ini : yang cukup menyulitkan, misalnya klasifikasi
a. Host yang mempunyai kekebalan tubuh madrid, klasifikasi Ridley-Jopling, klasifikasi
tinggi yang merupakan kelompok terbesar India dan klasifikasi WHO.3
yang telah atau akan menjadi resisten Sebagian besar penentuan klasifikasi
terhadap kuman kusta. ini didasarkan pada tingkat kekebalan tubuh
b. Host yang mempunyai kekebalan rendah (kekebalan seluler) dan jumlah kuman. Pada
terhadap kuman kusta, bila menderita tahun 1982 kelompok ahli WHO
penyakit kusta biasanya tipe PB. mengembangkan klasifikasi untuk memudah
c. Host yang tidak mempunyai kekebalan kan pengobatan di lapangan. Dalam
terhadap kuman kusta yang merupakan klasifikasi ini seluruh penderita kusta hanya
kelompok. dibagi dalam dua tipe yaitu Paucibacillary
(PB) dan Multibacillary (MB) dasar dari
2. Agent
klasifikasi ini adalah gambaran klinis dan
Penyebab penyakit kusta adalah M.
hasil pemeriksaan BTA skin smear.(3)
leprae yang pertama kali ditemukan oleh
Pedoman utama untuk menentukan
Gerhard Amaeur Hansen pada tahun 1873.
klasifikasi/tipe penyakit kusta menurut WHO
M. leprae hidup intra seluler dan mempunyai
adalah sebagai berikut :
afnitas yang besar pada sel saraf dan sel dari
system retikulo endothelial.6.

Tabel 2.1 Pedoman Utama Untuk Menentukan Klasifikasi/Tipe Penyakit Kusta Menurut
WHO
Tanda Utama PB MB
Bercak Kusta Jumlah 1 s.d 5 Jumlah > 5
Penebalan saraf tepi yang disertai Hanya satu saraf Lebih dari satu saraf
dengan gangguan fungsi (gangguan
fungsi bisa berupa kurang/mati rasa
atau kelemahan otot yang dipersarafi
oleh saraf yang bersangkutan)
Sediaan apusan BTA Negative BTA Positif
Sumber buku nasional pedoman pemberantasan penyakit kusta

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 4


JURNAL SEHAT MASADA Volume XI Nomor 1. Januari 2017 ISSN: 1979-2344

1. Cara Penularan Penyakit Kusta : dan mukosa hidung oleh basil M.leprae,
Cara penularan yang belum pasti yang dapat ditunjukkan dengan apusan,
belum diketahui, tetapi menurut sebagaian sayatan kulit atau korekan mukosa
ahli melalui saluran napas (inhalasi) dan kulit hidung. Kelainan kulit dapat berupa
(kontak langsung yang lama dan erat). macula hipopigmentasi, eritema, infiltrate
Kuman mencapai permukaan kulit melalui atau nodul, jumlah lesi bisa satu, beberapa
folikel rambut, kelenjar keringat dan diduga atau hamper mengenai seluruh tubuh,
juga melalui air susu ibu, tempat implantasi dapat simetris atau asimetris, bisa
tidak selalu menjadi lesi pertama. Timbulnya ditemukan gangguan pembentukan
penyakit kusta pada seseorang tidak mudah keringat dan kerontokan rambut akibat
sehingga tidak perlu di takuti. Hal ini kerusakan saraf otonom gangguan saraf
bergantung pada beberapa faktor antara lain dapat terjadi mulai dari hipertensi sampai
sumber penularan, kuman kusta, daya tahan anestesi, gangguan rasa terhadap
tubuh, sosial ekonomi dan iklim, sumber temperature dan akhirnya hilang rasa
penularan adalah kuman kusta utuh (solid) sakit, saraf perifer yang paling sering
yang berasal dari pasien kusta tipe MB yang terlihat adalah nerfus ulnaris, nerfus
belum diobati atau tidak teratur berobat. medianus, nerfus radialis, nerfus pereneus
Insiden tinggi pada daerah tropis yang panas komunis. Adanya kerusakan saraf
dan lembab, kusta dapat menyerang pada dipengaruhi oleh M.leprae, menyerang
semua umur khususnya anak anak lebih tubuh yang bersuhu tubuh rendah.(3)
rentan dibandingkan dengan orang dewasa.
Upaya Pengendalian penyakit Kusta
Frekuensi tertinggi orang dewasa ialah umur
a. Tujuan jangka panjang
25-35 tahun, sedangkan pada kelompok anak
1) Menurunkan transmisi penyakit kusta
umur 10-12.(6)
pada tingkat tertentu sehingga kusta
2. Gambaran Klinis. tidak menjadi masalah kesehatan
Manifestasi klinis penyakit kusta masyarakat.
biasanya menunjukkan gambaran yang jelas 2) Mencegah kecacatan pada semua
pada stadium yang lanjut, dan diagnose penderita baru yang ditemukan
cukup ditegakkan dengan pemeriksaan fisik melalui program dan perawatan yang
saja. Penderita kusta adalah seorang yang benar.
menunjukkan gejala klinis kusta dengan atau 3) Memberikan perawatan dan
tanpa pemeriksaan bakteriologis dan pelayanan rehabilitasi yang tepat
memerlukan suatu pengobatan. Gejala dan kepada penyandang cacat kusta.
keluhan penyakit kusta tergantung terhadap b. Tujuan jangka pendek
multipikasi dan diseminata kuman M.leprae, 1) Menginfestasikan penemuan dan
respon imun penderita terhadap kuman diagnosis penderita kusta di daerah
M.leprae, komplikasi yang diakibatkan oleh endemik tinggi dan daerah endemik
kerusakan saraf perifer. Ada tiga tanda rendah.
cardinal yang kalau salah satunya ada sudah 2) Mengembangkan puskesmas dengan
cukup untuk menetapkan diagnosis dari perawatan cacat yang kuat dengan
penyakit kusta ini yakni : dukungan system rujukan ke rumah
a. Lesi kulit yang anestesi sakit umum dan rumah sakit khusus
Makula atau plakat atau nodul dengan untuk kasus yang mengalami
hilangnya rasa raba, rasa sakit dan suhu komplikasi dan membutuhkan
yang jelas. Kelainan lain yang spesifik rehabilitasi medis.
berupa perubahan warna dan tekstur kulit, 3) Melaksanakan pengelolaan program
serta kelainan pertumbuhan rambut. pengendalian kusta dengan strategi
b. Penebalan saraf perifer pengendalian kusta sesuai
Penebalan saraf sangat jarang ditemukan endemisitas daerah dan didukung
kecuali pada penyakit kusta pada daerah dengan kegiatan-kegiatan penunjang.
endemic kusta, penemuan adanya 4) Menurunkan proporsi anak dan
penebalan saraf perifer dapat dipakai kecacatan tingkat dua diantara
untuk menegakkan diagnosis, adanya penderita baru menjadi kurang.
M.leprae Hanya penyakit yang dapat
diinvasi secara massif di daerah dermis
Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 5
JURNAL SEHAT MASADA Volume XI Nomor 1. Januari 2017 ISSN: 1979-2344

