OLEH
TRI SUHARDI
2004290053
AGROTEKNOLOGI B1 PAGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “PATOGEN”
1. Kedua orang tua yang telah mendukung secara moral maupun material.
2. Ibu Efrida Lubis, M.D. selaku dosen penanggung jawab praktikum Dasar
Perlindungan Tanaman.
3. Kakak Rini Susanti, S.P., M.P. selaku asisten praktikum Dasar
Perlindungan Tanaman
4. Abang Rendi Priel Laksana selaku asisten praktikum Dasar Perlindungan
Tanaman
5. Abdillah Ihza Mahendra selaku asisten praktikum Dasar Perlindungan
Tanaman
Penulis
i
DAFTAR ISI
halaman
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
BAB II ISI......................................................................................................4
BAB II PENUTUP......................................................................................16
3.2 Saran...................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................18
ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1.....................................................................................................5
Gambar 1.2.....................................................................................................6
Gambar 1.3.....................................................................................................8
Gamabr 1.4.....................................................................................................9
Gambar 1.5...................................................................................................10
Gambar 1.6...................................................................................................12
Gambar 1.7...................................................................................................13
Gambar 1.8...................................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
yang biasa pula disebut jasad renik. Bakteri berbentuk bulat, batang, spiral dan
vibrion (bentuk koma). Bakteri berkembang biak dengan cara membela diri,
pembelahan diri dapat terjadi tiap jam sekali. Jika satu bakteri membelah terus-
menerus tanpa ada yang mati selama 24 jam, maka akan terbentuk 17 juta bakteri.
Tetapi pembelahan bakteri tidak selalu berjalan mulus, ada saja faktor-faktor yang
(Nathasia, 2015).
penting setelah jamur. Kerugian hasil yang ditimbulkan pada tumbuhan dapat
yang banyak mengandung air seperti buah dan sayur. Selain busuk, bakteri dapat
menyebabkan gejala layu vaskular, pustul, hawar, dan bengkak (tumor) (Hakim,
2015).
2
Lebih dari 8.000 spesies jamur yang dikenal dapat menyebabkan penyakit
pada tumbuhan dan banyak tumbuhan yang rentan terhadap beberapa jenis jamur
patogen. Sebagian spesies jamur, mikoryza, hidup secara simbiotik pada atau
dalam akar-akar dari banyak jenis tumbuhan. Hubungan ini pada dasarnya bersifat
parasitik tetapi dalam banyak situasi mungkin juga dapat menguntungkan bagi
tumbuhan dan jamur itu sendiri. Pertumbuhan bagian tertentu dari tumbuhan
melalui cara penyerapan beberapa unsur hara atau mineral, sementara jamur
merugikan untuk tanaman, untuk tanaman karet didominasi oleh golongan jamur,
bakteri dan virus. Sedangkan gangguan fisiologis pada umumnya disebabkan oleh
kekurangan hara baik mikro maupun makro serta keracunan yang mampu
Penyakit pada tanaman terjadi karena adanya interaksi antara tiga factor
utama yaitu factor tumbuhan atau inang, faktor organisme pengganggu tumbuhan
atau pest dan tentu saja lingkungan sekitar tanaman dan pest yang mempengaruhi
Dengan memahami segitiga penyakit ini maka kita akan dapat meminimalisir
penyakit yang terjadi juga mengenai upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk
menghindari terjadinya penyakit atau dengan kata lain merupakan strategi untuk
(Sopialena, 2017).
Tujuan Penulisan
serangga
Kegunaan Praktikum
Klasifikasi
(Cahyati, 2018).
Biologi
ujungnya dan pedisel (pd) di pangkalnya, serta klamidospora (kl) berbentuk bulat
dengan dinding tebal, selain itu terdapat oogonium (og) berbentuk bulat dengan
makroskopis memiliki warna koloni putih bersih seperti kapas, bentuk dan arah
mikroskopis terdiri dari bentuk hifa tidak bersepta, bentuk sporangium ovoid
Penyebaran
patogen ini sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu, kelembapan
udara, dan intensitas cahaya. Penyakit busuk buah terutama terjadi pada musim
hujan, karena pada musim hujan kelembaban akan menjadi tinggi, selain itu
jaringan aerial tanaman. Epidemi penyakit busuk buah juga dipengaruhi oleh
palmivora dapat menyerang pangkal batang, batang, ranting, daun, dan buah
Gejala Serangan
6
penyakit busuk buah, kanker batang, hawar daun, hawar bibit, dan layu tunas air.
