Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

APENDISITIS

Nama :Trya Dwi putri

Nim: (201100445)

Dosen pengampu
Dina Putri Utami L,S.Kep.,Ns.,M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YOGYAKARTA
2020 / 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahnya sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan Laporan
Pendahuluan tentang Apendisitis atau Radang Usus Buntu. Laporan ini disusun dan
ditujukan untuk memenuhi tugas UAS Mata Kuliah Konsep Dasar Keperawatan II
Stikes Yogyakarta, tahun ajaran 2020/2021.

            Laporan ini kami susun dengan menggunakan banyak literatur yang sayai
gunakan untuk menjadi dasar terwujudnya Laporan Pendahuluan ini. Di dalam
pembuatan Laporan Pendahuluan, saya mendapatkan banyak petunjuk, bantuan,
dukungan bimbingan serta pengarahan.

Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan Laporan


Pendahuluan ini. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
dan saya berharap Laporan Pendahuluan ini dapat bermanfaat bagi pera pembaca.

Yogyakarta, 8 Juli 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1

A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 2
C. Tujuan.............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 3

A. Definisi Tentang Apendisitis............................................................ 3


B. Klasifikasi Dari Apendisitis............................................................. 3
C. Etiologi Penyebab Dari Apendisitis................................................. 5
D. Manifestasi Dari Apendisitis............................................................ 5
E. Patofisiologi Dari Apendisitis.......................................................... 5
F. Pemeriksaan Penunjang Bagi Apendisitis........................................ 6
G. Komplikasi pada Apendisitis........................................................... 6
H. Pathways Dari Apendistis................................................................ 8

BAB III PENUTUP.................................................................................... 9

A. Kesimpulan...................................................................................... 9
B. Saran................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10
cm (kisaran 3- 15), dan berpangkal di sekum. Lumennya sempit di bagian
proksimal dan melebar di bagian distal. Namun demikian, pada bayi,
apendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya dan menyempit kearah
ujungnya. Keadaan ini mungkin menjadi sebab rendahnya insidens apendisitis
pada usia itu (Soybel, 2001 dalam Departemen Bedah UGM, 2010).

Secara histologi, struktur apendiks sama dengan usus besar. Kelenjar


submukosa dan mukosa dipisahkan dari lamina muskularis.
Diantaranya berjalan pembuluh darah dan kelenjar limfe. Bagian paling luar
apendiks ditutupi oleh lamina serosa yang berjalan pembuluh darah besar yang
berlanjut ke dalam mesoapendiks. Bila letak apendiks retrosekal, maka tidak
tertutup oleh peritoneum viserale (Soybel, 2001 dalam Departemen Bedah
UGM, 2010).

Persarafan parasimpatis berasal dari cabang n.vagus yang mengikuti


a.mesenterika superior dan a.apendikularis, sedangkan persarafan simpatis
berasal dari n.torakalis X. Oleh karena itu, nyeri viseral pada apendisitis bermula
di sekitar umbilikus (Sjamsuhidajat, De Jong, 2004). Pendarahan apendiks
berasal dari apendikularis yang merupakan arteri tanpa kolateral. Jika arteri ini
tersumbat, misalnya karena thrombosis pada infeksi, apendiks akan mengalami
gangrene (Sjamsuhidajat, De Jong, 2004).

Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu normalnya


dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan

1
aliran lendir di muara apendiks tampaknya berperan pada pathogenesis
apendisitis. Imunoglobulin sekreator yang dihasilkan oleh GALT (gut associated
lymphoid tissue) yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk apendiks,
ialah IgA. Imunoglobulin ini sangat efektif sebagai pelindung terhadap
infeksi. Namun demikian, pengangkatan apendiks tidak
dibandingkan dengan jumlahnya di saluran cerna dan di seluruh tubuh
(Sjamsuhidajat, De Jong, 2004).

B. Rumusan Masalah
1. Definisi Tentang Apendisitis
2. Klasifikasi Dari Apendisitis
3. Etiologi Penyebab Dari Apendisitis
4. Manifestasi Dari Apendisitis
5. Patofisiologi Dari Apendisitis
6. Pemeriksaan Penunjang Bagi Apendisitis
7. Komplikasi pada Apendisitis
8. Pathways Dari Apendistis

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari Apendisitis
2. Untuk mengetahui Klasifikasi dari Apendisitis
3. Untuk mengetahui Etiologi Penyebab dari Apendisitis
4. Untuk mengetahui Manifestasi dari Apendisitis
5. Untuk mengetahui Patofisiologi dari Apendisitis
6. Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang bagi Apendisitis
7. Untuk mengetahui komplikasi pada Apendisitis
8. Untuk mengetahui Pathways dari Apendistis

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Tentang Apendisitis


Apendisitis adalah suatu proses obstruksi yang disebabkan oleh benda asing batu
feses kemudian terjadi proses infeksi dan disusul oleh peradangan dari apendiks
verivormis (Nugroho, 2011). Apendisitis merupakan peradangan yang berbahaya
jika tidak ditangani segera bisa menyebabkan pecahnya lumen usus (Williams &
Wilkins, 2011). Apendisitis adalah suatu peradangan yang berbentuk cacing
yang berlokasi dekat ileosekal (Reksoprojo, 2010)

Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis. Apendisitis akut


adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran kanan bawah rongga
abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2001
dalam Docstoc, 2010).

