Anda di halaman 1dari 22

Nama:Fitri Hani Desianti

Nim: 18037141066

PHBS

Definisi

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang
dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang
keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di kesehatan
dan berperan dalam mewujudkan kesehatan masyarakat

PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota
keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif
dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat.

Tujuan dari PHBS

1. Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat

2. Masyarakat mampu mencegah dan mangatasi masalah-masalah kesehatan yang


dihadapinya

3. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada untuk penyembuhan


penyakit dan peningkatan kesehatannya.

4. Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat untuk


pencapaian PHBS di rumah tangga

Manfaat PHBS

1. Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit.

2. Anak tumbuh sehat dan cerdas.

3. Anggota keluarga giat bekerja.

4. Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi keluarga,
pendidikan dan modal usaha untuk peningkatan pendapatan keluarga.
PHBS diberbagai tatanan

1. Tatanan rumah tangga

Membudayakan hidup sehat tidaklah sulit harus ada kesadaran, keinginan dan
kemauan untuk memulainya. Setiap keluarga dapat menerapkan prinsip untuk hidup bersih
serta menjadikan perilaku sehat menjadi kebiasaan setiap anggota keluarga. Jika kebiasan
yang baik telah ditanamkan sejak dini maka tidaklah sulit melakukannya, karena sesuatu
yang dilakukan sebagai kebiasaan sangat mudah untuk dikerjakan. Tanamkan prinsip bahwa
kesehatan merupakan suatu "kebutuhan", sehingga kita akan termotivasi untuk mencapainya
dan melakukannya.

Sepuluh indikator PHBS di tatanan rumah tangga:

a. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan.

Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan menurunkan resiko gangguan pasca
persalinan dan mencegah infeksi neonatus.

b. Memberi Asi esklusif

Asi ekslusif secara nyata mampu menekan angka kematian balita, memberikan Asi
ekslusif tidak hanya memberikan manfaat bagi bayi namun bermanfaat juga bagi ibu. Ibu
yang menyusui 20 persen terhindar dari resiko terkena kanker payudara dan kanker rahim.

c. Menimbang balita setiap bulan.

Jika keluarga memiliki balita wajib membawanya ke pos yandu untuk dilakukan
penimbangan. Menimbang berat badan merupakan parameter untuk menentukan status gizi
balita, dengan melakukan penimbangan setiap bulan dapat diketahui pertumbuhan dan
perkembangan balita serta dapat diketahui lebih awal jika terdapat indikasi kekurangan gizi.

d. Menggunakan air bersih

Berbagai penyakit dapat diakibatkan oleh penggunaan air yang tidak bersih. Jika
kondisi air yang digunakan tidak jernih, keruh atau berbau sebaiknya air yang
digunakan diolah terlebih dahulu agar menjadi air bersih dengan menggunakan saringan
sederhana.

e. Mencuci tangan dengan air dan sabun.

Membiasakan untuk mencuci tangan setelah melakukan pekerjaan dan ketika akan
mengerjakan suatu pekerjaan hal ini secara nyata telah mencegah perpindahan kuman dan
penyebaran penyakit yang disebabkan oleh berbagai bakteri penyebab infeksi antara lain
hepatitis B, HIV/AIDS.

f. Menggunakan jamban sehat.

Kotoran manusia merupakan sumber penyebaran penyakit yang sangat kompleks


antara lain tipus, disentri, kolera, berbagai macam penyakit cacing, schisosomiasis dan
sebagainya. Secara langsung kotoran ini dapat mengkontaminasi makanan, minuman, sumber
air, tanah dan sebagainya.

g. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu.

Mencuci dan membersihkan bak mandi dan tempat-tempat penyimpanan air minimal
seminggu sekali dan mengubur kaleng-kaleng bekas tindakan ini merupakan cara
memberantas jentik-jentik nyamuk demam berdarah. Karena nyamuk demam berdarah
bertelur di tempat genangan/penampungan air jernih bukan air got atau sejenisnya.

h. Makan buah dan sayur setiap hari.

Sayur dan buah merupakan sumber gizi yang lengkap dan sehat serta mudah
didapatkan. Dengan mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari kebutuhan gizi dapat
terpenuhi.

i. Melakukan aktivitas fisik setiap hari.

Aktifitas fisik, gerak badan atau melakukan pekerjaan di rumah akan meningkatkan
kekuatan otot dan menyehatkan badan.

j. Tidak merokok di dalam rumah.


