Anda di halaman 1dari 2

ELIMINASI PERAN MAKELAR PETANI: GUNA TINGKATKAN KEUNTUNGAN

PETANI DESA, KONSUMEN HILIR, DAN KOPERASI DENGAN BERBASIS DIGITAL


Oleh
Ahmad Saifi Athoillah

Salah satu persoalan besar Indonesia bagaimanan menjamin ktersediaan pangan yang
cukup, harga terjangkau, dan akses mudah semua warga. Salah satu pelaku usaha tani
ini adalah petani. Hasil sensus BPS 2003-2013, menunjukkan jumlah rumah tangga
pengguna lahan untuk bertani menurun sebesar 4.668.316 (15,35%). Angka ini artinya
rata-rata setiap tahun profesi petani turun sejumlah 466.800 petani. Hal ini juga diikuti
rumah tangga usaha pertanian menurun sebesar 4.766.181 (25,07%). Menurunya profesi
tani dan rumah usaha tani juga diikuti menurtnya kesejahteraan petani utamanya desa
(sebagai penghasil utama komoditi pertanian), berdasar data Restra Kementan 2015-
2019, menyatakan tahun 2010-2014 jumlah penduduk miskin desa pada sektor pertanian
sebesar 19,93 juta tahun 2010 menjadi 17,14 tahun 2014. Lajur penurunan -3,69% per
tahun. Karena sebagian besar penduduk desa bermata pencaharian sektor pertanian,
maka perlu langkah solutif meningkatkan taraf hidupnya. Kurangnya informasi,
infrastruktur, dan pendidikan, menjadikan hasil pertanian desa diserahkan pada
perantara/makelar. Hal inilah yang menjadikan petani didesa kurang sejahtera. Satau hal
lain, hal ini mengakibatkan panjangnya rantai pasok hasil tani ke konsumen hilir
(pedagang besar, retailer, rumah tangga).
Rantai pasok yang panjang ini penyebab mahalnya komoditi pertanian. Secara umum
petani sebagai produsen hulu, melawati 6 mata rantai sebelum sampai ke konsumen
akhir, yaitu dari petani, ke pengepul daerah, ke pedagang besar, pedangan pasar induk,
ke pedangan pasar kecil, baru ke konsumen hilir. Selain itu, peran makelar memiliki andil
dari besaran harga komoditi ke konsumen. Utamanya petani desa, peran makelar
memiliki sisi positif dan negatif. Sisi negatif, makelar membeli harga komoditi tani dengan
harga rendah/tidak ada standar komoditi, dan makelar menjual ke pedagang besar
dengan harga mahal, dengan mengambil keuntungan 5%-10%. Langkah solutif masalah
ini dengan aplikasi digital (sebut saja aplikasi “PakTani”). Aplikasi ini digunakan petani
untuk mengetahui jaringan pasar, sehingga petani tidak perlu menjual lewat
perantara/makelar. Konsep ‘PakTani’ adalah aplikasi seluler (terhubung dengan internet
dengan jaringan masterserver yang terintegrasi dengan cloud networking untuk
memungkinkan aplikasi bisa di akses oleh seluruh ponsel pintar), yang menjadi pusat
dagang komoditas pertanian yang menghubungkan produsen hulu (koperasi desa)
dengan konsumen hilir (pedagang besar dan retailer). Dengan demikian ‘PakTani’ dapat
meningkatkan kesejahteraan petani, memungkinkan petani untuk menjual produknya
dengan harga yang lebih tinggi, PakTani juga meningkatkan kesejahteraan konsumen
hilir, dengan memberikan harga pokok pembelian yang lebih murah, dibandingkan
membeli melalui makelar. Dengan sistem ini, ‘PakTani’ mengeliminasi peranan makelaar
yang menghilangkan banyak keuntungan bagi petani dan konsumen hilir. ‘PakTani’
berbeda karena menghubungkan produsen tingkat hilir dengan pemain partai besar dan
retail, tidak dengan konsumen langsung. Berbeda dengan aplikasi sejenis (seperti
LimaKilo, Rice Doctor, Mata Daun, Petani, TaniHub, Pantau Harga, dan Initiative),
‘PakTani’ memanfaatkan koperasi desa (terlihat pada diagram 1) sebagai perantara
rantai pasok distribusi komoditi pertanian.

Desa

Koperasi

App PakTani

Retailer Wholeseller

Diagram 1 Rantai Pasok Dengan Aplikasi


(Memperpendek Distribusi Rantai Pasok)

Anda mungkin juga menyukai