Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM

FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN


S O L I D ( KURVA LAJU PENGERINGAN , TABLET GRANULASI BASAH
DAN UJI SIFAT FISIK TABLET )

Dosen Pengampu :
Dessy Erliani Mugita Sari, M.Farm, Apt

Disusun Oleh ;
Imaida Zulfarikha 202004034

JURUSAN D3 FARMASI
STIKES CENDEKIA UTAMA KUDUS
Th.2021/2022
PERCOBAAN I
KURVA LAJU PENGERINGAN
A.TUJUAN
Untuk mengetahui proses perubahan kandungan air dalam granul akibat perlakuan
panasselama proses pengeringan.

B.DASAR TEORI
Pembuatan tablet dapat dilakukan dengan tiga macam metode.
Pemilihan metode pembuatan tablet ditentukan oleh sifat alir dan
kompaktibilitas bahan yang dibuat. Metode pembuatan tablet meliputi: metode
cetak langsung, metode granulasi basah, metode granulasi kering. Granul yang
dihasilkan harus dievaluasi sifat fisiknya, Sifat fisik granul akan berpengaruh
pada proses pengempaan. Sebagai contoh sifat alir akan berpengaruh pada
keseragaman bobot. Granul dengan sifat alir yang baik akan memberikan
keseragaman bobot yang baik. Kompaktibilitas granul akan berpengaruh pada
kekerasan tablet. Daya serap granul akan berpengaruh pada waktu hancur
tablet.

1. Metode Granulasi Basah


Pada metode granulasi basah, granul dibentuk dengan cara mengikat
serbuk dengan suatu pengikat. Teknik ini membutuhkan larutan suatu
suspense atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya
ditambahkan ke dalam campuran serbuk hingga terbentuk massa seperti
pasta. Penambahan bahan pengikat, bila jumlahnya hanya sedikit dapat
ditambahkan bersama dengan serbuk kering. Bila jumlahnya banyak
biasanya dilarutkan dalam cairan (Lachman dkk., 1986).

Beberapa keuntungan metode granulasi basah diantaranya:


a. Kohesifitas dan kompresibilitas dapat diperbaiki dengan adanya
penambahan bahan pengikat yang akan melapisi tiap partikel
serbuk, sehingga partikel- partikel bahan tersebut akan saling
melekat membentuk granul.
b. Untuk zat aktif dalam dosis tinggi yang mempunyai sifat alir dan
kompresibilitas rendah dapat dibuat dengan metode granulasi basah
dengan membutuhkan bahan pengikat yang lebih sedikit karena
digunakan dalam bentuk larutan.
c. Kecepatan pelepasan zat aktif yang bersifat hidrofob dapat
diperbaiki dengan memilih pelarut dan pengikat yang cocok (Sheth
dkk., 1980).

2. Penentuan Kandungan Lembab Granul (Moisture Content / MC)


Proses pengeringan merupakan tahap penting dalam pembuatan
sediaan farmasi.Misalnya pada proses pembuatan tabl maka pengeringan
terjadi pada
simplisia dan granul apabila menggunakan metode granulasi basah. Pada
proses pengeringan terjadi perpindahan panas maupun massa. Panas harus
dipindahkan dari lemari pengering kepada bahan yang akan dikeringkan
untuk memasok panas laten yang diperlukan untuk menguapkan air
lembab.

Perpindahan massa dilibatkan dalam difusi air dari dalam massa ke


permukaan bahan dan selanjutnya dari permukaan bahan ke aliran udara
yang lewat. Laju pengeringan suatu serbuk atau granul dapat diketahui
dengan meletakan bahan yang akan dikeringkan di atas nampan dalam
almari pengering. Kemudian diamati perubahan berat serbuk atau granul
yang terjadi selama proses pengeringan berlangsung. Gambar laju dapat
diperoleh dengan membuat kurva kandungan lembab (Moisture Content)
sebagai fungsi waktu pengeringan.

C.ALAT DAN BAHAN


Alat :
 Piring petri 6 (enam) pasang
 Almari pengering
 Ayakan dan neraca
Bahan :
 Saccharum lactis 100 gram
 Amilum manihot 100 gram
 Musilago amili (10%) 100 gram

D.CARA KERJA
1. Timbang piring petri kosong (wadah dan tutupnya)
2. Timbang saccharum lactis dan amilum manihot masing-masing seberat 100
gram, masukkan kedalarn mortir dan campur sampai homogen (5 menit)
3. Buat musilago amili 10 % sebanyak 100 ml, dan tambahkan pada campuran (2)
sedikit demisedikit sebanyak 30 ml, campur homogen sampai terbentuk granul,
kemudian ayak dengan ayakan No 12
4. Timbang granul basah sebanyak 25 gram, sebanyak enam kali dan masukkan
masing-masingke dalam piring petri. (setiap piring petri mengandung 25 gram
granul)
5. Masukkan ke enam piring petri dengan hati-hati kedalam almari pengering dan
keringkan pada suhu 60°C. Selama pengeringan piring petri dalam keadaan
terbuka (tutupnya dilepas)
6. Setelah waktu tertentu keluarkan sebuah piring petri dari almari
pengering dalam keadaan tertutup, dinginkan dan timbang. Waktu
pengeringan: 15,30,60, 90 dan 120 menit.
7. Biarkan satu piring petri dalam almari pengering dan lanjutkan
pengeringan sampai satuhari.
8. Timbang berat granul setelah pengeringan selama satu minggu dan catat
sebagai berat granul kering
E.EVALUASI

1.Penimbangan bahan
Nama bahan Penimbangan
Saccharum lactis 100 gram
Amilum manihot 100 gram
Musilago amili
komposisi :
Amilum Oryazae 10gram
Aquadest Add 100ml

