ABSTRAK
Afrania Fitri: Sanksi Tindak Pidana Penganiayaan Berat Berencana dalam Hukum Pidana Islam
(Analisis Pasal 355 KUHP).
Penganiayaaan adalah suatu tindak pidana yang dilakukan dengan maksud melukai atau
menganiaya seseorang dengan tujuan untuk menyebabkan rasa sakit kepada orang lain sampai
tidak berfungsinya salah satu anggota badan. Tindak pidana penganiayaan terdapat pada pasal
351-358 KUHP. Penganiayaan berat berencana diatur dalam pasal 355 KUHP.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketentuan sanksi pidana terhadap tindak pidana
penganiayaan berat berencana, dan tinjauan hukum pidana islam mengenai sanksi tindak pidana
penganiayaan berat berencana.
Metode penelitian yang digunakan adalah content analysis yang ditujukan untuk menjelaskan
suatu masalah yang bersifat teoritik dan normatif berdasarkan isi atau materi yang terdapat dalam
berbagai literatur atau teks.
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa, (1) sanksi tindak pidana penganiayaan berat berencana
dalam pasal 355 KUHP adalah pidana penjara selama 12 (dua belas) tahun, dan apabila
menyebabkan kematian pada korban adalah 15 (lima belas) tahun penjara (2) sanksi tindak
pidana penganiayaan berat berencana menurut hukum pidana islam ialah qishash dan diyat
sedangkan kifarat dan ta’zir dalam penganiayaan yang mengakibatkan kematian (al-khoto’
syibhul ‘amdi) adalah sebagai Hak Allah karena hal tersebut menyebabkan hilangnya nyawa
seseorang (3) relevansi hubungan antara sanksi tindak pidana penganiayaan berat berencana
dalam hukum positif dan hukum pidana islam adalah bahwa penjatuhan hukuman terhadap
pelaku tindak pidana penganiayaan berat berencana sama-sama bertujuan sebagai sarana
pendidikan dan untuk tindakan preventif atau pencegahan agar tidak ada kejadian serupa di
kemudian hari kemudian sanksi ta’zir dalam hukum pidana islam sama dengan hukum positif
yang mana penyerahan sanksi tindak pidana diserahkan kepada ulil amri atau penguasa yang
berwenang.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah hukuman yang dijatuhkan terhadap pelaku tindak pidana
penganiayaan berat berencana menurut pasal 355 KUHP adalah pidana penjara selama 12 dan 15
tahun, dan sanksi pidana menurut hukum pidana islam adalah qishash dan diyat bagi pelaku.
B. HASIL
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa, (1) sanksi tindak pidana penganiayaan berat
berencana dalam pasal 355 KUHP adalah pidana penjara selama 12 (dua belas) tahun,
dan apabila menyebabkan kematian pada korban adalah 15 (lima belas) tahun penjara (2)
sanksi tindak pidana penganiayaan berat berencana menurut hukum pidana islam ialah
qishash dan diyat sedangkan kifarat dan ta’zir dalam penganiayaan yang mengakibatkan
kematian (al-khoto’ syibhul ‘amdi) adalah sebagai Hak Allah karena hal tersebut
menyebabkan hilangnya nyawa seseorang (3) relevansi hubungan antara sanksi tindak
pidana penganiayaan berat berencana dalam hukum positif dan hukum pidana islam
adalah bahwa penjatuhan hukuman terhadap pelaku tindak pidana penganiayaan berat
berencana sama-sama bertujuan sebagai sarana pendidikan dan untuk tindakan preventif
atau pencegahan agar tidak ada kejadian serupa di kemudian hari kemudian sanksi ta’zir
dalam hukum pidana islam sama dengan hukum positif yang mana penyerahan sanksi
tindak pidana diserahkan kepada ulil amri atau penguasa yang berwenang.
