Latar Belakang
Penggunaan beton secara masif diawali pada permulaan abad 19 dan merupakan awal era
beton bertulang. Pada tahun 1801, F.Coignet menerbitkan tulisannya mengenai prinsip-prinsip
konstruksi dengan meninjau kelembaban bahan beton terhadap taruknya. Pada tahun 1850, J.L.
Lambot untuk pertama kalinya membuat kapal kecil dari bahan semen untuk dipamerkan dalam
Expo tahun 1855 di Paris. J.Moiner, seorang ahli taman dari Prancis mematenkan rangka metal
sebagai tulangan beton untuk mengatasi taruknya yang digunakan untuk tanamannya. Pada tahun
1886, Koenen menerbitkan tulisan mengenai teori dan perancangan struktur beton. C.A.P Turner
mengembangkan pelat slab tanpa balok tahun 1906.
1.Penggunaan Beton
Penggunaan beton secara masif diawali pada permulaan abad 19 dan merupakan awal era
beton bertulang. Pada tahun 1801, F.Coignet menerbitkan tulisannya mengenai prinsip-prinsip
konstruksi dengan meninjau kelembaban bahan beton terhadap taruknya. Pada tahun 1850, J.L.
Lambot untuk pertama kalinya membuat kapal kecil dari bahan semen untuk dipamerkan dalam
Expo tahun 1855 di Paris. J.Moiner, seorang ahli taman dari Prancis mematenkan rangka metal
sebagai tulangan beton untuk mengatasi taruknya yang digunakan untuk tanamannya. Pada tahun
1886, Koenen menerbitkan tulisan mengenai teori dan perancangan struktur beton. C.A.P Turner
mengembangkan pelat slab tanpa balok tahun 1906.
Beton adalah bagian dari konstruksi yang dibuat dari campuran beberapa material
sehingga mutunya akan banyak tergantung kondisi material pembentuk ataupun pada proses
pembuatannya. Untuk itu kualitas bahan dan proses pelaksanaannya harus dikendalikan agar
dicapai hasil yang optimal. Adapun kelebihan dan kekurangan beton yaitu:
Kelebihan dari beton antara lain:
a. Dapat dengan mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi.
b. Mampu memikul beban yang berat
c. Tahan terhadap temperatur yang tinggi
d. Biaya pemeliharaan yang kecil
e. Harganya relatif murah karena menggunakan bahan-bahan dasar dari bahan lokal, kecuali
semen Portland.
f. Beton termasuk tahan aus dan tahan kebakaran, sehingga biaya perawatan termasuk rendah
g. Beton termasuk bahan yang berkekuatan tekan tinggi, serta mempunyai sifat tahan terhadap
pengkaratan/pembusukan oleh kondisi lingkungan.
h. Ukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan beton tak bertulang atau pasangan batu.
i. Beton segar dapat dengan mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk apapun dan ukuran
seberapapun tergantung keinginan .
Kekurangan daripada beton antara lain:
a.Beton mempunyai kuat tarik yang rendah, sehingga mudah retak. Oleh karena itu perlu diberi
baja tulangan, atau tulangan kasa.
b.Beton segar mengerut saat pengeringan dan beton keras mengembang jika basah sehingga
dilatasi (constraction joint) perlu diadakan pada beton yang panjang/lebar untuk memberi
tempat bagi susut pengerasan dan pengembangan beton.
c.Beton keras mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan suhu sehingga perlu dibuat
dilatasi (expansion joint) untuk mencegah terjadinya retak-retak akibat perubahan suhu.
d.Beton sulit untuk kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat dimasuki air, dan air yang
membawa kandungan garam dapat merusakkan beton.
e.Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan didetail secara seksama agar
setelah dikombinasikan dengan baja tulangan menjadi bersifat daktail, terutama pada struktur
tahan gempa.
