Disusun oleh:
Akhmad Alfian
Ahmad Yahya
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkiraan kasar terjadi pengurangan lahan sawah yang berubah menjadi pemukiman
dan perindustrian sekitar 200.000 Ha setiap tahun. Akibat langsung pemerintah terpaksa
melalkukan impor beras. Kondisi ini tentunya tidak dapat dibiarkan terjadi terus menerus. Usaha
yang dapat dilakukan disamping intensifikasi pertanian juga ektensifikasi. Untuk itu dilakukan
studi studi terhadap beberapa daerah yang kemungkinan layak dikembangkan/dibuka untuk
lahan pertanian baru.
Provinsi DIY diantara termasuk kawasan yanag akan dikembangkan untuk percetakan
sawah baru. Lokasi ini tepatnya berada di kawasan kabupaten Bantul. Di kawasan ini
berdasarkan hasil studi pendahuluan mempunyai potensi irigasi seluas lebih kurang 2000 Ha,
dan terdapat sungai Garang dengan debit minimum sungai sebasar 12 m3/detik. Kemiringan
dasar sungai pada lokasi bendung 0,08.
Lokasi
Pemilihan Lokasi
Berdasarkan fungsinya, berfungsi untuk menaikan elevasi muka air pada sungai agar
dapat dialirkan ke jaringan pemanfaatan air sepeti untuk pemanfaatan irigasi, air baku, dan lain-
lain. Secara gravitasi sehingga dimensi dan pengaturan tataletak bending sangat dipengaruhi
oleh elevasi muka air dari target layanan yang direncanakan (untuk irigasi harus
dipertimbangkan elevsi di sawah tertinggi dan atau air terjauh yang direncanakan).
Pengertian irigasi
Irigasi adalah pemberian air pada tanaman untuk memenuhi kebutuhan air bagi
pertumbuhannya. (Basri, 1987).
Irigasi merupakan kegiatan penyediaan dan pengaturan air untuk memenuhi
kepentingan pertanian dengan memanfaatkan air yang berasal dari air permukaan dan tanah.
(Karta Saputro, 1994)
Irigasi adalah sejumlah air yang pada umumnya diambil dari sungai atau bendung yang
dialirkan melalui system jaringan irigasi untuk menjaga keseimbangan jumlah air didalam tanah.
(Suharjono, 1994)
Iri asi adalah suatu teknik atau usaha penyediaan,pengaturan,dan penyaluran suatu
sumber air permukaan (sungai,danau,waduk) ke suatu lahan pertanian atau lahan budidaya
lainnya sesuai kebutuhan tanaman (tepat guna) secara teratur dan tepat waktu. Tujuan utama
irigasi adalah mengendalikan sistem pemberian air dan pembuangan air dari sungai dari petak
petak sawah.
Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 23/1982 Ps. 1, pengertian irigasi, bangunan
irigasi, dan petak irigasi telah dibakukan yaitu sebagai berikut :
1. Irigasi adalah usaha penyediaan dan penyediaan dan pengaturan airuntuk menunjang
pertanian.
2. Jaringan irigasi adalah saluran dan bangunan yang merupakan satu kesatuan dan
diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian
pemberian dan penggunaannya.
3. Daerah irigasi adalah kesatuan wilayah yang mendapat air dari satu jaringan irigasi.
4. Petak irigasi adalah petak tanah yang memperoleh air irigasi.
BAB 2
Tinjauan Pustaka
Sistem Irigasi
Irigasi merupakan suatu uasaha teknis untuk mengontrol kandungan air pada tanah di
dalam zona akar dengan maksud agar tanaman dapat tumbuh secara baik. Dimana usaha
teknis yang dimaksud adalah penyediaan sarana dan prasana irgasi untuk membawa, membagi
air secara teratur dengan jumlah yang cukup, waktu yang tepat ke petak irigasi untuk
selanjutnya diberikan dan dipergunakan oleh tanaman.
a) Irigasi Gravitasi
b) Irigasi Siraman
c) Irigasi Bawah Permukaan
d) Irigasi Tetesan
Maksud irigasi adalah suatu sistem pemberian air ketanah-tanah pertanian guna mencukupi
kebutuhan tanaman agar tanaman tersebut tumbuh dengan baik.
a) Membasahi tanaman
Membasahi tanah dengan menggunakan air irigasi bertujuan memenuhi kekurangan air
didaerah pertanian pada saat air hujan kurang atau tidak ada. Hal ini penting sekali karena
kekuranggan air yang di perlukan untuk tumbuh dapat mempengaruhi hasil panen tanaman
tersebut.
b) Merabuk
Merabuk adalah pemberian air yang tujuannya selain membasahi juga member zat-zat
yang berguna bagi tanaman itu sendiri
c) Mengatur suhu
Tanaman dapat tumbuh dengan baik pada suhu yang tidak terlalu tinggi daan tidak
terlalu rendah, sesuai dengan jenis tanamannya.
