Anda di halaman 1dari 6

NAMA : TRI JAYA ANDINI

NPM : 2131028
MATA KULIAH : PANCASILA
PRODI : TEKNIK SIPIL

1. Secara Historis, Sosiologis dan Politis tentang Pancasila dijadikan sebagai dasar
negara.
1. Sumber Historis Pancasila: Hal ini dimulai pada saat sidang BPUPKI pertama.
Sebuah masalah muncul ketika membahas tentang calon dari rumusan terhadap dasar
negara Indonesia yang dimana akan dibentuk. Kemudian pada tanggal 1 Juni 1945, Ir.
Soekarno menyebutkan sebuah calon rumusan dasar yang dimiliki oleh Indonesia
yang dikenal dengan Pnacaisla atau lima dasar. Pada tanggal 17 Agustus kemudian
Indonesia memerdekakan diri. Pada 18 Agustus 1945 kemudian dinyatakan UUD
1945 dan Pembukaan UUD 1945 yang didalamnya terdapat lima prinsip yang dikenal
dengan Pancasila.
2. Sumber Politis Indonesia: Pancasila menjadi sebuah bentuk pedoman didalam
melaksanakan pemerintahan yang ada di Indonesia, sehingga menjadi sebuah sumber
dari hukum yang akan mengatur di Indonesia itu sendiri.
3. Sumber Sosiologis Pancasila: Karena Indonesia adalah sebuah bentuk dari negara
yang sangatlah luas dan terbentang dari Sabang hingga Merauke dengan lebih dari
300 suku bangsa yang terdiri atas 17.000 ribu pulau didalamnya menjadikan
Indonesia sebuah negara yang besar dengan kebudayaan. Oleh karena itu dibutuhkan
sebuah ideologi pemersatu dari seluruh keragaman yang ada di Indonesia.