Rokok berbahaya tidak saja bagi perokok tetapi juga terhadap orang–orang
disekelilingnya, untuk itu hindarilah untuk merokok di dalam rumah.

PHBS di Instusi Pendidikan

a. Mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun.

Sebab air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab
penyakit, bila digunakan maka kuman dan bakteri berpindah ke tangan. Pada saat makan
kuman dengan cepat masuk ke dalam tubuh yang bisa menimbulkan penyakit antara lain
diare, thypus, cacingan, flu burung dll.

b. Mengkonsumsi jajanan di warung /kantin sekolah.

Jajan sembarangan tidak aman karena kita tidak tahu apakah bahan tambahan
makanan (BTM) yang digunakan seperti zat pewarna, pengawet, pemanis dan bumbu
penyedapnya aman untuk kesehatan atau tidak.

c. Menggunakan sampah pada tempatnya

Sampah akan menjadi tempat berkembang biak serangga dan tikus, menjadi sumber
polusi dan pencemaran terhadap tanah, air dan udara.Sampah menjadi media perkembangan
kuman-kuman penyakit yang dapat membahayakan kesehatan. Dan sampah juga bisa
menimbulkan kecelakaan dan kebakaran.

d. Olah raga yang teratur dan terukur.

Manfaat olah raga yang teratur antara lain berat badan terkendali, otot lebih lentur dan
tulang lebih kuat, bentuk tubuh lebih ideal dan proporsional, daya tahan tubuh terhadap
penyakit lebih baik dan menghindarkan diri dari penyakit jantung, osteoporosis, diabetes,
stroke dan hipertensi.

e. memberantas jentik nyamuk.


Untuk memutuskan mata rantai siklus hidup nyamuk, sehingga nyamuk tidak
berkembang di lingkungan sekolah. Khususnya jentik nyamuk Aedes aeghypty yang
menyebabkan penyakit DBD, karena nyamuk ini menggigit pada siang hari dimana siswa
sedang belajar.

Perlu dilakukan kegiatan 3 m yaitu, menguras tempat-tempat penampungan air


seminggu sekali seperti vas bunga,bak mandi dll , menutup tempat-tempat penampungan air
dengan rapat dan mengubur barang bekas yang dapat menampung air hujan.

f. Tidak merokok.

Karena banyak sekali efek negatif yang ditimbulkan oleh rokok, antara lain terjangkit
penyakit kanker paru-paru, kanker mulut, penyakit jantung, batuk kronis, kelainan kehamilan,
katarak, kerusakan gigi, dan efek ketagihan serta ketergantungan terhadap rokok.

Di dalam sebatang rokok terkandung 4.000 bahan kimia dan 43 senyawa yang terbukti
menyebabkan kanker. Bahan utama rokok terdiri dari nikotin, tar dan CO.

g. menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan,

Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan badan serta status gizi. Agar
pertumbuhan anak dapat berkembang secara optimal.

h. Menggunakan jamban.

Untuk menjaga agar lingkungan selalu bersih, sehat dan tidak berbau. Supaya tidak
mencemari sumber air dilingkungan sekitar. Dan juga agar tidak mengundang datangnya
serangga kecoa/ lalat yang dapat menjadi vektor penyakit seperti diare, cholera, disentri,
thypus, cacingan dll.

PHBS ditempat umum

PHBS ditempat umum adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat pengunjung


dan pengelola tempat-tempat umum agar tahu, mau dan mampu untuk mempraktekkan PHBS
dan berperan aktif dalam mewujudkan tempat-tempat umum sehat.

Tempat-tempat umum adalah sarana yang diselenggarakan oleh pemerintah atau swasta atau
perorangan yang digunakan untuk kegiatan bagi masyarakat seperti sarana pariwisata,
transportasi, sarana ibadah, sarana perdagangan dan olahraga, rekreasi dan sarana sosial
lainnya.

a. PHBS di Pasar

Menggunakan air bersih, Membuang sampah pada tempatnya, Menggunakan jamban, Tidak
merokok di pasar, Tidak meludah Sembarangan, Memberantas Jentik nyamuk

b. PHBS di tempat Ibadah

Menggunakan air bersih, Membuang sampah pada tempatnya, Menggunakan jamban, Tidak
merokok di tempat ibadah, Tidak meludah Sembarangan, Memberantas Jentik nyamuk

c. PHBS di Rumah Makan

Menggunakan air bersih, Membuang sampah pada tempatnya, Menggunakan jamban,


Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, Tidak merokok di rumah makan, Menutup
makanan dan minuman, Tidak meludah Sembarangan, Memberantas Jentik nyamuk

d. PHBS di Angkutan Umum(Bus, Angkot, Kereta, Pesawat, Kapal Laut dll)

