Anda di halaman 1dari 51

MAKALAH

PEMERIKSAAN FISIK PADA ANAK

Disusun Oleh :

Kelompok 9

Agresia Anisha 2011312061

Dian Fadhilla Humaida 2011312052

Febrianelly Amanda 2011312058

Nurul Fadhilah Putri 2011312055

FAKULTAS KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini. Dalam
pembuatan makalah ini, banyak kesulitan yang saya alami terutama disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan. Namun berkat bimbingan dan bantuan dari semua pihak akhirnya
makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Tak ada gading yang tak retak. Begitu pula dengan makalah yang saya buat ini yang
masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran agar
makalah ini menjadi lebih baik serta berdaya guna dimasa yang akan datang.

Padang, 9 November 2021

Penulis,
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala atau masalah
kesehatan yang dialami oleh pasien. Pemeriksaan fisik bertujuan utnuk mengumpulkan
data tentang kesehatan pasien, menambah informasi, menyangkal data yang diperoleh
dari riwayat pasien, mengidentifikasi masalah pasien, menilai perubahan status pasien,
dan mengevaluasi pelaksanaan tindakan yang telah diberikan. Dalam melakukan
pemeriksaan fisik terdapat teknik dasar yang perlu dipahami, antara lain inspeksi
(melihat), palpasi (meraba), perkusi (ketukan), dan auskultasi (mendengar). Observasi
(pengamatan secara seksama) Pemeriksaan dilakukan pada seluruh tubuh, dari ujung
rambut sampai ujung kaki, namun tidak harus dengan urutan tertentu. Pemeriksaan yang
menggunakan alat seperti pemeriksaan tengkorak, mulut, telinga, suhu tubuh, tekanan
darah, dan lainlainnya, sebaiknya dilakukan paling akhir, karena dengan melihat atau
memakai alat-alat, umumnya anak menjadi takut atau merasa tidak nyaman, sehingga
menolak diperiksa lebih lanjut.
B. Tujuan
1. Mengetahui askep tentang kasus kejang
2. Mengetahui teori tentang prosedur pemeriksaan fisik pada anak
3. Mengetahui contoh skenario role play
C. Manfaat
Diharapkan makalah ini akan dapat bermanfaat dalam pemeriksaan fisik pada anak,
dan diharapkan dapat memberikan informasi baru dan menunjang teori-teori yang sudah
ada.
BAB II

PEMBAHASAN

I. Askep Kasus Kejam Demam


A. Pengkajian
 Data subjektif
Proses pengkajian pertama dilakukan adalah pengumpulan data :
a) Identitas pasien
Biasanya berisikan tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat, diagnosa medis
dan tanggal masuk serta tanggal pengakajian dan identitas penanggung jawab
b) Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Demam, suhu > 38oC, muntah, kaku , kejang-kejang, sesak nafas, kesadaran
menurun, ubun-ubun cekung, bibir kering, bak lidah ada, BAB mencret.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Umumnya penyakit ini terjadi sebagai akibat komplikasi perluasan penyakit
lain. Yang sering ditemukan adalah ISPA, ionsililis, olilis nedia,
gastroeniecilis, meningitis.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Kemungkinan ada anggota keluarga yang mengalami penyakit infeksi seperti
ISPA dan meningitis,serta memiliki riwayat kejang yang sama dengan pasien
 Data objektif
a) Pemeriksaan Umum
Pertama kali perhatikan keadaan umum vital : tingkat kesadaran, tekanan darah,
nadi, respirasi dan suhu.
b) Pemeriksaan fisik
1. Kepala
Adakah tanda-tanda mikro atau makrosepali? Adakah dispersi bentuk kepala?
Apakah tanda-tanda kenaikan tekanan intrakarnial, yaitu ubun-ubun besar
cembung, bagaimana keadaan ubun-ubun besar menutup atau belum?
2. Rambut
Dimulai warna, kelebatan, distribusi serta karakteristik lain rambut. Pasien
dengan malnutrisi energi protein mempunyai rambut yang jarang, kemerahan
seperti rambut jagung dan mudah dicabut tanpa menyebabkan rasa sakit pada
pasien.
3. Muka/ wajah
Paralisis fasialis menyebabkan asimetri wajah; sisi yang paresis tertinggal bila
anak menangis atau tertawa, sehingga wajah tertarik ke sisi sehat. Adakah
tanda rhisus sardonicus, opistotonus, trimus? Apakah ada gangguan nervus
cranial?
4. Mata
Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil, untuk itu periksa pupil dan
ketajaman penglihatan. Apakah keadaan sklera, konjungtiva?
5. Telinga
Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya infeksi
seperti pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga, keluar cairan dari
telinga, berkurangnya pendengaran.
6. Hidung
Apakah ada pernapasan cuping hidung? Polip yang menyumbat jalan napas?
Apakah keluar sekret, bagaimana konsistensinya, jumlahnya?
7. Mulut
Adakah tanda-tanda sardonicus? Adakah cynosis? Bagaimana keadaan lidah?
Adakah stomatitis? Berapa jumlah gigi yang tumbuh? Apakah ada caries
gigi?
8. Tenggorokan
Adakah tanda-tanda peradangan tonsil? Adakah tanda-tanda infeksi faring,
cairan eksudat?
9. Leher
Adakah tanda-tanda kaku kuduk, pembesaran kelenjar tiroid? Adakah
pembesaran vena jugulans?
10. Thorax
Pada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan,
frekwensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi intercostale? Pada
auskultasi, adakah suara napas tambahan?
11. Jantung
Bagaimana keadaan dan frekwensi jantung serta iramanya? Adakah bunyi
tambahan ? Adakah bradicardi atau tachycardia?
12. Abdomen
Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen?Bagaimana
turgor kulit dan peristaltik usus? Adakah tanda meteorismus? Adakah
pembesaran lien dan hepar?
13. Kulit
Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya? Apakah
terdapat oedema, hemangioma ? Bagaimana keadaan turgor kulit?
14. Ekstremitas
Apakah terdapat oedema, atau paralise terutama setelah terjadi kejang?
Bagaimana suhunya pada daerah akral?
15. Genetalia Adakah kelainan bentuk oedema, sekret yang keluar dari vagina,
tanda-tanda infeksi?