5) Memberikan pengobatan yang kuat Masuknya mikroorganisme tersebut dapat


sehingga tercapai angka kesembuhan secara langsung melalui pintu masuk
(RFT Rate) lebih dari 90%. (part of enter) baik melalui makanan atau
6) Menurunkan proporsi penderita yang minuman juga perantara seperti binatang
cacat pada mata, tangan dan kaki dan lain-lain.
setelah RFT.(3) Orang sehat biasanya dapat menjaga
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi kebersihan dirinya melalui cara-cara yang
Tingkat Kejadian Penyakit Kusta jelas dianjurkan kepadanya (baik dari
1) Kebersihan Perorangan keluarga, sekolah dan informasi lainnya)
Personal hygiene berasal dari bahasa hanya saja jika pengetahuannya masih
yunani yaitu personal yang artinya minim tentang hal ini tentunya.
perorangan dan hygiene berarti sehat. Penularan penyakit kusta belum
Kebersihan perorangan adalah suatu diketahui secara pasti, tetapi menurut
tindakan memelihara kebersihan sebagian ahli melalui saluran pernapasan
seseorang untuk kesejahteraan fisik dan dan kulit (kontak langsung yang lama dan
psikis. erat), kuman mencapai permukaan kulit
Personal hygiene adalah tindakan melalui folikel, rambut dan keringat.(8)
pencegahan yang menyangkut tanggung Pencegahan penyakit kusta dapat
jawab individu untuk meningkatkan dilakukan dengan meningkatkan personal
kesehatan serta membatasi menyebarnya hygiene, diantaranya pemeliharaan kulit,
penyakit menular, terutama yang pemeliharaan rambut dan kuku karena
ditularkan secara kontak langsung. penularan kusta sangat dipengaruhi oleh
Penularan penyakit kusta belum diketahui kontak langsung dengan kulit folikel
secara pasti, tetapi menurut sebagian ahli rambut sehingga perlu dijaga
melalui saluran pernafasan dan kulit ( kebersihannya.(4)
kontak langsung yang lama dan erat), 2) Pemeliharaan dalam Personal
kuman mencapai permukaan kulit Hygiene.
melalui folikel rambut , kelenjar keringat, Pemeliharaan dalam personal
dan diduga melalui saluran air susu ibu. hygiene diperlukan untuk kenyamanan
Personal hygiene merupakan individu, keamanan dan kesehatan,
tindakan pencegahan yang menyangkut adapun personal hygiene meliputi :
tanggung jawab individu untuk a) Kebersihan Kulit
meningkatkan kesehatan serta membatasi Kebersihan kulit merupakan
menyebarnya penyakit menular terutama cerminan kesehatan yang paling pertama
yang ditularkan melalui kontak langsung memberikan kesa. Oleh karena itu perlu
seperti halnya penyakit kusta.(4) memelihara kulit sebaik baiknya.
M. leprae hanya dapat menyebabkan Pemeliharaan kesehatan kulit tidak
penyakit kusta pada manusia dan tidak terlepas dari kesehatan lingkungan,
pada hewan, juga penularannya melalui makanan yang dimakan serta kebiasaan
kontak yang lama karena pergaulan yang hidup sehari-hari.4
rapat dan berulang ulang karena itu Dalam memelihara kebersihan kulit
penyakit kusta dapat dicegah dengan kebiasaan-kebiasaan yang sehat harus
melakukan perbaikan personal hygiene selalu diperhatikan adalah menggunakan
atau kebersihan individu. barang-barang keperluan sehari-hari
Pentingnya personal hygiene dalam milik sendiri, mandi minimal dua kali
keadaan sehat dan sakit jauh sebelum sehari, mandi memakai sabun, menjaga
kejadian diperoleh dalam dunia kebersihan pakaian, makan yang bergizi
kedokteran yang sudah menyadari terutama banyak sayur dan buah, dan
pentingnya kebersihan sehingga sampai menjaga kebersihan lingkungan.4
sekarang kita selalu akrab dengan slogan b) Kebersihan Rambut.
“kebersihan pangkal kesehatan” bahkan Rambut yang terpelihara dengan baik
agama islam pun mengatakan kebersihan akan membuat bersih dan indah, sehingga
sebagian dari iman. akan menimbulkan kesan bersih dan tidak
Benda-benda yang kotor dapat berbau. Dengan selalu memelihara
menjadi tempat/media yang baik untuk kebersihan rambut dan kulit kepala
pertumbuhan suatu mikroorganisme dengan mencuci sekurang kurang nya dua
tertentu dan dapat menyebabkan suatu kali dalam seminggu dengan memakai
penyakit atau gangguan kesehatan kita. shampo atau bahan pencuci rambut

