Anda di halaman 1dari 7

Pembelajaran terintegrasi 

adalah salah satu model pembelajaran bertujuan untuk membiasakan


pembelajar untuk melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang. Atau dengan kata lain, melatih
pembelajar untuk berpikir secara lebih sistemik. Menurut Brazee &Capelluti (1993 dalam Brazee  &
Capelluti, 1995, p.10 dalam Ciarotto 2011) pembelajaran terintegrasi adalah pendekatan yang
bertujuan untuk menjadi pembelajaran lebih menyeluruh dan berdasarkan pada paradigm
pembelajaran yang holistik. Pembelajaran terintegrasi melihat pentingnya melihat gambaran yang
lebih besar (the big picture) daripada sekadar  mengelompokkan pembelajaran ke bagian-bagian
kecil yang terpisah satu sama lain.

Sistem pembelajaran reflektif (reflective learning)  adalah sistem pembelajaran dimana


guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan analisis atau
pengalaman individual yang dialami dan memfasilitasi pembelajaran dari pengalaman
tersebut. Adapun langkah-langkah sistem pembelajaran reflektif dalan suatu kelas
adalah dengan belajar jurnal, belajar mitra (kelompok), belajar kontrak, dan jadwal
penilaian diri. Pembelajaran reflektif melihat bahwa proses adalah produk dari berpikir
dan berpikir adalah produk dari sebuah proses.

Refleksi pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan dalam proses belajar mengajar
dalam bentuk penilaian tertulis dan lisan oleh guru untuk siswa dan oleh siswa untuk guru untuk
mengekspresikan kesan konstruksif, pesan, harapan, dan kritik terhadap proses pembelajaran.
Melalui refleksi diperoleh informasi positif tentang bagaimana guru dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran, serta bahan observer untuk mengetahui sejauhmana hasil belajar dicapai. Selain
itu kegiatan ini dapat membawa kepuasaan siswa.

(1) Jelaskan bahwa bahasa bersifat produktif !


Produktif secara sederhana berarti "banyak hasilnya". Bahasa dikatakan produktif maksudnya adalah
bahwa meskipun unsur-unsur bahasa itu terbatas, dengan unsur-unsur yang jumlahnya terbatas itu
dapat dibuat satuan-satuan bahasa yang jumlahnya tidak terbatas, meski secara relatif, sesuai dengan
sistem yang berlaku dalam bahasa itu. Misalnya dari 6 fonem dan 22 konsonan bahasa Indonesia dapat
terlahir kata, frase dan kalimat yang tak terbatas jumlahnya. Keproduktifan bahasa Indonesia dapat juga
dilihat pada jumlah kalimat yang dapat dibuat. Dengan kosakata yang dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia berjumlah lebih kurang 90.000 buah, kita dapat membuat kalimat bahasa Indonesia yang tak
terhingga banyaknya, termasuk juga kalimatkalimat yang belum pernah ada atau pernah dibuat orang.
(2) Sebutkan fungsi bahasa menurut Halliday dan berikan contohnya
masing-masing!
Halliday (1975, dalam Tompkins dan Hoskisson, 1995) secara khusus
mengidentifikasi fungsi-fungsi bahasa sebagai berikut.
1. Fungsi personal, yaitu penggunaan bahasa untuk mengungkapkan pendapat,
pikiran, sikap atau perasaan pemakainya.
2. Fungsi regulator, yaitu penggunaan bahasa untuk mempengaruhi sikap atau
pikiran/pendapat orang lain, seperti bujukan, rayuan, permohonan atau perintah
3. Fungsi interaksional, yaitu penggunaan bahasa untuk menjalin kontak dan
menjaga hubungan sosial, seperti sapaan, basa-basi, simpati atau penghiburan.
4. Fungsi informatif, yaitu penggunaan bahasa untuk menyampaikan informasi,
ilmu pengetahuan atau budaya.
5. Fungsi heuristik, yaitu penggunaan bahasa untuk belajar atau memperoleh
informasi, seperti pertanyaan atau permintaan penjelasan atas sesuatu hal.
6. Fungsi imajinatif, yaitu penggunaan bahasa untuk memenuhi dan
menyalurkan rasa estetis (indah), seperti nyanyian dan karya sastra.
7. Fungsi instrumental, yaitu penggunaan bahasa untuk mengungkapkan
keinginan atau kebutuhan pemakainya, seperti saya ingin ….