Menggunakan air bersih, Membuang sampah pada tempatnya, Menggunakan jamban, Tidak
merokok di angkutan umum, Tidak meludah Sembarangan

Manfaat:

a. Bagi masyarakat:

Masyarakat menjadi lebih sehat dan tidak mudah sakit. Masyarakat mampu mengupayakan
lingkungan sehat, serta mampu mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan yang
dihadapi

b. Bagi tempat umum

Lingkungan menjadi lebih bersih, indah dan sehat sehingga meningkatkan citra tempat
umum, Meningkatkan pendapatan bagi tempat-tempat umum sebagai akibat dari
meningkatnya kunjungan pengguna tempat-tempat umum

c. Bagi pemerintah Kabupaten/kota


Peningkatan presentase tempat umum sehat menunjukkan kinerja dan citra pemerintah
kabupaten/kota yang baik Kabupaten /kota dapat dijadikan pusat pembelajaran bagi daerah
lain dalam pembinaan PHBS di tempat-tempat umum

PHBS di Pelayanan Kesehatan

1. menggunakan air bersih,

2. menggunakan jamban yang bersih & sehat,

3. membuang sampah pada tempatnya,

4. tidak merokok,

5. tidak meludah sembarangan,

6. memberantas jentik nyamuk.

Strategi PHBS

a. Gerakan Pemberdayaan

Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus dan


berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran agar
sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu
menjadi mau (aspek attitude), dan dari

mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang di perkenalkan (aspek practice).

b. Bina Suasana

Bina suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosialyang mendorong individu


anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang di perkenalkan. Tiga pendekatan
dalam bina suasana:

1) Pendekatan individu

2) Pendekatan kelompok

3) Pendekatan masyarakat umum


C. Advokasi

Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan
komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Pihak-pihak yang
terkait ini bisa berupa tokoh masyarakat formal yang umumnya berperan sebagai penentu
kebijakan pemerintah dan menyandang dana pemerintah.

Adapun tahap-tahap advokasi, yaitu:

1) Mengetahui atau menyadari adanya masalah

2) Tertarik untuk ikut mengatasi masalah

3) Peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai alternatif


pemecah masalah.

4) Sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif pemecah
masalah

5) Memutuskan tindak lanjut kesepakatan.

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB SESEORANG MELAKUKAN PHBS

Menurut Lawrence Green (1980), dalam Notoatmodjo (2007), dalam Jariston (2009),
ada tiga faktor penyebab mengapa seseorang melakukan PHBS, yaitu:

1. Faktor Pemuda (Predisposising factor)

Faktor ini mencangkup pengetahuan dan sikap anak-anak terhadap PHBS. Di mana
faktor ini menjadi pemicu atau anteseden terhadap perilaku yang menjadi dasar atau motivasi
bagi tindakannya akibat tradisi atau kebiasaan, kepercayaan, tingkat pendidikan dan tingkat
sosial ekonomi

2. Faktor Pemungkin (enambling factor)

Faktor pemicu terhadap perilaku yang memungkinkan suatu motivasi atau tindakan
terlaksana. Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan
bagi anak-anak. Misalnya, air bersih, tempat pembuangan sampah jamban, ketersediaan
makanan bergizi dan sebagainya.
Fasilitas ini pada hakekatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya PHBS.

3. Faktor Penguat (reinforcing factor)

Faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau


tidak. Faktor ini terwujud dalam sikap dan perilaku pengasuh anak-anak atau orang tua yang
merupakan tokoh yang di percaya atau di panuti anak-anak.
UKS

Latar Belakang

Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah adalah upaya pendidikan


dan kesehatan yang dilaksanakan secara terpadu, sadar, berencana, terarah dan
bertanggungjawab dalam menanamkan, menumbuhkan, mengembangkan dan membimbing
untuk menghayati menyenangi dan melaksanakan prinsip hidup sehat dalam kehidupan
sehari-hari

Dasar Hukum

O Kep. Bersama Mendiknas No. 2/2003, Menkes No. 1068/2003, Menag. No. 230-
B/2003 dan Mendagri No. 4415-404/2003 Tentang Tim Pembina UKS

O Kepmenkes. No. 1429/2006 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan


Lingkungan Sekolah

O Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 39 Tahun 2008 Tentang Pembinaan


Kesiswaan

O Surat Mendagri kepada Gub, Bupati, Walikota No. 441.5/1650/SJ tgl 28 April 2010,
Perihal Pembinaan dan Pengembangan UKS di Daerah.