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 6


JURNAL SEHAT MASADA Volume XI Nomor 1. Januari 2017 ISSN: 1979-2344

lainnya, dan sebaiknya menggunakan langsung menyentuh mata, hidung, mulut,


alat-alat pemeliharaan rambut sendiri.4. makanan serta minuman. Hal ini dapat
c) Kebersihan Gigi. menyebabkan pemindahan sesuatu yang
Menggosok gigi dengan teratur dan dapat berupa penyebab bergantung nya
baik akan menguatkan dan kesehatan karena tangan merupakan
membersihkan gigi sehingga terlihat perantara penularan penyakit 4.
bersih. Hal hal yang perlu diperhatikan Berdasarkan penelitian WHO dalam
dalam menjaga kesehatan gigi adalah National Campaign For Handwashing With
menggosok gigi secara benar dan teratur Soap (2007) telah menunjukkan bahwa
yang dianjurkan setiap habis makan, mencuci tangan pakai sabun dengan benar
memakai sikat gigi sendiri, menghindari pada 5 waktu penting yaitu : sebelum makan,
makanan-makanan yang merusak gigi, sesudah buang air besar, sebelum memegang
membiasakan makan buah-buahan yang bayi, sesudah menceboki anak, dan sebelum
menyehatkan gigi dan memeriksa gigi menyiapkan makanan dapat mengurangi
secara teratur.4. angka kejadian diare sampai 40% cuci tangan
d) Kebersihan Tangan, Kaki dan Kuku pakai sabun dengan benar juga dapat
Seperti halnya kulit, tangan, kaki dan mencegah penyakit menular seperti tifus dan
kuku harus dipelihara hal ini tidak kusta.
terlepas dari kebersihan lingkungan
3. Membersihkan Pakaian
lingkungan sekitar dan kebiasaan hidup
Pakaian yang kotor akan menghalangi
sehari-hari. Kaki dan kuku yang bersih
seseorang untuk terlihat sehat dan segar,
menghindarkan kita dari berbagai
walaupun seluruh tubuh sudah bersih .
penyakit, kuku dan tangan yang kotor
pakaian banyak menyerap keringat dan
dapat menyebabkan bahaya kontaminasi
kotoran yang dikeluarkan badan dalam sehari
dan menimbulkan penyakit-penyakit
saja, pakaian berkeringat dan berlemak ini
tertentu. Untuk menghindari bahaya
akan berbau busuk dan mengganggu. Untuk
kontaminasi maka harus membersihakan
itu perlu mengganti pakaian dengan yang
tangan sebelum makan, memotong kuku
bersih setiap hari. Saat tidur hendaknya kita
secara teratur, membersihakan
mengenakan pakaian yang khusus untuk tidur
lingkungan dan mencuci kaki sebelum
dan bukan pakaian yang sudah dikenakan
tidur.
sehari-hari yang sudah kotor. Untuk kaos
e) Kebersihan Telinga
kaki yang telah dipakai dua kali harus
Hal yang diperhatikan dalam
dibersihkan, selimut, seprai dan sarung bantal
kebersihan telinga adalah membersihkan
juga harus di usahakan supaya selalu dalam
telinga secara teratur, dan tidak mengorek
keadaan bersih sedangkan kasur dan bantal
ngorek telingan dengan benda tajam.17
harus sering dijemur
Perilaku Personal Hygiene
1. Mandi METODOLOGI PENELITIAN
Mandi merupakan bagian yang penting Jenis Penelitian ini adalah penelitian
dalam menjaga kebersihan diri. Mandi dapat observasional analitik dimana peneliti hanya
menghilangkan bau, menghilangkan kotoran, melakukan observasi tanpa melakukan
merangsang peredaran darah, memberikan intervensi pada variabel yang akan ditelitian
kesegaran pada tubuh, sebaiknya mandi dua kemudian menggali seberapa besar
kali sehari. Mandi yang benar adalah pengaruhnya faktor risiko menyebabkan
sejumlah tubuh dicuci dengan sabun mandi. masalah kesehatan tersebut. Kemudian
Oleh buih sabun semua kotoran dan kuman dilakukan analisis korelasi antara variabel
yang melekat mengotori kulit lepas dari besas dan variabel terikat yang telah
permukaan kulit, kemudian tubuh disiram dirancang.(10)
sampai bersih, seluruh tubuh di gosok hingga Dalam penelitian ini peneliti
keluar semua kotoran atau daki.4 menggunakan desain peneltian dengan
menggunakan metode Penelitian case control
2. Cuci Tangan yaitu penelitian obsevasional analitik yang
Tangan adalah anggota tubuh yang menyangkut bagaimana faktor risiko
paling banyak berhubungan dengan apa saja. dipelajari dengan menggunakan pendekatan
Kita menggunakan tangan untuk menjamah retrospektif, dimulai dengan mengidentifikasi
makanan setiap hari. Selain itu sehabis pasien dengan efek atau penyakit tertentu
memegang sesuatu yang kotor atau (kelompok kasus) dan kelompok tanpa efek
mengandung kuman penyakit, selalu tangan