2. Urgensi Pancasila di Era Sekarang


Usia Pancasila sudah semakin tua, bahkan ibarat manusia ia lebih mudah diserang
penyakit seiring dengan dinamika kehidupan bangsa Indonesia. Hal ini bukan berarti
memberikan pandangan yang pesimistis kepada kita, akan tetapi dibutuhkan sebuah tafsir
baru yang lebih kontekstual di era milenial ini. Sudah menjadi persoalan klasik tentang
munculnya ide bahwa muncul ormas Islam radikal yang ingin mengganti Pancasila
sebagai dasar negara. Sempat ramai diberitakan di media, kelompok Islam radikal ini
menghendaki lahirnya negara khilafah. Jika memang benar adanya maka ide tersebut
pastinya akan sulit diwujudkan. Dikarenakan mayoritas masyarakat Indonesia terdiri dari
kaum nasionalisme dan Islam moderat yang masih setia dengan empat pilar kenegaraan,
yakni Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, UUD 1945, dan NKRI.
Dewasa ini, perubahan sosial terlihat menghadirkan problematika baru bagi umat
dan bangsa. Pertama, adalah tantangan Pancasila di ranah politik yang sering kali
mengancam keutuhan bangsa. Tahun politik yang berujung di tahun 2019, sudah nampak
sekali persaingan-persaingan yang kurang sehat. Media cetak maupun online yang hadir
di tengah-tengah kita menjadi alat untuk menyerang lawan, bahkan sebuah narasi
kebencian diciptakan untuk membangun persepsi publik. Politik suku, ras dan agama
menjadi bagian dari proses politik ini. Gerakan-gerakan baru bermunculan yang
sesungguhnya tidak dapat dipisahkan pada persoalan politik. Sesungguhnya hal ini adalah
fenomena yang tidak bisa terlepas dari Urgensi Pancasila. Artinya, Pancasila di era
milenial menjadi penting dengan wacana tafsir yang lebih kontekstual. Pancasila
diharapkan mampu mengatasi problematika bangsa yang hadir di era baru ini, khususnya
di ruang politik praktis.
Kedua, Pancasila juga mendapat tantangan di ruang sosial-keagamaan, dikarenakan
gerakan-gerakan baru yang muncul itu berasal dari kalangan umat Islam, dimana mereka
(umat Islam) menempatkan Islam untuk berpolitik. Di sisi yang lain, kalangan intelektual
dan para ilmuan membagi kelompok Islam menjadi beberapa bagian. Ada empat
kelompok bagian yang bisa disebutkan antara lain adalah kalangan Islam moderat, liberal,
fundamentalis, dan radikal. Tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran kaum Islam yang
dipersepsikan sebagai fundamentalis dan radikal memunculkan wacana baru dan
menghiasi dalam proses kehidupan sosial-keagamaan masyarakat di Indonesia. Beberapa
pandangan muncul bahwa gerakan-gerakan sosial-keagamaan baru yang hadir di ruang
politik dilakukan oleh kalangan fundamentalis dan radikal. Hal ini memunculkan
pertentangan, terutama oleh kalangan Islam moderat dan radikal.
Ketiga, Pancasila memiliki peran di dalam ruang ekonomi yang sesuai dengan sila
ke-lima. Konsep keadilan sosial adalah wacana klasik yang masih sangat kontekstual jika
dihadirkan di era milenial. Dengan dikhususkan pada wilayah ekonomi yang dewasa ini
masih mengalami ketimpangan nyata. Model ekonomi kapitalis masih mendominasi
sehingga masyarakat kalangan bawah sulit memperoleh solusi atas kesulitan ekonomi
yang dialaminya. Misalnya seperti, persoalan semakin melemahnya rupiah merupakan isu
penting yang perlu dikritisi. Menguatnya hutang luar negeri saya rasa menjadi persoalan
serius khususnya berkaitan dengan masalah ketimpangan ekonomi di Indonesia. Adapun
tentang konsep keadilan sosial di dalam Pancasila sudah barang tentu memerlukan
perhatian khusus. Tafsir baru dalam urusan ekonomi adalah bahwa Pancasila diharapkan
hadir sebagai solusi umat dan bangsa.
Urgensi Pancasila di era sekarang, ibarat kitab suci maka harus bisa memberikan
tafsiran yang kontekstual dalam urusan sosial, politik, keagamaan, ekonomi, dan
kebudayaan. Fenomena Orde Lama berbeda dengan era Orde Baru, begitu juga dengan
orde reformasi ini. Tantangan-tantangan yang hadir di tengah-tengah masyarakat sudah
sangat berbeda. Peranan Pancasila sangat dibutuhkan, khususnya sebagai dasar ideologi
untuk menjaga keutuhan umat dan bangsa. Tafsir kontekstual ini dibangun oleh tiga
kerangka dasar, seperti yang dilakukan oleh Hasan Hanafi, yakni terdiri dari tahap
dialektika, fenomenologi, dan hermeneutika. Bangunan filosofis diharapkan melahirkan
solusi-solusi yang merekatkan persatuan dari adanya problematika di ruang sosial
keagamaan, politik, ekonomi dan kebudayaan. Pancasila harus menjadi pedoman untuk
kehidupan berbangsa dan bernegara agar tercapai masyarakat yang adil dan makmur yang
di ridhoi Allah.

3. Pancasila sebagai Filsafat Bangsa


Pancasila adalah filsafat bangsa Indonesia yang diperoleh sebagai hasil perenungan
mendalam para tokoh pendiri negara (the founding fathers) ketika mereka berusaha
menggali nilai-nilai dasar dan merumuskan dasar negara untuk di atasnya didirikan
negara Republik Indonesia. Hasil perenungan itu kemudian secara resmi disahkan
bersamaan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI) tahun
1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada 18 Agustus 1945
sebagai Dasar Filsafat Negara Republik Indonesia. 
Filsafat Pancasila memiliki fungsi kesatuan bangsa. Hal ini dikarenakan pandangan
bahwa Pancasila mengandung nilai kepribadian yang paling tepat dan sesuai dengan
bangsa Indonesia. Pancasila juga dianggap sebagai nilai yang paling bijaksana, paling
adil, dan paling tepat untuk menyatukan seluruh rakyat Indonesia.