Definisi

UKS adalah segala usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan anak usia
sekolah dan lingkungan sekolah serta seluruh warga sekolah pada setiap jalur, jenis, jenjang
pendidikan mulai TK/RA sampai SMA/SMK/MA.

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah salah satu usaha kesehatan pokok yang
dilaksanakan oleh puskesmas dan juga dilaksanakan oleh masyarakat yang dijalankan di
sekolah-sekolah dengan anak didik beserta lingkungan sekolahnya sebagai sasaran utamanya.
Usaha kesehatan di sekolah juga berfungsi sebagai lembaga penarangan agar anak tahu
bagaimana cara menjaga kebersihan diri, menggosok gigi yang benar, mengobati luka,
merawat kuku dan juga memperoleh pendidikan seks yang sehat (Prasasti, 2008).

Usaha kesehatan di sekolah juga merupakan wadah untuk meningkatkan kemampuan


hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik sedini mungkin. Usaha kesehatan di sekolah
merupakan perpaduan antara dua upaya dasar yaitu upaya pendidikan dan upaya kesehatan,
yang pada gilirannya nanti diharapkan UKS dapat dijadikan untuk meningkatkan kesehatan
anak usia sekolah pada setiap jalur, jenis dan jenjang pendidikan (P.Ananto, 2006).

Tujuan UKS

Tujuan UKS adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar peserta
didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat dan derajat kesehatan peserta
didik maupun warga sekolah serta menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga
memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka
pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.

Tujuan pendidikan kesehatan:

a. Peserta didik dapat memiliki pengetahuan tentang ilmu kesehatan, termasuk cara hidup
sehat dan teratur.

b. Peserta didik dapat memiliki nilai dan sikap yang positif terhadap prinsip hidup sehat.

c. Peserta didik dapat memiliki ketrampilan dalam melaksanakan hal yang berkaitan dengan
pemeliharaan, pertolongan, dan perawatan kesehatan.

d. Peserta didik dapat memiliki kebiasaan dalam hidup sehari-hari yang sesuai dengan syarat
kesehatan.

e. Peserta didik dapat memiliki kemampuan untuk menalarkan perilaku hidup sehat dal
kehidupan sehari-hari.

f. Peserta didik mendapat memiliki pertumbuhan termasuk bertambahnya tinggi badan dan
berat badan yang seimbang.

g. Peserta didik dapat mengerti dan menerapkan prinsip-prinsip pengutamaan pencegahan


penyakit dalam kaitannya dengan kesehatan dan keselamatan dalam kehidupan sehari-hari.

h. Peserta didik dapat memiliki daya tangkal terhadap pengaruh buruk dari luar.

i. Peserta didik dapat memiliki tingkat kesegaran jasmani dan derajat kesehatan yang
optimal serta mempunyai daya tahan tubuh yang baik terhadap penyakit.
Ruang Lingkup

Kegiatan umum UKS disebut dengan Trias UKS, yang terdiri dari :

1. Pendidikan kesehatan
- Kegiatan Intrakurikuler
Memasukkan materi kesehatan dlm jam pelajaran & sesuai
kurikulum yg berlaku (Biologi, Agama, Penjas Orkes, BP) atau
melalui muatan lokal
Materi : pertolongan pertama, pengenalan & pencegahan penyakit,
IMS, Napza, Gizi, Kespro, PKHS

- Kegiatan Ekstrakurikuler
Diluar jam pelajaran, didlm sekolah & diluar sekolah:
- Melibatkan warga sekolah & nakes (kegiatan dokcil, KKR,
- pramuka, diskusi, mading, kerjabakti, lomba2 ttg kesehatan)
- Memanfaatkan Masa Orientasi Siswa (sasaran siswa baru)
- Bimbingan & penyuluhan kesehatan
- Perilaku gaya hidup sehat