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 7


JURNAL SEHAT MASADA Volume XI Nomor 1. Januari 2017 ISSN: 1979-2344

(kelompok kontrol), kemudian diteliti faktor sampel yang akan menjadi penelitian berikut
risiko yang dapat menerangkan mengapa hasil penelitian terdahulu dinama nilai OR
kelompok kasus terkena efek, sedangkan dan P2 telah diketahui, karena karakteristik
kelompok kontrol tidak (11 penelitian yang dilakukan hampir sama maka
Dampak tersebut ditelusuri variabel- nilai OR menjadi acuan bagi penelitian
variabel penyebabnya atau variabel yang berikutnya.
mempengaruhi pada kejadian penyakit kusta
di RSK Kusta Dr. Sitanala Kota Tangerang. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengumpulan data penelitian
Hasil Penelitian
menggunakan data kuantitatif yang artinya
metode penelitian yang berlandaskan hasil Penelitian mengenai hubungan Personal
penelitian pada perhitungan- perhitungan hygiene dengan kejadian penyakit kusta di
matematis yang kemudian memberikan RSK Sitanala Kota Tangerang tahun 2014,
gambaran atas suatu kasus dalam penelitian. dengan sampel sebanyak 108 orang jumlah
Populasi pada penelitian ini adalah kasus sebanyak 54 orang dan jumlah kontrol
penderita kusta rawat jalan yang terdaftar sebanyak 54 orang. Hasil pengumpulan data
pada rekam medis RSK Kusta Dr. Sitanala di analisis secara univariat yaitu untuk
Kota Tangerang bulan April Tahun 2015 mengetahui distribusi frekuensi persnoal
sedangkan untuk kontrol diambil yaitu bukan hygiene yang mencakup, variabel mandi, cuci
penderita kusta di RSK kusta sitanla kota tangan, kebersihan pakaian, kebersihan
Tangerang, Adapun data jumlah pasien kusta handuk dan kebersihan seprai selimut dan
rawat inap di RSK Kusta Dr. Sitanala adalah sarung bantal. Sedangkan analisis secara
rata-rata 8 pasien/bulan dan jumlah bivariat yaitu untuk mengetahui hubungan
kunjungan rawat jalan pada bulan April 2015 antara variabel variabel personal hygiene
adalah 430 pasien. Untuk mencari besar dengan kejadian penyakit kusta di RSK
sampel yang akan diteliti maka terlebih kusta Sitanala Kota Tangerang Tahun 2014.
dahulu kita harus mencari seberapa besar OR Berikut yaitu hasil analisisnya :
dan P2, kemudian setelah didapat nilai OR
dan P2 tersebut kita dapat menghitung besar

1. Hasil Analisis Univariat


Analisis univariat yaitu untuk mengetahui distribusi personal hygiene Distribusi setiap variabel
dapat dilihat pada tabel univariat berikut ini :
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Personal Hygiene di RSK Kusta Sitanala Kota Tangerang Tahun
2015.
No Variabel Kasus Kontrol Jumlah
(n=54) (n=54) (n=108)
N % n % n %
1 Kejadian Kusta 54 50 54 50 108 100
Mandi
2 - Kurang Baik 23 42,59 13 24,07 36 33,33
- Baik 31 57,40 41 75,92 72 66,67
3 Kebersihan Tangan & kuku
- Kurang Baik 18 83,33 7 12,96 25 23,19
- Baik 36 66,66 47 87,03 83 76,81
4 Kebersihan Handuk
- Kurang Baik 6 11,11 4 7,41 10 9,26
- Baik 48 88,89 50 92,59 98 90,74
5 Kebersihan Pakaian
- Kurang Baik 7 12,96 4 7,41 11 10,18
- Baik 47 87,04 50 92,59 97 89,82
6 Kebersihan Seprai, selimut &
sarung bantal
- Kurang Baik 16 29,63 9 16,67 25 23,15
- Baik 38 70,37 45 83,33 83 76,85