4. Dasar Antologis, Epistemologis dan aksiologis dari pancasila


1. Pancasila berdasarkan Ontologis: Dasar ontologis pada Pancasila sejatinya adalah
manusia yang dimana memiliki sebuah hakikat yang dimiliki secara mutlak
monopluralist, sehingga oleh karena itu hakikat dasar tersebut juga akan disebut
sebagai sebuah antropologis. Sehingga subjek yang memberikan dukungan pokok dari
sila yang terdapat Pancasila yaitu adalah manusia sehingga hal tersebut dapat
menjelaskan pada sila pertama hingga sila terakhir pada hakikatnya adalah manusia
itu sendiri. Sehingga rakyat menjadi sebuah unsur utama yang dimaan adalah manusia
itu sendirii.
2. Pancasila berdasarkan Epistemologi: Pancasila sebagai sebauh objek pengetahuan
pada dasarnya akan termasuk ke dalam sumber pengetahuan Pancasila dan juga
susunan dari pengetahuan Pancasila. Pancasila disni adalah sebagai sebuah ilmu
pengetahuan dari nilai yang ada pada Bangsa Indonesia, dan bukan berasal dari
bangsa lainnya. Oleh karena itu Indonesia memiliki nilai religius, nilai kebudayaan
hingga norma yang ada didalamnya.
3. Pancasila berdasarkan Aksiologis: Terdapat berbagai macam nilai yang berada
pada Pancasila yang pada dasarnya adlaah satu kesatuan.

5. Pancasila sebagai Sistem Etika


Pancasila sebagai sistem etika di samping merupakan way of life bangsa Indonesia,
juga merupakan struktur pemikiran yang disusun untuk memberikan tuntunan atau
panduan kepada setiap warga negara Indonesia dalam bersikap dan bertingkah laku.
Pancasila sebagai sistem etika, dimaksudkan untuk mengembangkan dimensi moralitas
dalam diri setiap individu sehingga memiliki kemampuan menampilkan sikap spiritualitas
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pancasila sebagai sistem
etika merupakan moral guidance yang dapat diaktualisasikan ke dalam tindakan konkrit,
yang melibatkan berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu, sila-sila Pancasila perlu
diaktualisasikan lebih lanjut ke dalam putusan tindakan sehingga mampu mencerminkan
pribadi yang saleh, utuh, dan berwawasan moral-akademis.

6. Peranan sebagai generasi muda dalam menerapkan nilai-nilai pancasila dalam


kehidupan berwarga negara
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki keragaman pada masyarakatnya.
Ada banyak suku, agama, ras, kelompok maupun budaya di dalamnya. Namun, semua itu
bisa disatukan dengan Pancasila. Pada dasarnya keberagaman suku bangsa, bahasa, dan
budaya di Indonesia lahir lebih dulu ketimbang negara Indonesia. Karena itu dibutuhkan
pondasi yang kuat untuk menyatukan dan melindung keberagaman, yaitu Pancasila itu
sendiri. dalam kehidupan berbangsa, bermasyarakat dan bernegara. Generasi muda harus
paham wawasan kebangsaan sebagai kekuatan mempersatukan bangsa
Generasi muda diharapkan mampu melestarikan budaya yang telah menjadi karakter
bangsa. Untuk mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila, maka seluruh generasi muda
harus:
a. bangga menjadi warga negara Indonesia
b. turut menjadi bagian dari pewaris budaya
c. lebih mengenal budaya dari etnik lain
d. menguatkan identitas bangsa serta mengharumkan nama bangsa melalui prestasI.

