Anda di halaman 1dari 9

TEKNIK PELAKSANAAN BETON

NAMA : KHAMIDI ILHAMI


NIM : S04150010
PRODI/KELAS : TEKNIK BANGUNAN RAWA/3A

POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN

KementrianRiset, Teknologi Dan Pendidikan Tinggi

JURUSAN TEKNIK SIPIL PROGRAM STUDI D IV BANGUNAN RAWA


PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penggunaan beton dan bahan-bahan vulkanik seperti abu pozzolan sebagai


pembentuknya telah dimulai sejak zaman Yunani dan Romawi bahkan mungkin sebelumnya.
Dengan campuran kapur, pozzolan, dan batu apung, bangsa Romawi banyak membangun
infrastruktur seperti akuaduk, bangunan, drainase dan lain-lain. Di Indonesia penggunaan yang
serupa bisa dilihat pada beberapa bangunan kuno yang tersisa. Benteng Indrapatra di Aceh yang
dibangun pada abad ke-7 oleh kerajaan Lamuri, bahan bangunannya berupa kapur, tanah liat, dan
batu gunung. Orang Mesir telah menemukan sebelumnya bahwa dengan memakai aditif debu
vulkanik mampu meningkatkan kuat tekan beton.

Penggunaan beton secara masif diawali pada permulaan abad 19 dan merupakan awal era
beton bertulang. Pada tahun 1801, F.Coignet menerbitkan tulisannya mengenai prinsip-prinsip
konstruksi dengan meninjau kelembaban bahan beton terhadap taruknya. Pada tahun 1850, J.L.
Lambot untuk pertama kalinya membuat kapal kecil dari bahan semen untuk dipamerkan dalam
Expo tahun 1855 di Paris. J.Moiner, seorang ahli taman dari Prancis mematenkan rangka metal
sebagai tulangan beton untuk mengatasi taruknya yang digunakan untuk tanamannya. Pada tahun
1886, Koenen menerbitkan tulisan mengenai teori dan perancangan struktur beton. C.A.P Turner
mengembangkan pelat slab tanpa balok tahun 1906.

Dalam konstruksi, beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari


kombinasi aggregat dan pengikat semen. Bentuk paling umum dari beton adalah beton semen
Portland, yang terdiri dari agregat mineral (biasanya kerikil dan pasir),semen dan air. Biasanya
dipercayai bahwa beton mengering setelah pencampuran dan peletakan. Sebenarnya, beton tidak
menjadi padat karena air menguap, tetapi semen berhidrasi, mengelem komponen lainnya
bersama dan akhirnya membentuk material seperti-batu. Beton digunakan untuk membuat
perkerasan jalan, struktur bangunan, fondasi, jalan, jembatan penyeberangan, struktur parkiran,
dasar untuk pagar/gerbang, dan semen dalam bata atau tembok blok. Nama lama untuk beton
adalah batu cair.
PEMBAHASAN

1.Penggunaan Beton

Penggunaan beton dan bahan-bahan vulkanik seperti abu pozzolan sebagai


pembentuknya telah dimulai sejak zaman Yunani dan Romawi bahkan mungkin sebelumnya.
Dengan campuran kapur, pozzolan, dan batu apung, bangsa Romawi banyak membangun
infrastruktur seperti akuaduk, bangunan, drainase dan lain-lain. Di Indonesia penggunaan yang
serupa bisa dilihat pada beberapa bangunan kuno yang tersisa. Benteng Indrapatra di Aceh yang
dibangun pada abad ke-7 oleh kerajaan Lamuri, bahan bangunannya berupa kapur, tanah liat, dan
batu gunung. Orang Mesir telah menemukan sebelumnya bahwa dengan memakai aditif debu
vulkanik mampu meningkatkan kuat tekan beton.

Penggunaan beton secara masif diawali pada permulaan abad 19 dan merupakan awal era
beton bertulang. Pada tahun 1801, F.Coignet menerbitkan tulisannya mengenai prinsip-prinsip
konstruksi dengan meninjau kelembaban bahan beton terhadap taruknya. Pada tahun 1850, J.L.
Lambot untuk pertama kalinya membuat kapal kecil dari bahan semen untuk dipamerkan dalam
Expo tahun 1855 di Paris. J.Moiner, seorang ahli taman dari Prancis mematenkan rangka metal
sebagai tulangan beton untuk mengatasi taruknya yang digunakan untuk tanamannya. Pada tahun
1886, Koenen menerbitkan tulisan mengenai teori dan perancangan struktur beton. C.A.P Turner
mengembangkan pelat slab tanpa balok tahun 1906.

