Anda di halaman 1dari 2

Rps 12

Menurut Gabriel Almond dan Bingham Powell Jr budaya politik adalah seperangkat sikap-sikap,
kepercayaan-kepercayaan, dan perasaan-perasaan tentang politik yang terjadi dalam sebuah negara
pada suatu waktu tertentu. Menurut mereka budaya politik dibentuk oleh sejarah bangsa dan
proses-proses sosial, ekonomi, dan aktifitas politik yang berlangsung. Budaya politik mempengaruhi
tingkah laku politik individu, isi tuntutan-tuntutan politik mereka dan respons politik mereka.

Ada tiga aspek budaya politik. Pertama, adalah orientasi terhadap sistem; kedua, orientasi terhadap
proses politk; ketiga, orientasi terhadap kebijakan publik.

Aspek pertama menentukan keabsahan (legitimasi) para otoritas politik. Jika warga negara bersedia
mematuhi aturan perundang-undangan yang dibuat penguasa dan melaksanakannya karena mereka
percaya bahwa mereka memang harus melakukan hal itu, maka ada otoritas politik yang dianggap
absah. Dalam masyarakat yang tradisional maka keabsahan penguasa politik diperoleh karena
warisan status dan ketaatan pada kepercayaan agama atau pada adat kebiasaan. Sedang dalam
sistem demokrasi modern keabsahan penguasa tergantung pada proses politik yang demokratis. Jika
otoritas yang berkuasa terpilih untuk duduk pada jabatannya lewat proses pemilihan yang dapat
diterima, maka keabsahan otoritas tidak lagi diragukan dan dapat dipastikan akan adanya dukungan
bagi keputusan-keputusan atau aturan-aturan yang dikeluarkannya.

Aspek budaya kedua, merupakan orientasi terhadap proses politik. Orientasi kognitif, afektif, dan
evaluatif merupakan dasar pembentukan tipologi budaya politik. Ada tiga macam tipe budaya politik
berkaitan dengan proses politik, yaitu parochial, subjek, dan partisipan; dan tipologi ini dibedakan
kegunaannya, Pertama, untuk melihat pengaruh individu dalam proses politk. Kedua, untuk melihat
hubungan-hubungan diri dengan aktor-aktor lain. Tipe budaya politik parochial adalah bila warga
negara tidak memiliki atau kecil sekali tingkat kesadaran politiknya tentang sistem politik. Tipe
budaya politik subjek adalah bila warga negara yang menjadi bagian dari sebuah sistem politik
nasional memandang ada pengaruh atau potensi pengaruh dari sistem tersebut pada kehidupan
mereka. Sedangkan tipe budaya politik partisipan adalah bila warga negara mempunyai kesadaran
bahwa mereka dapat mempengaruhi sistem politik, oleh karena itu mereka akan berusaha untuk
terlibat dan menggunakan kesempatan untuk berperan serta mempengaruhi proses politik.

Aspek budaya politik ketiga berkaitan dengan pola orientasi terhadap kebijakan publik. Berdasarkan
aspek ini maka rakyat menilai (mengevaluasi) bagaimana kondisi masyarakat saat ini. Apakah kondisi
yang ada telah sesuai dengan harapan atau masih jauh dari harapan, apakah ada pengaruh jika
warga negara berpartisipasi untuk mengubah kondisi masyarakat yang buruk ? Sehingga citra
masyarakat yang baik, ada di aspek budaya politik ini karena masyarakat sudah mempunyai
kemampuan untuk menilai (mengevaluasi) sistem politiknya.

budaya birokrasi di Indonesia mempunyai kaitan relevansi yang sangat tinggi dengan budaya politik,
karena beberapa hal :

1. Birokrasi (pejabat-pejabatnya) merupakan sebuah “Institusi Politik” bisa dibagi-bagi layaknya “kue
politik”

2. Sebagian besar elit politik diisi oleh para birokrat (aparatur negara, eksekutif, legislatif, sipil,
militer)
3. Pembangunan nasional ditentukan oleh peranan birokrat (pemikir, perencana, pelaksana maupun
pengawas pembangunan.

Anda mungkin juga menyukai