2. Pelayanan kesehatan

- Kegiatan Promotif
-Penyuluhan & pembinaan sarana
-keteladanan (gizi, kesling)
-Pembinaan personal hygiene
-Peningkatan kebugaran jasmani
-Mengembangkan peran aktif siswa

- Kegiatan Preventif
-Pemeliharaan personal hygiene
- Penjaringan kesehatan
-Pemeriksaan kesehatan berkala
-Observasi perilaku
-Konseling Kesehatan Remaja

- Kegiatan Kuratif dan rehabilitatif


-Pengobatan dini
-Penanganan anemia gizi
-Rujukan (keracunan, kecelakaan & penyakit2 tertentu)
-Koreksi thd kelainan penglihatan & pendengaran

3. Pembinaan lingkungan sekolah sehat.

1. Tingkat Nasional,Prop,Kab/Kota (SK Bersama lintas sektor), terdiri dari :

Depkes, Diknas, Depdagri, Depag

2. Tingkat Kecamatan dibentuk tim pembina usaha kesehatan sekolah (TPU

3. Tingkat di Puskesmas (dibawah seorang koordinator),terdiri dari :

 Dokter
 Perawat
 Bidan
 Ahli Gizi
 Ahli Kesling, promkes dll.
 Pengawasan terhadap sumber air bersih, sampah, air limbah, tempat
pembuangan tinja, dan kebersihan lingkungan sekolah
 Pengawasan kantin sekolah
 Pengawasan bangunan sekolah yang sehat
 Pengawasan binatang serangga dan pengerat yang ada di lingkungan sekolah
 Pengawasan terhadap pencemaran lingkungan tanah, air dan udara disekitar
sekolah.

Kegiatan UKS

1. Pemeriksaan kes, meliputi gigi dan mulut, mata telinga dan tenggerokan, kulit dan
rambut, dsb.
2. Pemeriksaan perkembangan kecerdasan

3. Pemberian imunisasi

4. Penemuan kasus-kasus dini

5. Pengobatan sederhana

6. Pertolongan pertama

7. Rujukan bila menemukan kasus yang tidak dapat ditanggulangi di sekolah

8. Termasuk: pemeliharaan dan pemeriksaan kes guru.

Sasaran UKS

1. Peserta didik, antara lain:

a. Taman kanak-kanak

b. Pendidikan dasar
c. Pendidikan menengah
d. Pendidikan kejuruan
e. Pendidikan khusus (sekolah luar biasa)

Untuk sekolah dasar usaha kesehatan sekolah diprioritaskan pada kelas I, III, VI karena
pada kelas I merupakan fase penyesuaian dalam lingkungan sekolah yang baru dan lepas dari
pengawasan orang tua, kemungkinan kontak dengan berbagai penyebab penyakit lebih besar
karena ketidaktahuan dan ketidakmengertian tentang kesehatan.

Disamping itu, pada saat ini adalah waktu yang baik untuk diberikan imunisasi ulangan,
dan dikelas I inilah dilakukan penjaringan untuk mendeteksi adanya kelainan yang mungkin
timbul sehingga mempermudah pengawasan ke jenjang berikutnya.Kelas III, dilaksanakan
untuk mengevaluasi hasil pelaksanaan UKS di kelas 1 dahulu dan langkah-langkah
selanjutnya yang akan dilakukan dalam program pembinaan UKS.Kelas VI dalam rangka
mempersiapkan kesehatan peserta didik ke jenjang pendidikan selanjutnya, sehingga
memerlukan pemeliharaan dan pemeriksaan kesehatan yang cukup.

2. Masyarakat sekolah (guru, staf sekolah dan pengelola pendidikan lainnya).

3. Orang tua murid, masyarakat[U7] .


Pengelolaan UKS

1. Berikut ini adalah komponen yang terlibat dalam pelaksanaan UKS, antara lain:

a. Guru UKS

b. Peserta didik

c. Petugas kesehatan dari puskesmas

d. Masyarakat sekolah (BP3)

Prinsip-Prinsip Pengelolaan

a. Mengikutsertakan peran serta aktif masyarakat sekolah, yang meliputi:

1) Masyarakat sekolah yang terdiri dari guru, peserta didik, karyawan sekolah.
2) Masyarakat diluar sekolah, orangtua muridyang bernaung dibawah Badan
Pembantu Penyelenggaraan Pendidikan (BP3).