2.Kelebihan dan Kekurangan Beton

Beton adalah bagian dari konstruksi yang dibuat dari campuran beberapa material
sehingga mutunya akan banyak tergantung kondisi material pembentuk ataupun pada proses
pembuatannya. Untuk itu kualitas bahan dan proses pelaksanaannya harus dikendalikan agar
dicapai hasil yang optimal. Adapun kelebihan dan kekurangan beton yaitu:
Kelebihan dari beton antara lain:
a. Dapat dengan mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi.
b. Mampu memikul beban yang berat 
c. Tahan terhadap temperatur yang tinggi 
d. Biaya pemeliharaan yang kecil 
e. Harganya relatif murah karena menggunakan bahan-bahan dasar dari bahan lokal, kecuali
semen Portland.
f. Beton termasuk tahan aus dan tahan kebakaran, sehingga biaya perawatan termasuk rendah 
g. Beton termasuk bahan yang berkekuatan tekan tinggi, serta mempunyai sifat tahan terhadap
pengkaratan/pembusukan oleh kondisi lingkungan.
h. Ukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan beton tak bertulang atau pasangan batu.
i.  Beton segar dapat dengan mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk apapun dan ukuran
seberapapun tergantung keinginan .
Kekurangan daripada beton antara lain:
a.Beton mempunyai kuat tarik yang rendah, sehingga mudah retak. Oleh karena itu perlu diberi
baja tulangan, atau tulangan kasa.
b.Beton segar mengerut saat pengeringan dan beton keras mengembang jika basah sehingga
dilatasi (constraction joint) perlu diadakan pada beton yang panjang/lebar untuk memberi
tempat bagi susut pengerasan dan pengembangan beton.
c.Beton keras mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan suhu sehingga perlu dibuat
dilatasi (expansion joint) untuk mencegah terjadinya retak-retak akibat perubahan suhu.
d.Beton sulit untuk kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat dimasuki air, dan air yang
membawa kandungan garam dapat merusakkan beton.
e.Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan didetail secara seksama agar
setelah dikombinasikan dengan baja tulangan menjadi bersifat daktail, terutama pada struktur
tahan gempa.

Konversi antara karateristik dan mutu f’c


Nilai kuat tekan beton kadangkala ada yang menyebut K- misalnya K-200 ; K-175 ; K-
300 atau ada yang menyebut f'c 20; f'c 25; f'c 30. Kedua nilai ini ada adalah nilai kuat tekan
beton. Hal ini tentunya dapat membuat suatu kebingungan? di satu pihak ada yang menggunakan
K- di satu pihaknya ada yang menggunakan f'c. Kemudian apa yang menjadi perbedaan antara
keduanya.
Penggunaan K dan f'c
Nilai K digunakan hanya untuk benda uji berbentuk KUBUS
Nilai MPa digunakan hanya untuk benda uji berbentuk SILINDER
Satuan K dan f'c
Nilai K menggunakan satuan kg/cm2
Nilai f'c menggunakan satuan MPa (N/mm2)
1 MPa = 10 kg/cm2
Hubungan K dan f'c
Dalam desain bila mencantumkan nilai K atau f'c harus di konversi sebaliknya.
Kubus 15x15x15 (K) = 1
Kubus 20x20x20 = 0,95
Kubus 10x10x10 = 1,07
Silinder 15x30 (f'c) = 0,83
Contoh :
Kubus yang digunakan = 15x15x15
fc. 5 Mpa setara dengan = (5x10) / 0,83 = 50 / 0,83 = 60,24 kg/cm2
K. 100 kg/cm2 setara dengan = (100/10) x 0.83 = 10 x 0,83 = 8,3 Mpa

Mutu Beton Karakteristik


Beton dengan mutu K-250 menyatakan kekuatan tekan karakteristik minimum adalah 250
kg/cm2 pada umur beton 28 hari, dengan menggunakan kubus beton ukuran 15x15x15 cm.
Mengacu pada PBI 71 yang merujuk pada standar eropa lama.
Mutu Beton fc’
Beton dengan mufu fc' 25 menyatakan kekuatan tekan minimum adalah 25 MPa pada
umur beton 28 hari, dengan menggunakan silinder beton diameter 15 cm, tinggi 30 cm. Mengacu
pada standar SNI 03-2847-2002 yang merujuk pada ACI (American Concrete Institute).MPa =
Mega Pascal ; 1 MPa = 1 N/mm2 = 10 kg/cm2.
Komposisi Campuran Beton Karateristik (K)
Tabel komposisi berat semen, pasir, dan kerikil, serta volume air yang dibutuhkan untuk
membuat 1 m3 beton dengan mutu tertentu.
Mutu Beton Semen Pasir (kg) Kerikil Air (liter) w/c ratio
(kg) (kg)
7.4 Mpa(K-100) 247 869 999 215 0.87
9.8 Mpa (K-125) 276 828 1012 215 0.78
12.2 Mpa (K-150) 299 799 1017 215 0.72
14.5 Mpa (K-175) 326 760 1029 215 0.66
16.9 Mpa (K-200) 352 731 1031 215 0.61
19.3 Mpa (K-225) 371 698 1047 215 0.58
21.7 Mpa (K-250) 384 692 1039 215 0.56
24.0 Mpa (K-275) 406 684 1026 215 0.53
26.4 Mpa (K-300) 413 681 1021 215 0.52
28.8 Mpa (K-325) 439 670 1006 215 0.49
31.2 Mpa (K-350) 448 667 1000 215 0.48

