Anda di halaman 1dari 15

OSEANOGRAFI TERAPAN

“POTENSI ALGA DALAM BIDANG FARMAKOLOGI”

Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Oseanografi Terapan

OLEH :
HIFZUR RAHMAN
I1F119014

PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya


sehingga makalah ini dapat tersusun tepat pada waktunya. Adapun tema dari
makalah ini adalah “Potensi Alga Dalam Bidang Farmakologi”.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kami jauh dari sempurna, dan ini merupakan Langkah yang baik dari studi
yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami,
kritik dan saran yang membangun selalu kami harapkan. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat khususnya bagi saya dan pihak lain yang berkepentingan pada
umumnya.

Kendari, 25 November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 2
1.3 Tujuan.................................................................................................. 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB. III PEMBAHASAN


3.1 Definisi Alga........................................................................................ 5
3.2 Marfologi alga..................................................................................... 6
3.3 Peranan alga dalam bidang farmakologi.............................................. 7

BAB.IV KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Algae adalah organisme berkloroplas yang dapat menghasilkan oksigen


melalui proses fotosintesis. Ukuran algae beragam dan beberapa micrometer
sampai beberapa meter panjangnya. Algae tersebar luas di alam dan dijumpai
hampir disegala macam lingkungan yang terkena sinar matahari.
Dalam dunia tumbuhan ganggang termasuk kedalam dunia Thallopyta
(tumbuhan talus), karena belum mempunyai akar, batang dan daun secara jelas.
Alga mempunyai zat warna yaitu: fikosianin (biru); klorofil (hijau); fikosantrin
(pirang/coklat); fikoeritrin (merah); karoten (keemasan); dan xantofil (kuning).
Ganggang bersifat autotrof (dapat menyusun makanannya sendiri).Hampir semua
ganggang bersifat eukaryotik. Habitat hidupnya di air tawar, laut dan tempat-
tempat yang lembab.
Kebanyakan alga adalah organisme akuatik yang tumbuh pada air tawar atau
air laut. Beberapa jenis alga fotosintetik yang menggunakan CO sebagai sumber
karbon dapat tumbuh dengan baik di tempat gelap (lengan mcnggunakan senyawa
organik sebagai sumber karbon, jadi berubah dan metabolisme fotosintesis
menjadi metabolisme pernafasan dan perubahan bergantung pada keberadaan
matahari. Alga merupakan organisme autotrof sederhana, yang dapat melakukan
fotosintesis seperti pada tumbuhan tingkat tinggi. Klasifikasi alga terus-menerus
mengalami perubahan seiring berkembangnya filogenetik molekular. Saat ini, alga
diklasifikasi ke dalam kingdom Protista dan domain Eukariot.
Keberadaanya dan kelimpahan makroalga sangat penting sebagai penyusun
dan produsen primer, bahan pakan, habitat dan tempat mencari makan bagi
berbagai organisme dalam ekosistem perairan pantai seperti jenis krustasea,
moluska, echinodermata, ikan maupun alga kecil yang lainnya serta sumber
makanan bagi manusia. Bentuk rumpun makroalga yang rimbun dapat

1
memberikan perlindungan pada biota laut berukuran kecil terhadap hempasan
ombak.
Makroalga umumnya menghuni daerah pesisir laut sebagai organisme bentik.
Makroalga ini umumnya menghuni berbagai substrat seperti bebatuan, puing-
puing, karang mati, dan benda keras yang terendam di daerah pesisir. Ganggang
besar tidak hanya membutuhkan substrat tempat mereka menempel, tetapi juga
faktor lain seperti cahaya, nutrisi, dinamika air laut, kimia yang terkandung dalam
air laut, dan jenis substrat untuk kehidupan.