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul (Roger M.D.M.P.H diagnosis
pedriatri : 231) :
1) Resiko tinggi trauma / cidera b/d kelemahan, perubahan kesadaran, kehilangan
koordinasi otot.
2) Gangguan rasa nyaman b.d peningkatan suhu tubuh.
3) Resiko kejang berulang b.d peningkatan suhu.
4) Resiko Defisit volume cairan bd kondisi demam.
5) Kurang pengetahuan orang tua tentang kondisi, prognosis, penatalaksanaan dan
kebutuhan pengobatan bd kurangnya informasi.
C. Intervensi

N Diagnosa Kriteria dan Hasil Intervensi Rasional


O
1 Resiko terjadinya Tujuan : Tidak -Berikan -Meminimalkan
trauma fisik b.d terjadinya trauma pengaman pads injury saat kejang
kurangnya fisik selama sisi tempat tidur -Meningkatkan
koordinasi otot. keperawatan dan pengguna keamanan klien
tempat tidur yang -Menurunkan
Kriteria hasil : Tidak rendah resiko trauma
terjadi trauma fisik -Tinggallah pada mulut
selama perawatan bersama klien -Membantu
mempertahankan selama fase menurunkan
tindakan yang kejang resiko injuri fisik
mengontrol aktivitas -Berikan tongue pada ekremitas
kejang spatel diantara ketika kontrol otot
gigi atas dan volunter
bawah berkurang
-Letakkan klin
ditempat yang
lembut
2 Gangguan rasa Tujuan :Rasa -Kaji faktor -Mengetahui
nyaman b.d nyaman terpenuhi terjadinya penyebab
hipertermi Kriteria Hasil TTV hipertermi terjadinya
dalam batas normal -Observasi tanda- hipertermi karena
S = 36,5-37,5⁰C N = tanda vital tiap 4 penambahan
80-150x/i P = 30-60 jam pakaian/selimut
x/i -Pertahanan suhu dapat
tubuh normal menghambat
-Ajarkan pada penurunan suhu
keluarga tubuh
memberikan -Pemantauan TTV
kompres pada yang teratur dapat
kepala dan ketiak menentukan
-Anjurkan klien perkembangan
untuk keperawatan yang
menggunakan selanjutnya
baju tipis yang -Suhu tubuh dapat
terbuat dari katun dipengaruhi oleh
tingkat aktivitas
dan suhu
lingkungan
-Proses konduksi
atau perpindahan
panas dengan
suatu bahan
perantara
-Proses hilangnya
panas akan
terhalang oleh
pakaian tebal dan
tidak dapat
menyerap
keringat
3 Resiko terjadinya Tujuan: Klien -Longgarkan - Proses
kejang berulang tidak mengalami pakaian, konveksi akan
berhubungan kejang selama berikan pakaian terhalang
dengan berhubungan yang tipis yang oleh pakaian
peningkatan suhu dengan hipertermi. mudah yang ketat dan
tubuh. menyerap tidak
Kriteria hasil: keringat. menyerap
Tidak terjadi -Berikan keringat.
serangan kejang kompres panas. -Perpindahan
ulang , TTV dalam - Berikan ekstra suhu secara
batas normal. S: cairan sesuai konduksi.
36,5 – 37,5 derajat indikasi. -Saat demam
Celcius. N: 80 – -Observasi kebutuhan
150x/i P: 30-60x/i kejang dan cairan
tanda vital tiap tubuh
4 jam. meningkat.
-Batasi aktivitas -Pemantauan
selama anak yang teratur
panas. menentukan
-Berikan anti tindakan yang
piretika dan akan di lakukan.
pengobatan -Aktivitas dapat
sesuai advis. meningkatkan
metabolisme dan
meningkatkan
panas. -
Menurunkan
panas pada pusat
hipotalamus dan
sebagai
propilaksi.
4 Kurangnya Tujuan : Keluarga -Kaji tingkat -Mengetahui
pengetahuan dapat memahami pengetahuan sejauh mana
keluarga tentang penyakit keluarga. pengetahuan
berhubungan yang dialami -Beri yang dimiliki
dengan klien. penjelasan keluarga
keterbatasan Kriteriahasil: kepada keluarga dan kebenaran
informasi Keluarga tidak sebab dan informasi yang
sering bertanya akibat demam didapat.
tentang kejang. -Penjelasan
penyakit anaknya, -Jelaskan setiap tentang kondisi
keluarga mampu tindakan yang yang dialami
ikut serta dalam akan dilakukan. dapat membantu
proses -Berikan health menambah
keperawatan, education wawasan
keluarga dapat tentang cara keluarga. -Agar
menaati setiap menolong anak keluarga
proses kejang dan mengetahui
keperawatan. mencegah tujuan setiap
kejang demam. tindakan
-Berikan health perawatan yang
education agar dilakukan.
selalu sedia -Sebagai upaya
obat penurun alih informasi
panas di rumah. dan mendidik
-Jaga anak tidak keluarga agar
terkena dapat
penyakit infeksi mandiri.
dengan -Mencegah
menghindari peningkatan
orang atau suhu tubuh lebih
teman yang tinggi dan
menderita serangan
penyakit kejang ulang.
menular -Sebagai upaya
sehingga tidak preventif
mencetus
kenaikan suhu.
5 Resiko kekurangan Tujuan: Cairan dan -Anjurkan klien -Makan yang
cairan dan elektrolit memakan mengandung
elektrolit kurang seimbang. Kriteria makanan yang serat dapat
dari Hasil: tidak memperlancar
kebutuhan tubuh Mukosa mulut mengandung BAB.
berhubungan klien basah dan serat. -Agar tidak
dengan output yang tidak -Berikan merangsang
berlebihan. kering. Elastisitas makanan yang kerja lambung
kulit baik. lunak. dan usus.
-Berikan cairan -Memenuhi
melalui infus. kebutuhan
-Anjurkan klien cairan dan
banyak minum. elektrolit.
-Anjurkan klien -Memenuhi
makan sedikit kebutuhan
tapi sering. cairan
klien.
-Meningkatkan
nutrisi klien.