b. Kegiatan yang terintegrasi. Pelayanan kesehatan menyeluruh yang menyangkut segala


upaya kesehatan pokok puskesmas sebagai satu kesatuan yang utuh dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan peserta didik.

c. Melaksanakan rujukan adalah untuk mengatasi masalah kesehatan yang tidak dapat
diatasi di sekolah ke fasilitas kesehatan yaitu puskesmas atau rumah sakit.

d. Kolaborasi tim, karena UKS merupakan kegiatan yang melibatkan kerjasama lintas
sektoral, maka diperlukan kerja sama tim yang baik dan terorganisasi, dan tiap-tiap instansi
mempunyai uraian tugas yang jelas sehingga tidak terjadi tumpang tindih dalam
melaksanakan kegiatannya[U8] .
Konseling Remaja

Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya selalu menghadapi


persoalan-persoalan yang silih berganti. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik
dalam sifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang sanggup mengatasi persoalan tanpa
bantuan pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila
tidak dibantu orang lain. Khususnya bagi yang terakhir inilah bimbingan dan konseling
sangat diperlukan (Walgito, 2010: 10)

Perilaku Negatif Remaja

 Kenakalan remaja à tawuran dan tindak kekerasan

 Penyalahgunaan NAPZA

 Kehidupan “dugem” dan seks bebas

 Daya juang kurang à ingin mendapatkan sesuatu dg mudah

 Sopan santun sangat kurang

 Masalah keswa à cemas, depresi sampai tindakan bunuh diri

Pengertian Konseling

Konseling sebagai terjemahan dari “Counseling” merupakan bagian dari bimbingan,


baik sebagai layanan maupun sebagai teknik. Oleh karena itu perkataan bimbingan selalu
dirangkaikan dengan konseling sebagai kata majemuk. James F. Adams menjelaskan bahwa
konseling adalah “suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu, diamana yang
seorang (konselor) membantu yang lain (konseli), supaya ia dapat lebih baik memahami
dirinya dalam masalah-masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan pada waktu yang
akan datang”. Sedangkan menurut pakar lain, “konseling itu merupakan upaya bantuan yang
diberikan kepada konseli supaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri,
untuk dimanfaatkan olehnya dalam memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan
datang”. (Moh. Surya, 1988:38)

KONSELING
adalah proses pemberian bantuan dari seorang konselor kepada seorang atau
sekelompok orang (klien) agar dapat memahami masalahnya dan mengambil keputusan
dalam menyelesaikan masalah tersebut.

KONSELOR

adalah seorang yang memberikan konseling.

KLIEN

adalah seorang yang mendapat konseling.

Definisi Konseling

Baruth dan Robinson (1987); konseling berasal dari bahasa latin yaitu counsilium
“bicara bersama”, mengandung arti orang-orang berkumpul untuk mendapatkan pengertian
masalahnya.

Hackney and Cormier (1979); konseling adalah hubungan membantu, terdiri dari :
orang yang mencari bantuan; ada orang yang mau membantu dan orang tersebut terlatih; serta
dalam setting yang memungkinkan untuk proses saling menerima dan memberi.

Bimbingan dan Konseling bagi Remaja

Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, bukan
masa transisi yang selama ini digaung-gaungkan. Karena mereka dicap telah mengalami
kegamangan, akibatnya, sebagian remaja yang sewaktu kanak-kanak telah di didik dengan
baik oleh orang tuanya merasa perlu mencari identitas baru, identitas yang berbeda dari yang
mereka miliki sebelumnya.

Masa remaja merupakan masa yang bergejolak. Pada masa ini suasana hati (Mood)
biasa berubah-ubah dengan sangat cepat. Masa remaja disebut juga dengan masa untuk
menemukan identitas diri. Usaha pencarian identitas pun banyak dilakukan dengan
menunjukkan perilaku coba-coba, perilaku imitasi atau identifikasi. Ketika seorang remaja
gagal menemukan identitas dirinya, dia akan mengalami krisis identitas atau Identity
Confusion, sehingga mungkin saja akan terbentuk sistem kepribadian yang menggambarkan
keadaan diri yang sebenarnya. Reaksi-reaksi dan ekspresi emosional yang masih labil dan
belum terkendali pada masa remaja dapat berdampak pada kehidupan pribadi maupun
sosialnya. Dia sering merasa tertekan dan muram atau justru menjadi individu yang
perilakunya cenderung agresif. Pertengkaran dan perkelahian sering kali terjadi akibat dari
ketidak stabilan emosinya.