2.Penimbangan Berat piring petri kosong


Petri Kosong Berat piring petri kosong
A 78,49 gram
B 78,51 gram
C 78,58 gram

3.Berat piring petri dan granul mula-mula


Petri Berat piring petri Granul mula-mula
A 78,49 + 25 103,49 gram
B 78,51 + 25 103,51 gram
C 78,58 + 25 103,58 gram

4.Berat piring petri + berat granul setelah pengeringan selama waktu tertentu
Waktu Petri A Petri B Petri C
0 MENIT 103,49 gram 103,51 gram 103,58 gram
15 MENIT 102,55 gram 102,58 gram 102,62 gram
30 MENIT 101,79 gram 101,81 gram 101,83 gram
60 MENIT 101,19 gram 101,23 gram 101,27 gram
90 MENIT 100,72 gram 100,73 gram 100,76 gram
120 MENIT 100,28 gram 100,32 gram 100,36 gram
1 HARI 99,48 gram 99,51 gram 99,54 gram

5.Berat granul setelah pengeringan (berat petri waktu tertentu – berat petri kosong)
Waktu Petri A Petri B Petri C
15 MENIT 24,06 g 24,07 g 24,04 g
30 MENIT 23,30 g 23,30 g 23,25 g
60 MENIT 22,70 g 22,72 g 22,69 g
90 MENIT 22,23 g 22,22 g 22,18 g
120 MENIT 21,79 g 21,81 g 21,78 g
1 HARI 20,99 g 21,00 g 20,96 g

Berat granul (t tertentu)−Berat granul (t 1 hari)


%MC = x 100
Berat granul(t 1hari)

Waktu Petri A
15 MENIT 24,06−20,99
x 100=14,62%
20,99
30 MENIT 23,30−20,99
x 100=11 %
20,99
60 MENIT 22,07−20,99
x 100=8,15 %
20,99
90 MENIT 22,23−20,99
x 100=5,91 %
20,99
120 MENIT 21,79−20,99
x 100=3,81 %
20,99
1 HARI 20,99−20,99
x 100=0 %
20,99

Waktu Petri B
15 MENIT 24,07−21,00
x 100=14,61%
21,00
30 MENIT 23,30−21,00
x 100=10,95 %
21,00
60 MENIT 22,72−21,00
x 100=8,19 %
21,00
90 MENIT 22,22−21,00
x 100=5,81 %
21,00
120 MENIT 21,81−21,00
x 100=3,86 %
21,00
1 HARI 21,00−21,00
x 100=0 %
21,00

Waktu Petri C
15 MENIT 24,04−20,96
x 100=14,70 %
20,96
30 MENIT 23,25−20,96
x 100=10,78 %
20,96
60 MENIT 22,69−20,96
x 100=8,25 %
20,96
90 MENIT 22,18−20,96
x 100=5,28 %
20,96
120 MENIT 21,78−20,96
x 100=3,91%
20,96
1 HARI 20,96−20,96
x 100=0 %
20,96
KURVA LAJU PENGERINGAN
16

14

12

10
% MC

0
15 30 60 90 120 1 HARI
F.PEMBAHASAN
Pada pratikum kali ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama
waktu pengeringan terhadap kandungan air (MC) dalam granul selama proses
pengeringan (drying). Proses pengeringan dalam pratikum ini maksudnya
adalah menghilangkan kandungan air dalam granul dengan cara pemanasan.
Pada saat pengeringan granul akan terjadi perpindahan panas dan perpindahan
massa yang berlangsung secara bersamaan. Perpindahan massa berupa
perginya air dari dalam granul ke permukaan granul. Pada percobaan ini suhu
pengeringan 60°C.
Percobaan kali ini menggunakan metode granulasi basah (Wet
granulation), yang terlebih dahulu dilakukan pencampuran bahan yaitu laktosa
dan amilum manihot dengan berat masing-masing 100 gram , dan zat
pengikatnya yaitu mucillago amili 10%. Digunakan mucillago amili sebanyak
100 ml. Penambahan mucillago harus sedikit demi sedikit, karena penambahan
yang terlalu banyak akan membuat massa granul terlalu basah. Hasil
pencampuran bahan dikepal-kepal sampai tidak pecah ketika digelindingkan
kemudian diayak dengan ayakan no. 12, granul hasil ayakan di bagi pada 3
cawan patri yang sudah ditimbang terlebih dahulu, masing-masing sebanyak
25 gram.
Pengeringan granul pada proses pembuatan tablet secara granulasi
basah sangatlah penting karena nantinya berhubungan dengan sifat alir granul
dalam proses pengempaan tablet. Salah satu faktor yang menentukan sifat alir
granul adalah kandungan lembab granul. Pada kondisi kandungan lembab
yang tinggi, ikatan antar partikel akan lebih kuat karena luas kontak antar
serbuk naik. Apabila gaya tarik antar partikel tinggi, granul akan semakin sulit
mengalir, sehingga apabila kandungan lembab pada partikel granul berlebihan,
akan mempengaruhi sifat alir granul. Apabila sifat alir granul jelek, maka
keseragaman bobot tablet tidak akan tercapai, dan akan berimbas pada
keseragaman kadar obat yang tidak tercapai pula Itulah sebabnya proses
pengeringan sangatlah penting. Proses pengeringan dilakukan pada suhu 60°C
dalam rentang waktu yang berbeda yaitu 15 menit, 30 menit, 60 menit, 90
menit, 120 menit dan 1 hari. Hal ini dimaksudkan agar perpindahan massa dan
perpindahan panas yang terjadi atau berlangsung dapat diamati perbedaannya.
Pada saat memasukkan ke lemari pengering tutup cawan harus terbuka untuk
membantu proses pengeringan, granul diratakan supaya seragam tebal tipis
lapisan. Setelah waktu yang ditentukan sudah tercapai, granul ditimbang dan
ditentukan waktu alirnya, dengan cara dimasukkan ke dalam corong melalui
dinding corong, lalu dibuka penutup bawahnya kemudian dicatat waktu
alirnya.
Kandungan air pada granul dapat diketahui dengan cara menghitung
nilai MC dari granul yang telah diberi perlakuan perbedaan waktu
pengeringan. Menurut teori, semakin lama waktu pengeringan, maka nilai MC
semakin kecil karena kandungan air dalam granul juga semakin kecil.
G.KESIMPULAN
● Metode granulasi yang digunakan adalah granulasibasah.
● Pengeringam granul pada suhu 60°C dengan variasi waktu yaitu 15 menit,
30 menit, 60 menit, 90 menit, 120 menit dan 1 hari.
● Penambahan mucilago 10% sebanyak 100 ml pada campuran 100 gram
lactosa dan 100 gram amilum manihot menjadikan granul terlalu basah dan
ketika diayak memakai ayakan no. 12 granul berbentuk bulatpanjang.
● Terjadi perpindahan panas dan perpindahan massa selama prosespengeringan.
● Semakin lama waktu pengeringan maka semakin kecil harga MC dan
kandungan air dalamgranul.
● Semakin kecil MC granul, kecepatan alir semakin besar
H.DAFTAR PUSTAKA
Lachman, L., Lieberman, H.A., Kanig, J.L 1986. Teori dan Praktek Farmasi Industri
edisi ketiga. Jakarta: UIPress
Sheth, B.B., Bandelin, F.J., Shangraw, R.F. 1980. Compressed Tablets in
Pharmaceutical Dosage Forms: Tablets. New York: Marcel Dekker Inc.
Ismiyati, M.Sc, Apt dan Rina Widiastuti, M.Sc., Apt Petunjuk Pratikum Teknologi
Sediaan Padat Poltekkes Bhakti Setya Indonesia Yogyakarta 2020.
PERCOBAAN II
TABLET GRANULASI BASAH

