Banyak masyarakat Indonesia yang mengaitkan munculnya fenomena
alam matahari kembar ini atau yang disebut dengan Sun Dog sebagai pertanda bahwa dunia sudah sangat tua dan hari kiamat sudah semakin dekat, namun secara sains fenomena alam ini bisa dijelaskan. Fenomena matahari kembar atau yang disebut juga dengan Sun Dog adalah sebuah fenomena ketika matahari terlihat lebih dari satu. Matahari tambahan ini bisa terlihat satu, dua, tiga, atau bahkan empat. Nama Sun Dog sendiri artinya adalah anjing matahari. Dinamakan demikian karena matahari-matahari tambahan yang sejatinya merupakan cahaya tambahan yang diibaratkan seperti anjing yang setia menunggu tuannya. Namun secara ilmiah fenomena matahari kembar merupakan kejadian optis dimana terdapat sekumpulan cahaya tambahan yang terlihat seperti bola di sebelah matahari. Karena cahaya tambahan ini berbentuk bulat seperti bola maka banyak yang menyebutnya sebagai matahari tambahan. Cahaya tambahan ini disebabkan oleh adanya proses atmosferik yang jarang terjadi, yakni pembiasan/pembelokan cahaya matahari minimum 22 derajat ketika cahaya matahari menembus kumpulan lempeng Kristal es heksagonal yang berfungsi sebagai prisma yang tersusun secara horizontal yang terbentuk pada awan cirrus yang tinggi dan sangat dingin di langit. Proses ini mirip dengan penampakan pelangi ketika cuaca mendung namun ada sinar matahari yang menyinari tetesan hujan di langit. Apabila fenomena matahari kembar ini terjadi ketika matahari sedang terbit, maka seiring dengan matahari meninggi, sudut pembiasan cahaya pun semakin lama semakin besar, matahari tambahan pun semakin lama semakin menjauh dan lama kelamaan akan mengilang. Pada umumnya kembaran matahari ini akan berwarna merah jika letaknya dekat dengan matahari utama. Semakin menjauh warna matahari kembar akan berwarna jingga dan lama kelamaan akan berubah menjadi warna biru seperti warna langit.