Untuk membantu remaja menyelesaikan masalahnya secara bertanggung jawab,


diperlukan keberpihakan terhadap remaja, yang muncul dalam bentuk pemahaman, empati
dan dukungan kepada remaja. Salah satu bentuk kegiatan yang dapat membantu remaja
dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya termasuk seksualitas adalah dengan
melakukan konseling. Mendapatkan informasi mengenai seksualitas merupakan hak semua
orang termasuk remaja. Selama ini sarana-saran yang dipakai remaja untuk memenuhi
keingintahuannya tentang masalah seksualitas ini didapatkan dari berbagai sumber, buku-
buku populer, diskusi dengan teman-temannya, media elektronik, dan lain sebagainya.
Melalui konseling seksualitas, remaja akan memperoleh informasi yang benar, proporsional
dan bertanggung jawab dari konselor yang bersangkutan. Remaja juga dapat berdiskusi
dengan konselor mengenai problem seksualitas sehingga pada akhirnya remaja bisa
memahami nilai pribadinya, sikap dan perilaku seksualnya, serta belajar untuk mengambil
keputusan lebih lanjut.

Dengan demikian, ketika remaja mempunyai masalah, dia akan mendapatkan


dukungan dari orang yang bisa memahami keadaannya. Juga perlu dirubahnya image bahwa
pengetahuan seks untuk remaja itu tabu, harus dirubah menjadi pengetahuan tentang seks
yang benar adalah perlu untuk semua warga masyarakat, termasuk didalamnya remaja.

Seorang konselor harus bisa mengarahkan kepada hal-hal yang positif serta menjadi
remaja yang bertanggung jawab terhadap perbuatan mereka, sehingga mereka akan tumbuh
kematangan kejiwaannya, kedewasaan dalam berfikir dan bertingkah laku sehingga menjadi
remaja yang tangguh dalam menghadapi berbagai problematika yang dialaminya dan
memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan dengan benar sesuai dengan kaidah yang
berlaku.

Bagaimana konselor dapat membantu remaja yang ditanganinya ?

a. Mereka harus diingatkan pada fitrah keislamannya. Tingkatkan keimanan mereka, buat
mereka nyaman berIslam, bersentuhan langsung dengan nilai-nilai kebenaran yang
terkandung dalam Islam dan buat mereka patuh terhadap kewajiban sebagai seorang muslim.
b. Bantu remaja untuk mengerti perubahan-perubahan yang dialaminya. Hormon-hormon
baru yang mereka miliki menghasilkan dorongan-dorongan fisik yang harus mereka kelola.
Konselor dapat membantu mereka untuk menumbuhkan kendali diri (self control) yang
Islami. Ajarkan mereka tentang kaidah-kaidah keagamaan, seperti wudlu dapat menurunkan
kemarahan dan meredam emosi, shalat bisa mencegah mereka dari perbuatan keji, dan puasa
dapat mematangkan emosi dan menumbuhkan kemandirian mereka. Dorong mereka untuk
selalu menjaga kesehatan, menggapai prestasi, sehingga mereka mampu membuat bangga di
lingkungannya.

c. Dekatkan mereka pada Al-Qur’an. Buat mereka nyaman dan gemar berinteraksi dengan
Al-Qur’an agar terbiasa dan akan menjadi sebuah kebiasaan yang baik bagi remaja. Karena
kedekatan seorang remaja dengan Al-Qur’an akan menjaga mereka dari berbagai pengaruh
buruk atau negatif.

d. Tumbuhkan Muraqabah mereka pada Allah. Ingatkan mereka untuk takut pada Allah dan
pengawasannya yang tiada henti, tanamkan rasa malu dan ajarkan tentang akhlak terhadap
diri sendiri.

Tujuan Konseling

 Membantu remaja agar mampu memahami masalah

 Memberi informasi yang berkaitan dengan masalah remaja

 Mendorong remaja menemukan berbagai alternatif penyelesaian masalah

 Membantu remaja untuk mengambil keputusan sendiri dan melaksanakan


keputusannya serta bertanggung jawab terhadap keputusannya

 Memberikan dukungan emosi, mengurangi kekhawatiran dan penderitaan.