A. TUJUAN
Untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan tentang pembuatan tablet
secara granulasi basah dan kontrol sifat fisisnya.

B. DASAR TEORI
Granulasi basah yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi
partikelyanglebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang
tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi.
Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan ataupun tanpa
Bahan pengisi.Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan
bentuk sediaan yang palingbanyak digunakan. Tablet dapat dibuat dengan berbagai
ukuran, bentuk dan penandaan permukaantergantung pada desain cetakan. Tablet
berbentuk kapsul umumnya disebut kaplet (Depkes RI,1995:4).
Tablet dicetak dari serbuk kering, kristal atau granulat, umumnya dengan penambahan
bahan pembantu, pada mesin yang sesuai, dengan menggunakan tekanan tinggi.Metode
PembuatanTablet Cara pembuatan tablet dibagi menjadi tiga cara yaitu granulasi basah,
granulasi kering, dankempa langsung.
Tujuan granulasi basah dan granulasi kering adalah untuk meningkatkan aliran
campuran atau kemampuan kempa (Syamsuni, 2006:174).

a. Granulasi basah Granulasi basah adalah proses pembuatan serbuk halus menjadi
granul dengan bantuan larutan bahan pengikat. Pembuatan tablet dengan metode
Granulasi Basah digunakan untuk membuat tablet dengan zat aktif yang
mempunyai karaketerisik tidak kompaktibel, mempunyai waktu alir (fluiditas )
yang jelek, tahan panas, dan tahan lembab/pembasahan. Granulasi basah
dilakukan dengan mencampurkan zat khasiat, zat pengisi, dan zat penghancur
sampai homogen, lalu dibasahi dengan larutan pengikat, jika perlu ditambahkan
bahan pewarna. Setelah itu diayak menjadi granul, dan dikeringkan didalam
lemari pengering pada suhu 40ͦ -50ᵒC (tidak lebih dari 60ͦ C). Setelah kering
diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan dan
ditambahkan bahan pelicin (lubrikan) kemudian dicetak menjadi tablet dengan
mesin tablet (Syamsuni, 2006:174).
Keuntungan dari metode granulasi basah adalah sifat-sifat mengalir lebih
baik,pemadatan, pengempaan baik, distribusi zat pewarna merata (Siregar dan
Wikarsa, 2010:196).