3.Baja Tulangan
Untuk melindungi tulangan terhadap bahaya kebakaran dan korosi disebelah luar
tulangan harus diberi tebal minimum beton. Tebal selimut beton bervariasi tergantung pada tipe
konstruksi dan kondisi lingkungan. Berdasarkan pasal 3.16.7 SNI, tebal selimut beton bertulang
yang tidak langsung berhubungan dengan cuaca atau tanah adalah tidak boleh lebih kecil dari 20
mm untuk pelat, dinding, dan pelat berusuk yang menggunkan diameter tulangan lebih kecil dari
D-36, sert 40 mm untuk balik dan kolom. Jika beton tersebut berhubungan langsung dengan
tanah, tebal selimut minimum adalah 40-50 mm, tergantung dari diameter tulangannya, tetapi
jika beton tersebut dicor langsung ditanah tanpa adanya lapisan dasar atau lantai kerja, tebal
selimut beton minimum 70 mm. (L.Wahyudi, 1999:32)
2. Pengaitan Dan Pembengkokan
a. Pengaitan pada batang-batang
Kait-kait pada batang tulangan dapat berupa kait penuh, miring, atau lurus. Garis tengah
krakteristik Øk adalah sebuah garis tengah dari suatu batang yang dimisalkan berpenampang
bulat dan panjang, Volume, dan beratnya sama seperti batang baja sebenarnya yang
berpenampang deform. Untuk baja polos kaitan harus dibengkokkan agar garis tengah kait paling
sedikit 2,5 Øk. Garis tengah kait dari batang deform minimal harus 4 Øk, dan untuk kait lurus
dan miring 5 Øk, (Pedoman Pengerjaan Beton, 1997 :104).
b. Pengaitan pada sengkang
Sengkang-sengkang pada balok dan kolom harus dilengkapi kait miring atau kait lurus.
Penggunaan sengkang pada kolom harus dipasang berselang-seling.
c. Pembengkokan pada batang-batang
Pembengkokan adalah perubahan arah yang diperlukan batang. Pembengkokan pada
batang-batang tulangan utama harus mempunyai garis tengah dalam paling sedikit 10 Øk,
( Pedoman Pengerjaan Beton , 1997 :105 ).
Setelah Pekerjaan Pondasi selesai dikerjakan dan sudah dilakukan pengurugan kembali tanah
bekas galian, maka kita akan memulai Pekerjaan Beton Bertulang.
Tahapan Pekerjaan :
Untuk melaksanakan proses Pekerjaan Sloof beton dapat dilakukan secara estafet dengan
proses pelaksanaan pekerjaan Pondasi.
Pada saat pekerjaan galian tanah pondasi dimulai, dapat pula mulai dilakukan
pemotongan besi beton dan Cetakan Beton Sloof (Begisting) dari papan kayu yang murah
ukuran 2/20 atau multipleks sesuai dengan ukuran/dimensi dari Sloof dan Kolom beton
yang direncanakan.
Setelah sebagaian besar pekerjaan pemotongan besi beton dilakukan, bisa dimulai
dilaksanakan pekerjaan merangkai besi beton menjadi rangka tulangan untuk Sloof
Beton kemudian rangka tulangan untuk kolom beton.
Setelah Pekerjaan Pondasi mencapai 50%, pekerjaan proses pemasangan Sloof beton dan
kolom beton bisa dimulai.
Letakkan rangkaian beton bertulang sloof yang telah dibuat diatas permukaan pondasi.
Kemudian pasang Cetakan Beton Sloof (Begisting) diatas rangkaian besi bertulang sloof.
Setelah sebagian besar rangkaian besi beton dan begisting sloof terpasang, bisa mulai
dilakukan pemasangan rangkaian besi beton dan begisting untuk kolom.
Tahap selanjutnya bisa dimulai pengecoran adukan beton untuk Sloof.
Sedangkan untuk pengecoran kolom, dilakukan secara bertahap bersamaan dengan
pemasangan dinding batu bata.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
Diperiksa kembali apakah Stek besi beton diameter 6 mm sudah terkait dengan kuat pada
pondasi batu kali.
Tariklah benang mulai dari ujung pondasi kesisi ujung yang satunya, gunanya untuk
menentukan ketepatan pasangan Sloof beton diatas pondasi.
Periksa ukuran/dimensi rangkaian besi beton bertulang sloof dan kolom yang sedang
dibuat maupun yang akan dipasang, sudah sesuai dengan dimensi pada gambar kerja
lapangan.
Pada saat pemasangan Rangkaian besi beton untuk kolom perhatikan betul posisi
rangkaian besi beton sudah terpasang tegak lurus atau siku.
Perhatikan pada saat pengecoran adukan campuran beton kedalam cetakan Sloof beton
(begisting), cetakan benar-benar terisi adukan beton dengan padat (tidak ada rongga).
kalau ada rongga di beton, akan mengurangi kekuatan Sloof.
Pada saat pengecoran adukan beton, didalam cetakan tidak boleh terdapat kotor apapun,
dan tidak boleh ada tumpahan minyak.
Cetakan (begisting) sloof jangan dibuka dulu sebelum adukan beton benar-benar kering.