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 8


JURNAL SEHAT MASADA Volume XI Nomor 1. Januari 2017 ISSN: 1979-2344

Berdasarkan Tabel 4.1 di atas, 6 (11,11%) dan kelompok kontrol sebanyak 4


menunjukkan bahwa sebanyak 54 responden (7,41%) memiliki kebesihan handuk yang
(50%) Penyakit kusta yang merupakan kurang baik, sedangkan responden pada
kelompok kasus dan 54 responden (50%) kelompok kasus sebanyak 48 (88,89%) dan
tidak menderita penyakit kusta yang kelompok kontrol sebanyak 50 (92,59%)
merupakan kelompok kontrol. memiliki kebersihan handuk yang baik.
Frekuensi variabel mandi menunjukkan Frekuensi kebersihan pakaian
bahwa responden kelompok kasus sebanyak menunjukkan bahwa responden kelompok
23 (42,59%) dan kelompok kontrol sebanyak kasus sebanyak 7 (12,96%) dan kelompok
13 (24,07%) melakukan mandi kurang baik, kontrol sebanyak 4 (7,41%) memiliki
sedangkan responden pada kelompok kasus kebesihan pakaian yang kurang baik,
sebanyak 31 (57,40%) dan kelompok kontrol sedangkan responden pada kelompok kasus
sebanyak 41 (875,92%) melakukan mandi sebanyak 47 (87,04%) dan kelompok kontrol
dengan baik. sebanyak 50 (92,59%) memiliki kebersihan
Frekuensi kebersihan tangan pakaian yang baik.
menunjukkan bahwa responden kelompok Frekuensi kebersihan seprai, selimut
kasus sebanyak 8 (24,07%) dan kelompok dan sarung bantal menunjukkan bahwa
kontrol sebanyak 7 (83,33%) memiliki responden kelompok kasus sebanyak 16
kebesihan tangan yang kurang baik, (29,63%) dan kelompok kontrol sebanyak 9
sedangkan responden pada kelompok kasus (16,67%) memiliki kebesihan seprai selimut
sebanyak 36 (66,66%) dan kelompok kontrol dan sarung bangal yang kurang baik,
sebanyak 47 (87,03%) memiliki tingkat sedangkan responden pada kelompok kasus
kebersihan tangan yang baik. sebanyak 38 (70,37%) dan kelompok kontrol
Frekuensi kebersihan handuk menunjukan sebanyak 45 (83,33%) memiliki kebersihan
bahwa responden kelompok kasus sebanyak seprai selimut dan sarung bantal yang baik.

2. Hasil Analisis Bivariat


Hubungan antara personal hygiene di RSK Kusta Dr. Sitanala di Kota Tangerang Provinsi
Banten dengan mengunakan uji chi-square yang disajikan pada tabel berikut ini:
Personal Tabel 4.2 Hubungan Hygiene dengan Kejadian Penyakit Kusta
di RSK Kusta Dr. Sitanala Kota Tangerang Tahun 2015
Kasus Kontrol
Total
No Variabel (n=54) (n=54) P value OR 95%CI
n % N % f %
Mandi
1 Kurang Baik 23 42,59 13 12,96 36 33,33 2,340
0,066
2 Baik 31 57,40 41 75,92 72 66,67 1,03 –5,34

Jumlah 54 100 54 100 108 100


Kebersihan Tangan & Kuku
1 Kurang Baik 18 83,33 7 12,96 25 23,19 3,357
2 Baik 36 66,66 47 87,03 83 76,81 0,023
1,27 –8,90
Jumlah 54 100 54 100 108 100
Kebersihan Handuk
1 Kurang Baik 6 11,11 4 7,41 10 9,26 1,563
0,740
2 Baik 48 88,89 50 92,59 98 90,74 0,41–5,88

Jumlah 54 100 54 100 108 100


Kebersihan Pakaian
1,862
1 Kurang Baik 7 12,96 4 7,41 11 10,18 0,525
0,51–6,77
2 Baik 47 87,04 50 92,59 97 89,82
Jumlah 54 100 54 100 108 100
Kebersihan Seprai dll
2,105
1 Kurang Baik 16 29,63 9 16,67 25 23,15 0,171
0,19–5,30
2 Baik 38 70,37 45 83,33 83 76,85
Jumlah 54 100 54 100 108 100

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 9


JURNAL SEHAT MASADA Volume XI Nomor 1. Januari 2017 ISSN: 1979-2344

Berdasarkan tabel 4.2 di atas handuk yang baik diantaranya 47 (48,5%)


