Oleh
Muhamad Kholil
ABSTRAK
Terjadinya konflik dan perselisihan dikalangan mahasiswa yang aktif
berorganisasi di perguruan tinggi dan pada umumnya ditengah-tengah
masyarakat dalam kehidupan sehari-hari sudah tidak asing lagi untuk
didengar. Perselisihan dan konflik ini dapat terjadi kapanpun dan dimanapun.
Hal ini tidak dapat kita hindari, karena adanya perbedaan diantara individu
maupun suatu kelompok (organisasi) baik itu mengenai tujuan, kepentingan,
status, identitas, nilai, latar belakang, dan lain sebagainya. Konflik yang selama
ini biasanya dianggap negatif, namun nyatanya konflik juga memiliki
konsekuensi yang apabila ditransformasikan menggunakan manajemen
konflik yang baik akan menghasilkan banyak nilai positif dan dapat menunjang
keberlangsungan organisasi itu sendiri untuk dapat memajukan dan mencapai
tujuan organisasi tersebut. Bahkan selain itu juga dapat meminimalisir dampak
destruktif (negatif) dari konflik, hal itu dapat terjadi apabila masyarakat atau
individu (mahasiswa) dalam kelompoknya pandai memanajemen konflik yang
terjadi dengan baik, dari individu maupun kelompoknya (organisasi). Sehingga
pada akhirnya setiap individu mampu mencari solusi (problem solving) dari
setiap permasalahan yang ada dan lebih bijak lagi dalam menyikapi konflik
yang terjadi.
Kata Kunci : Konflik, Transformasi, Dampak Konstruktif (Positif).
I. PENDAHULUAN
Dalam perjalanan kehidupan setiap individu maupun kelompok yang
berada pada tempat atau pun suatu wadah yang sama, baik itu dalam ruang
lingkup masyarakat sekitar kita atau katakanlah tetangga kerabat kita, juga
dalam suatu institusi yang kita menjadi bagian didalamnya seperti
perusahaan tempat bekerja juga dalam berorganisasi pada suatu partai atau
organisasi tertentu, Dalam hal ini sudah lumrah dan mungkin biasanya kita
mendengar atau terjadi suatu percekcokan, perselisihan antar anggotanya
karena perbedaan cara pandang, perspektif dan keinginan sesama anggota
lainnya. Hal ini sering disebut dengan istilah konflik. Perihal konflik ini tidak
dapat kita hindari atau kita nafikan karena dalam kehidupan manusia sehari-
1
hari terlebih yang menjadi bagian dalam suatu institusi tertentu pasti pernah
dan akan mengalami hal yang demikian. Lantas apa yang melatar belakangi
kenapa dapat terjadi konflik tersebut, Bagaimana cara mengatasinya agar
mampu mengendalikan konflik tersebut dengan solusi yang tepat, dan yang
terakhir apa dampak dari terjadinya konflik dalam berorganisasi?
Tujuan penulisan artikel ini yaitu agar penulis khususnya dan pembaca
pada umumnya dapat mengetahui dampak positif ataupun dampak
negatifnya dari pada konflik itu sendiri dalam berorganisasi khusunya bagi
mahasiswa dalam dunia perguruan tinggi, selain itu juga ekspektasi
kedepannya adalah memiliki pandangan positif terhadap suatu konflik yang
terjadi dan akan jauh lebih bijak lagi dalam menyikapi berbagai konflik yang
terjadi baik itu di internal maupun eksternal kampus.
1
Ekawarna, Manajemen Konflik dan Stres, hal 63
2
Ross (1993) Mendefinisikan bahwa manajemen konflik sebagai langkah-
langkah yang diambil pelaku atau pihak ketiga yang bertujuan untuk
mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu yang mungkin atau tidak
menghasilkan akhir berupa penyelesaian konflik, dan mungkin tidak
menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat atau agresif.
Karena kembali pada konteks awal tentang konflik itu sendiri pada dasarnya
memiliki dampak positif dan negatifnya.
