UU 32 Tahun 2002
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa Penerapan Pasal 27 Ayat (1) Undang-Undang Nomor
11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik di dalam praktek penegakan hukum
di wilayah hukum Polres Mataram selalu melihat perbuatan pelaku telah memenuhi unsur-unsur
yang terdapat di dalam Pasal 27 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik atau tidak berdasarkan keterangan hasil pemeriksaan dan
bukti-bukti yang cukup dan pertanggungjawaban pidana pelaku tindak pidana kesusilaan Pasal
27 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
dapat dijatuhkan baik dalam kapasitasnya sebagai orang perorangan maupun sebagai korporasi
dengan pidana penjara dan/atau denda.
Kebebasan berpendapat merupakan hak setiap individu sejak dilahirkan yang dijamin oleh
konstiusi. Negara Republik Indonesia sebagai negara hukum dan demokratis berwenang untuk
mengatur dan melindungi pelaksanaannya. Kebebasan berpendapat di era teknologi ini
cenderung menyampaikan pendapat yang sebebasnya tanpa batas. Sehingga menimbulkan
dampak negatif seperti tindak pidana penghinaan atau hate speech (ujaran kebencian) yang harus
ditangani dengan baik agar tidak terjadi kesalahpahaman yang merugikan masyarakat. Hal ini
sejalan dengan Hukum Islam, bahwa dalam Islam dilarang menghina atau menghasut sesama
muslim. Penerapan peraturan hate speech bisa sejalan dengan Hukum Islam agar dapat
meminimalkan kasus-kasus hate speech.Permasalahan yang diteliti dalam penulisan ini yakni
bagaimana penerapan UU ITE No. 19 Tahun 2016 tentang hate speech dan bagaimana prespektif
hukum Islam terhadap penerapan UU ITE No. 19 Tahun 2016 tentang hate speech.
dalam penerapan penanganan ujaran kebencian di media sosial terhadap para pelaku hate speech
cenderung represif (penggunaan kekuasaan di luar koridor hukum), penanganan ujaran
kebencian melalui pihak kepolisian sebaiknya sebelum ke arah pemidanaan dilakukan beberapa
tindakan terlebih dahulu dengan menggunakan tindakan preventif dan apabila sudah dilakukan
namun masalah masih belum terselesaikan dan semakin menjadi rumit, maka dilakukan tindakan
represif.
namun apabila dalam langkah penanganan awal tidak bisa menanggulangi kejahatan maka
dilakukan tindakan pemidanaan dengan menjerat pelaku dengan sumber hukum rujukan yang
tercantum dalam Undang-Undang dan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Sedangkan
menurut prespektif hukum Islam UU ITE No. 19 Tahun 2016 sudah sesuai dengan hukum Islam
karena didalam sumber agama yaitu Al-Qur‟an dan Hadis, melarang orang lain untuk menghina
dan menghasut sesama muslim.
perspektif hukum Islam terhadap penerapan Undang-Undang ITE No. 19 Tahun 2016 tentang
hate speech, penerapan yang mencakup kategori tindak pidana ujaran kebencian yang di
antaranya adalah penghinaan, pencemaran nama baik, penistaan, perbuatan tidak menyenangkan,
provokasi, dan penyebaran berita bohong, termasuk dalam kategori jarimah ta‟zir karena tidak
ditentukan dalam Alquran maupun hadis.
C. UU ITE No.11 Tahun 2008 Tentang Pencemaran Nama Baik dalam KUHP
Setiap orang memiliki rasa harga diri mengenai kehormatan dan rasa harga diri mengenai nama
baik. Tindak pidana penghinaan (beleediging) yang dibentuk oleh pembentuk undang-undang,
baik yang bersifat umum, maupun yang bersifat khusus, ditujukan untuk memberi perlindungan
bagi kepentingan hukum mengenai rasa semacam ini. Tentang tindak pidana penghinaan
(pencemaran nama baik), ada yang merupakan penghinaan umum dan ada penghinaan khusus
yang diatur dalam KUHP. Sementara penghinaan khusus diluar KUHP yang kini terdapat dalam
perundang-undangan kita, ialah penghinaan khusus (pencemaran nama baik) dalam Undang-
Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Penelitian ini
merupakan suatu penelitian yuridis normatif.
dengan demikian obyek yang dianalisis yaitu norma hukum, baik dalam peraturan perundang-
undangan maupun yang sudah secara konkrit ditetapkan oleh hakim dalam kasus-kasus yang
diputuskan di pengadilan. Hasil penelitian menunjukkan tentang bagaimana bentuk pencemaran
nama baik menurut KUHP serta bagaimana bentuk pencemaran nama baik dalam dunia internet
menurutUU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Pencemaran Nama Baik hanya diucapkan (menista dengan lisan), maka perbuatan itu tergolong
dalam Pasa1 310 ayat (1) KUHP. Namun, apabila unsur-unsur tersebut dilakukan dengan surat
atau gambar yang disiarkan, dipertunjukkan atau ditempelkan (menista dengan surat), maka
pelaku dapat dijerat atau terkena sanksi hukum Pasal 310 ayat (2) KUHP, dengan menggunakan
pasal-pasal KUHP untuk menjerat pelaku Pencemaran Nama Baik melalui internet, oleh
sebagian ahli hukum dinyatakan KUHP tak dapat diterapkan, namun sebagian ahli hukum lain
menganggapnya KUHP dapat menjangkaunya.
Mahkamah Konstitusi ketika memberikan putusan terhadap permohonan judicial review Pasal 27
ayat 3 UU No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, dalam pertimbangan
hukumnya menyatakan: secara harfiah bahwa unsur di muka umum, diketahui umum, atau
disiarkan dalam Pasal 310 ayat (2) KUHP tidak dapat diterapkan dalam dunia maya, sehingga
memerlukan unsur ekstensif yaitu mendistribusikan dan/atau mentransmisikan, dan/atau
membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki
muatan penghinaan dan/atau Pencemaran Nama Baik.
TUGAS FILSAFAT KOMUNIKASI
OLEH :
NIM : C1D320036
JURUSAN JURNALISTIK
KENDARI
2021