OLEH :
HIFZUR RAHMAN
I1F119014
Kami jauh dari sempurna, dan ini merupakan Langkah yang baik dari studi
yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami,
kritik dan saran yang membangun selalu kami harapkan. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat khususnya bagi saya dan pihak lain yang berkepentingan pada
umumnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 2
1.3 Tujuan.................................................................................................. 2
BAB.IV KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
memberikan perlindungan pada biota laut berukuran kecil terhadap hempasan
ombak.
Makroalga umumnya menghuni daerah pesisir laut sebagai organisme bentik.
Makroalga ini umumnya menghuni berbagai substrat seperti bebatuan, puing-
puing, karang mati, dan benda keras yang terendam di daerah pesisir. Ganggang
besar tidak hanya membutuhkan substrat tempat mereka menempel, tetapi juga
faktor lain seperti cahaya, nutrisi, dinamika air laut, kimia yang terkandung dalam
air laut, dan jenis substrat untuk kehidupan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Indonesia menempati posisi penting sebagai produsen rumput laut atau alga
besar di dunia. Produksi makroalga di Indonesia berasal dari ekstraksi dan
budidaya laut. Selain potensi lahan yang luas, permintaan makroalga yang terus
meningkat baik di pasar domestik maupun global merupakan prospek
pengembangan alga besar di Indonesia (Kordi, 2011). Produktivitas makroalga
berperan penting sebagai pemasok utama jaring-jaring makanan di tingkat
produsen. Selain perannya dalam rantai makanan ekologis, makroalga juga
berfungsi sebagai dasar untuk makanan yang ekonomis dan diproses. Asma,
bronkitis, TBC, parasit usus, sakit perut, demam, rematik. Ini karena ada berbagai
komponen seperti: B. Kandungan mineral anti inflamasi dan anti kanker serta
suplemen yodium yang dibutuhkan tubuh untuk mencegah penyakit gondok
(Wiratmoko, 2001).
Makroalga menghasilkan berbagai macam senyawa, terdiri dari senyawa
primer dan senyawa sekunder. Senyawa primer dihasilkan oleh makroalga
merupakan senyawa esensial untuk proses metabolisme seluler seperti
karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan senyawa koloid tumbuhan. Alga
mengandung senyawa koloid tumbuhan berupa agar dan karagenan. Senyawa
sekunder tidak esensial untuk pertumbuhan organisme hidup, tetapi merupakan
bentuk unik atau metabolit spesifik spesies seperti terpenoid, steroid, kumarin,
flavonoid, dan alkaloid. Fungsi metabolit sekunder adalah untuk melindungi diri
dari kondisi lingkungan yang berbahaya. Sifat metabolit sekunder sebagai sarana
pertahanan diri organisme laut terbukti memiliki potensi yang besar sebagai
sumber bahan farmasi untuk berbagai penyakit (Salosso, 2019).
Makroalga merupakan salah satu komponen ekosistem di sepanjang terumbu
karang dan memiliki manfaat baik secara ekologis maupun ekonomis. Dari sudut
pandang ekologi, Makroalga adalah produsen utama dari rantai makanan, habitat
3
organisme laut kecil (krustasea, moluska, dan ekinodermata) dan sumber makanan
bagi organisme laut. (Williams, 2007). Makroalga dapat memiliki banyak potensi
dan perlu menjaga keberadaannya di alam sehingga tidak punah. Keberadaan
Makroalga sangat dipengaruhi oleh kondisi perairan tempat hidupnya (Kutse,
2006). Ada berbagai jumlah spesies dari Makroalga di perairan yang berbeda.
Sebagai contoh, 60 spesies Makroalga telah ditemukan di perairan Raja Ampat
(Papua) dan 44 spesies telah ditemukan di perairan Letty (Nusa Tenggara Timur).
Tiga puluh lima spesies ditemukan di Teluk Gilimanuk (Bali barat) (Handayani,
2007).
Ganggang (alga) adalah makroalga yang umumnya memiliki thallus dan
pigmen fotosintesis untuk menghasilkan makanan dan oksigen dari karbon
dioksida dan air. Alga diklasifikasikan berdasarkan warna pigmen. Alga hijau
(Green algae) mengandung klorofil sebagai pigmen utama. Alga coklat (brown
alga) mengandung pigmen fucoxanthin. Selain itu, alga merah (filum alga merah)
mengandung pigmen seperti fikoeritrin, fikosianin, fikobilin, klorofil a, karoten,
dan xantofil (Kasanah, 2015).
4
BAB III
PEMBAHASAN
5
Warna coklat : fikosantin,
Warna merah : fikoeritrin
Warna keemasan : karoten
Warna kuning : xantofil
6
lunak seperti agar-agar (gelatinous), keras seperti berkapur (calcareous), lunak
seperti tulang rawan (tulang rawan), dan berserat (spons).
7
Sargassum merupakan jenis alga yang banyak digunakan dalam industri kosmetik,
makanan dan farmasi.
Alga tidak hanya memiliki keuntungan bagi ekosistem, tetapi juga memiliki
kerugian bagi ekosistem. Alga berbunga dan ledakan alga biasanya terjadi di
perairan seperti kolam, danau, dan lautan. Dalam beberapa kasus, ganggang biru-
hijau disebabkan oleh invasi pupuk, terutama yang mengandung fosfor dan
nitrogen, ke dalam badan air. Pupuk menghasilkan alga. Semakin banyak alga
yang tumbuh di perairan, semakin tinggi jumlah kematian alga di daerah tersebut.
Bahan organik ganggang mati adalah makanan bagi bakteri. Oleh karena itu,
semakin banyak bahan organik yang dihasilkan dari ganggang mati, jumlah
bakteri di daerah tersebut akan meningkat. Aktivitas bakteri dalam penguraian
bahan organik mengkonsumsi sejumlah besar oksigen terlarut.
Hal ini mengurangi jumlah oksigen terlarut dalam air. Kekurangan oksigen
terlarut dapat membunuh ikan dan organisme air lainnya. Alga biru-hijau juga
bisa berbahaya ketika ganggang menghasilkan neurotoksin, atau racun yang
merusak saraf. Racun ini berbahaya bagi organisme-organisme laut. Budidaya
alga dapat dioptimalkan melalui sistem yang terintegrasi. Dalam sistem ini,
ganggang dikembangkan dan dibudidayakan berdekatan dengan power plant
(pembangkit tenaga). Residu pembakaran, termasuk panas dan karbon dioksida
dari power plant, dipasok ke area kering yang dipanen dan kemudian ke budidaya
ganggang.
Optimalisasi alga juga dapat dilakukan pada perlakuan pasca panen. Seperti
disebutkan sebelumnya, alga memiliki tiga komponen utama biomassa:
karbohidrat, protein, dan minyak nabati. Karbohidrat dapat difermentasi menjadi
alkohol. Protein membuat produk makanan dan kecantikan. Berbagai produk,
termasuk biodiesel, dapat dibuat dari minyak nabati.
8
BAB III
KESIMPULAN
9
10
DAFTAR PUSTAKA