DI
OLEH :
NIM : ( 190250011)
EMAIL : nitarahayu2301@gmail.com
JURUSAN SOSIOLOGI
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
2021
BAB 1
PEMBAHASAN
Identifikasi tata hubungan ini dapat dikaitkan dengan keberadaan pranata sebagai salah satu
institusi di dalam kelembagaan sosial atau organisasi sosial dan atau sekitar komunitas yang
dimaksud. Identifikasi tata hubungan inilah yang disebut dengan pemetaan atau mapping, yang
memberikan gambaran posisi pranata terhadap lembaga lain di dalam komunitas tersebut,
sekaligus memberi gambaran bagaimana sifat hubungan antara pranata dengan lembaga-lembaga
tersebut. Adapun tujuan utama membuat pemetaan sosial adalah diperolehnya program
prioritas dan alokasi sumber dalam penguatan kelompok sosial masyarakat dari pengaruh
budaya-budaya luar secara efisien, efektif dan berkelanjutan .
Pemetaan sosial (social mapping) didefinisikan sebagai proses penggambaran masyarakat yang
sistematik serta melibatkan pengumpulan data dan informasi mengenai masyarakat termasuk di
dalamnya profile dan masalah sosial yang ada pada masyarakat tersebut.
• Pemetaan sosial dapat disebut juga sebagai social profiling atau “pembuatan profile suatu
masyarakat”, Netting, Kettner dan McMurtry (1993),
• “the process of assisting ordinary people to improve their own communities by undertaking
collective actions.”
• pemetaan sosial sangat dipengaruhi oleh ilmu penelitian sosial dan geography.
3 alasan utama mengapa para praktisi pekerjaan sosial memerlukan sebuah pendekatan
sistematik dalam melakukan pemetaan sosial:
• Pandangan mengenai “manusia dalam lingkungannya” (the person-in-environment)
merupakan faktor penting dalam praktek pekerjaan sosial, khususnya dalam praktek tingkat
makro atau praktek pengembangan masyarakat.
Kondisi sosial budaya yang perlu ditemukenali dan atau perlu diorientasi
adalah mencakup beberapa kondisi sebagai berikut :
A. Nilai-nilai apakah yang dianut oleh masyarakat secara dominan, yang mampu
menggerakkan masyarakat
B. Kekuatan-kekuatan sosial apakah yang mampu mendatangkan perubahan-perubahan
sehingga masyarakat dapat berubah dari dalam diri mereka sendiri
C. Seperti apa karakter dan karakteristik masyarakat, khususnya dalam menyikapi intervensi
sosial
D. Seperti apakah pola informasi, komunikasi yang terjadi di tengah masyarakat, baik
penyebaran informasi maupun dalam kerangka pembelajaran
E. Media-media seperti apakah dan sumber belajar apakah yang digunakan dan diyakini
masyarakat sebagai sarana informasi dan pembelajaran
F. Kekuatan-kekuatan sosial yang dominan di dalam kerangka perubahan sosial
G. Faktor-faktor lingkungan apakah yang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku
masyarakat
1. Tersusunnya indikator bobot masalah dan jangkauan fasilitas pelayanan sosial dalam
kegiatan penguatan.
4. Tersusunnya prioritas rencana program penguatan berdasarkan jenis masalah dan satuan
wilayah komunitas yang ada pengaruhnya dari budaya-budaya luar.
6. Sebagai langkah awal pengenalan lokasi dan pemahaman terhadap kondisi masyarakat
8. Sebagai dasar pendekatan dan metoda pelaksanaan melalui sosialisasi dan pelatihan.
9. Sebagai dasar penyusunan rencana kerja yang bersifat taktis terhadap permasalahan yang
dihadapi
10. Sebagai acuan dasar untuk mengetahui terjadinya proses perubahan sikap dan perilaku pada
masyarakat.
Dalam pada itu pemetaan sosial mempunyai manfaat praktis antara lain :
1. Pemetaan masalah sosial dan potensi/sumber sosial yang merupakan bagian dari analisis
situasi dan analisis kebutuhan untuk kegiatan penguatan.
2. Gambaran dasar survei disajikan dalam bentuk struktur ruang/daerah lebih komukatif.
Social mapping sebenarnya bisa dilakukan oleh siapa saja, asalkan tahu data apa yang akan
dicari dan bagaimana mencarinya. Serta kemampuan komunikasi dan menggali data di lapangan.