3.Baja Tulangan

1. Macam / Tipe Baja Tulangan


Ada 2 jenis baja tulangan, yaitu tulangan polos (plain bar) dan tulangan ulir (deformed
bar), yaitu :
a. Tulangan ulir
Berdasarkan SNI ( dalam Wahyudi, 1999 :33), digunakan simbol D untuk menyatakan
diameter tulangan ulir. Sebagai contoh, D-10 dan D-19 menunjukkan tulangan ulir berdiameter
10 mm dan 19 mm.
Tulangan ini tersedia mulai dari diameter 10 hingga 32 mm, meskipun ada juga yang lebih besar,
tetapi umumnya diperoleh melalui pesanan khusus.
Bedasarkan ketentuan SNI T-15-1991-03 pasal 3.5 (dalam Wahudi, 1999 : 33) baja
tulangan ulir labih diutamakan pemakaiannya untuk batang tulangan. Salah satu tujuan dari
ketentuan ini adalah agar struktur beton bertulang tersebut memiliki keandalan terhadap efek
gempa, Karena antara lain terdapat lekatan yang lebih baik antara beton dengan tulangannya.
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh baja tulangan ulir menurut L. Wahyudi (1999:3)
antara lain :
· Mutu dan cara uji harus sesuai dengan SII-0136-86 atau ekivalen JLS. G. 3112
· Baja tulangan ulir mempunyai kuat leleh lebih besar dari 400 KN/cm 2 boleh dipakai asalkan fy
adalah tegangan yang memberikan regangan 0,30 %.
· Baja tulangan beton yang dianyam harus memilih ASTM AIG4 “Spesification For Fabricated
Deform Steel Bar Mats For Concrete Reinforcement”.

Tabel. 1 Dimensi Nominal Tulangan Ulir


Diameter Berat Keliling Luas Penampang
(mm) (kg/m) (cm) (cm2)
10 0,67 3,14 0,785
13 1,04 4,08 1,33
16 1,58 5,02 2,01
19 2,23 5,96 2,84
22 2,98 6,91 3,80
25 3,85 7,85 4,91
32 6,31 10,05 8,04
36 7,99 11,30 10,20
40 9,87 12,56 12,60

b. Tulangan polos (Plain)


Baja tulangan ini tersedia dalam beberapa macam diameter tetapi karena ketentuan SNI
(dalam Wahyuidi, 1999 : 32), hanya memperkenankan pemakaiannya untuk sengkang dan
tulang spiral, pemakiannya terbatas. Saat ini tulangan polos yang mudah dijumpai adalah hingga
diameter 16mm, dengan panjang standar 12 meter.

Table 2 Dimensi Efektif Tulangan Polos


Diameter Berat Keliling Luas penmpang
(mm) (kg/m) (cm) (cm2)
6 0,222 1,88 0,283
8 0,395 2,51 0,503
10 0,617 3,14 0,785
12 0,888 3,77 1,13
16 1,58 5,02 2,01

Untuk melindungi tulangan terhadap bahaya kebakaran dan korosi disebelah luar
tulangan harus diberi tebal minimum beton. Tebal selimut beton bervariasi tergantung pada tipe
konstruksi dan kondisi lingkungan. Berdasarkan pasal 3.16.7 SNI, tebal selimut beton bertulang
yang tidak langsung berhubungan dengan cuaca atau tanah adalah tidak boleh lebih kecil dari 20
mm untuk pelat, dinding, dan pelat berusuk yang menggunkan diameter tulangan lebih kecil dari
D-36, sert 40 mm untuk balik dan kolom. Jika beton tersebut berhubungan langsung dengan
tanah, tebal selimut minimum adalah 40-50 mm, tergantung dari diameter tulangannya, tetapi
jika beton tersebut dicor langsung ditanah tanpa adanya lapisan dasar atau lantai kerja, tebal
selimut beton minimum 70 mm. (L.Wahyudi, 1999:32)