Sosialisasi tentang nilai-nilai Pancasila sangat diperlukan agar generasi milenial


yang akan menjadi penerus bangsa ini tidak lupa dan bisa terus menjaga jati diri Bangsa
Indonesia. Mengingat bahwa di era industri 4.0 ini, para generasi millenial akan dituntut
untuk berlomba-lomba menciptakan inovasi dan juga berpikiran kreatif  sehingga
dikhawatirkan banyak remaja akan mulai melupakan jati diri Bangsa Indonesia.
Berkembangnya ilmu teknologi menjadi pengaruh terbesar dalam perubahan karakter dan
juga tingkah laku generasi milenial. Akibat dari perkembangan ilmu teknologi tersebut,
pancasila kini sedikit demi sedikit mulai tergerus oleh globalisasi.

7. Artikel Tema Pancasila

Pengimplementasian Nilai-nilai Pancasila dalam Kehidupan Masyarakat di Tengah


Derasnya Arus Globalisasi

Seperti yang kita ketahui bahwa masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai
perbedaan dimulai dari suku, budaya, etnis, dan agama yang menjadikan masyarakat
Indonesia sebagai masyarakat multikultural. Ditengah-tengah perbedaan tersebut maka
Indonesia sangat membutuhkan sebuah sistem yang dapat menyatukan berbagai
perbedaan tersebut. 
Pancasila yang merupakan sebuah sistem nilai yang utuh, sebuah sistem yang saling
berkaitan, serta sebuah sistem yang dijadikan sebagai pandangan hidup berbangsa dan
bernegara tentu harus tetap dipertahankan eksistensinya agar tetap pada tempatnya yaitu
sebagai ideologi negara. Terdapat lima nilai yang terkandung dalam Pancasila, yaitu: nilai
ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan. Dari
kelima nilai tersebut masing-masing saling berkaitan satu dengan yang lain sehingga
Pancasila merupakan sistem yang sistematis dan menyeluruh. 
Namun tidak dapat dipungkiri bahwasannya nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila mulai tidak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari yang salah satu
penyebabnya ialah derasnya arus globalisasi yang tidak dapat dihindari.  Efek dari
globalisasi itupun turut dirasakan oleh masyarakat dimana salah satu efeknya yaitu mulai
timbul ideologi-ideologi yang melenceng atau tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila
sebagai ideologi negara kita ini.

Ideologi-ideologi yang bermunculan tersebut juga mempengaruhi gaya hidup masyarakat


kita dimana masyarakat kita mulai menganut pola hidup yang konsumtif, individualisme,
dan lain sebagainya.  Sebagai masyarakat Indonesia yang menjunjung tinggi nilai
Pancasila tentu kita harus bisa melawan dan mempertahankan eksistensi Pancasila
sebagai pandangan hidup bangsa sehingga masyarakat Indonesia tetap menganut ideologi
Pancasila. lalu akan muncul dalam benak kita, bagaimana cara kita mempertahankan
ideologi Pancasila ditengah derasnya arus globalisasi?

Cara yang dapat dilakukan, yaitu:


 Memeluk agama sesuai dengan keyakinan masing-masing.
 Menghormati agama satu dengan yang lain
 Menjalankan ibadah sesuai dengan tata cara ibadah yang dipercayai
 Menjunjung tinggi HAM
 Membangun rasa cinta akan tanah air
 Mengutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi
 Musyawarah dalam pengambilan kebijakan
 Menumbuhkan kesdaran akan hak dan kewajiban masing-masing
 Menghormati pendapat orang lain
 Menghargai keputusan orang lain.
 Memperjuangkan keadilan

Menghayati dan mengamalkan setiap nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila


maka dapat dipastikan Pancasila tidak dapat tergeser posisinya. Dari beberapa contoh
diatas maka sangat diharapkan dapat mempertahankan Pancasila sebagai pedoman dalam
menjalani hidup sehari-hari didalam masyarakat di tengah derasnya arus globalisasi.

Anda mungkin juga menyukai