Untuk itu di pecahkan menjadi dua bentuk :
■ INTERNAL
Social mapping yang dilakukan oleh pihak bagian dari lembaga itu sendiri. diantaranya oleh:
c. Petugas Lapangan
■ INDEPENDENT
Social mapping yang dilakukan oleh pihak diluar dari lembaga itu sendiri . diantaranya oleh :
a. Akademisi
b. LSM
c. Lembaga penelitian
1. Data Demografi : jumlah penduduk, komposisi penduduk menurut usia, gender, mata
pencaharian, agama, pendidikan, dll.
2. Data Geografi : topografi, letak lokasi ditinjau dari aspek geografis, aksesibilitas lokasi,
pengaruh lingkungan geografis terhadap kondisi sosial masyarakat, dll.
3. Data psikografi : nilai-nilai dan kepercayaan yang dianut, mitos, kebiasaan-kebiasaan, adat
istiadat, karakteristik masyarakat, pola hubungan sosial yang ada, motif yang menggerakkan
tindakan masyarakat, pengalaman-pengalaman masyarakat terutama terkait dengan mitigasi
bencana, pandangan, sikap, dan perilaku terhadap intervensi luar, kekuatan sosial yang paling
berpengaruh, dll.
4. Pola komunikasi : media yang dikenal dan digunakan, bahasa, kemampuan baca tulis, orang
yang dipercaya, informasi yang biasa dicari, tempat memperoleh informasi
Perspektif dasar Pemetaan Sosial berkaitan dengan :
2. Dimensi-dimensi masyarakat (struktur sosial, relasi sosial, proses sosial, nilai sosial), yaitu
dimensi struktur sosial, relasi sosial. Proses kehidupan sosial, dan nilai-nilai sosial didaerah /
daerah perbatasan dengan komunitas yang lain yang banyak pengaruhnya dari budaya-budaya
luar.
1. Untuk memperoleh informasi tentang kemajuan sosial sangat tergantung pada ketersediaan
indikator-indikator sosial.
2. Definisi indikator sosial: definisi operasional atau bagian dari definisi operasional dari
suatu konsep utama yang memberikan gambaran sistem informasi tentang suatu sistem sosial.
1. Ada hubungan antar kondisi spasial (tata ruang) dengan fungsi-fungsi yang berlaku pada
masyarakat.
2. Kondisi sosial merupakan informasi atau fakta sosial yang dapat menggambarkan pola-pola,
keteraturan, perubahan, dinamika sosial
Obyek Pemetaan
Kajian dipahami oleh masyarakat pada lembaga lembaga yang ada di desa yang sudah mapan
atau yang mempunyai aturan yang jelas . adapun paguyuban atau perkumpulan yang ada di
masyarakat kadang tidak bisa dibaca secara jelas . di samping itu koordinasi antar anggota
lembaga juga dirasa masih sangat kurang , bahkan terkesan tidak ada kompetisi dalam
memajukan masyarakat desa .
Mereka menyadari , jika hanya kajian saja yang dilakukan , maka tidak bisa merubah lembaga
yang ada di lingkungan mereka. Masyarakat hanya mengetahui peran dan fungsi lembaga secara
keseluruhan yang ada di tingkat desa. Namun kajian ini tidak sekaligus bisa atau mampu
memperbaiki lembaga lembaga yang ada. Artinya tidak semua lembaga dapat diaktifkan namun
pengembangan kelembagaan harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat lokal .
Dalam lembaga lembaga yang ada di tingkat desa dianggap oleh masyarakat memiliki modal
sosial yang lemah , sehingga rentan akan ketidak aktifan .
1. Membuat batasan wilayah, klasifikasi atau stratifikasi untuk memahami keseluruhan situasi
dan posisi relatif dalam konteks yang lebih luas.
2. Membuat profil dari setiap wilayah dan kelompok sosial masyarakat dari pengaruh budaya-
budaya luar untuk menjelaskan karakteristik dari populasi dan identifikasi faktor sosial ekonomi
yang dapat memepengaruhi perkembangan fungsi sosial masyarakat.
3. Identifikasi masalah, potensi dan indikator dasar yg memberikan gambaran tentang bobot
masalah dan strategi alokasi sumber pada setiap wilayah/ kelompok
PENDEKATAN PEMETAAN SOSIAL :
• Metode dan teknik pemetaan sosial yang akan dibahas pada makalah ini meliputi survey
formal, pemantauan cepat (rapid appraisal) dan metode partisipatoris (participatory method)
(LCC, 1977; Suharto, 1997; World Bank, 2002).