1.2 Rumusan Masalah


2. Apa yang dimaksud tanaman Alga ?
3. Bagaimana morfologi dari tanaman Alga?
4. Bagaimana peranan tanaman Alga dalam bidang Farmakologi?
1.3 Tujuan
2. Dapat mengetahui tanaman alga,
3. Dapat mengetahui morfologi tanaman alga,
4. Dapat mengetahui peranan tanaman Alga dalam bidang farmakologi.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Indonesia menempati posisi penting sebagai produsen rumput laut atau alga
besar di dunia. Produksi makroalga di Indonesia berasal dari ekstraksi dan
budidaya laut. Selain potensi lahan yang luas, permintaan makroalga yang terus
meningkat baik di pasar domestik maupun global merupakan prospek
pengembangan alga besar di Indonesia (Kordi, 2011). Produktivitas makroalga
berperan penting sebagai pemasok utama jaring-jaring makanan di tingkat
produsen. Selain perannya dalam rantai makanan ekologis, makroalga juga
berfungsi sebagai dasar untuk makanan yang ekonomis dan diproses. Asma,
bronkitis, TBC, parasit usus, sakit perut, demam, rematik. Ini karena ada berbagai
komponen seperti: B. Kandungan mineral anti inflamasi dan anti kanker serta
suplemen yodium yang dibutuhkan tubuh untuk mencegah penyakit gondok
(Wiratmoko, 2001).
Makroalga menghasilkan berbagai macam senyawa, terdiri dari senyawa
primer dan senyawa sekunder. Senyawa primer dihasilkan oleh makroalga
merupakan senyawa esensial untuk proses metabolisme seluler seperti
karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan senyawa koloid tumbuhan. Alga
mengandung senyawa koloid tumbuhan berupa agar dan karagenan. Senyawa
sekunder tidak esensial untuk pertumbuhan organisme hidup, tetapi merupakan
bentuk unik atau metabolit spesifik spesies seperti terpenoid, steroid, kumarin,
flavonoid, dan alkaloid. Fungsi metabolit sekunder adalah untuk melindungi diri
dari kondisi lingkungan yang berbahaya. Sifat metabolit sekunder sebagai sarana
pertahanan diri organisme laut terbukti memiliki potensi yang besar sebagai
sumber bahan farmasi untuk berbagai penyakit (Salosso, 2019).
Makroalga merupakan salah satu komponen ekosistem di sepanjang terumbu
karang dan memiliki manfaat baik secara ekologis maupun ekonomis. Dari sudut
pandang ekologi, Makroalga adalah produsen utama dari rantai makanan, habitat

3
organisme laut kecil (krustasea, moluska, dan ekinodermata) dan sumber makanan
bagi organisme laut. (Williams, 2007). Makroalga dapat memiliki banyak potensi
dan perlu menjaga keberadaannya di alam sehingga tidak punah. Keberadaan
Makroalga sangat dipengaruhi oleh kondisi perairan tempat hidupnya (Kutse,
2006). Ada berbagai jumlah spesies dari Makroalga di perairan yang berbeda.
Sebagai contoh, 60 spesies Makroalga telah ditemukan di perairan Raja Ampat
(Papua) dan 44 spesies telah ditemukan di perairan Letty (Nusa Tenggara Timur).
Tiga puluh lima spesies ditemukan di Teluk Gilimanuk (Bali barat) (Handayani,
2007).
Ganggang (alga) adalah makroalga yang umumnya memiliki thallus dan
pigmen fotosintesis untuk menghasilkan makanan dan oksigen dari karbon
dioksida dan air. Alga diklasifikasikan berdasarkan warna pigmen. Alga hijau
(Green algae) mengandung klorofil sebagai pigmen utama. Alga coklat (brown
alga) mengandung pigmen fucoxanthin. Selain itu, alga merah (filum alga merah)
mengandung pigmen seperti fikoeritrin, fikosianin, fikobilin, klorofil a, karoten,
dan xantofil (Kasanah, 2015).

4
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Definisi Alga


Alga adalah tumbuhan nonvascular dengan berbagai bentuk daun, uniseluler
atau multiseluler, dan pigmen fotosintesis. Benthos (alga besar) dapat hidup di air
tawar dan air laut. Alga besar merupakan tumbuhan non vaskuler yang tumbuh
dengan cara menempel pada substrat di dasar laut. Tanaman ini tidak memiliki
akar, batang, daun, bunga, buah, dan biji yang nyata. Ganggang besar terbesar di
daerah pesisir dan sub-pesisir. Daerah ini memiliki sinar matahari yang cukup
untuk berlangsungnya proses fotosintesis. Ganggang besar menyerap nutrisi dari
lingkungan air dalam bentuk fosfor dan nitrogen.
Makroalga dapat dibagi menjadi tiga kategori berdasarkan kandungan pigmen
fotosintesis dan pigmen aksesori: Cholorophyta, Phaeophyta, dan Rhodophyta.
Dalam dunia botani, alga (algae) jelas diklasifikasikan dalam dunia talus (talus)
karena jelas tidak memiliki akar, batang dan daun. Tanaman alga adalah
uniseluler, beberapa multiseluler dalam bentuk benang atau daun.
Tumbuhan alga, baik air tawar maupun air laut, merupakan tumbuhan yang
hidup di air yang setidaknya selalu menempati habitat yang lembab dan lembab.
Ada yang aktif dan ada yang tidak. Alga yang aktif bergerak memiliki alat gerak
berupa sayap cambuk. Atau flagela. Jumlah satu atau lebih spesies di mana tubuh
dapat bergerak secara aktif dalam satu sel adalah komponen plankton, atau lebih
tepatnya, fitoplankton. Mereka yang melekat pada objek bawah air seperti batu
dan pohon disebut organisme bentik. Tubuh ganggang terdapat zat warna
(pigmen), yaitu :
 Warna biru : fikosianin,
 Warna hijau : klorofil,

5
 Warna coklat : fikosantin,
 Warna merah : fikoeritrin
 Warna keemasan : karoten
 Warna kuning : xantofil

Alga (ganggang) adalah organisme autotrofik (dapat membuat makanan sendiri).