yang besar. Gejala serangan yang ditimbulkan oleh jamur ini berupa adanya
5
bercak hitam kecoklatan yang dimulai dari pangkal buah kemudian menyebar
hampir menutupi seluruh permukaan buah dan timbul lapisan dengan warna putih
hari seluruh permukaan dan isi buah menjadi busuk (Cikita,dkk., 2016).
Cara pengendalian
7
tanaman yang menjanjikan karena murah, mudah didapat dan aman terhadap
Klasifikasi
aseksual pada jamur parasit). Jamur dari Genus Colletotrichum termasuk dalam
pada saat jamur tersebut dalam fase telemorfik (bentuk seksual) masuk dalam
Class Ascomycetes yang dikenal dengan jamur dalam Genus Glomerella (Sudirga,
2016).
Biologi
berukuran 9-24 x 3-6 µm, tidak bersekat, jorong memanjang, terbentuk pada
rambut (seta) yang kaku dan berwarna coklat tua. Ordo dari kelas Deutromyces ini
yang tipis dari parenkhimoid dan stroma (satu aservulus). Konidia dibentuk dalam
lambat, mula – mula berwarna kelabu, kelak berwarna lebih gelap (Azhari, 2018).
Gambar 1.3 Collectrotichum sp
Penyebaran
dan basah, terutama pada saat musim hujan. Selain itu Patogen Colletotrichum sp.
juga dapat menginfeksi pada saat musim kemarau, hal ini terjadi apabila kondisi
Colletotrichum sp. tumbuh baik pada suhu 25-28 ˚C, sedangkan apabila kuang
yang sakit, daun-daun, maupun di dalam tanah. Patogen Colletotrichum sp. akan
membentuk konidium pada cuaca lembab kemudian spora akan keluar dari
aservulus seperti massa lendir berwana merah jambu yang kemudian akan
disebarkan melalui serangga maupun percikan air hujan sehingga dapat menyebar
8
Gejala Serangan
Gejala penyakit antraknosa oleh jamur Colletotrichum spp pada buah cabai
yaitu berupa bercak cokelat kehitaman, kemudian meluas menjadi busuk lunak
Cara Pengendalian
satu masalah terbesar dalam pengelolaan pascapanen cabai merah. Bahan nabati
cabai merah pada pascapanen ialah daun sirih. Daun sirih (Piper betle) merupakan
9
Ralstonia solanacearum (Penyakit layu pada tanaman cabai)
Klasifikasi
Biologi
suhu minimum, optimal dan maksimum masing-masing 10°C, 35°C dan 41°C.
bersifat aerobik dan koloninya pada media padat berukuran kecil, bulat tidak
beraturan, berwarna putih pada cahaya yang dipantulkan dan berwarna cokelat
Penyebaran
11
10
dalam penetrasinya serta lubang alami atau stomata. Patogen menginfeksi pada
bagian akar, bergerak secara sistemik melalui xylem, berpindah menuju ruang
antar sel dari parenkim di dalam korteks dan jaringan gabus, kemudian merusak
terinfeksi patogen ini menyebabkan daun menjadi terkulai ke bawah (layu) dan
sistem pembuluh menjadi coklat, batang tanaman akan terus tumbuh tinggi dan
kurus, terbentuk lebih banyak akar adventif di permukaan batang sampai pada
Gejala Serangan
Layu bakteri merupakan salah satu penyakit yang sangat merusak pada
tanaman cabai yang banyak mati sampai 90% sehingga petani cabai sangat
kematian tanaman dalam beberapa hari kemudian. Gejala yang dapat diamati
secara visual pada tanaman cabai adalah kelayuan tanaman, mulai dari bagian
Cara Pengendalian
beragam strain dan biovar, serta pengendaliannya sejauh ini belum dilakukan
Klasifikasi
13
kemajuan teknologi. Pada tahun 1992 bakteri ini diklasifikasi ulang ke dalam
12
genus baru yaitu Burkholderia berdasarkan data taksonomi polyphasic. Kemudian
pada tahun 1994 nomenklatur P. glumae direvisi menjadi B. glumae. Bakteri ini
Biologi
Morfologi B. glumae yaitu struktur sel yang berbentuk batang agak melengkung
Bakteri dapat tumbuh optimal pada suhu berkisar antara 30-35oC (Isnaeni dan
Masnilah, 2020).