Survey Formal
• Kuesioner Indikator Kesejahteraan Inti (Core Welfare Indicators Questionnaire atau CWIQ).
Metode ini merupakan sebuah survey rumah tangga yang meneliti perubahan-perubahan
indikator sosial, seperti akses, penggunaan, dan kepuasan terhadap pelayanan sosial dan
ekonomi.
• Survey Kepuasan Klien (Client Satisfaction Survey). Survey ini digunakan untuk meneliti
efektifitas atau keberhasilan pelayanan pemerintah berdasarkan pengalaman atau aspirasi klien
(penerima pelayanan).
• Wawancara Informan Kunci (Key Informant Interview). Wawancara ini terdiri serangkaian
pertanyaan terbuka yang dilakukan terhadap individu-individu tertentu yang sudah diseleksi
karena dianggap memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai topik atau keadaan di
wilayahnya. Wawancara bersifat kualitatif, mendalam dan semi-terstruktur.
• Diskusi Kelompok Fokus (Focus Group Discussion). Disikusi kelompok dapat melibatkan
8-12 anggota yang telah dipilih berdasarkan kesamaan latarbelakang.
METODOLOGI
Data yang dikumpulkan dari hasil social mapping adalah untuk keperluan analisis. Pada
kegiatan ini dapat digolongkan pada dua kelompok, yaitu data primer dan data sekunder. Data
primer dikumpulkan dengan melakukan penerapan metoda wawancara dan FGD. Adapun data
sekunder mencakup catatan–catatan, hasil–hasil studi, hasil–hasil publikasi, peraturan, serta
dokumen kebijakan dari intansi–intansi yang terkait.
Di samping itu, data sekunder ini mencakup juga hasil pengkajian literatur dan dokumen
hasil kegiatan sebelumnya yang terkait. Adapun lingkup dari data sekunder ini mencakup data
sosial kependudukan, ekonomi, fisik alami dan binaan, profil kawasan kegiatan, dan aspek
institusional. Pengumpulan data dilakukan dalam dua cara, yaitu survei instansional serta
pangamatan lapangan. Survei instansional dilakukan untuk memperoleh data-data sekunder, baik
data-data numerik maupun data–data (dokumen) kebijakan dan peraturan–peraturan yang terkait
dengan proses pengendalian pemanfaatan ruang.
Pengamatan lapangan dilakukan terutama untuk pengecekan ulang (cross check) data
sekunder dengan fakta–fakta yang terjadi. Kegiatan terutama difokuskan untuk mengetahui
fenomena perubahan kependudukan dan pemanfaatan ruang serta kondisi fisik kawasan
pemukiman. Sementara data yang dikumpulkan untuk keperluan perencanaan partisipatif
(penyusunan CAP) akan dikumpulkan bersama masyarakat melalui kegiatan pendataan
partisipatif survei kampung sendiri atau pemetaan swadaya.
E. Participatory Mapping
Tim melakukan analisis atas informasi dan pengolahan data, sehingga menghasilkan
rekomendasi konkrit.
KESIMPULAN
Pemetaan sosial (social mapping) merupakan upaya mengidentifikasi dan memahami struktur
sosial (sistem kelembagaan dan individu) tata hubungan antar lembaga dan atau individu pada
lingkungan sosial tertentu. Pemetaan sosial dapat juga diartikan sebagai social profiling atau “
pembuatan profil suatu masyarakat “ Identifikasi kelembagaan dan individu ini dilakukan secara
akademik melalui suatu penelitian lapangan, yakni mengumpulkan data secara
langsung, menginterpretasikannya dan menetapkan tata hubungan antara satu dengan lain satuan
sosial dalam kawasan komunitas yang diteliti (Dody Prayogo,2003).
Identifikasi tata hubungan ini dapat dikaitkan dengan keberadaan pranata sebagai salah satu
institusi di dalam kelembagaan sosial atau organisasi sosial dan atau sekitar komunitas yang
dimaksud. Identifikasi tata hubungan inilah yang disebut dengan pemetaan atau mapping, yang
memberikan gambaran posisi pranata terhadap lembaga lain di dalam komunitas tersebut,
sekaligus memberi gambaran bagaimana sifat hubungan antara pranata dengan lembaga-lembaga
tersebut. Adapun tujuan utama membuat pemetaan sosial adalah diperolehnya program
prioritas dan alokasi sumber dalam penguatan kelompok sosial masyarakat dari pengaruh
budaya-budaya luar secara efisien, efektif dan berkelanjutan
DAFTAR PUSTAKA