D. Implementasi keperawatan
Tindakan keperawatan ( implementasi ) adalah katagori dari prilaku keperawatan di
mana yang di perlukan untukmencapai tujuan dan hasil yang di perkirakan dari
asuhan keperawatn yang di lakukan dan di selesaikan . implementasi mencakup
melakukan, membantu, mengarahkan kinerja aktivitas kehidupan sehari-hari,
memberkan asuhan keperawtan untuk tujuan yang berpusat kepada klien (Darto
suharso 2013).
E. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah respon pasien terhadap tindakan dan kemajuan mengarahkan
pencapaian hasil yang di harapkan. Aktivitas ini berfungsi sebagai umpan balik dan
bagian control proses keperawatan, melalui status pernyataan diagnostic pasien
secara individual di nilai untuk diselesaikan, di lanjutkan, atau memerlukan
perbaikan (Darto suharso 2013).

KASUS
1 Pengkajian
a) Identitas klien
Nama : An. F
Tempat/tgl lahir : Tanjung alam, 27 April 2013
Umur : 5 th
Jenis kelamin : Laki-laki
Nama ibu : Rita raffia
Pekerjaan ayah : Petani
Pekerjaan ibu : IRT
Suku : Minang
Agama : Islam
Alamat : Baso, pancuran putiah
Diagnosa medis : Kejang Demam