Hampir semua alga adalah eukariota. Habitat di air tawar, laut dan tempat lembab.
Algae (ganggang) dapat dibagi menjadi beberapa kelas, yaitu:
 Cyanophyta (ganggang biru), masih prokaryotik.
 Chlorophyta (ganggang hijau)
 Chrysophyta (ganggang keemasan)
 Phaeophyta (ganggang coklat/ perang)
 Rhodophyta (ganggang merah)

3.2 Morfologi Alga


Banyak spesies dari alga sebagai sel individu yang dapat berbentuk seperti
bola, berbentuk batang, dan melingkar. Alga hijau uniseluler yang khas. Alga
mengandung inti yang terikat membran. Setiap sel mengandung satu atau lebih
kloroplas. Kloroplas berbentuk pita atau seperti cakram individu (individual unit)
seperti yang terdapat pada tumbuhan hijau. Di dalam matriks kloroplas terdapat
membran tilakoid yang mengandung pigmen pelengkap klorofil, tempat terjadinya
reaksi fotokimia selama fotosintesis. Alga berkembang biak secara seksual atau
aseksual. Reproduksi aseksual berbentuk pembelahan biner sederhana.
Reproduksi seksual ditemukan pada alga. Dalam proses ini, ada gamet konjugasi
(sel kelamin) untuk menghasilkan zigot.
Alga berbentuk thallus, sangat bervariasi dalam struktur, dan mungkin
menyerupai kormus tumbuhan tingkat tinggi. Bentuk alga Hals makroskopik
bervariasi dari bulat, pipih, pipih, seperti kantong, seperti rambut, dan sebagainya.
Daun terdiri dari sel tunggal dan multiseluler. Bifurcated (dua cabang berurutan),
pectinate (satu baris menuju satu sisi pelepah utama), pinnate (atau dua cabang di
sepanjang pelepah utama), ferticinat (berpusat pada sumbu utama) Ada cabang).
Sumbu), dan beberapa tidak bercabang. Daunnya juga memiliki berbagai sifat:

6
lunak seperti agar-agar (gelatinous), keras seperti berkapur (calcareous), lunak
seperti tulang rawan (tulang rawan), dan berserat (spons).

3.3 Peranan Alga dalam Bidang Farmakologi


Alga mengandung tiga komponen utama: (1) karbohidrat, (2) protein, dan (3)
triasilgliserol. Karbohidrat difermentasi menjadi alkohol, protein menjadi
makanan dan produk kecantikan, dan triasilgliserol menjadi asam lemak.
Kombinasi penggunaan ketiga bahan di atas bisa dijadikan pakan ternak.
Alga dapat digunakan sebagai makanan, pakan ternak dan pupuk untuk
konsumsi manusia. Alga memainkan peran yang sangat penting dalam
biogeokimia. Dengan kata lain, itu adalah bagian penting dari siklus N (nitrogen),
O (oksigen), S (sulfur), P (fosfat), dan C (karbon). Alga memainkan peranan
penting dalam bioteknologi, seperti menyerap polusi dan pencemaran yang
berlebihan. Alga juga dapat dimanfaatkan pada bidang farmasi sebagai bahan
pembuatan obatobatan, seperti adanya kandungan zat anti HIV dan anti Herves.
Selain itu, alga dapat diolah menjadi minyak nabati, yang diolah menjadi
biodiesel. Setelah minyak tertelan, ekstrak yang tersisa berupa karbohidrat dapat
difermentasi menjadi alkohol dalam bentuk metanol atau etanol. Alga sangat
berguna bagi ekosistem. Alga bertindak sebagai produsen ekosistem. Alga adalah
makanan bagi ikan, katak, dan manusia. Alga juga menghasilkan oksigen yang
kita butuhkan.
Salah satu manfaat rumput laut adalah sebagai bahan makanan. Alga
merupakan komponen nutrisi penting bagi manusia. Alga biasanya diagar atau
dikeringkan. Rumput laut tidak hanya lezat, tetapi juga tinggi serat dan
mengandung vitamin A, B1, B2, B6, asam nikotinat, dan vitamin C, sehingga baik
untuk kesehatan Anda. Alga juga kaya akan yodium, kalium, besi, magnesium
dan kalsium. Alga coklat, terutama Sgassum, menghasilkan alginat yang kental
dan tidak beracun. Alginat bertindak sebagai pengemulsi, penstabil dan pengikat
untuk produk kapsul, kosmetik dan makanan (seperti es krim). Oleh karena itu,