(3) Jelaskan bahwa pembelajaran bahasa didasarkan pada bagaimana


siswa belajar dan bagaimana mereka belajar bahasa!
Siswa belajar dengan menggunakan tiga cara, yaitu melalui pengalaman (dengan kegiatan langsung atau tidak
langsung), pengamatan (melihat contoh atau model), dan bahasa. Dengan cara-cara itu, siswa belajar melalui
kehidupan mereka dengan menggali dan menemukan sesuatu yang baru secara aktif. Ini berarti, kegiatan
belajar berlangsung melalui apa yang dilakukan secara aktif oleh siswa. Sesibuk apa pun yang dilakukan guru
jika anak tidak belajar maka sebenarnya pembelajaran tidak pernah terjadi. Oleh karena itu, tugas guru dalam
pembelajaran adalah melakukan berbagai upaya agar siswa termotivasi dan terlibat secara aktif dalam belajar.

Sebelum masuk ke sekolah dasar, anak belajar bahasa melalui komunitasnya, yaitu keluarga, teman, media
radio atau televisi, dan lingkungannya.

Anak-anak itu belajar dan menguasai bahasa tanpa disadari dan tanpa beban, apalagi diajari secara khusus.
Mereka belajar bahasa melalui pola berikut.

1. Semua Komponen, Sistem, dan Keterampilan Bahasa Dipelajari secara Terpadu


2. Belajar Bahasa Dilakukan secara Alami dan Langsung dalam Konteks yang Otentik
3. Belajar Bahasa Dilakukan secara Bertahap, Sesuai dengan Kebutuhannya
4. Belajar Bahasa Dilakukan melalui Strategi Uji Coba (Trial-Error) dan Strategi Lainnya
(3) Mengapa bahasa Indonesia memiliki peranan penting dalam
pembelajaran di sekolah?
Belajar bahasa Indonesia untuk siswa SD pada dasarnya bertujuan untuk mengasah dan membekali
mereka dengan kemampuan berkomunikasi atau kemampuan menerapkan bahasa Indonesia dengan
tepat untuk berbagai tujuan dan dalam konteks yang berbeda. Dengan kata lain, pembelajaran bahasa
Indonesia berfokus pada penguasaan berbahasa (Tipe 1: belajar bahasa), untuk dapat diterapkan bagi
berbagai keperluan dalam bermacam situasi, seperti belajar, berpikir, berekspresi, bersosialisasi atau
bergaul, dan berapresiasi (Tipe 2: belajar melalui bahasa). Agar siswa dapat 1.32 Pendidikan Bahasa
Indonesia di SD  berkomunikasi dengan baik maka siswa perlu menguasai kaidah bahasa dengan baik
pula (Tipe 3: belajar tentang bahasa). Dalam konteks ini, penguasaan kaidah bahasa bukan tujuan,
melainkan hanyalah sebagai alat agar kemampuan berbahasanya dapat berkembang dengan baik.
1. Jelaskan tahap-tahap pemerolehan Bahasa!