Data penanggung jawab


Nama : Rita rafia
Umur : 40 th
Hubungan dg klien : Ibu Kandung
Pekerjaan : IRT
b) Alasan masuk
Klien masuk KE PUSKESMAS dengan keluhan demam sejak 3 hari lalu, kejang
di rumah 1x sejak demam berlangsung. Mencret sudah 8 kali berbetuk cair ,
Batuk (-), kemudian di rujuk kerumah sakit melalui IGD.
c) Data subjektif
 Ibu klien mengatakan klien masih BAB lebih dari 4 kali.
 Ibu klien mengatakan klien selama sakit susah untuk diberi minum air putih.
 Ibu klien mengatakan nafsu makan anaknya sudah ada.
 Ibu klien mengatakan klien tampak lemah.
 Ibu klien mengatakan selama sakit klien tidak pernah dimandikan.
 Ibu klien mengatakan klien tampak kotor.
 Ibu klien mengatakan takut terhadap anaknya akan terjadi nya kejang
berulang.
 Ibu klien mengatakan tidak tahu betul tentang penyakit kejang demam.
 Ibu klien mengatakan panas badan anaknya sudah berkurang.
 Ibu klien mengatakan kejang sudah tidak ada lagi sejak masuk RS.
d) Data objektif
 Klien tampak tidak mau minum air.
 Frekuensi BAK 3-4 x/ hari.
 Klien tampak sudah mau makan bubur dan roti.
 Mukosa bibir kering.
 TTV: S : 36,80 C. N: 82 x / i , P: 23 x / i.
 Badan klien tampak kotor.
 Baju klien tampak kontor.
 ADL tampak dibantu.
e) Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
 Ibu klien mengatakan panas badan anaknya sudah berkurang.
 Ibu klien mengatakan anak nya sudah tidak rewel lagi.
 Ibu klien mengatakan kejang sudah tidak ada lagi sejak masuk RS.
 Ibu klien mengatakan anaknya sudah bisa tertawa lagi.
 Ibu klien mengatakan nafsu makan anak nya sudah ada.
 Ibu klien mengatakan klien sudah boleh pulang.
 Ibu klien mengatakan takut terhadap anaknya akan terjadi nya kejang
berulang.
 TTV: S : 36,80 C . N: 82 x / i , P: 23 x / i.Frekuensi BAK 3-4 x/ hari.
 Mukosa bibir klien tampak kering.
 Ibu klien mengatakan tidak tahu betul tentang penyakit kejang demam.
 Nafsu makan klien terlihat sudah ada.
f) Riwayat kesehatan dahulu
Ibu klien mengatakan sebelumnya klien pernah dirawat dirumah sakit batu
sangkar dengan peyakit hernia sekitar 4 tahun yang lalu.
g) Riwayat kesehatan keluarga Ibu klien mengatakan tidak ada anggota keluarga
yang mengalami penyakit seperti ini.Ibu klien mengatakan tidak ada penyakit
keturunan seperti hipertensi, diabetes militus, asma, dll.
h) Riwayat kehamilan
Ibu klien mengatakan masa gestasi cukup bulan, tidak ada masalah selama
kehamilan.
i) Persalinan dan melahirkan
 Jenis persalinan normal, klien lahir dengan BB saat lahir 3200 gr dan PB
50 cm. Imunisasi
 Ibu klien mengatakan imunisasi lengkap. (Imunisasi BCG, DPT, Polio)
j) Pemeriksaan Fisik
 Tingkat kesadaran : Compos Mentis GCS : 15 E : 4 (spontan), M: 6
(mematuhi perintah), V: 5 (tersenyum dan menangis dengan tepat)
 BB dan PB : 15,5 kg / 60 cm
 Tanda-Tanda Vital :
- Tekanan darah : -
- Nadi : 82 x/i
- Pernafasan : 23 x/i
- Suhu : 36,8 ºC
 Head to Toe
1. Kepala
- Bentuk kepala simetris, pertumbuhan rambut merata, tidak ada lesi
pada kulit kepala, tidak ada nyeri tekan pada kepala.
- Mata
Simetris kanan & kiri, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ihterik,
palpebra tidak ada oedema, tidak ada gangguan penglihatan.
- Telinga
Daun telinga normal, simetris kiri dan kanan, tidak terdapat serumen,
pendengaran normal / tidak terdapat alat bantu pendengaran.
- Hidung
Rongga hidung lengkap, tidak ada secret, tidak ada cuping hidung.
- Mulut & gigi
Mukosa bibir tampak kering, jumlah gigi lengkap Stomatitis tidak ada.
2. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid/getah bening.
3. Thorak
 Paru-paru
 I : Pergerakan dinding dada sama kiri kanan.
 P : Premitus kiri dan kanan, tidak ada massa teraba.
 P : Sonor A : Bunyi nafas normal / vesikuler
 Jantung
 I : Tidak ada terlihat adanya ictus cordis. Garis
midklavikula sinistra.
 P : Denyut jantung lebih terasa pada Ics V.
 P : Tidak ada pembengkakan pada jantung.
 A : Normal/ tidak ada kelainan.
4. Abdomen
I : Bentuk simetris kiri kanan, letak umbilikus normal, tidak terdapat
bekas operasi.
A : Bising usus pasien (15 x/ menit ).
P : Terdapat nyeri tekan pada bagian permukaan abdomen.
P : Terdengar hipertimpani.
5. Punggung
Simetris, tidak ada kelainan tulang, tidak terdapat lesi atau luka
dekubitus.
6. Integumen
Kulit tampak sedikit kering, tidak ada luka decubitus, warna kulit
sawo matang.
7. Ekstremitas
Lengkap atas & bawah, simetris kiri & kanan, pada ekstremitas kiri
atas terpasang infus KAEN 1B 10 tetes, pergerakan bebas.
8. Genitalia
Ibu klien mengatakan genetalia normal , tidak ada kelainan.
k) Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan laboraturium
Pemeriksaan darah
- HGB : 14,3
- RBC : 5,49
- HCT : 41,0
 Kimia klinik
- Kalium : 3,73
- Natrium : 132,5
- Khlorida : 41,0
 Tinja
- Warna : Hijau
- Konsitensi : Lunak
 Urinalise
- PH : 6,0
- Benda keton +
- BJ :1.020

II. Posedur Pemeriksaan Fisik pada Anak

Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada anak harus memahami


bahwa semua asuhan keperawatan anak harus berpusat pada keluarga (family center
care) dan mencegah terjadinya trauma (atraumatik care).
Anak baik sebagai individu maupun bagian dari keluarga merupakan salah satu
sasaran dalam pelayanan keperawatan. Untuk dapat memberikan pelayanan
keperawatan yang tepat sesuai dengan masa tumbuh kembangnya, anak dikelompokkan
berdasarkan masa tumbuh kembangnya yaitu:
1. Bayi : 0-1 tahun

2. Toddler : 1-2,5 tahun


3. Pra sekolah : 2,5-5 tahun

4. Sekolah : 5-11 tahun

5. Remaja : 11-18 tahun

Terdapat perbedaan dalam memberikan pelayanan keperawatan antara orang


dewasa dan anak sebagai sasarannya. Perbedaan itu dapat dilihat dari struktur fisik.
Keterampilan pengkajian fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Urutan
pada pengkajian abdomen adalah inspeksi, auskultasi, perkusi, dan palpasi. Ada
beberapa tahap dalam melakukan pengkajian, diantaranya yaitu:
1. Persiapan Lingkungan

a. Lakukan pengkajian di tempat lain selain di “area aman” anak, jika


mungkin. Area aman maksudnya disamping tempat tidur atau tempat
bermain anak.