Apendisitis adalah kondisi dimana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus
ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan
laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak
terawat, angka kematian cukup tinggi dikarenakan oleh peritonitis dan syok
ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur (Anonim, 2007 dalam Docstoc,
2010).
B. Klasifikasi Dari Apendisitis
Klasifikasi apendisitis dapat dibagi menjadi lima berdasarkan gejala dan
penyebab. Klasifikasinya yaitu apendisitis akut, apendisitis perforata, apendisitis
rekurens, apendisitis kronik, dan mukokel apendiks (Sjamsuhidayat, 2010).
1) Apendisitis akut terjadi karena peradangan mendadak pada umbai cacing
yang memberikan tanda setempat. Gejalanya nyeri samar-samar dan

3
tumpul yang merupakan nyeri viseral didaerah epigastrium disekitar
umbilikus. Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ketitik mcBurney,
disini nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga
merupakan nyeri somatik setempat. Sering disertai mual, muntah dan
nafsu makan berkurang.
2) Apendistis Perforasi adalah pecahnya apendiks yang sudah gangren yang
menyebabkan pus masuk ke dalam rongga perut sehingga terjadi
peritonitis umum.
3) Apendisitis rekurens dapat didiagnosa jika adanya riwayat serangan nyeri
berulang di perut kanan bawah yang mendorong dilakukannya
apendektomi dan hasil patologi menunjukkan peradangan akut. Kelainan
ini terjadi bila serangan apendisitis akut pertama kali sembuh spontan.
Pada apendisitis rekurens biasanya dilakukan apendektomi karena
penderita sering mengalami serangan akut.
4) Apendisitis kronik dapat menegakkan diagnosa jika ditemukan adanya
riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang kronik
apendiks secara makroskopik dan mikroskopik. Kriteria mikroskopik
apendisitis kronik adalah fibrosis menyeluruh dinding apendiks, sumbatan
parsial atau total lumen
5) apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama dimukosa dan adanya sel
inflamasi kronik.Mukokel apendiks adalah dilatasi kistik dari apendiks
yang berisi musin akibat adanya obstruksi kronik pangkal apendiks yang
biasanya berupa jaringan fibrosa. Penderita sering datang dengan keluhan
ringan berupa rasa tidak enak di perut kanan bawah. Kadang teraba massa
memanjang diregio iliaka kanan.

C. Etiologi Dari Apendisitis


Apendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Berbagai hal menjadi faktor
penyebabnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor pencetus disamping

4
hyperplasia jaringan limfe, batu feses, tumor apendiks, dan cacing askaris dapat
juga menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang diduga menimbulkan
apendisitis yaitu erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E.Histolytica
(Sjamsuhidajat, 2010).
D. Manifestasi Dari Apendisitis
Gejala awal yang biasanya terjadi pada pasien yang menderita apendisitis berupa
nyeri yang dirasakan pada daerah umbilikus atau periumbilikus. Dalam 2- 12
jam nyeri dapat berpindah ke kuadran kanan bawah, menetap dan diperberat bila
berjalan dan batuk. Selain itu apendisitis juga dapat menimbulkan keluhan
seperti anoreksia, malaise dan demam yang tidak terlalu tinggi (Mansjoer, 2000).
Hal yang paling khas pada apendisitis adalah berupa nyeri tekan pada daerah
McBurney. Kemudian dapat timbul spasme otot dan nyeri tekan lepas. Apabila
sudah terjadi rupture apendiks, tanda perforasi dapat berupa nyeri tekan dan
spasme. Penyakit ini sering disertai hilangnya nyeri secara dramatis untuk
sementara (Price & Wilson, 2006).
E. Patofisiologi Dari Apendisitis
Apendisitis kemungkinan dimulai oleh obstruksi dari lumen yang disebabkan
oleh fses yang terlibat atau fekalit. Sesuai dengan pengamatan epidemiologi
bahwa apendisitis berhubungan dengan asupan makanan yang rendah serat. Pada
stadium awal apendisitis, terlebih dahulu terjadi inflamasi mukosa. Inflamasi ini
kemudian berlanjut ke submukosa dan melibatkan peritoneal. Cairan eksudat
fibrinopurulenta terbentuk pada permukaan serosa dan berlanjut ke beberapa
permukaan peritoneal yang bersebelahan. Dalam stadium ini mukosa glandular
yang nekrosis terkelupas ke dalam lumen yang menjadi distensi dengan pus.
Akhirnya, arteri yang menyuplai apendiks menjadi bertrombosit dan apendiks
yang kurang suplai darah menjadi nekrosis ke rongga peritoneal. Jika perforasi
yang terjadi dibungkus oleh omentum, abses local akan terjadi (Burkit, Quick &
Reed, 2007).