II. PEMBAHASAN
Pengertian Konflik
Terdapat dua arti kata konflik di Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) yang masuk kedalam kelas kata nomina (kata benda) dan susastra
(sastra). Konflik /kon-flik/
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata konflik memiliki dua
arti yaitu,
1. Nomina (kata benda) yang artinya percekcokan, perselisihan,
pertentangan.
2. Susastra (sastra) yang artinya ketegangan atau pertentangan di dalam
cerita rekaan atau drama (pertentangan antara dua kekuatan, pertentangan
dalam diri satu tokoh, pertentangan antara dua tokoh, dan sebagainya).
Contoh: Terjadi konflik antara suku dayak dan madura di Kalimantan.
Berbicara perihal konflik berikut ini pandangan para ahli mengenai
konflik itu sendiri. Menurut Rahim (1986), sebagian besar konflik memiliki
konotasi negatif, menimbulkan perasaan negatif, dan sering menyebabkan
kehancuran. Berdasarkan pandangan ini, setiap konflik harus dihindari.
Dengan demikian, perlu diketahui penyebab dari konflik dan terus
memperbaikinya dalam rangka perbaikan kinerja kelompok dan organisasi.
Selanjutnya menurut Leung (2009), berkonsentrasi hanya pada konflik
besar atau kritis memungkinkan orang untuk menyelesaikan konflik dengan
cara yang lebih baik dan lebih efektif. Berdasarkan pandangan ini konflik
dipandang sebagai hasil alami dan tak terelakkan dari orang-orang yang
bekerja bersama dalam kelompok dan tim.
Sumber Konflik
Dalam setiap konflik yang terjadi dalam ranah apapun pasti memiliki
latar belakang tersendiri kenapa konflik tersebut bisa terjadi, karena pada
dasarnya berbagai konflik yang terjadi pastinya memiliki sumber. Sumber
dari pada konflik itu teridentifikasi menjadi dua macam, yaitu sumber internal
dan sumber eksternal. Adapun sumber internal mengacu pada faktor-faktor
yang melekat dalam struktur suatu organisasi atau institusi. Fajana (2000)
menyatakan bahwa faktor utama sumber konflik internal adalah kepentingan
oposisi opposing interest dari pelaku suatu institusi atau organisasi.
Berangkat dari kepentingan ini akan banyak menimbulkan konflik sebagai
3
upaya kedua pihak dalam organisasi, untuk mencoba berbagi “kue”
(Ajibade, 2004). Pemaknaan kue disini mengacu pada suatu bentuk
kepentingan yang tadi dijelaskan sebelumnya, seperti sebuah tampuh
kekuasaan misalnya, dan suatu kursi jabatan tertentu dalam sebuah
organisasi atau institusi lainnya.
Adapun sumber konflik eksternal itu mengacu pada hal-hal atau
faktor-faktor yang berada diluar empat dinding organisasi. Misalnya ketika
pihak ketiga melakukan intervensi terhadap perselisihan hubungan
organisasi. Sebagai contohnya seperti ketika pemerintah sebagai pihak
ketiga dan pihak regulasi, mencoba membuat suatu rumusan kebijakan atau
undang-undang tertentu yang imbasnya dapat mengutungkan satu pihak
tertentu dan merugikan pihak lainnya. Hal tersebut tentunya kan
menimbulkan konflik. Selanjutnya yaitu menurut Mullins (2005), beberapa
faktor yang menjadikan sumber potensial konflik dalam organisasi adalah
sebagai berikut:
a. Perbedaan Persepsi
Perbedaan persepsi dapt menghasilkan perbendaan pendapat, dan
juga penilaian orang dalam memberi makna meanings terhadap suatu
stimulasi yang sama. Perbedaan persepsi ini merupakan suatu realitas
yang sangat potensial untuk menjadi sumber utama konflik.
d. Interdependensi
Konflik cenderung dapat meningkat karena interdependensi tugas.