b. Letakkan mainan, poster-poster yang menarik, dan lukisan di ruang


pemeriksaan untuk membuat ruang tersebut terkesan tidak menakutkan.

c. Batasi jumlah orang di dalam ruangan dan jumlah orang yang keluar
masuk area pemeriksaan.

d. Nyalakan AC dengan suhu rendah karena kipas angin yang berisik dapat
mempengaruhi hasil auskultasi.

e. Kurangi aliran udara dari tempat pemeriksaan karena anak dapat


kedinginan sehingga tampak kebiru-biruan, dapat juga menandakan
penyakit jantung atau pernapasan.
f. Beri privasi untuk anak usia sekolah dan remaja.
2. Persiapan Alat

a. Pastikan semua alat siap untuk digunakan.

b. Letakkan alat yang menakutkan atau asing bagi anak di tempat yang tidak
terlihat sebelum memulai pemeriksaan pada anak kecil.

c. Hangatkan tangan dan alat sebelum memulai pemeriksaan.

d. Alat dapat dihangatkan dengan tangan atau dengan air hangat.

3. Alat untuk Pengkajian Fisik

a. Lidi kapas
l. Manset tekanan darah
b. Lap / kertas tisue pediatric

c. Bantalan disposibel

d. Tirai / sampiran

e. Gaun untuk anak

f. Sarung tangan

g. Lubrikan

h. Timbangan untuk berat


badan

i. Papan ukur atau baki ukur

j. Pita ukur (meteran)

k. Stetoskop
m. Spigmomanometer
s. Kartu mata
n. Termometer rectal dan oral
t. Reflex Hammer
o. Tounge spatel
u. Jam tangan dengan jarum
p. Senter detik

v. Format pengkajian fisik


q. Otoskop

w. Denver Developmental
r. Oftalmoskop
Screening Test (DDST)

Tanda-Tanda Vital Normal Pada Anak, yaitu :


1. Tekanan Darah

Usia Sistolik / diastolic Sistolik / diastolic


(mmHg) Anak (mmHg) Anak laki-
perempuan laki
1 bln 84/52 86/52
6 bln 91/53 90/53
1 thn 91/54 90/56
2 thn 90/56 91/56
4thn 92/56 93/56
6 thn 96/57 96/57
8 thn 99/59 99/60
10 thn 102/62 102/62
12 thn 107/66 107/64
14 thn 110/67 112/64
16 thn 112/67 117/67

2. RR

Usia Frekuensi (nafas/ menit)


Bayi premature 40-90
Neonatus 30-80
1 tahun 20-40
2 tahun 20-30
3 tahun 20-30
5 tahun 20-25
10 tahun 17-22
15 tahun 15-20
20 tahun 15-20

3. Nadi

Usia Istirahat Istirahat (tidur) Aktivitas dan


(terjaga) demam
Lahir 100-180 80-160 Sampai 220
1-3 bulan 100-220 80-180 Sampai 220
3 bln – 2 tahun 80-150 70-120 Sampai 200
2 – 10 thn 70-110 60-100 Sampai 180
10 - dewasa 55-90 50-90 Sampai 180

4. Suhu

Usia Suhu (oC)


3 bulan 37,5
1 tahun 37,7
3 tahun 37,3
5 tahun 37,0
7 tahun 36,8
9 tahun 36,7
13 tahun 36,6

5. Kesadaran

Kompos mentis : sadar sepenuhnya & memberi respons


Apatis : sadar, tapi acuh tak acuh terhadap keadaan sekitarnya, masih ada
respons
Samnolen : lebih rendah dari apatis, tampak mengantuk, selalu ingin tidur,
tidak ada respons terhadap stimulus ringan, tapi masih ada respons terhadap
stimulus keras
Sopor : tidak memberi respons ringan / sedang, sedikit respons terhadap
stimulus kuat, refleks pupil terhadap cahaya (+)
Delirium : bicara kacau
Koma : tidak ada respons terhadap stimulus apapun, refleks pupil terhadap
cahaya ( - )
Format Pengkajian Fisik Anak

a. Biodata pasien

Nama :

Usia :
Jenis kelamin :

Alamat :

Agama :

Suku :
Tanggal masuk RS :

Tanggal pengkajian :

b. Biodata penanggungjawab

Nama :

Usia :

Jenis kelamin :

Alamat :

Hubungan dengan pasien :

c. Keluhan utama :

d. Riwayat kesehatan sekarang :

e. Riwayat kesehatan masa lalu :

f. Riwayat kesehatan keluarga :

g. Riwayat kesehatan lingkungan :

h. Antropoemetri

TB :

BB :

i. Kepala dan leher

1) Ukuran :
2) Bentuk :

3) Lingkar tulang tengkorak :

- Wajah
1) Bentuk : (simetris/tidak simetris)

2) Paralisis :

3) Jarak antara hidung dan mulut :

4) Kedalaman lipatan nasolabial :

5) Ukuran mandibula :

6) Pembengkakan :

7) Hipertelorisme :

8) Tanda Chvostek :

9) Nyeri di daerah sinus :

- Mata

1) Photophobia :

2) Ketajaman penglihatan :

3) Kontrol otot dan lirikan konjugasi:

4) Nistagmus :

5) Bercak Brushfield :

6) Lakrimasi :

7) Pengeluaran cairan :

8) Kelopak mata :
9) Eksoftalmus / enoftalmus :

10) Konjungtiva :

11) Ukuran pupil :


12) Bentuk dan reaksi terhadap

cahaya dan akomodasi :

13) Warna iris :

14) Fundus :

15) Lapang pandang : (pada anak yang lebih tua)

- Hidung

1) Eksterior :

2) Bentuk :

3) Mukosa :

4) Patency :

5) Pengeluaran cairan :

6) Perdarahan :

7) Tekanan pada sinus :

8) Cuping hidung yang mengembang :

9) Septum :

- Mulut

1) Bibir (ketipisan, kearah bawah, fisura, warna, sumbing)

2) Gigi ( jumlah, posisi, karies, mottle, perubahan warna, notching,


maloklusi / malalignment)
3) Mukosa ( warna, kemerahan, enantema, nodul Bohn, mutiara
Epstein)

4) Gusi
5) Palatum

6) Lidah

7) Ofula

8) Pernapasan mulut

9) Lidah geografik

- Tenggorokan

1) Tonsil ( ukuran, inflamasi, eksudat, kriptus, inflamasi dari pilar


anterior)

2) Epiglotis

3) Mukosa

4) Jaringan limfoid yang hipertrofi

5) Post natal drip

6) Suara ( parau, stridor, grunting, jenis tangisan dan pembicaraan)

- Telinga

1) Membran timpani

2) Sekret

3) Serumen

- Leher

1) Tiroid ( ukuran, kontur, bruit, isthmus, nodul, nyeri tekan)


2) Nodus limfe

3) Vena
4) Posisi trachea

5) Sternokliedomastoid ( pembengkakan, pemendekan)

6) Edema

7) Auskulasi

8) Pergerakan

9) Refleks leher tonik

j. Pengkajian Kardiovaskuler

1. Nadi

 Denyut apical------frekuensi, irama, dan kualitas

 Nadi perifer-------ada atau tidak ada; jika ada, frekuensi, irama, kualitas, dan

kesimetrisan; perbedaan antar ekstremitas

 Tekanan darah-------semua ekstremitas

 Jari tabuh (clubbing) pada tangan dan atau kaki

2. Pemeriksaan toraks dan hasil auskultasi

 Bentuk (simetris/ tidak simetris)

 Retraksi dan pulsasi

 Benjolan

 Lekukan Harrison
 Pengembangan iga

 Papila mammae ( bentuk, ukuran, dan posisi)

 Retraksi interkostal dan substernal


 Skapula

 Klavikula

 Lingkar dada

 Adanya deformitas dada

 Bunyi jantung --- murmur

 Titik impuls maksimum

3. Kulit

 Pucat

 Sianosis --- membrane mukosa, ekstremitas, dasar kuku

 Diaphoresis

 Suhu abnormal

4. Edema

 Periorbital

 Ekstremitas

k. Pengkajian respirasi

1. Bernapas

 Frekuensi pernapasan, kedalama, dan kesimetrisan

 Pola napas --- apneu, takipnea


 Retraksi --- suprasternal, interkostal, subkostal, dan supraklavikular

 Pernapasan cuping hidung


 Posisi yang nyaman

2. Hasil auskultasi toraks

 Bunyi napas merata

 Bunyi napas abnormal --- bising, ronki, mengi

 Fase inspirasi dan ekspirasi memanjang

 Serak, batuk, dan stridor

3. Hasil pemeriksaan toraks

 Lingkar dada

 Bentuk dada

4. Tampilan umum

 Warna --- merah muda, pucat, sianosis, akrosianosis

 Tingkat aktivitas

 Perilaku --- apatis, tidak aktif, gelisah, atau ketakutan\

 Tinggi dan berat badan

l. Pengkajian neurologis

1. Tanda-tanda vital

 Suhu

 Pernapasan
 Denyut jantung

 Tekanan darah
 Tekanan nadi

2. Hasil pemeriksaan kepala

 Fontanel --- menonjol, rata, cekung

 Lingkar kepala (di bawah 2 tahun)

 Bentuk umum

3. Reaksi pupil

 Ukuran

 Reaksi terhadap cahaya

 Kesamaan respons

4. Tingkat kesadaran(lihat skala koma Glaslow (GCS))

 Kewaspadaan --- respons terhadap penggilan dan perintah

 Iritabilitas

 Letargi dan rasa kantuk

 Orientasi terhadap diri sendiri, orang lain

5. Afek

 Alam perasaan

 Labilitas

6. Aktivitas kejang
 Jenis

 Lamanya
7. Fungsi sensorik

 Reaksi terhadap nyeri

 Reaksi terhadap suhu

8. Reflex

 Reflex tendo superficial dan profunda

 Adanya reflex patologis misalnya babinski

9. Kemampuan intelektual (bergantung pada tingkat perkembangan)

 Kemampuan menulis atau menggambar

 Kemampuan membaca

m. Pengkajian gastrointestinal

1. Hidrasi

 Turgor kulit

 Membran mukosa

 Asupan dan haluaran

2. Abdomen

 Nyeri

 kekakuan

 Bising usus

 Muntah------jumlah, frekuensi, dan karakteristiknya.

 Feses-------jumlah, frekuensi, dan karakteristiknya.