b. Cetak langsung Cara ini dilakukan jika : jumlah zat khasiat per tabletnya cukup
untuk dicetak, mempunyai sifat alir yang baik (free-flowing), dan berbentuk
kristal yang bersifat free-flowing (Syamsuni, 2006:174). Metode ini digunakan
untuk bahan yang memiliki sifat mudah mengalir sebagaimana juga sifat-sifat
kohesifnya yang memungkinkan untuk dikompresi dalam mesin tablet tanpa
memerlukan granulasi basah atau kering (Ansel, 1989:271). Kelebihan dari
kempa langsung adalah hanya melibatkan pencampuran kering, ekonomis, lebih
efisien waktu dan energi, pemrosesan tanpa memerlukan lembap dan panas,
disintegran dapat berfungsi secara optimum, permasalahan stabilitas kimia tablet
kempa langsung lebih sedikit (Siregar dan Wikarsa, 2010:237).
c. Granulasi kering Granulasi kering dilakukan dengan mencampurkan zat khasiat,
zat pengisi, dan zat penghancur, serta jika perlu ditambahkan zat pengikat dan zat
pelicin hingga menjadi massa serbuk yang homogen, lalu dikempa cetak pada
tekanan tinggi, sehingga menjadi tablet besar yang tidak berbentuk baik,
kemudian digiling dan diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran partikel
yang diinginkan. Akhirnya dikempa cetak lagi sesuai ukuran tablet yang
diinginkan (Syamsuni, 2006:174).
Pembuatan tablet dengan granulasi kering bertujuan untuk memperoleh granul yang
dapat mengalir bebas untuk pembuatan tablet. Metode ini dipilih apabila zat aktif tidak
mungkin digranulasi basah karena tidak stabil atau peka terhadap panas dan atau lembab
atau juga tidak mungkin dikempa langsung menjadi tablet karena zat aktif tidak dapat
mengalir bebas, dan atau dosis efektif zat aktif terlalu besar untuk kempa langsung
(Siregar dan Wikarsa, 2010:223).
Uji sifat alir terdapat duametode untuk mengujinya yaitu metode sudut
istirahat menggunakan corong dan metode pengetapan. Prinsip dari metode
sudut istirahat ini yaitu pengukuran sudut yang terbentuk dari lereng tumbuhan
granul yang mengalir bebas dari corong terhadap suau bidang datar.
A.Metode Sudut Istirahat
Metode sudut istirahat digunakan sebagai metode untuk mengukur
mampu alir serbuk karena hubungannya dengan kohesi antarpartikel.
Banyak metode yang berbeda untuk menetapkan sudut istirahat dan salah
satunya yang sering digunakan adalah metode corong. Serbuk seberat 100 g
dilewatkan melalui corong, dan jatuh ke atas sehel grafik. Setelah onggokan
serbuk membentuk kerucut stabil, sudut istirabhatnya diukur. Metode ini
disebut “uji sudut jatuh”. Untuk kebanyakan serbuk farmasetik (massa
tablet), nilai sudut istirahat 25° sampai 45° dengan nilai yang rendah
menunjukkan karakteristik yang lebih baik. Suatu serbuk yang tidak kohesif
mengalir baik, menyebat, membentuk timbunan yang rendah. Bahan yang
lebih kohesif membentuk timbunan yang lebih tinggi yang kurang
menyebar. Definisi sudut istirahat adalah sudut permukaan bebas dari
tumpukan serbuk dengan bidang horizontal.
Table 1.Ketentuan Sifat Alir Serbuk

Α Sifat alir
25 – 30 sangat mudah mengalir
30 – 40 mudah mengalir
40 – 45 Mengalir
>45 kurang mengalir

B.Metode Pengetapan

Metode ini menggunakan cara dengan mengamati pengurangan


volume granul atau serbuk yang terajdi saat pengamatan. Alat yang
digunakan yaitu volumenometer yang terdiri dari sebuah gelas ukur yang
diletakkan pada suatu alas yang dapat bergerak naik turun secara mekanis
dengan bantuan penggerak. Pengurangan volume serbuk akibat
pengetapan dapat dihitung dengan harga T (%) yaitu:
V 0−Vakhir
T (%) = x 100
V0
C. ALAT DAN BAHAN
Bahan :
 Paracetamol
 Avicel
 Amylum
 Mg stearate
 Lactosa
 Aquadest
Alat :
 Mortier dan stamper
 Batang pengaduk
 Ayakan No. 12 dan 14
 mesin tablet
 Beker glas 250 ml
 Kertas puyer
 Monsanto hardness tester
 Timbangan
 desintregation tester
 Gelas ukur

 FORMULA PEMBUATAN TABLET SEBANYAK 200 TABLET


R/ paracetamol 500 mg ( bahan aktif )
Avicel 10% ( sebagai penghancur )
Amylum ( fase dalam dan fase luar )
Mg stearat 5 % ( sebagai pelincir )
Talcum 1,5% ( sebagai pelincir )
Lactosa ad 700 mg ( sebagai pengikat )

 PENIMBANGAN BAHAN
- Paracetamol :
500mg x 200 tablet = 100.000 mg = 100 gram
- Avicel 10% :
10/100 x 700 mg = 70 mg x 200 tablet = 14.000 mg = 14 gram
Amylum :
- Fase luar 5% :
5/100 x 70 mg = 35 x 200 tablet = 7000mg = 7 gram
- Fase dalam 5% :
5/100 x 700 mg = 35 x 200 tablet = 7000 mg= 7 gram
- Mg setarat 5% :
5/100 x 700 mg = 35 x 200 tablet = 7000 mg = 7 gram
- Talcum 1,5 % :
1,5/100 x 700 mg = 10,5 mg x 200 tablet = 2100 mg = 2,1 gram
- Lactosa ad 700 :
700 – (500+70+35+35+35+10,5) = 700 - 685,5 = 14,5x 200 tablet = 2,900 mg = 2,9 gram
D.CARA KERJA
a. Timbang paracetamol kemudian masukkan ke dalam mortir, masukkan
amylum fase dalam, lactosum ke dalam mortier
b. Aduk ketiga bahan tersebut, setelah itu tambahkan larutan avicel sedikit
demi sedikit sampai masa menjadi kalis.
c. Setelah menjadi massa kalis , ayak menggunakan ayakan No. 12
d. Setelah itu, diletakkan di nampan, dan keringkan di almari pengering
( oven ) selama 60 menit ( 1 jam )
e. Setelah 1 jam, ambil granul yang telah dikeringkan, ayak dengan ayakan
No. 14 serta ditambahkan mg stearat, talcum dan amylum sebagai fase
luar.
f. Dalam penambahan ketiga bahan tersebut tidak boleh ada penekanan
bahan dicampur dan diaduk pelan-pelan.
g. Lakukan sifat uji granul.

