radisi Betapung Tawar (Ba ayun) di Hulu Sungai Tradisi Betapung Tawar (Ba ayun) di Hulu Sungai
(Laporan Tugas Penelitian Kelompok 2) Mata pelajaran SKI Assalamu’alaikum warrahmatullahi
wabarokatuh. Segala puji milik Allah swt. Rabb semesta alam yang senantiasa melimpahkan rahmat-Nya sehingga artikel ini selesai. Artikel yang berjudul Betapung tawar (ba’ayun) di HULU SUNGAI ini di susun berdasarkan pengamatan yang kami lakukan terhadap kegiatan tradisi Betapung Tawar dan terdiri : a. Pendahuluan b. Sejarah Asal-usulnya c. Properti d. Persiapan e. Prosesi pelaksanaan f. Foto-foto kegiatan Kami dari kelompok 2 berharap, semoga artikel ini bermanfaat dan menambah wawasan kita semua. Kelompok 2 : - Isnani NorSyida - Muhammad Ali - Muhammad Fitrah Dzikry - Muhammad Iqbal Syahdani - Norhidayah a. PendahuluanDi Indonesia banyak sekali tradisi-tradisi yang masih dilakukan sampai sekarang. Tradisi merupakan adat masyarakat yang turun-temurun seperti : adat betawi, adat jawa, adat bali, adat banjar, dan lain-lain. Pada kesempatan ini kami akan membahas tentang adat banjar yaitu batapung tawar (ba’ayun) yang ada di Tawar, Kandangan Hulu Sungai Selatan. Untuk mengetahui lebih jelasnya mari kita ikuti uraian berikut. b. Sejarah Asal-usul Batapung Tawar (ba’ayun) Menurut seorang warga yang bernama Bu Yana (bundanya Ali) “Tradisi Batapung Tawar (ba’ayun) dilakuka sejak zaman dahulu. Tradisi ini sebagai tanda terima kasih kepada Allah SWT atas dikaruniainya seorang anak”. Lain lagi pendapat dengan ibu Maisarah (bundanya dayah) menurut beliau “Batapung Tawar (ba’ayun) adalah acara penyerahan bayi dari bidan ke ibunya, jika tidak Batapung Tawar (ba’ayun) maka anak itu masih anak bidan. Disaat Batapung Tawar juga diadakan pemotongan rambut terhadap bayi”, jika bayinya perempuan dilakukan juga pelubangan di daun telinganya atau sering disebut dengan batindik. c. Properti yang digunakan dan filosofinya. 1. Gula habang (gula aren) : Dipercaya bahwa gula aren agar tutur katanya manis didengar 2. Uyah (garam) : Dipercaya bahwa garam agar pekataannya (do’anya) mudah dikabulkan/mujarab 3. Nyiur baparut (kelapa diparut) : Dipercaya bahwa kelapa diparut agar perkataannya lemak manis 4. Lampu duduk (lampu/lilin) :Dipercaya bahwa lampu duduk (lilin) agar hatinya bercahaya 5. Batu kukulak cubik (anak batu cubik) :Dipercaya bahwa batu cubik agar bayi yang ditapung tawari ini kuat menjalani hidupnya 6. Bawang merah : Dipercaya bahwa bawang merah agar tidak ada roh jahat yang mengganggu 7. Cermin : Dipercaya bahwa cermin agar tidak ada roh jahat yang mengganggu 8. Kayu Ilatung :Dipercaya bahwa Kayu Ilatung agar tidak ada roh jahat yang mengganggu 9. Surah Yasin :Dipercaya bahwa surah yasin agar tidak ada roh jahat yang mengganggu 10. Rumput buntung- buntung : Dipercaya bahwa rumput buntung-buntung agar tidak ada roh jahat yang mengganggu 11. Beras kuning dan uang logam :Dipercaya bahwa beras kunig dan uang logam agar rezekinya banyak 12. Minyak harum (parfum) :Dipercaya bahwa parfum agar batapung tawar ini mendapat barokah 13. Balon dan uang :Untuk menghias dan memeriahkan acara ini 14. Makanan ringan dan permen : Untuk menghias dan memeriahkan acara ini 15. Bunga kenanga :Untuk menghias dan memeriahkan acara ini 16. Kue galang :Untuk menghias dan memeriahkan acara ini 17. Ayunan :Untuk ma’ayun si bayi 18. Gunting : Untuk menggunting rambut bayi d. Persiapan Menyiapkan properti untuk Batapung tawar (ba’ayun). Seperti menghias ayunan dengan menggantungkan rumput buntung-buntung, bawang merah, kue galang, permen, dan menaruh batu anak cubik di ayunan. Menghiasi rumah dengan menggantungkan balon,uang, permen, makanan ringan, dan bunga kenanga. Jangan lupa menyiapkan makanan untuk warga yang datang. e. Pelaksanaan Dimulai dari pembukaan acara, kemudian acara Habsy, saat marhaba bayinya dibawa mengelilingi warga yang hadir dengan cara digendong, warga akan mempercikkan dengan daun pisang yang diikat dengan di campuri minyak wangi dengan tujuan agar bayinya mendapat barokah. Setelah Habsy barulah memberi nama dan menggunting rambut bayi,jika bayinya perempuan juga dilakukan pelubangan di telinganya atau disebut juga ba’tindik. Lalu menginjakkan kaki bayi ke beras kuning, menyuapi gula aren, garam dan kelapa yang diparut, ke mulut bayi. Setelah itu diambil batu anak cubik yang ada diayunan, dan menaruh bayinya ke ayunan. Mengelilingi ayunan dengan lampu sebanyak tiga kali putaran dan mempercikkan dikepala bayi dan jika mau dipercikkan juga dikepala warga yang hadir. Kemudian ada warga yang memimpin do’a salamatan. Setelah itu, warga akan disuguhi makanan dan minuman. Selesai makan warga membereskan ruangan, mencuci piring, dan lain-lain. Kemudian setelah selesai warga pun pulang.