 Kram

 Tenesmus
n. Pengkajian renal

1. Fungsi ginjal

 Nyeri tekan pinggang dan suprapubis

 Disuria

 Pola berkemih-----lancar dan menetes

 Frekuensi atau inkontinensia

 Urgensi

 Adanya asites

 Adanya edema------skrotum, periorbital, ekstremitas bawah

2. Karakteristik urine dan berkemih\

 Tampilan----bening atau keruh

 Warna----kuning sawo, merah muda, merah, coklat kemerahan

 Bau-----amonia, aseton

 Berat jenis

 Menangis setelah berkemih

3. Genitalia

 Iritasi

 Rabas

o. Pengkajian muskuloskeletal

1. Fungsi motorik kasar

 Ukuran otot-----adanya atrofi atau hiperatrofi otot, kesimetrisan masa otot

 Tonus otot----spastisitas, kelemahan, rentang gerak terbatas

 Kekakuan

 Gerakan abnormal----tremor, distonia, atetosis


2. Fungsi motorik halus

 Manipulasi mainan

 Menggambar
3. Gaya berjalan------ayunan lengan dan kaki, gaya tumit – jari

4. Pengendalian postur

 Mempertahankan posisi tegak

 Adanya ataksia

 Bergoyang-goyang

5. Persendian

 Rentang gerak

 Kontraktur

 Kemerahan, edema, nyeri

 Tonjolan abnormal

6. Tulang belakang

 Lengkung tulang belakang-----skloliosis, kifosis

 Adanya lesung pilonidal

7. Pinggul

 Abduksi/Aduksi

p. Pengkajian hematologis

1. Tampilan umum

a. Tanda-tanda gagal jantung kongestif

b. Gelisah

2. Kulit

a. Warna abnormal (pucat, ikterus)

b. Petekie

c. Memar

d. Perdarahan dari membrane mukosa atau dari luka suntikan atau pungsi vena

e. Hematoma

3. Abdomen
a. Pembesaran hati

b. Pembesaran limpa

q. Pengkajian endokrin
1. Status hidrasi

a. Poliuria

b. Polifagia

c. Kulit kering

d. Rasa haus berlebihan

e. Iritabilitas

f. Rasa lapar

g. Sakit kepala

h. Gemetar
PENDEKATAN SPESIFIK SESUAI USIA UNTUK PEMERIKSAAN FISIK
SELAMA MASA KANAK-KANAK
POSISI URUTAN PERSIAPAN
BAYI
 Sebelum dapat duduk  Jika tenang, Auskultasi  Buka pakaian seluruhnya
sendiri: posisi jantung, paru, abdomen. jika suhu ruangan
terlentang atau  Catat frekuensi jantung memungkinkan.
telungkup, lebih dan pernafasan.  Biarkan popok pada bayi
disukai pada  Palpasi dan perkusi pada laki-laki.
pangkuan orangtua; arean yang sama.  Dapatkan kerjasama
Sebelum usia 4-6  Lakukan pemeriksaan dengan distraksi, objek
bulan : dapat dengan arah dari kepala yang terang, suara-suara
ditempatkan pada sampai kaki seperti gemerincing, berbicara.
meja pemeriksaan. biasa.  Senyumlah pada bayi;
 Setelah dapat duduk  Lakukan prosedur gunakan suara lembut
sendiri: posisikan traumatic terakhir dan pelan
duduk dipangkuan (mata,telinga,mulut  Tenangkan bayi dengan
orangtua kapanpun [pada saatmenangis]) botol berisi air gula atau
jika memungkinkan.  Lakukan pemeriksaan menyusui
 Jika pada meja, reflex ketika memeriksa  Gunakan bantuan
lakukan dengan bagian tubuh. orangtua untuk
pengawasan penuh  Lakukan pemeriksaan memegang bayi ketika
orangtua. reflex moro pada akhir memeriksa telinga, mulut.
pemeriksaan.  Hindari gerakan

menyentak dan tiba-tiba.


TODLER
 Duduk atau berdiri  Inspeksi area tubuh  Minta orangtua untuk
dekat/ disisi orangtua melalui permainan; membuka pakaian luar
 Posisi telungkup atau “menghitung jari” , anak
terlentang dipangkuan “menggelitik jari kaki”.  Buka pakaian dalam
orangtua  Lakukan kontak fisik
ketika memeriksa bagian
minimal pada awalnya tubuh

 Perkenalkan peralatan  Izinkan untuk


secara perlahan-lahan menginspeksi peralatan;
 Auskultasi, perkusi, mendemonstrasikan
palpasi jika anak tenang penggunaan peralatan
 Lakukan prosedur biasanya tidak efektif
traumatic terakhir  Jika tidak kooperatif,
(seperti pada bayi). lakukan prosedur dengan
cepat
 Gunakan restrein jika
perlu, minta bantuan
orangtua
 Bicarakan tentang
pemeriksaan jika
kooperatif; gunakan
kalimat yang pendek
 Puji anak untuk perilaku

yang kooperatif
ANAK PRASEKOLAH

 Lebih suka berdiri atau  Jika kooperatif,  Minta anak membuka


duduk lanjutkan pemeriksaan pakaiannya sendiri
 Biasanya kooperatif dari arah kepala sampai  Izinkan untuk
telungkup atau kaki menggunakan pakaian
terlentang  Jika tidak kooperatif, dalam jika malu
 Menginginkan lakukan hal yang sama  Tawarkan peralatan untuk
kedekatan orangtua seperti pada todler dilihat; dengan singkat
tunjukan cara
penggunaannya
 Buatlah cerita tentang

prosedur: “saya melihat


betapa kuat nya ototmu”
(tekanan darah)
 Gunakan teknik boneka
kertas
 Berikan pilihan jika
mungkin
 Harapkan kerja sama;
gunakan pernyataan
positif: ‘”buka mulutmu”
ANAK USIA SEKOLAH