a.Pengamatan Sudut Diam


1.Timbang semua granul dan masukkan ke dalam corong yang ditutup
bagian bawahnya.
2.Ukur jarak antara kertas millimeter blok dengan corong sejengkal
telapak tangan
3.Buka penutup bagian bawahnya biarkan serbuk mengalir
4.Ukur tinggi kerucut yang terbentuk
5.Ukur diameter pada tumpukan serbuk
6.Ulangi percobaan sebanyak 3x

b.Uji Pengetapan
1.Masukkan serbuk secara perlahan kedalam gelas ukur yang ada di alat
volumenometer
2.Ukur volume sebelum dilakukan percobaan pada alat volumenometer
(Vo)
3.Atur waktu selama 5’, 10’ dan 15’ dengan masing-masing ketukan
100 ketukan dalam 5’
4.Catat perubahan volume setiap 5’
5.Hitung T% untuk mengetahui besar harga T% untuk sifat alir
E.EVALUASI
PEMERIKSAAN DAN UJI SIFAT GRANUL

Uji sifat alir Uji kompresibilitas


Waktu : 0,73 detik Awal 40
Diameter : 6,5 cm Akhir 38
Tinggi : 2 cm

Waktu : 0,76 detik Awal 40


Diameter : 7cm Akhir 38
Tinggi : 2,5 cm

Waktu : 0,49 detik Awal 33


Diameter : 6,5 cm Akhir 30
Tinggi : 2 cm

a) Uji Kompresibilitas

Granul A Granul B Granul C


V awal = 40 V awal = 40 V awal = 33
V akhir = 38 V akhir = 38 V akhir = 30

T (%) = T (%) = T (%) =


V 0−Vak h ir V 0−Vak h ir V 0−Vak h ir
x 100 x 100 x 100
V0 V0 V0

40−38 40−38 33−30


T (%) = x 100 T (%) = x 100 T (%) = x 100
40 40 33
¿5% ¿5% ¿9%

Kesimpulan: Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa granul parasetamol


memiliki sifat aliran sangat baik (5-10%).

b) Kecepatan aliran menggunakan alat flow rate tester ( g/menit )


Granul A Granul B Granul C
Berat = 25 gram Berat = 25 gram Berat = 25 gram
Waktu = 0,73 detik Waktu = 0,76 detik Waktu = 0,49 detik
Diameter = 6,5 cm Diameter = 7 cm Diameter = 6,5 cm
Tinggi = 2 cm Tinggi = 2,5 cm Tinggi = 2 cm
bobot bobot bobot
Kec alir = Kec alir = Kec alir =
waktu waktu waktu

25 25 25
Kec alir = = Kec alir = = Kec alir =
0,73 0,76 0,49
34,25g/detik 32,90g/detik =51,00g/detik

Sifat alir harus kurang dari 10 detik, Hasil praktikum :


 Waktu : 0,73 detik
 Waktu : 0,76 detik
 Waktu : 0,49 detik

C) Uji Sudut Diam


Dalam praktikum sediaan paracetamol hasil Uji Sudut Diam :

 diameter : 6,5 cm
Jari jari ℜ : ½ x 6,5 cm = 3,25 cm
Tinggi : 2 cm
Tan α =h/r = 2 / 3,25
Tan α= 0,61
α=31,38 ⁰
 diameter : 7 cm
Jari jari ℜ : ½ x 7 cm = 3,5 cm
Tinggi : 2,5 cm
Tan α =h/r = 2,5 / 3,5
Tan α= 0,71
α=35,53 ⁰
 diameter : 6,5 cm
Jari jari ℜ : ½ x 6,5 cm = 3,25 cm
Tinggi : 2 cm
Tan α =h/r = 2 / 3,25
Tan α = 0,61
α=31,38 ⁰