5
F. Pemeriksaan Penunjang Bagi Apendisitis

Pemeriksaan penunjang yang dapat, dilakukan untuk membantu mendiagnosis


penyakit usus buntu, antara lain:

1) Pemeriksaan laboratorium darah. Dari pemeriksaan darah dapat diketahui


ada atau tidaknya peningkatan dari sel darah putih dan laju darah yang
mengindikasikan adanya suatu infeksi dan peradangan.
2) Pemeriksaan urine. Pemeriksaan urine dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan diagnosis lain, seperti infeksi saluran kemih atau batu pada
saluran kemih yang dapat memberikan gejala nyeri yang menyerupai
penyakit usus buntu.
3) Pemeriksaan pencitraan. USG adalah pemeriksaan pencitraan yang
paling sering digunakan untuk mendiagnosis penyakit usus buntu. Selain
USG, CT-Scan, dan foto X-ray abdomen juga dapat digunakan untuk
memastikan diagnosis dari usus buntu, tetapi lebih jarang dilakukan.

G. Komplikasi pada Apendisitis


Menurut Mansjoer, 2000 komplikasi apendisitis yaitu:
1) Perforasi
Tanda-tanda perforasi meliputi meningkatnya nyeri, spasme otot dinding
perut kuadran kanan bawah dengan tanda peritonitis umum atau abses
yang terlokalisasi, ileus, demam, malaise dan leukositosis semakin jelas.
2) Peritonitis
Peritonitis umum terapi spesifik yang dilakukan adalah dengan menutup
asal perforasi. Tindakan lain yang menunjang dengan tirah baring,
pemasangan NGT, puasa, koreksi cairan dan elektrolit, pemberian
antibiotik berspektrum luas.

6
3) Abses Apendiks
Abses akan teraba massa di kuadran kanan bawah yang cenderung
menggelembung kea rah rectum atau vagina.
4) Pileflebitis (tromboplebitis septik vena portal)
Komplikasi ini dapat menyebabkan demam yang tinggi, panas dingin
menggigil terus meneru

H. Pathways dari Apendisitis

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan
merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini
mengenai semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering
menyerang laki-laki berusia 10 sampai 30 tahun.

Apendiksitis terbagi menjadi 2 yaitu apendiksitis akut dan apendisitis


kronik. Apendiksitis akut dapat disebabkan oleh trauma, misalnya pada
kecelakaan atau operasi, tetapi tanpa lapisan eksudat dalam rongga maupun
permukaan apendiks. Apendiksitis kronik biasanya disebabkan oleh
penyumbatan lumen apendiks. Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang
diproduksi mukosa apendiks mengalami bendungan.

Semakin lama mukus tersebut semakin banyak, namun elasitas dinding


apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan
tekanan intra lumen. Oleh karena itu perlu perhatian khusus yang memiliki
penyakit apendisitis untuk Melakukan perawatan pada luka dengan cara
mamantau keadaan luka, melakukan penggatian balutan (ganti verban) dan
mencegah terjadinya infeksi. Penggunaan therapy antibiotic topical pada luka

8
apendisitis seperti metrodinazole sangat efektif untuk membunuh bakteri
yang dapat menimbulkan bau (Gitaraja, 2004).
B. Saran
Bagi system keilmuan khususnya bagi ilmu keperawatan diharapkan
dapat meningkatkan ketersediaan teori-teori mengenai asuhan keperawatan
pada klien dengan luka apendisitis. Hal ini diharapkan dapat mrnjadi sumber
informasi untuk dijadikan pedoman bagi pelaksanaan asuhan keperawatan
apendisitis perforasi dan bermanfaat untuk meningkatkan mutu pelayanan
keperwatan dimasa yang akan datan

DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.ums.ac.id/31151/2/BAB_1.pdf
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1368/4/4.%20BAB%20II.pdf
https://sinta.unud.ac.id/uploads/wisuda/0914028208-3-bab%202.pdf
http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1053/1/KTI%20ERWIN%20HIDAYAT.pdf

Anda mungkin juga menyukai