diperoleh data responden, bahwa dari 46 menderita penyakit kusta. Berdasarkan hasil
responden yang mempunyai kebiasaan mandi uji statistik didapat OR 1,862 (p= 0,340 >
yang kurang baik sebanyak 23 responden 0,05;CI95% 1,03-5,34). Artinya peluang
(69,3%) diantaranya mengalami kejadian orang yang mempunyai kebiasaan kebersihan
kusta, sedangkan dari 72 responden yang pakaian yang kurang baik mempunyai risiko
mempunyai kebiasaan mandi yang baik mudah tertular penyakit kusta 1,862 kali
diantaranya 31 (43,1%) menderita penyakit lebih besar dibandingkan dengan orang yang
kusta. Berdasarkan hasil uji statistik didapat mempunyai kebiasaan kebersihan pakaian
OR 2,340 (p= 0,066 > 0,05;CI95% 1,03- yang baik, tetapi tidak bermakna signifikan.
5,34). Artinya peluang orang yang Diperoleh data dari 25 responden
mempunyai kebiasaan mandi yang kurang yang mempunyai kebiasaan kebersihan
baik mempunyai risiko mudah tertular seprei, selimut dan sarung bantal yang kurang
penyakit kusta 2,34 kali lebih besar baik sebanyak 16 responden (64%)
dibandingkan dengan orang yang mempunyai diantaranya mengalami kejadian kusta,
kebiasaan mandi yang baik, tetapi tidak sedangkan dari 83 responden yang
bermakna signifikan. mempunyai kebiasaan kebersihan seprei,
Diperoleh data dari 83 responden selimut dan sarung bantal yang baik
yang mempunyai kebiasaan kebersihan diantaranya 38 (45,8%) menderita penyakit
tangan yang kurang baik sebanyak 36 kusta. Berdasarkan hasil uji statistik didapat
responden (43,4%) diantaranya mengalami OR 2,105 (p= 0,110 > 0,05;CI95% 1,03-
kejadian kusta, sedangkan dari 25 responden 5,34). Artinya peluang orang yang
yang mempunyai kebiasaan kebersihan mempunyai kebiasaan kebersihan seprei,
tangan yang baik diantaranya 18 (72%) selimut dan sarung bantal yang kurang baik
menderita penyakit kusta. Berdasarkan hasil mempunyai risiko mudah tertular penyakit
uji statistik didapat OR 3,357 (p= 0,023 < kusta 2,105 kali lebih besar dibandingkan
0,05;CI95% 1,03-5,34). Artinya peluang dengan orang yang mempunyai kebiasaan
orang yang mempunyai kebiasaan kebersihan kebersihan seprei, selimut dan sarung bantal,
tangan yang kurang baik mudah tertular tetapi tidak bermakna signifikan.
penyakit kusta 3,357 kali lebih besar
dibandingkan dengan orang yang mempunyai Pembahasan
kebiasaan kebersihan tangan yang baik, dan Pada tabel 4.2 menunjukkan rata rata
bermakna signifikan. personal hygiene pada penderita kusta sudah
Diperoleh data dari 10 responden cukup baik sehingga personal hygiene tesebut
yang mempunyai kebiasaan kebersihan tidak ada hubungan dengan kejadian
handuk yang kurang baik sebanyak 6 penyakitk kusta. Data yang diperoleh dari
responden (60%) diantaranya mengalami penelitian ini yang didapat dari wawancara
kejadian kusta, sedangkan dari 98 responden dengan responden bahwa personal hygiene
yang mempunyai kebiasaan kebersihan yang di miliki oleh penderita kusta di RSK
handuk yang baik diantaranya 48 (49%) Kusta Sitanala Kota Tangerang tergolong
menderita penyakit kusta. Berdasarkan hasil cukup baik, sehingga faktor personal hygiene
uji statistik didapat OR 1,563 (p= 0,507 > tidak terdapat hubungan dengan dengan
0,05;CI95% 1,03-5,34). Artinya peluang kejadian penyakit kusta, namun demikian
orang yang mempunyai kebiasaan kebersihan perlu adanya penelitian lebih lanjut bahwa
handuk yang kurang baik mempunyai risiko ada faktor lain yang lebih dominan terdapat
mudah tertular penyakit kusta 1,563 kali hubungan dengan penyakit kusta
lebih besar dibandingkan dengan orang yang Jika melihat hasil data diatas ternyata
mempunyai kebiasaan kebersihan handuk personal hygiene bukan faktor dominan
yang baik, tetapi tidak bermakna signifikan. terhadap penularan penyakit tetapi ada faktor
Diperoleh data dari 11 responden yang lebih dominan terhadap penularan
yang mempunyai kebiasaan kebersihan penyakit kusta.
pakaian yang kurang baik sebanyak 7 Infeksi penyakit kusta dipengaruhi
responden (63,6%) diantaranya mengalami oleh beberapa faktor diantaranya adalah
kejadian kusta, sedangkan dari 98 responden tinggal didaerah endemik kusta, mempunyai
yang mempunyai kebiasaan kebersihan hygiene yang buruk, sistem imun, gizi dan