Manfaat Konseling

 Timbulnya pemahaman dan pengertian diri sehingga menemukan jalan keluar bagi
dirinya dan dapat menyelesaikan masalahnya sendiri

 Remaja mencapai perkembangan yang optimal, baik secara akademis, psikologis dan
sosial
Teknik Konseling

Komunikasi Terapeutik

Komunikasi yg menyembuhkan shg klien dpt mengekspresikan perasaan dan


pikirannya à terjadi katarsis emosional

Konselor menumbuhkan perasaan aman shg klien merasa menemukan orang yg


mengerti dirinya

a. Hadir Dlm Percakapan

-Wajah lembut, ramah, tersenyum

-Sikap tubuh: rileks, terbuka, penuh perhatian, condong ke arah klien

-Intonasi suara: lembut dan temponya disesuaikan dengan kebutuhan klien

b. Cara Menjadi Pendengar Aktif

-Duduk berhadapan dan membungkuk ke arah klien

-Membuat kontak mata

-ileks dan sikap terbuka

-Memberi perhatian sepenuhnya

-Tidak memotong pembicaraan

-Menganggukkan kepala dan mengatakan “Ya, saya mengerti” sehingga klien tahu
bahwa anda mendengarkan

a. Perhatian secara nonverbal à biarkan PS bercerita hal yg mereka anggap penting dan
tunjukkan bahwa anda tertarik

b. Fasilitasi à komentar spt “Bisa anda cerita lb lanjut ttg itu” akan menolong PS
memusatkan pada ceritanya

c. Menyimpulkan à misalnya: “Jadi anda meng-alami sedih sejak 3 minggu ini, sulit
tidur dan berat badan turun”. Hal ini membuat PS merasa anda mendengarkan dan dia
dpt mengoreksi kesalahan
d. Klarifikasi à untuk menyimpulkan dan menghu-bungkan satu sama lain. Misalnya
“jadi anda merasa sedih dan susah tidur stl DO dari sekolah?

c. Empati

-Menempatkan diri pada posisi klien

-Memandang dan memahami dunia dari sudut pandang klien

-Namun hanya seakan-akan

-Pada saat yg bersamaan konselor tetap memiliki jarak dg klien untuk menjaga agar
konselor tetap berada pd posisi sbg konselor

-Misalnya mengatakan:”saya mengerti perasaan saudara”

Langkah-langkah Proses Konseling

1. Greet-Salam
Untuk membangun hubungan dan mencairkan suasana agar klien merasa aman dan
nyaman dalam mengemukakan masalah.
2. Ask-Tanyakan
Untuk mengetahui secara medlm ttg perasaan, alasannya datang dan mengidentifikasi
masalah klien.
3. Tell-Ungkapkan
Untuk memberikan informasi sesuai dengan kebutuhan klien remaja
4. Help-Bantu
Untuk diskusikan alternative pemecahan masalah serta konsekuensinya shg klien bisa
membuat keputusan
5. Eplain-Jelaskan
Untuk menjelaskan pd klien yg perlu dilakukan stl mengambil keputusan, termasuk
konsekuensinya
6. Return-Undang
Untuk mengevaluasi proses konseling dan membuka kesempatan bg klien untuk
tindak lanjut jika diperlukan
Beberapa Prinsip Konseling

1. Konselor memp. Sikap dan pandangan yg luas, fleksibel, tak memihak atau
berprasangka, bersikap optimis dan mampu jadi pendengar yg baik
2. Individu yg dihadapi memp. Kebutuhan; Biologis, psikologis dan sosial

3. Individu berkembang dinamik dan mengalami perubahan

4. Individu tak lepas dr masy. Yg melatar belakangi

5. Konselor bertolak dr pandangan dan penghayatan klien, bukan dr apa yg dianggap


penting oleh individu

6. Menerima klien apa adanya. Bl timbul antipati, alihkan pd konselor lain

7. Klien cenderung subyektif

8. Konselor hrs pegang rahasia

9. Konselor berfungsi sbg cermin, jangan direktif dan memberi nasihat terlalu dini. Bl
ada penilaian moral, klien terancam

10. Tujuan: klien dpt membimbing diri sendiri dan pecahkan masalah

11. Adakan evaluasi

12. Bl klien meninggalkan konselor, ia harus merasa dimengerti, diterima, aman dan
penuh harapan akan dibantu

Anda mungkin juga menyukai