Perkembangan kemampuan berbahasa anak berjalan seiring dengan perkembangan


fisik, mental, intelektual, dan sosialnya. Tahap-tahap perkembangan bahasa anak :
(a) Tahap Pralinguistik. Bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan akan semakin mendekati
vocal atau konsonan tertentu. Tetapi umumnya bunyi-bunyi tersebut belumlah
mengacu pada kata, kalimat dengan makna tertentu. Fase ini berlangsung sejak anak
lahir sampai sekitar 12 bulan.
(b) Tahap Satu Kata atau Holografis. Fase ini berlangsung ketika anak berusia 12-18
bulan. Satu kata yang diucapkan anak mewakili satu frasa, kalimat atau wacana.
Contoh “Mimi” sambil menunjuk sangkir (Saya mau minum). Kata-kata itu umumnya
berkaitan dengan kegiatan rutin anak, pemanggian anak-anak sekitar, dan benda
atau objek yang dekat dengan anak (Nelson dalam Owens, 1984)
(c) Tahap Dua Kata. Fase ini berlangsung ketika anak berusia 18-24 bulan. Dalam
bertutur anak-anak mulai menggunakan dua kata : papa ikut, mama main. Hanya
kata-kata pokok yang diucapkan anak, seperti kata kerja dan kata benda, dan/atau
kata sifat. Tak ada kata tugas seperti kata depan atau kata penghubung.
(d) Tahap Telegrafis. Antara anak usia 2-3 tahun anak telah menghhasilkan ujaran
dalam kalimat-kalimat pendek. Pada fase ini anak belum menggunakan kata tugas
dalam bertutur. Dalam sebuah studi dilakukan terhadap delapan anakk, ternyata
kedelapan anak tersebut telah memahami 20-30 kata sebelum mereka
mengucapkan 10 kata. Melalui studi ini ditemukan pula bahwa kemampuan
memahami anak lebih cepat satu bulan sebelum mereka dapat mengucapkan kata
pertamanya. Dengan demikian, kemampuan anak dalam memahami tuturan muncul
lebih awal daripada kemampuan mengucapkan. (Ingram, 1974; Benedict, 1979;
Owens, 1984; Crystal, 1987)

2. Bagainmana strategi Pemerolehan Bahasa!

Tanpa sadar ternyata anak melakukan strategi dalam belajar satu bahasa di
antaranya adalah
(a) Mengingat. Mengingat memainkan peranan yang cukup penting dalam belajar
bahasa atau belajar apa pun. Setiap pengalaman indrawi yang dilalui anak, dicatat
dalam benaknya. Ketika dia menyentuh, menyerap, mencium, mendengar, dan
melihat sesuatu, memori anak merekamnya.
(b) Meniru. Dalam belajar bahasa anak menggunakan strategi peniruan. Peniruan di
sini bisa berarti mencontoh secara kreatif arau menginspirasi.
(c) Mengalami Langsung. Strategi lain yang mempercepat anak menguasai bahasa
pertamanya adalah mengalami langsung kegiatan berbahasa dalam konteks yang
nyata.
(d) Bermain. Kegiatan bermain sangat penting untuk mendorong pengembangan
kemampuan berbahasa anak. Dalam bermain kadang si anak berperan sebagai orang
dewasa; sebagai penjual atau pembeli dalam bermain dagang-dagangan. Tanpa
disadari, mereka sedang bermain drama, sekaligus berlatih berbicara dan menyimak.

3. Berikan pendapat Anda tentang proses pemerolehan Bahasa kedua


(B2)?
Belajar bahasa kedua adalah (B2) adalah bahasa yang dipelajari dan dikuasai anak setelah menguasai
satu bahasa. Dalam konteks anak Indonesia, yang menyandang status B2 itu dapat bahsa daerah,
bahasa Indonesia, atau bahasa asing. Tergantung pada bahasa mana yang pertama dikuasai anak
lebih dahulu.Suatu bahasa disebut bahasa kedua apabila bahasa tersebut dikuasai anak melalui
belajar secara formal. Secara umum, tipe perolehan B2 dapat dibedakan menjadi pemerolehan B2
secara terpimpin, secara alamiah, serta terpimpin dan alamiah (Subyakto-Nababan, 1992).
Pemerolehan B2 secara terpimpin dilakukan melalui aktivitas pembelajaran baik di sekolah maupun
kursus atau les. Pemerolehan B2 secara alamiah dilakukan secara spontan. Telah banyak dilakukan
penelitian tentang pemerolehan B2. Ellis (1986) telah mengidentifikasi tujuh teori pemerolehan B2,
yang terdiri dari model akulturasi, teori akomodasi, teori wacana, teori monitor, model kompetensi
variabel, hipotesis universal, dan teori neurofungsional.