7
Sargassum merupakan jenis alga yang banyak digunakan dalam industri kosmetik,
makanan dan farmasi.
Alga tidak hanya memiliki keuntungan bagi ekosistem, tetapi juga memiliki
kerugian bagi ekosistem. Alga berbunga dan ledakan alga biasanya terjadi di
perairan seperti kolam, danau, dan lautan. Dalam beberapa kasus, ganggang biru-
hijau disebabkan oleh invasi pupuk, terutama yang mengandung fosfor dan
nitrogen, ke dalam badan air. Pupuk menghasilkan alga. Semakin banyak alga
yang tumbuh di perairan, semakin tinggi jumlah kematian alga di daerah tersebut.
Bahan organik ganggang mati adalah makanan bagi bakteri. Oleh karena itu,
semakin banyak bahan organik yang dihasilkan dari ganggang mati, jumlah
bakteri di daerah tersebut akan meningkat. Aktivitas bakteri dalam penguraian
bahan organik mengkonsumsi sejumlah besar oksigen terlarut.
Hal ini mengurangi jumlah oksigen terlarut dalam air. Kekurangan oksigen
terlarut dapat membunuh ikan dan organisme air lainnya. Alga biru-hijau juga
bisa berbahaya ketika ganggang menghasilkan neurotoksin, atau racun yang
merusak saraf. Racun ini berbahaya bagi organisme-organisme laut. Budidaya
alga dapat dioptimalkan melalui sistem yang terintegrasi. Dalam sistem ini,
ganggang dikembangkan dan dibudidayakan berdekatan dengan power plant
(pembangkit tenaga). Residu pembakaran, termasuk panas dan karbon dioksida
dari power plant, dipasok ke area kering yang dipanen dan kemudian ke budidaya
ganggang.
Optimalisasi alga juga dapat dilakukan pada perlakuan pasca panen. Seperti
disebutkan sebelumnya, alga memiliki tiga komponen utama biomassa:
karbohidrat, protein, dan minyak nabati. Karbohidrat dapat difermentasi menjadi
alkohol. Protein membuat produk makanan dan kecantikan. Berbagai produk,
termasuk biodiesel, dapat dibuat dari minyak nabati.

8
BAB III
KESIMPULAN

Alga adalah organisme kloroplas yang dapat menghasilkan oksigen melalui


fotosintesis. Alga uniseluler (mikroskopis) dapat berupa uniseluler atau tumbuh
dalam rantai atau filamen. Ada banyak jenis alga, dan sel-selnya membentuk
koloni. Misalnya, koloni Volvox terbentuk dari 500-60.000 sel. Koloni inilah
yang bisa dilihat dengan mata telanjang. Alga multiseluler (makroskopik)
berukuran besar sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang. Alga makroskopik
biasanya memiliki sejumlah struktur khusus. Beberapa jenis alga memiliki
struktur yang disebut holdfast yang menyerupai sistem akar tanaman. Alga
mengandung tiga komponen utama: (1) karbohidrat, (2) protein, dan (3)
triasilgliserol. Karbohidrat difermentasi menjadi alkohol, protein menjadi produk
makanan dan kecantikan, dan triasilgliserol menjadi asam lemak. Kombinasi
penggunaan ketiga bahan di atas bisa dijadikan pakan ternak.

9
10
DAFTAR PUSTAKA

Handayani, T., S. Widjaya, dan H. Sugiarto. 2007. Keanekaragaman algae di


Teluk Gilimanuk, Taman Nasional Bali Barat. Hlm. 102–111 dalam Aziz,
A., Ruyitno, A. Syahailatua, M. Muchtar, Pramudji, Sulistijo, dan T.
Susana (Eds). Status Sumberdaya Laut Teluk Gilimanuk, Taman Nasional
Bali Barat. Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Jakarta.
Kasanah, N., Dkk.(2019). Antibacterial Compounds From Red Seaweeds
(Rhodophyta). Indones. J. Chem.15(2): 201 – 209.
Kutse, T., E. Vahtmae, dan L. Metsamaa. 2006. Spectral library of macroalgae
and benthic substrates in Estonian coastal waters. Proc. Estonian Acad.
Sci. Biol. Ecol 55(4):329–340.
Salosso, Y.(2019).Kandungan Agar dan Senyawa Aktif Makroalga Merah yang
Ditemukan di Perairan Arubara Kabupaten Ende. Prosiding Simposium
Nasional Kelautan dan Perikanan VI. 351-358.
Williams, S. L. dan Smith J. E. 2007. A global review of the distribution,
taxonomy and impacts of introduced seaweeds. Annual Review of Ecology,
Evolution and Systematics 38:327–359.
Wiratmoko P, Skropeta D, Ullrich A. 2011. Seaweed cultivation pilot trials –
towards culture systems and marketable products.Rural Industries
Research and Development Corporation Level 2, 15 National Circuit
Barton Act 2600.

Anda mungkin juga menyukai