 
2. Pengaitan Dan Pembengkokan
a. Pengaitan pada batang-batang
Kait-kait pada batang tulangan dapat berupa kait penuh, miring, atau lurus. Garis tengah
krakteristik Øk adalah sebuah garis tengah dari suatu batang yang dimisalkan berpenampang
bulat dan panjang, Volume, dan beratnya sama seperti batang baja sebenarnya yang
berpenampang deform. Untuk baja polos kaitan harus dibengkokkan agar garis tengah kait paling
sedikit 2,5 Øk. Garis tengah kait dari batang deform minimal harus 4 Øk, dan untuk kait lurus
dan miring 5 Øk, (Pedoman Pengerjaan Beton, 1997 :104).
b. Pengaitan pada sengkang
Sengkang-sengkang pada balok dan kolom harus dilengkapi kait miring atau kait lurus.
Penggunaan sengkang pada kolom harus dipasang berselang-seling.
c. Pembengkokan pada batang-batang
Pembengkokan adalah perubahan arah yang diperlukan batang. Pembengkokan pada
batang-batang tulangan utama harus mempunyai garis tengah dalam paling sedikit 10 Øk,
( Pedoman Pengerjaan Beton , 1997 :105 ).

3.Perilaku Dan Penentunya


Ciri-ciri khas baja tulangan adalah :
· Kuat tarik ;
· Batas luluh / tarik ;
· Regangan pada tulangan maksimal ;
· Modulus elastisitas
Sifat-sifat ini dapat ditentukan secara pengujian tarik. Pada uji tarik, Dilakukan suatu
pengujian tarik batang baja beton hingga batang patah.
4.Teknik Pelaksanaan Beton

Pekerjaan Beton Bertulang

Pada bagian Pekerjaan Beton Bertulang terdapat beberapa tahapan pelaksanaan.

Besaran dari ukuran/dimensi beton disesuaikan dengan luas bangunan yang


direncanakan.Didalam uraian ini tidak membahas masalah besaran ukuran/dimensi dari
Pekerjaan Beton Bertulang.Karena setiap desain rumah mempunyai dimensi/ukuran beton
bertulang yang berbeda.

Setelah Pekerjaan Pondasi selesai dikerjakan dan sudah dilakukan pengurugan kembali tanah
bekas galian, maka kita akan memulai Pekerjaan Beton Bertulang.

A. Pekerjaan Sloof dan Kolom Beton

Tahapan Pekerjaan :

 Untuk melaksanakan proses Pekerjaan Sloof beton dapat dilakukan secara estafet dengan
proses pelaksanaan pekerjaan Pondasi.
 Pada saat pekerjaan galian tanah pondasi dimulai, dapat pula mulai dilakukan
pemotongan besi beton dan Cetakan Beton Sloof (Begisting) dari papan kayu yang murah
ukuran 2/20 atau multipleks sesuai dengan ukuran/dimensi dari Sloof dan Kolom beton
yang direncanakan.
 Setelah sebagaian besar pekerjaan pemotongan besi beton dilakukan, bisa dimulai
dilaksanakan pekerjaan merangkai besi beton menjadi rangka tulangan untuk Sloof
 Beton kemudian rangka tulangan untuk kolom beton.
 Setelah Pekerjaan Pondasi mencapai 50%, pekerjaan proses pemasangan Sloof beton dan
kolom beton bisa dimulai.
 Letakkan rangkaian beton bertulang sloof yang telah dibuat diatas permukaan pondasi.
 Kemudian pasang Cetakan Beton Sloof (Begisting) diatas rangkaian besi bertulang sloof.
 Setelah sebagian besar rangkaian besi beton dan begisting sloof terpasang, bisa mulai
dilakukan pemasangan rangkaian besi beton dan begisting untuk kolom.
 Tahap selanjutnya bisa dimulai pengecoran adukan beton untuk Sloof.
 Sedangkan untuk pengecoran kolom, dilakukan secara bertahap bersamaan dengan
pemasangan dinding batu bata.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :

 Diperiksa kembali apakah Stek besi beton diameter 6 mm sudah terkait dengan kuat pada
pondasi batu kali.
 Tariklah benang mulai dari ujung pondasi kesisi ujung yang satunya, gunanya untuk
menentukan ketepatan pasangan Sloof beton diatas pondasi.
 Periksa ukuran/dimensi rangkaian besi beton bertulang sloof dan kolom yang sedang
dibuat maupun yang akan dipasang, sudah sesuai dengan dimensi pada gambar kerja
lapangan.
 Pada saat pemasangan Rangkaian besi beton untuk kolom perhatikan betul posisi
rangkaian besi beton sudah terpasang tegak lurus atau siku.
 Perhatikan pada saat pengecoran adukan campuran beton kedalam cetakan Sloof beton
(begisting), cetakan benar-benar terisi adukan beton dengan padat (tidak ada rongga).
kalau ada rongga di beton, akan mengurangi kekuatan Sloof.
 Pada saat pengecoran adukan beton, didalam cetakan tidak boleh terdapat kotor apapun,
dan tidak boleh ada tumpahan minyak.
 Cetakan (begisting) sloof jangan dibuka dulu sebelum adukan beton benar-benar kering.

Anda mungkin juga menyukai