F.PEMBAHASAN
Metode praktikum pada pembuatan tablet paracetamol menggunakan metode
granulasi basah, karena berdasarkan literatur, zat aktif yang terdapat pada tablet
paracetamol stabil dalam larutan dan tahan terhadap pemanasan.
Evaluasi granul yang dilakukan pada percobaan ini yaitu uji sifat alir granul
dengan pengamatan sudut diam atau sudut istirahat serta kecepatan alir granul dan uji
pengepakan yaitu untuk mengetahui volume bulk. Evalusi granul yang pertama dilakukan
adalah uji pengetapan yaitu uji yang dilakukan untuk melihat bagaimana granul mengisi
rongga atau ruang kosong saat dilakukan pencetakan tablet.
Evalusai granul yang kedua adalah pengujian sifat alir dengan pengamatan sudut
dian dan kecepatan alir granul. pengujian sifat alir ini bertujuan agar mendapatkan granul
yang baik sehingga tidak terjadi pelengketan pada mesin pencetak saat dilakukan
pencetakan tablet. Evaluasi ini dilakukan dengan cara granul dimasukan kedalam corong
kemudian yang ditutup lubang bagian bawahnya, kemudian corong diangkat setinggi
kilan orang dewasa diatas bidang datar dan dibuka tutup lubang bagian bawah corong
agar granul mengalir keluar dan membentuk kerucut. Waktu yang digunakan granul
untuk mengalir sampai habis dicatat dan dihitung, selain itu sudut kerucut juga dihitung.
Evalusi ini dilakukan sebanyak 3 kali replikasi.
Kedua evaluasi granul yang dilakukan pada percobaan ini memiliki hasil yang
berbeda. Hasil evaluasi granul untuk uji pengetapan menghasilkan karakteristik granul
yang jelek, sedangkan untuk uji sifat alir dengan pengamatan sudut diam dan kecepatan
alir granul mengahasilkan sifat alir yang bagus. Hasil percobaaan yang berbeda ini dapat
terjadi karena adanya faktor yang mempengaruhi, selain faktor dari masing-masing
evaluasi faktor yang paling berpengaruh pada percobaan evaluasi granul ini yaitu
kurangnya jumlah granul yang digunakan pada percobaan dan prosedur yang dilakukan
saat percobaan.
G.KESIMPULAN
Evalusi sifat alir granul yang dilakukan pada percobaan ini menggunakan dua metode
yaitu uji sifat alir dan uji pengetapan. Hasil yang didapat pada uji pengetapan dengan
waktu 5, 10 dan 15 menit yaitu 31,38 %, 35,53 % dan 31,38 %, hasil ini menunjukan sifat
alir yang jelek. Hasil percobaan untuk pengamatan sudut istirahat dari 3 kali replikasi
yaitu 40º, 40º dan 33º dan untuk hasil kecepatan alir granul yaitu 34,25g/detik
32,90g/detik, dan 51,00g/detik, hasil ini menunjukan karakteristik sifat alir yang baik.
Kedua evaluasi granul yang dilakukan pada percobaan ini memiliki hasil yang berbeda
karena banyaknya faktor yang mempengaruhi terutama kurangnya bobot granul yang
digunakan untuk evaluasi.
H.DAFTAR PUSATAKA
Ditjen POM. 1975. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Lachman L., Herbert A. L. dan Joseph L. K., 2008. Teori dan Praktek Industri Farmasi Edisi
III.Jakarta: Universitas Indonesia.
Siregar, C.J.P dan Wikarsa, S., 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar- dasar
Praktis.Jakarta: EGC.
PERCOBAAN III
UJI SIFAT FISIK TABLET

A. TUJUAN
Untuk mengetahui uji sifat fisik dalam pembuatan tablet.

B. DASAR TEORI
Cara Pengujian Tablet
1.Sifat dan Kualitas
Bentuk dan garis tengah ditentukan oleh punch dan die yangdigunakan mengkompressi
(menekan) tablet. Bila punchnya kurangcembung maka tablet yang dihasilkan lebih datar,
sebaliknya semakincekung punch semakin cembung tablet yang dihasilkan. Dibagi dua
atauempat bagian sehingga mudah dipotong potong secara tepat untuk klien.Ketebalan
tablet dipengaruhi oleh ketebalan obat yang dapat diisikandalam cetakan dalam jumlah
tekanan waktu dilakukan kompressi.Termasuk dalam hal ini, diameter tablet, tebal tablet,
kekerasan tablet,waktu hancur tablet, keseragaman dan isi/kandungan dan untuk
beberapatablet dan kelarutan tablet. Faktor faktor ini harus diperiksa dandiproduksi satu
batch tablet seperti juga dilakukan dari suatu batch produksi kebatch produksi berikutnya
untuk menjamin keseragaman bukan hanya penampilan saja tapi efek terapinya.
2.Keseragaman Bobot
Jumlah bahan yang diisikan kedalam cetakan dengan jalan ditekanakan menentukan berat
tablet yang dihasilkan. Volume bahan yangdiisikan (granul/serbuk) yang mungkin masuk
dalam cetakan harusdisesuaikan dengan bobot tablet yang diharapkan.Sebenarnya bobot
tablet yang diproduksi tidak hanya tergantungvolume dan berat bahan yang diisikan tapi
juga tergantung pada garistengah cetakan dan tekanan pada bahan yang diisikan waktu
ditekan(kompressi).
3.Keseragaman Ukuran
Untuk mendapatkan tablet yang seragam tebal dan diameternyaselama produksi dan
diantara produksi untuk formula yang sama, harusdilakukan pengawasan supaya volume
bahan yang diisikan dan tekananyang diberikan. Tablet diukur dengan jangka sorong
selama proses produksi, agar yakin ketebalannya sudah seragam. Maka
berbedanyaketebalan tablet lebih dipengaruhi oleh ukuran cetakan dan bahan yangdapat
dimasukan dari pada tekanan yang diberikan.
4.Kekerasan Tablet
Pengukuran kekerasan tablet digunakan untuk mengetahuikekerasannya, agar tablet tidak
terlalu rapuh atau terlalu keras.
Kekerasan tablet ini erat hubungannya dengan ketebalan tablet, bobot tablet dan waktu
hancur tablet. Umumnya semakin besar tekanansemakin keras tablet yang dihasilkan,
walaupun sifat dari granulmenentukan kekerasan tablet. Pada umumnya tablet harus
cukup kerasuntuk tahan pecah waktu dikemas, dikirim dan waktu ditangani secara normal,
tapi juga tablet ini akan cukup lunak untuk melarut atau hancurdengan sempurna begitu
digunakan atau dapat dipatahkan diantara jari- jari bila memang tablet ini perlu dibagi
untuk pemakaiannya.Dalam bidang industri kekuatan tekanan minimum yang sesuai
untuktablet adalah 4 kg/cm2.Penentuan kekerasan tablet ditetapkan waktu produksi
supaya penyesuaian tekanan yang dibutuhkan dapat diatur pada peralatannya. Alat lain
untuk menentukan kekerasan tablet ini denganmemakai sebuah Hardnees Tester.
Ketahanan terhadap kehilangan berat,menunjukan tablet tersebut untuk bertahan terhadap
goresanringan/kerusakan dan penanganan, pengemasan dan penglepasan.
5.Waktu Hancur Tablet
Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktuhancur yang tertera dalam
masing-masing monografi, kecuali pada etiketdinyatakan bahwa tablet atau kapsul
digunakan sebagai tablet isap ataudikunyah atau dirancang untuk pelepasan kandungan
obat secara bertahap dalam jangka waktu tertentu atau melepaskan obat dalam dua periode
berbeda atau lebih dengan jarak waktu yang jelas di antara periode pelepasan tersebut.
Tetapkan jenis sediaan yang akan diuji dari etiket sertadari pengamatan dan gunakan
prosedur yang tepat untuk 6 unit sediaanatau lebih. Alat yang digunakan yaitu
Desintegrator Tester.
Uji waktu hancur tidak menyatakan bahwa sediaan atau bahan aktifnya terlarut sempurna.
Sediaan dinyatakan hancur sempurna bila sisasediaan yang tertinggal pada tabung alat uji
merupakan masa lunak yangtidak mempunyai inti yang jelas, kecuali bagian dari penyalut
atau cangkang kapsul yang tidak larut.
6.Keregasan Tablet
Pengujian digunakan untuk mengukur ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang
dialaminya sewaktu pengemasan dan pengiriman.
Keregasan tablet diukur dengan friabilator. Prinsipnya adalah menetapkan bobot yang
hilang dari sejumlah tablet selama diputar dalamfriabilator selama waktu tertentu. Pada
proses pengukuran friabilitas, alat diputar dengan kecepatan 50 putaran per menit dan
waktu yang digunakanadalah 4 menit, Jadi total ada 200 putaran. Umumnya tablet yang
bobotnya lebih dari 650 mg per tablet dibutuhkan sekitar 10 tablet untuk pengujian
keregasan. Kehilangan berat atau bobot tablet maksimum yang memenuhi syarat tidak
lebih atau sama dengan 1%. (Lieberman, 1990)
7.Uji Keseragaman Kandungan
Penetapan kadar zat aktif bertujuan untuk mengetahui apakahkadar zat aktif yang
terkandung di dalam suatu sediaan sesuai dengan yang tertera pada etiket dan memenuhi
syarat seperti yang tertera pada masing-masing monografi. Bila zat aktif obat tidak
memenuhi syaratmaka obat tersebut tidak akan memberikan efek terapi dan juga
tidaklayak untuk dikonsumsi.
8.Disolusi Tablet
Dalam USP cara pengujian disolusi tablet dan kapsul dinyatakandalam masing masing
monografi obat. Pengujian merupakan alat yangobjektif dalam menentukan sifat disolusi
suatu obat yang berada dalamsediaan padat. Karena absorpsi dan kemampuan obat berada
dalam tubuh dan tergantung pada adanya obat dalam keadaan melarut, karakteristik
disolusi biasa merupakan sifat yang penting dari produk obat yang memuaskan.