C. PEMBAHASAN
Penganiayaan termasuk dalam qishash maupun diat, keduanya adalah hukuman
yang telah ditentukan oleh syara’. Perbedaannya dengan hukuman had adalah hukuman
had merupakan hak Allah (hak masyarakat), sedangkan qishash dan diat merupakan hak
manusia (hak individu). Di samping itu, perbedaan yang lain adalah hukuman qishash
dan diat merupakan hak manusia, maka hukuman tersebut bisa dimaafkan atau
digugurkan oleh korban atau keluarganya, sedangkan hukuman had tidak bisa dimaafkan
atau digugurkan.
Sanksi pembunuhan yang disengaja pembayaran diyat nya dibebankan kepada
pelaku, yang pembayaran diyat nya harus dibayar secara tunai. Sedangkan diyat untuk
penganiayaan yang mengakibatkan kematian atau pembunuhan menyerupai sengaja,
diyat nya dibebankan kepada keluarga pelaku. Akan tetapi imam Malik berpendapat
bahwa penganiayaan yang mengakibatkan kematian syibhul ‘amdi (pembunuhan
menyerupai sengaja) sama dengan sengaja dalam pembebanan diyat kepada harta pelaku,
kecuali pembunuhan oleh orang tua kepada anaknya yang pada mulanya dilakukan dalam
rangka pendidikan dengan pedang dan tongkat. Dalam hal ini diyat nya adalah diyat
syibhul ‘amdi, yaitu diyat mughalazah (diyat yang berat), komposisinya dibagi tiga dan
diangsur selama tiga tahun, seperti pembunuhan karena kesalahan.
Menurut para ulama selain Malikiyah, hukuman kifarat dilakukan dalam
penganiayaan berat, hal ini dikarenakan statusnya disamakan dengan pembunuhan karena
kesalahan. Dalam hal ini tidak dikenakan qishash, melainkan pemberatan diyat kepada
‘aqilah dan pembayaran dengan angsuran selama tiga tahun. Malikiyah menganggap
bahwa penganiayaan berat berencana yang mengakibatkan kematian sebagai
pembunuhan sengaja yang tidak wajib dikenakan hukuman kafarat. Dengan demikian
Malikiah berpendapat hukuman pokok untuk tindak pidana tersebut adalah diyat .
D. KESIMPULAN
Sanksi tindak pidana penganiayaan berat berencana dalam pasal 355 ayat 1
KUHP yang menyebutkan secara langsung suatu klasifikasi tindak pidana bahwa yang
melanggar ketentuan dan melakukan tindak pidana penganiayaan terhadap seseorang
dengan direncanakan terlebih dahulu, diancam dengan pidana penjara paling lama 12
(dua belas) tahun. Sedangkan, ayat 2 pasal 355 KUHP memberikan ketentuan terhadap
pelaku tindak pidana penganiayaan berat berencana yang menyebabkan kematian dengan
ancaman sanksi pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun, karena dalam pasal 355
KUHP tidak menjealskan ketentuan penganiayaan berat, maka ketentuan batasan dari
pada penganiayaan berat merujuk kepada pasal 90 KUHP yang menjelaskan ketentuan
luka berat yang diakibatkan tindak penganiayaan atau kejahatan terhadap tubuh.
Hukuman pokok dari penganiayaan berat yang direncanakan terlebih dahulu yang
mengakibatkan kematian adalah diyat. Sedangkan kifarat dan ta’zir dalam penganiyaan
yang mengakibatkan kematian al;khoto syibhul amdi adalah sebagai hak Allah karena
kejadian tersebut merupakan kejadian yang mengakibatkan hilangnya nyawa seseorang.
Sanksi bagi tindak pidana penganiayaan berat berencana sebagaimana disebutkan
dalam ayat 1 dan 2 pasal 355 KUHP cukup relevan dengan tujuan hukum pidana Islam.
Walaupun menurut hukum pidana Islam pelaku penganiayaan yang berakibat luka berat
dikenakan sanksi qishash atau diyat. Selain sanksi qishash atau diyat adapula sanksi ta’zir
sanksi ini memiliki kesamaan dengan hukum pidana di Indnesia yaitu sanksi dapat
dijatuhkan oleh ulil amri atau oleh hakim.
DAFTAR PUSTAKA