 Lebih suka duduk  Lakukan pemeriksaan  Minta anak membuka


dengan arah dari kepala pakaiannya sendiri
 Kooperatif pada
sampai kaki  Izinkan untuk
hampir semua posisi
 Pemeriksaan genitalia menggunakan pakaian
 Anak yang lebih kecil
dapat dilakukan terakhir dalam
lebih memilih
pada anak yang lebih  Berikan baju pemeriksaan
kehadiran orangtua
besar untuk dipakai
 Anak yang lebih besar
 Hormati kebutuhan  Jelaskan tentang
mungkin memilih
untuk privasi penggunaan alat-alat dan
privasi
pentingnya prosedur
pemeriksaan, seperti
otoskop untuk melihat
gendang telinga, yang
penting untuk
pendengaran
 Ajarkan tentang fungsi

tubuh dan perawatannya


REMAJA

 Seperti anak usia


 Seperti pada anak usia  Izinkan untuk membuka
sekolah
 Tawarkan pilihan sekolah pakaian dalam privasi
untuk kehadiran
 Berikan gaun
orangtua
pemeriksaan
 Buka hanya daerah yang
akan diperiksa
 Hormati kebutuhan untuk
privasi
 Jelaskan hasil temuan
selama pemeriksaan:
“ototmu kokoh dan kuat”.
 Berikan keterangan yang
sesuai dengan data
tentang perkembangan
seksual: “payudaramu
berkembang seperti yang
seharusnya”.
 Tekankan perkembangan
yang normal pada remaja
 Periksa genitalia seperti
bagian tubuh yang lain;
dapat dilakukan terakhir.

III. Scenario Roleplay

Perawat : Assalamualaikum, Selamat Pagi Bu


Orang Tua : Waalaikum salam, selamat pagi sus
Perawat : Perkenalkan saya perawat A yang bertugas pada pagi hari ini. Kalau boleh tau
nama ibu dan anaknya siapa ya?
Orang Tua : nama saya B dan ini anak saya Bernama By. C
Perawat : Baiklah Ibu B, hari ini saya akan melakukan pemeriksaan fisik pada nak ibu.
Tujuannya untuk mengetahui kondisi pada fisik anak ibu. Pemeriksaan ini akan berlangsung
selama 15-20 menit. Sebelumnya apakah ibu bersedia jika anaknya melakukan
pemeriksaan ?
Orang tua : Ya, saya bersedia anak saya melakukan pemeriksaan fisik
Perawat : Baiklah, pertama saya akan melakukan pemeriksaan berat bada, dan tinggi
badan(perawat mulai melakukan pemeriksaan berat badan dan tinggi badan).
Perawat : berat badan anak ibu 14 kg dan tinggi badannya 90 cm.
Orang tua : Apakah itu normal sus?
Perawat : ya, itu termasuk normal bu pada anak usia 3 tahun. Selanjutnya saya akan
melakukan pemeriksaan fisik lainnya
Orang tua : baik sus
(perawat mulai melakukan pemeriksaan fisik lainnya mulai dari kepala hingga kaki)
Perawat : Baiklah ibu B, saya telah selesai melakukan pemeriksaan fisik pada anak Ibu.
Semua hasil dari pemeriksaan fisiknya normal, tidak ada kelainan, cacat, ataupun
kekurangan. Keadaan anak ibu juga sangat baik.
Orang tua : Alhamdulillah
Perawat : Baiklah, karena pemeriksaan sudah selesai, saya rasa cukup untuk pemeriksaan
hari ini, terimakasih atas partisipasi Ibu B dan anaknya, terimakasih banyak dan sampai
jumpa lagi Bu
Orang tua : Terimakasih Kembali sus

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya
bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif
dankomprehensif, memastikan-membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah
danmerencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien.Pemeriksaan fisik 2utlak
dilakukan pada setiap klien, tertama pada klien yang baru masuk ke tempat pelayanan
kesehatan untuk di rawat, secara rutin pada klien yangsedang di rawat, sewaktu-waktu
sesuai kebutuhan klien. ;adi pemeriksaan fisik inisangat penting dan harus di lakukan
pada kondisi tersebut, baik klien dalam keadaansadar maupun tidak sadar.Pemeriksaan
fisik menjadi sangat penting karena sangat bermanfaat, baik untuk untuk menegakkan
diagnosa keperawatan . memilih intervensi yang tepat untuk proseskeperawatan, maupun
untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan.
B. Saran
Agar pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan baik, maka perawat harusmemahami
ilmu pemeriksaan fisik dengan sempurna dan pemeriksaan fisik ini harusdilakukan
secara berurutan, sistematis, dan dilakukan dengan prosedur yang benar.

Anda mungkin juga menyukai