4. JelaskanFungsi anatomi syaraf dalam pemerolehan Bahasa


kedua(B2)?

Teori Neurofungsional
Teori ini menyatakan adanya hubungan antara bahasa dengan anatomi syaraf .Dua daerah
otak yaitu belahan otak kanan (daerah Wernickle) dan belahan otak kiri (daerah Brocka),
menentukan pemerolehan B2. Dalam kaitannya dengan pemerolehan B2, fokus teori ini
berkenaan dengan perbedaan usia (pada usia kritis otak berasda pada kesiapan sempurna
untuk belajar bahasa), fosilisasi ( aspek bahsa yang telah terkuasai bertahun-tahun hingga
usia dewasa menjadai unsur kompetensi yang otomatis dan memfosil atau menetap secara
permanen), ujaran terpola, dan pola latihan di kelas dalam mempelajari B2.
Pemerolehan B2 dapat diterangkan menurut fungsi syaraf dengan memperhatikan dua hal.
Pertama, fungsi syaraf yang mana yang digunakan untuk berkomunukasi. Kedua, tingatan
mana dalam system syaraf tersebut yang dilibatkan

1. Pandangan filosofis adalah cara melihat pendidikan dasar dari


hakikat pendidikan dalam kehidupan manusia. Pertanyaan filosofis
yang akan kita bahas adalah untuk apa pendidikan Sekolah Dasar
dikembangkan.
Filsafat pendidikan seperti perenialisme, yang menekankan pentingnya pewarisan kebudayaan,
esensialisme, yang menekankan pada transformasi nilai esensial, progresifisme, yang menekankan
pada pengembangan potensi individu, dan rekonstruksionalisme sosial, yang menekankan
pengembangan individu untuk perubahan masyarakat sangat mendukung proses pendewasaan anak
melalui pendidikan persekolahan. Tentu saja tanpa mengesampingkan teori soscio-historical dan teori
experiential learning yang menekankan pada proses belajar melalui interaksi sosial-kultural dan
belajar melalui pengalaman. Ada beberapa argumen tentang keniscayaan
pendidikan untuk usia 6- 13 tahun (SD/MI). pelembagaan proses pendidikan
untuk usia dalam sistem pendidikan persekolahan atau schooling system,
diyakini sangat strategis, artinya sangat tepat dilakukan, untuk
mempengaruhi, mengondisikan, dan mengarahkan perkembangan mental,
fisik, dan sosial anak dalam mencapai kedewasaannya secara sistematik dan
sistemik.

2. Pandangan psikologis-pedagogis atau psiko-pedagogis adalah cara


melihat pendidikan dasar dari fungsi proses pendidikan dasar dalam
pengembangan potensi individu sesuai dengan karakteristik
psikologis peserta didik. Pertanyaan psiko-pedagogis yang relevan
dengan fungsi proses itu adalah bagaimana pendidikan dasar
dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didiknya.