Apabila seseorang harus bergantung pada orang lain untuk
menyelesaikan tugasnya, dan kemudian tugas tersebut tidak beres atau
mengalami keterlambatan maka mereka cenderung untuk menyalahkan
rekan kerjanya. Ketergantungan diantara anggota tim memang sering
tidak bisa dihindari. Oleh karena itu, dibutuhkan saling pengertian
mengenai proses kerja masing-masing, dan menerima hasil yang
bergantung pada kinerja orang lain pula.
e. Hubungan Kewenangan
Dibanyak organisasi sering muncul ketegangan antara manajer dan
karyawan, karena sebagian orang tidak suka ditegur mengenai apa yang
harus mereka lakukan. Manajer biasanya memiliki hak istimewa
(misalnya jam fleksibel, panggilan jarak jauh pribadi gratis, dan waktu
istirahat yang lebih lama) sehingga menimbulkan kecemburuan sosial
yang menjadi sumber konflik. Pola kepemimpinan seorang manajer yang
sangat kaku sering kali memicu konflik dengan karyawan mereka.
Disamping itu, terkadang orang atau kelompok mencoba terlibat dalam
konflik, untuk meningkatkan kekuatan atau posisi tawar bargaining
position mereka dalam sebuah organisasi.
5
g. Ambiguitas Yurisdiksi
Apabila garis tanggungjawab atau koordinasi dalam sebuah organisasi
tidak pasti makaambiguitas yurisdiksi muncul. Karyawan memiliki
kecenderungan untuk melepaskan tanggung jawab yang tidak diinginkan
kepada orang lain, jika tanggungjawab dinyatakan secara jelas. Tujuan
yang ambigu, yurisdiksi, atau kriteria kinerja yang tidak jelas dapat
menyebabkan konflik. Dengan ambiguitas seperti itu, peraturan formal
dan informal yang mengatur interaksi terpecah. Yurisdiksi ambigu sering
terungkap saatsaat program baru diperkenalkan. Kriteria kinerja ambigu
adalah penyebab sering terjadinya konflik antara atasan dan bawahan.
7
konflik organisasi terdiri dari berbagai bentuk termasuk: (a)
pemborosan waktu, (b) keputusan yang tertunda, (c) menghasilkan
kebuntuan, (d) regresi misalnya penarikan keahlian, pengalaman,
opini, dan lain-lain, (e) kinerja yang melambat, (f) pemogokan, (g)
penguncian, (h) tindakan bertahan, dan (i) sabotase. Menurut Rusell
& Jerome (1976) dampak konflik menjadi positif ketika dapat
mendorong kreativitas, penampilan baru, klarifikasi sudut pandang,
dan pengembangan kemampuan manusia untuk menangani
perbedaan interpersonal. Konflik dapat menjadi negatif ketika tercipta
suatu resistensi terhadap perubahan, munculnya gejolak antar
organisasi atau antar hubungan, menumbuhkan ketidakpercayaan,
membangun perasaan kekalahan, atau memperlebar jurang
kesalahpahaman.
III. KESIMPULAN
Konflik biasa terjadi ditengah-tengah masyarakat baik itu secara
organisasi atau kelompok bahkan dalam ruanglingkup yang lebih luas lagi
dari itu. Hal itu tidak dapat dihindari karena perbedaan yang ada diantara
individu atau suatu kelompok, baik mengenai kepentingan, identitas,
status, nilai, latar belakang, dan lain-lain.
Hemat penulis tatkala konflik ini tidak disikapi dan ditangani dengan baik
maka dampak negatif atau disfungsional dari konflik itu sendiri yang akan
mendominasi sehingga tidak menutup kemungkinan konflik akan
berkepanjangan dan tidak pernah terselesaikan dan pada akhirnya jelas
akan menghambat tercapainya tujuan serta kemajuan organisasi. Tetapi
pada kenyataannya konflik juga dapat ditransformasikan dan memiliki
konsekuensi yang positif, hal itu dapat terjadi karena adanya manajemen
konflik yang baik, dari individu maupun (organisasi) kelompok.
8
IV. DAFTAR PUSTAKA
Charles J. Keating, Kepemimpinan Dalam Manajemen, Rajawali Pers,
1955
9
Mardianto, A. dkk. 2000. Penggunaan Manajemen Konflik Ditinjau Dari
Status Keikutsertaan Dalam Mengikuti Kegiatan Pencinta Alam Di
Universitas Gajah mada. Jurnal Psikologi, No. 2
10