C. ALAT DAN BAHAN


ALAT :
 Jangka sorong
 Hardness tester ( kekerasan )
 Friabilator ( kerapuhan )
 Stop watch
 Vacum
 Timbangan analitik ( keseragaman bobot )

BAHAN :
 20 Tablet cimetidine
D. CARA KERJA

 UJI KESERAGAMAN BOBOT


1. Mengambil 20 tablet cimetidine
2. Kemudian masing – masing ditimbang
3. Catat bobot tablet

 UJI KERAPUHAN

1. Ambil 20 tablet yang telah diuji keseragaman di timbang dan dicatat


2. Kemudian 20 tablet ditaruh diatas ayakan setelah itu divakum dari bawah ayakan
selama 2 menit
3. Kemudian ditimbang berat bobot tabletnya dan di catat.
4. Kemudian ditimbang lagi dan dicatat bobot tablet.

 UJI KEKERASAN
1. Ambil 3 kaplet ulsidek kemudian diuji kekerasan menggunakan alat hardness tester
2. Tabletditelentangkan secara horizontal pada alat hardness tester.
3. Sebelum itu, skala dibuat nol terlebih dahulu kemudian tekan tuas hardness tester
maka tablet akan segera hancur
4. Catat skala kekerasan tiap masing-masing tablet.

 UJI WAKTU HANCUR

1. Ambil 6 tablet cimetidine untuk diuji waktu hancur menggunakan alat dissolution
thermal.
2. Sebelum itu alat dissolution thermal diatur suhu 37 derajatc dan beker glasnya diisi
200 ml kemudian dimasukkan kedalam alat dissolution thermal
3. Setelah itu ditunggu air yang ada dalam beker glas
4. Kemudian dimasukkan masing-masing tablet dalam tabung yang berada di dalam
beker glass tekan tombol on.
5. Amati waktu hancur masing-masing tablet menggunakan stopwatch
6. Kemudian catat waktu hancur masing-masing tablet.
Hasil yang dicapai.
E. EVALUASI
UJI KESERAGAMAN BOBOT
HASIL :
- Tablet 1 : 0,28 gram - tablet 11 : 0,26 gram
- Tablet 2 : 0,26 gram - tablet 12 : 0,28 gram
- Tablet 3 : 0,28 gram - tablet 13 ; 0,27 gram
- Tablet 4 : 0,27 gram - tablet 14 : 0,27 gram
- Tablet 5 : 0,27 gram - tablet 15 : 0,25 gram
- Tablet 6 : 0,27 gram - tablet 16 : 0,28 gram
- Tablet 7 : 0,26 gram - tablet 17 : 0,25 gram
- Tablet 8 : 0,28 gram - tablet 18 : 0,27 gram
- Tablet 9 : 0,27 gram - tablet 19 : 0,27 gram
- Tablet 10 : 0,27 gram - tablet 20 : 0,27 gram