Berbagai teori psikologi khususnya teori belajar yang menjadi landasan


konseptual teori pembelajaran, seperti teori behaviorisme, kognitifisme,
humanisme; dan sosial (Bell-Gredler:1986), filsafat pendidikan seperti
perenialisme, yang menekankan pentingnya pewarisan kebudayaan,
esensialisme, yang menekankan pada transformasi nilai esensial,
progresifisme, yang menekankan pada pengembangan potensi individu, dan
rekonstruksionalisme sosial, yang menekankan pengembangan individu untuk
perubahan masyarakat (Brameld, 1965) sangat mendukung proses
pendewasaan anak melalui pendidikan persekolahan. Tentu saja tanpa
mengesampingkan teori socio-historical dari Vigotsky, (Moll: 1990) dan teori
experiential learning (Kolb: 1986), yang menekankan pada proses belajar
melalui interaksi sosial-kultural dan belajar melalui pengalaman. proses
pendewasaan yang sistematik dan sistemik itu diyakini lebih efektif dan
bermakna, artinya lebih memberikan hasil yang baik dan menguntungkan,
daripada proses pendewasaan yang dilepas secara alami dan kontekstual
melalui proses sosialisasi atau pergaulan dalam keluarga dan masyarakat
dan enkulturasi atau pembudayaan interaktif dalam kehidupan budaya
sematamata.

Piaget menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah duplikat dari objek, dan bukan pula sebagai
tampilan kesadaran dari bentuk yang ada dengan sendirinya dalam diri individu. Pengetahuan
sesungguhnya merupakan konstruksi pikiran yang terbentuk, karena secara biologis adanya interaksi
antara organisme dengan lingkungan, dan secara kognitif adanya interaksi antara pikiran dengan
objek. Secara teoritik perkembangan kognitif mencakup tiga proses mental yakni assimilation,
accomodation, dan equilibration. Yang dimaksud dengan assimilation atau asimilasi adalah integrasi
data baru dengan struktur kognitif yang sudah ada dalam pikiran. Contohnya, ketika kita melihat
benda asing berupa pesawat terbang, proses mental yang terjadi adalah mencari apakah konsep
benda asing itu ada dalam pikiran kita dengan bertanya “ini benda apa ya?”. Sementara itu
accomodation atau akomodasi menunjuk pada proses penyesuaian struktur kognitif dengan situasi
baru. Contohnya, bila ternyata konsep benda asing itu belum ada dalam pikiran kita, kemudian kita
mencoba mencari tahu apa sesungguhnya pesawat terbang. Dengan menggunakan konsep lain yang
sudah ada di dalam pikiran kita, misalnya layang-layang, dan lain-lain kemudian kita mencoba
membangun pengertian baru tentang konsep pesawat terbang. Dengan begitu kita mendapatkan
pengetahuan baru tentang konsep pesawat terbang. Sedangkan equilibration atau ekuilibrasi adalah
proses penyesuaian yang sinambung antara asimilasi dan akomodasi. Contohnya, jika suatu waktu
ada benda asing lain yang pada dasarnya mirip dengan pesawat terbang dalam pikiran kita akan
terjadi proses adaptasi untuk memahami benda asing itu sampai kita mendapatkan pengertian yang
utuh dan pada akhirnya kita mengerti konsep pesawat terbang secara umum. Anak usia SD/MI berada
dalam tahap perkembangan kognitif Praoperasional sampai Konkret. Pada usia ini anak memerlukan
bimbingan sistematis dan sistemik guna membangun pengetahuannya. Oleh karena itu, peran
pendidikan di SD/MI sangatlah strategis bagi pengembangan kecerdasan dan kepribadian anak.

