0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
14 tayangan2 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang pelaksanaan desa wisata yang mencakup 3 tahapan yaitu pengusulan, verifikasi, dan penetapan desa wisata. Desa wisata dapat dikelola oleh 3 lembaga yakni Pokdarwis, koperasi, atau BUMDes. Sumber pendanaannya berasal dari dana desa, APBN/APBD, CSR perusahaan, hingga pendanaan lainnya.
Dokumen tersebut membahas tentang pelaksanaan desa wisata yang mencakup 3 tahapan yaitu pengusulan, verifikasi, dan penetapan desa wisata. Desa wisata dapat dikelola oleh 3 lembaga yakni Pokdarwis, koperasi, atau BUMDes. Sumber pendanaannya berasal dari dana desa, APBN/APBD, CSR perusahaan, hingga pendanaan lainnya.
Dokumen tersebut membahas tentang pelaksanaan desa wisata yang mencakup 3 tahapan yaitu pengusulan, verifikasi, dan penetapan desa wisata. Desa wisata dapat dikelola oleh 3 lembaga yakni Pokdarwis, koperasi, atau BUMDes. Sumber pendanaannya berasal dari dana desa, APBN/APBD, CSR perusahaan, hingga pendanaan lainnya.
Dalam pelaksanaan desa wisata, terdapat beberapa tahap dalam penerapannya, yaitu: 1) Pengusulan penetapan desa wisata dilakukan oleh kelompok masyarakat kepada pemerintah desa yang disetujui melalui musyawarah. 2) Hasil musyawarah keputusan kepala desa disampaikan kepada pengembangan desa wisata kepada OPD yang menangani urusan pariwisata. 3) OPD melakukan verifikasi, uji kelayakan terhadap usulan desa wisata yang memenuhi persyaratan selanjutnya ditetapkan dengan keputusan Bupati atau Wali Kota. 2. Kelembagaan Desa Wisata. Desa wisata dapat dilakukan dengan tiga lembaga pengelola yang berlandaskan pada pemberdayaan masyarakat, yaitu: a. Kelompok sadar wisata (Pokdarwis). Kelompok sadar wisata ini merupakan kelompok yang merupakan penggerak kegiatan sadar wisata dan implementasi desa wisata yang dibentuk dari kesadaran masyarakat yang disetujui kepala desa dan dikukuhkan oleh Kepala Dinas Pariwisata. b. Koperasi. Desa wisata dapat dikelola oleh koperasi yang didirikan oleh sedikitnya 20 anggota daan dikukuhkan oleh Dinas Koperasi setempat. Koperasi menjadi badan hukum yang berkewajiban mengelola kegiatan dan mendapatkan keuntungan, yang bertanggungjawab pada Rapat Anggota Tahunan koperasi. c. Bumdes. Badan Usaha Milik Desa adalah hukum resmi desa yang dibentuk oleh pemerintah desa dan Badan Perwakilan Desa (BPD) melalui musyawarah desa. Bumdes berhak melakukan berbagai usaha, salah satunya usaha pariwisata yang memiliki potensi wisata di desa tersebut. 3. Pendanaan Desa Wisata. Sumber pendanaan dari pelaksanaan desa wisata dapat diperoleh melalui: a. Dana Desa. Kegiatan yang dapat dilaksanakan menggunakan dana desa yaitu: - Pembangunan desa seperti sarana prasarana penunjang desa wisata - Pemberdayaan masyarakat desa seperti pelatihan bagi masyarakat desa untuk meningkatkan keterampilan, perilaku, kemampuan dan kesadaran wisata bagi masyarakat desa. Penggunaan dana desa untuk desa wisata ditetapkan melalui musyawarah desa yang mengacu pada Peraturan Menteri Desa tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Nomor 11 tahun 2019. Tahap penggunaan dana desa ditentukan melalui kesepakatan pemerintahan desa yang disusun berdasarkan tahapan penetapan penggunaan dana desa, yaitu: 1) Musyawarah desa. 2) Penyusunan Rancangan Rencana Kerja Pemerintah Desa. 3) Penyusunan Rancangan APB Desa. 4) Tinjaua Rancangan APB Desa dilakukan oleh Bupati atau Walikota berdasarkan ketentuan yang berlaku.
b. APBN, APBD Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota.
Pendanaan pembangunan yang berasal dari APBD atau APBD Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota yang berupa program atau kegiatan di daerah yang dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat/Kabupaten/Kota yang dilaksanakan sesuai dengan mekanisme yang berlaku. c. Pendanaan dari sumber lainnya. - CSR atau Corporate Social Responsibility. Pendanaan dari perusahaan bisnis untuk berkontribusi kepada masyarakat dan komunitas yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup bersama. - Pendanaan lain yang bersifat tidak mengikat. - Pendanaan model bapak asuh.