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 10


JURNAL SEHAT MASADA Volume XI Nomor 1. Januari 2017 ISSN: 1979-2344

sanitasi lingkungan ini semua merupakan puncak umur 30 sampai dengan 50 tahun dan
faktor faktor yang dapat mempengaruhi kemudian secara perlahan-lahan menurun.3.
kejadian penayakit kusta. Menurut penelitian Yessita. Tentang
Data yang diperoleh dari penelitian faktor risiko yang berhubungan dengan
ini yang didapat dari wawancara dengan penyakit kusta di Puskemmas Sarang
responden bahwa personal hygiene yang di Kabupaten Rambang Pada tahun 2011 hasil
miliki oleh penderita kusta di RSK Kusta penelitiannya didapatkan ada hubungan
Sitanala Kota Tangerang tergolong cukup antara tingkat pengetahuan (p=0,026,
baik, sehingga faktor personal hygiene tidak OR=4,343) personal hygiene (p=0,012,
terdapat hubungan dengan dengan kejadian OR=5,333); jenis pekerjaan (p=0,001,
penyakit kusta, namun demikian perlu OR=11,400), dengan kejadian kusta.
adanya penelitian lebih lanjut bahwa ada Penelitian yang dilakukan oleh Norlatifah
faktor lain yang lebih dominan terdapat tahun 2009 tentang Hubungan kondisi fisik
hubungan dengan penyakit kusta. rumah, sarana air bersih dan karateristik
Timbulnya penyakit kusta bagi masyarakat dengan kejadian kusta di
seseorang tidak mudah dan tidak perlu Kabupaten Tapin Kalimantan Selatan.
ditakuti tergantung dari beberapa faktor Hubungan kondisi fisik rumah didapatkan
antara lain : OR 3,169 dengan p value =0,013 CI 95%
1. Faktor kuman kusta 1,258-7,982 terdapat hubungan yang
Hasil penelitian di buktikan bahwa bemakna antara kondisi fisik rumah dengaan
kuman kusta yang masih utuh (solid) kejadian penyakit kusta, Hubungan riwayat
bentuknya lebih besar kemungkinan kontak serumah didapatkan OR 5,06 dengan
menyebabkan penularan dari pada kuman p value =0,000 CI 95% 1,962-13,047
yang tidak utuh lagi. Mycobakterium leprae terdapat hubungan yang bermakna riwayat
bersifat tahan asam, berbentuk batang dengan kontak serumah dengan penyakit kusta.
panjang 1-8 mikron dan lebar 0,2 -0,5 miron, Penyakit kusta adalah penyakit menular
biasanya berkelompok dan ada yang tersebar menahun yang disebabkan oleh M.leprae
satu-satu, hidup dalam sel terutama, jaringan yang terutama menyerang saraf tepi, kulit dan
yang beruhu dingin antara 1-9 hari organ tubuh lain kecuali susunan saraf pusat.
tergantung suhu atau cuaca dan diketahui Untuk mendiagnosanya mencari kelainan
hanya kuman kusta yang utuh (solid) saja kelainan yang berhubungan dengan gangguan
dapat menimbulkan penularan19. saraf tepi dan kelainan kelainan yang tampak
2. Faktor Imunitas pada kulit.(3)
Faktor Imunitas sebagian manusia kebal Pada tabel 4.1 menunjukkan
terhadap penyakit kusta (95%) dari hasil Mycobacterium leprae hanya dapat
penelitian menunjukkan bahwa dari 100 menyebabkan penyakit kusta pada manusia
orang yang terpapar, 95 orang tidak menjadi tidak pada hewan. Penularannya melalui
kusta, 3 orang sembuh sendiri tanpa obat dan kontak yang lama karena pergaulan yang
2 orang menjadi sakit. Hal ini belum lagi rapat dan berulang-ulang melalui saluran
mempertimbangkan pengaruh pengobatan3 pernapasan dan kulit (kontak langsung yang
3. Faktor Lingkungan lama dan erat), kuman mencapai permukaan
Faktor Lingkungan keadaan rumah yang kulit melalui folikel, rambut dan keringat.
berjejal atau kepadatan hunian berkaitan Pencegahan penyakit kusta dapat dilakukan
dengan kemiskinan, merupakan faktor dengan meningkatkan personal hygiene,
penyebab tingginya angka kusta, sebaliknya diantaranya pemeliharaan kulit, pemeliharaan
dengan taraf hidup dan perbaikan imunitas rambut, kebersihan tangan, pakaian dan
merupakan faktor utama mencegah tempat tidur karena penularan kusta sangat
munculnya penyakit kusta3. dipengaruhi oleh kontak langsung dengan
4. Faktor Umur penderita.
Penyakit kusta jarang ditemukan pada Personal hygiene merupakan tindakan
bayi. Insiden Rate penyakit ini meningkat pencegahan yang menyangkut tanggung
sesuai dengan umur puncak pada umur 10-20 jawab individu untuk meningkatkan
tahun dan kemudian menurun. Prevalensinya kesehatan serta membatasi menyebarnya
juga meningkat sesuai dengan umur dengan penyakit menular terutama yang ditularkan
melalui kontak langsung seperti halnya

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 11


JURNAL SEHAT MASADA Volume XI Nomor 1. Januari 2017 ISSN: 1979-2344

penyakit kusta. Personal Hygiene diantaranya 5,34). Artinya peluang orang yang
meliputi mandi, kebersihan tangan, mempunyai kebiasaan kebersihan handuk
kebersihan handuk, kebersihan pakaian, yang kurang baik mempunyai risiko
kebersihan seprai, selimut dan sarung mudah tertular penyakit kusta 1,563 kali
bantal.(4) lebih besar dibandingkan dengan orang
yang mempunyai kebiasaan kebersihan
KESIMPULAN DAN SARAN handuk yang baik
Kesimpulan 5. Kebersihan pakaian yang kurang baik
Berdasarkan pembahasan dan analisis sebanyak 63,6% diantaranya mengalami
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kejadian kusta, sedangkan yang
hubungan antara personal hygiene pada mempunyai kebiasaan kebersihan handuk
penderita penyakit kusta di RSK Kusta Dr. yang baik 48,5% menderita penyakit
Sitanala Kota Tangerang adalah sebagai kusta. Berdasarkan hasil uji statistik
berikut : didapat OR 1,862 (p= 0,340 >
1. Jumlah pasien yang datang untuk berobat 0,05;CI95% 1,03-5,34). Artinya peluang
ke RSK Kusta Sitanala Kota Tangerang 3 orang yang mempunyai kebiasaan
bulan terakhir adalah pada bulan maret kebersihan pakaian yang kurang baik
477 pasien, pada april sebanyak 430 mempunyai risiko mudah tertular
orang, dan pada bulan mei sebanyak 436 penyakit kusta 1,862 kali lebih besar
orang. dibandingkan dengan orang yang
2. Hasil Penelitian didapatkan bahwa yang mempunyai kebiasaan kebersihan
mempunyai kebiasaan mandi yang pakaian yang baik.
kurang baik 69,3% yang diantaranya 6. Kebersihan seprei, selimut dan sarung
mengalami kejadian kusta, sedangkan bantal yang kurang baik sebanyak 64%
yang mempunyai kebiasaan mandi yang diantaranya mengalami kejadian kusta,
baik 43,1% menderita penyakit kusta. sedangkan yang mempunyai kebiasaan
Berdasarkan hasil uji statistik didapat OR kebersihan seprei, selimut dan sarung
2,340 (p= 0,066 > 0,05;CI95% 1,03- bantal yang baik 45,8% menderita
5,34). Artinya peluang orang yang penyakit kusta. Berdasarkan hasil uji
mempunyai kebiasaan mandi yang statistik didapat OR 2,105 (p= 0,110 >
kurang baik mempunyai risiko mudah 0,05;CI95% 1,03-5,34). Artinya peluang
tertular penyakit kusta 2,34 kali lebih orang yang mempunyai kebiasaan
besar dibandingkan dengan orang yang kebersihan seprei, selimut dan sarung
mempunyai kebiasaan mandi yang baik. bantal yang kurang baik mempunyai
3. Kebersihan tangan yang kurang baik risiko mudah tertular penyakit kusta
43,4% diantaranya mengalami kejadian 2,105 kali lebih besar dibandingkan
kusta, sedangkan yang mempunyai dengan orang yang mempunyai
kebiasaan kebersihan tangan yang baik kebiasaan kebersihan seprei, selimut dan
72% menderita penyakit kusta. sarung bantal.
Berdasarkan hasil uji statistik didapat OR 7. Tidak ada hubungan yang bermakna
3,357 (p= 0,023 < 0,05;CI95% 1,03- antara personal hygiene mandi,
5,34). Artinya peluang orang yang Kebersihan tangan, kebersihan handuk,
mempunyai kebiasaan kebersihan tangan kebersihan pakaian dan kebersihan sprei,
yang kurang baik mudah tertular selimut dan tangan dengan kejadian
penyakit kusta 3,357 kali lebih besar penyakit kusta di RSK Kusta Dr. Sitanala
dibandingkan dengan orang yang Kota Tangerang Tahun 2014.
mempunyai kebiasaan kebersihan tangan
Saran
yang baik.
4. Kebersihan handuk yang kurang baik 1. RSK kusta Dr Sitanala hendaknya
60% yang diantaranya mengalami menggerakkan personal hygiene yang
kejadian kusta, sedangkan yang baik bagi penderita kusta maupun
mempunyai kebiasaan kebersihan handuk masyarakat yang tinggal di sekitar
yang baik 49% menderita penyakit kusta. penderita.
Berdasarkan hasil uji statistik didapat OR 2. Dilakukan penyuluhan baik bagi penderita
1,563 (p= 0,507 > 0,05;CI95% 1,03- penyakit kusta dan masyarakat sekitar