Penyebaran
palea. Fase yang paling rentan terserang penyakit ini yaitu ketika malai mulai
keluar diikuti suhu malam yang hangat dan sering turun hujan. Bakteri ini lebih
menyukai kondisi malam yang hangat dengan kelembaban yang tinggi. Suhu
optimal untuk pertumbuhan B. glumae yaitu 30-35°C dengan kisaran 11- 40°C
dan pada suhu 70°C merupakan titik kematian termal (Rofiqoh, 2019).
Gejala Serangan
Gejala penyakit busuk bulir padi yaitu gejala awal berupa titik atau garis cokelat
pada bulir. Gejala lanjut berupa malai tegak karena biji tidak terisi penuh, ranting
malai tegak berwarna hijau dengan tulang cabang berwarna hijau. Gejala khas
pada bulir ditandai dengan terbentuknya garis sehingga tampak adanya gradasi
warna pada lemma dan palea (discoloration). Infeksi yang parah dapat
Cara Pengendalian
15
musim saat kondisi suhu tinggi, penggunaan varietas tahan dan penggunaan agens
hayati. agens hayati berupa Plant Growth Promoting Bacteria (PGPB) dalam
tanaman yang berasal dari sekitar perakaran (rizosfer), permukaan daun (filosfir)
14
ataupun dari bagian tanaman (endofit). PGPB memiliki peran yang sama dengan
(Agustin,dkk., 2021).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
yang biasa pula disebut jasad renik. Bakteri patogen pada tumbuhan merupakan
agen penyebab penyakit yang penting setelah jamur. Lebih dari 8.000 spesies
jamur yang dikenal dapat menyebabkan penyakit pada tumbuhan dan banyak
tumbuhan yang rentan terhadap beberapa jenis jamur patogen. Tanaman yang
tanaman inang, lingkungan dan patogen, yang dikenal dengan segitiga penyakit.
antara tiga factor utama yaitu factor tumbuhan atau inang, faktor organisme
pengganggu tumbuhan atau pest dan tentu saja lingkungan sekitar tanaman dan
pertumbuhan tanaman.
Saran
Pada pengendalian bakteri maupun penyakit lebih baik menggunakan agens hayati
daripada bahan kimia, selain hemat biaya, agens hayati juga ramah terhadap
lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
17
Hawar Daun pada Tanaman Kelapa Sawit (Elais guineensis Jacq.) di Sumatera
Daun Mimba Dan Mol Bonggol Pisang. Jurnal Agronida. Vol. 6. No. 1. Hal:
23-32.
Universitas Jember.
Hakim. L 2015. Bakteri Patogen Tumbuhan. Syah Kuala University Press. Banda
Aceh.
Universitas Jember.
Isolat Bacillus spp. Secara In Vito. Proteksi Tanaman Tropis. Vol. 1. No. 1.
Hal: 14-20.
Nathasia. N. D 2015. Desain Sistem Pakar Identifikasi Penyakit Tanaman
2442-2606.
Palupi. H. Yulianah. I dan Respatijarti 2016. Uji Ketahanan 14 Galur Cabai Besar
Samarinda.
Sudirga. S. K 2016. Isolasi dan Identifikasi Jamur Colletotrichum spp. Isolat PCS
0215-7950.
Wahidah. N 2018. Respon Ketahanan Beberapa Varietas Padi (Oryza sativa L.)
Wartono dan Taufiq. E 2021. Patogen Penyakit Busuk Buah Kakao: Karakter dan
Widarti. A. Giyanti dan Mutaqin. K. H 2020. Insidensi Penyakit Busuk Bulir Padi,
Varietas Padi di Jawa Barat. Fitopatologi. Vol. 16. No. 1. Hal: 9-20.
Zuhdi. D. M 2020. Pengaruh Kombinasi Pupuk Kandang Ayam dan Agens Hayati