Paling kecil : 0,25 Gram


Paling besar : 0,28 gram
Berat 20 tablet : 5,38 gram
Berat rata – rata = Berat 20 tablet / 20 = 5,38 / 20 = 0,269 gram

- Tablet A
Diameter 1 : 0,98
Ketebalan 1 : 0,68
- Tablet B
Diameter 2 : 0,99
Ketebalan 2 : 0,69
- Tablet C
Diameter 3 : 0,98
Ketebalan 3 : 0,69

UJI KERAPUHAN
Perhitungan :
- Berat rata-rata 5,38
- Berat setelah diuji menggunakan friabilator bobotnya 5,23
w 1−w 2
Rumus ¿ x 100
w1
5,38−5,23
¿ x 100=2,7 %
5,38
Kesimpulan : hasil tidak memenuhi persyaratan karena lebih dari 1%

UJI KEKERASAN
Pengujian kekerasan tablet untuk beberapa tablet ranitidin baik produk generik dan generik
bermerek dengan menggunakan alat uji kekerasan tablet (hardness tester), diperoleh data
pengamatan
Tablet 1 :3,35kg
Tablet 2 :4,40kg
Tablet ke 3 :6,62kg
Kesimpulan :Tidak memenuhi uji kekerasan karena kurang dari 4-8 kg.

UJI WAKTU HANCUR


Pengujian waktu hancur tablet alat uji keregasan tablet (friability tester) diperoleh data
pengamatan Waktu hancur tablet 05 menit 18 detik
Kesimpulan : memenuhi persyaratan waktu hancur karena tidak lebih dari 15 menit.

F. PEMBAHASAN
Waktu hancur sediaan tablet sangat berpengaruh dalam fase biofarmasi obat. Supaya zat
aktif sepenuhnya diabsorpsi dalam saluran cerna, maka tablet harus hancur ke dalam
cairan tubuh untuk dilarutkan.Selain itu, tablet juga dapat memberikan efek terapi seperti
yang diharapkan apabila tablet tersebut kuat secara fisik.Dengan kata lain, tablet harus
memiliki kekerasan yang cukup serta keregasan yang sesuai dengan persyaratan yang ada,
agar efek terapi yang diberikan oleh sediaan obat tersebut sesuai dengan yang diharapkan.
Uji kekerasan tablet Tablet harus mempunyai kekuatan atau kekerasan yang tertentu agar
dapat bertahan dalam berbagai guncangan mekanik pada saat pembuatan, pengepakan, dan
pengapalan. Kekerasan yang cukup dari suatu tablet merupakan salah satu persyaratan
penting dari suatu tablet. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah
tekanan kompresi dan sifat bahan yang dikempa. Kekerasan ini yang dipakai sebagai
ukuran dari tekanan pengempaan. Semakin besar tekanan yang diberikan saat pengempaan
akan meningkatkan kekerasan tablet. Pada umumnya tablet dikatakan baik, apabila
mempunyai kekerasan antara 4-8 kg (Parrott, 1970). Kekerasan tablet kurang dari 4 kg
masih dapat diterima asalkan kerapuhannya tidak melebihi batas yang ditetapkan. Tetapi
biasanya tablet yang tidak keras akan mengalami kerapuhan pada saat pengemasan dan
transportasi. Kekerasan tablet yang lebih dari 10 kg masih dapat diterima, asalkan masih
memenuhi persyaratan waktu hancur/desintegrasi dan disolusi yang dipersyaratkan
(Rhoihana, 2008). Uji Keregasan Tablet Uji keregasan tablet (Friabilitas)merupakan uji
ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang dialami selama pengemasan,
pengiriman dan penyimpanan. Keregasan dapat dievaluasi dengan menggunakan alat uji
kerapuhan (friability tester).Tablet dikatakan baik apabila kerapuhannya tidak lebih dari
0,8% (Lachman, dkk, 1994). Uji keregasan berhubungan dengan kehilangan bobot akibat
abrasi (pengikisan) yang terjadi pada permukaan tablet. Keregasan yang tinggi akan
mempengaruhi konsentrasi/kadar zat aktif yang masih terdapat pada tablet.

G. KESIMPULAN

a.Hasil Uji Mutu Tablet keseragaman bobot Cimetidine tablet A Diameter 1 :


0,98,Ketebalan 1 : 0,68, Cimetidine Tablet B Diameter 2 : 0,99,Ketebalan 2 : 0,69,
Cimetidine Tablet C Diameter 3 : 0,98, Ketebalan 3 : 0,69.Keseragaman Ukuran
memenuhi persyaratan yang ditentukan.
b.Hasil Uji kerapuhan kerapuhan 2,7% hasil tidak memenuhi persyaratan karena lebih
dari 1%.
c.Waktu hancur 05 menit 18 detik (syarat FI untuk tablet tidak lebih dari 15 menit )
sehingga memenuhi persyaratan.
d.Kekerasan tablet Tablet Cimetidine A :3,35kg,Tablet Cimetidine 2 :4,40kg,Tablet
Cimetidine 3 :6,62kg. Kesimpulan :Tidak memenuhi uji kekerasan karena kurang dari 4-8
kg.
H. DAFTAR PUSTAKA
Anief, Mohammad. 1990.Ilmu Meracik Obat .Yogyakarta : Gadjah MadaUniversity
Press.Anonim. 1978.
Farmakope Indonesia. Edisi III . Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.Anonim. 1995
Lachman, L., Liebermen, H., dan Kanig, J. (1994). Teori dan Praktek Farmasi Industri.
Edisi III. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Parrot, E. (1970). Pharmaceutical
Technology Fundamental Pharmaceutics. Burgess Publishing Company.
1

Anda mungkin juga menyukai