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 12


JURNAL SEHAT MASADA Volume XI Nomor 1. Januari 2017 ISSN: 1979-2344

memahami akan pentingnya perilaku 7. Harahap,M. 2013, Ilmu Penyakit Kulit,.


personal hygiene yang baik diantaranya Jakarta : Hipokrates.
dengan cara mandi dua kali sehari, 8. Djuandi,A. 2009, Ilmu Penyakit Kulit.
memakai sabun sendiri, selalu mencuci Jakarta : Fakultas Kedokteran
tangan pakai sabun setelah beraktifitas, Universitas Indonesia
selalu menjaga kebersihan kuku, 9. Malik S. 2011. Metodologi Penelitian
menjemur handuk setalah mandi, pakai Kesehatan Masyarakat. Jakarta : CV
handuk kering pada saat mengeringkan Trans Info Media.
badan, ganti baju sehari sekali, ganti baju 10. Wibowo A. 2014. Metodologi Penelitian
setelah berkeringat, selalu memakai Praktis Bidang Kesehatan. Jakarta : Raja
seprai yang bersih dan mencuci nya GrafindoPersada.
minimal seminggu satu kali dll. 11. Sastroasmoro. 2008. Dasar-dasar
3. Perlu di lakukan penelitian lebih lanjut Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta:
terhadap faktor lain yang dapat Sagung Seton.
menimbulkan pola penyebaran penyakit 12. Notoatmodjo. 2005. Metodologi
kusta di RSK kusta Dr Sitalana Kota Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Tangerang. Cipta
13. Nazir,M. 2003. Metode Penelitian.
Jakarta : Ghalia Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
14. Hiswani,M.2001, Kusta Salah Satu
1. “Visi Misi Indonesia Sehat ” . 2011.
Penyakit Menular yang Masih Di
http://www.depkes.go.id/index.php?vw=
Jumpai di Indonesia, Fakultas
2&id=2225. (23 April 2014, 20.30)
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. “Profil kesehatan Nasional” .2012.
15. Irianto, K, 2007. Menguak Dunia
http://www.depkes.go.id/index.php?vw=
Mikroorganisme. Bandung : CV Yrama
2&pg=Profil Kesehatan_ Nasional.(23
Widya.
April 2014, 21.00)
16. Pratisto, A.2013. Statitstik Menjadi
3. Departemen Kesehatan. 2006. Pedoman
Mudah dengan SPSS 17 Bandung : Flex
Nasional Pemberantasan Penyakit Kusta.
Media Komputindo
Jakarta : Departemen Kesehatan
17. Wolf, W, 2000. Dasar-dasar Ilmu
Republik Indonesia.
Keperawatan, Jakarta : Penerbit Gunung
4. Wartonah. 2007. Kebutuhan Dasar
Agung.
Manusia dan Proses Keperawatan.
18. Sajida, A dkk. 2012 “Hubungan
Jakarta : Medika.
Personal hygiene dengan keluhan
5. Rismawati. 2013. “Hubungan Antara
penyakit kulit dikeluran denai Kota
Sanitasi Rumah dan Personal Hygiene
medan Tahun 2012”
Dengan Kejadian Penyakit Kusta
19. Depkes RI , 2002c. Buku Pedoman
Multibasiler”. Unnes Journal of Public
Pemberantasan ProgramP2 Kusta.
Health 2(1) 2013.
Dit. Jen PPM & PLP. Jakarta.
6. Amiruddin. 2012. Penyakit Kusta Sebuah
Pendekatan Klinis Jakarta: Brilian
Internasional

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 13

Anda mungkin juga menyukai