3. Pandangan sosiologis-antropologis atau sosio-antropologis adalah


cara melihat pendidikan dasar dari fungsi proses pendidikan dasar
dalam sosialisasi atau pendewasaan peserta didik dalam konteks
kehidupan bermasyarakat, dan proses enkulturasi atau pewarisan
nilai dari generasi tua kepada peserta didik yang sedang mendewasa
dalam konteks pembudayaan
Cara pandang sosiologis-antropologis atau sosio-antropologis adalah cara melihat pendidikan dasar
dari fungsi proses pendidikan dasar dalam proses sosialisasi atau pendewasaan peserta didik dalam
konteks kehidupan bermasyarakat, dan proses enkulturasi atau pewarisan nilai dari generasi tua
kepada peserta didik yang sedang mendewasa dalam konteks pembudayaan. Pertanyaan pokok
dalam kedua proses tersebut adalah bagaimana pendidikan dasar meletakkan dasar dan
mengembangkan secara kontekstual sikap sosial dan nilai-nilai kebudayaan untuk kepentingan
peserta didik dalam hidup bermasyarakat dan berkebudayaan. Dilihat secara sosiologis dan
antropologis masyarakat dan bangsa Indonesia sangatlah heterogen dalam segala aspeknya. Oleh
karena itu, walaupun kita secara konstitusional menganut satu sistem pendidikan nasional,
instrumentasi atau pengelolaan sistem pendidikan itu tidaklah mungkin dilakukan secara homogen
penuh. Masyarakat dan bangsa Indonesia memiliki fenomena yang bersifat pluralistik atau
berbhinneka tetapi terikat oleh komitmen satu kesatuan tanah air, kebangsaan, dan bahasa
persatuan. akan mempengaruhi praksis atau kehidupan nyata pendidikan nasional kita, termasuk
pendidikan Sekolah Dasar.

Pendidikan di Era Orde Lama Penetapan program Panca Wardana dan Sapta Usaha Tama
sebagai dasar kebijakan pendidikan nasional berdasarkan Manipol Usdek.

Pendidikan di Era Orde Baru Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Pendidikan Nasional
lahir ketika Fuad Hasan menjabat sebagai menteri. Usaha pembangunan terencana dalam Pelita
I sampai Pelita II, III dan seterusnya telah dilancarkan oleh pemerintahan Orde Baru dengan
tokoh-tokoh teknorat dalam pucuk pimpinan pemerintahan. Rencana pendidikan dalam Pelita I
ini dapat dikembangkan menurut satu rencana dan menyesuaikan keuangan Negara. Harga
minyak tanah yang melonjak naik pada masa orde baru ini berakibat pada keuangan Negara
yang membengkak. Hal ini menjadi penyebab di dirikannya SD Inpres (Instruksi Presiden)
mengangkat guru-guru dan mencetak buku pelajaran. Hasil dari Pelita I dalam bidang
pendidikan yaitu telah ditatar lebih dari 10.000 orang guru. Enam puluh tiga koma lima juta buku
SD kelas I telah dibagikan, 6000 gedung SD dibangun, 57.740 orang guru terutama guru SD
diangkat, serta 5 Proyek Pusat Latihan Teknik yaitu di Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan dan
Ujung Pandang telah dibangun.

Di Era Reformasi yakni setelah tahun 1998, lahir kurikulum berbasis kompetensi baik tahun
2004, 2006, maupun 2013. Kurikulum 1994 digunakan pada masa pemerintahan Habibie telah
mengalami penyempurnaan pada masa pemerintahan Gus Dur. Pendidikan pada masa
pemerintahan Megawati mengalami perubahan tatanan, antara lain:

1. Diubahnya Kurikulum 1994 ke Kurikulum 2000 menjadi Kurikulum 2002 setelah


disempurnakan (Kurikulum Berbasis Kompetensi), yaitu kurikulum dalam orientasinya dalam
pendidikan fokus pada 3 aspek utama yang dikembangkan, antara lain aspek afektif,
kognitif, dan psikomotorik.
2. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disahkan pada 8 Juli 2003
yang memberikan dasar hukum untuk membangun pendidikan nasional dengan menerapkan
prinsip demokrasi, desentralisasi, otonomi, keadilan dan menjujung HAM.

Setelah jabatan Megawati turun dan digantikan oleh Susilo Bambang Yudhoyono, UU No.
20/2003 masih berlaku ditambah dengan UU RI No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen. Setelah
penetapan UU tersebut disusul dengan pergantian Kurikulum KBK menjadi KTSP (Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan) berdasarkan pada PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. KTSP merupakan kurikulum operasional yang dilaksanakan oleh masing-masing
satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan, tingkat satuan pendidikan, struktur dan
muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan serta silabus

Anda mungkin juga menyukai