Makhsud irigasi juga pertujuan untuk membasmi hama-hama yang berada dan
bersarang dalam tanah dan membahayakan bagi tanaman sehingga pada musim kemarau
sebaiknya sawah diberikan air agar sifat garamnya hilang.
e) Kolmatase
Berdasarkan cara pengaturan pengukuran aliran air dan lengkapnya fasilitas, jaringan
irigasi dapat dibedakan ke dalam tiga tingkatan yakni:
Di dalam irigasi sederhana, pembagian air tidak diukur atau diatur, air lebih akan
mengalir ke saluran pembuang. Para petani pemakai air itu tergabung dalam satu kelompok
jaringan irigasi yang sama, sehingga tidak memerlukan keterlibatan pemerintah di dalam
organisasi jaringan irigasi semacam ini. Persediaan air biasanya berlimpah dengan kemiringan
berkisar antara sedang sampai curam. Oleh karena itu hampir-hampir tidak diperlukan teknik
yang sulit untuk sistem pembagian airnya.
Dalam banyak hal, perbedaan satu-satunya antara jaringan irigasi sederhana dan
jaringan semi teknis adalah bahwa jaringan semi teknis ini bendungnya terletak di sungai
lengkap dengan bangunan pengambilan dan bangunan pengukur di bagian hilirnya. Mungkin
juga dibangun beberapa bangunan permanen di jaringan saluran. Sistem pembagian air
biasanya serupa dengan jaringan sederhana. Adalah mungkin bahwa pengambilan dipakai
untuk melayani/mengairi daerah yang lebih luas dari daerah layanan pada jaringan sederhana.
Oleh karena itu biayanya ditanggung oleh lebih banyak daerah layanan. Organisasinya akan
lebih rumit jika bangunan tetapnya berupa bangunan pengambilan dari sungai, karena
diperlukan lebih banyak keterlibatan dari pemerintah.
Salah satu prinsip dalam perencanaan jaringan teknis adalah pemisahan antara jaringan
irigasi dan jaringan pembuang/pematus. Hal ini berarti bahwa baik saluran irigasi maupun
pembuang tetap bekerja sesuai dengan fungsinya masingmasing, dari pangkal hingga ujung.
Saluran irigasi mengalirkan air irigasi ke sawahsawah dan saluran pembuang mengalirkan air
lebih dari sawah-sawah ke saluran pembuang alamiah yang kemudian akan diteruskan ke laut
BAB 3
METODOLOGI
Tinjauan Umum
Dalam suatu perencanaan, terlebih dahulu harus dilakukan survei dan investigasi dari
daerah atau lokasi yang bersangkutan guna memperoleh data yang berhubungan dengan
perencanaan yang lengkap dan teliti. Untuk mengatur pelaksanaan perencanaan perlu adanya
metodologi yang baik dan benar, karena metodologi merupakan acuan untuk menentukan
langkah-langkah kegiatan yang perlu d.ambil dalam perencanaan. Dalam perencanaan
janringan irigasi ini kami membuat metodologi penyusunan sebagai berikut:
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan didaerah irigasi kabupaten bantul yang berada di tengah tengah
provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Indonesia
Tahap Persiapan
BAB IV
JARINGAN IRIGASI
Perhitungan NFR
Pola
Re P Eto Kebutuhan Air Tanaman
Tanam
Etc
Bulan
(mm/hari (mm/hari (mm/hari WLR c rata- atau
c1 c2 c3 NFR
) ) ) (mm) rata IR
(Lp)
1 2 3 4 5 6. FAO UNGGUL 7 8 9
9.806
1 LP LP LP LP 7.0068
8
Nov 2 2 2.11
9.806
2 1.1 LP LP LP 7.0068
8
9.806
1 1.1 1.1 LP LP 7.0068
8
Des 3.6 2 4.3
1.0 1.083 4.658
2 1.8 1.1 1.1 4.8583
5 3 3
PADI
1.0 1.066 4.800
1 1.8 1.05 1.1 4.8000
5 7 0
Jan 3.8 2 4.5
0.9 1.0 1.016 4.575
2 1.8 1.05 4.5750
5 5 7 0
1.0 0.666 2.733
1 1.8 0 0.95 2.4333
5 7 3
Feb 4.1 2 4.1
0.9 0.475 1.947 -
2 0
5 0 5 0.1525
-
1 0 0 0
3.0000
Mar 5 2 4.8
9.968
2 LP LP LP LP 4.5687
7
9.968
1 1.1 LP LP LP 4.5687
7
Apr 5.8 2 4.8
9.968
2 1.1 1.1 LP LP 4.5687
7
1.0 1.083 4.116
1 1.8 1.1 1.1 2.8167
5 3 7
May 5.1 2 3.8
PADI
1.0 1.066 4.053
2 1.8 1.05 1.1 2.7533
5 7 3
0.9 1.0 1.016 3.151
1 1.8 1.05 2.8517
5 5 7 7
Jun 4.1 2 3.1
1.0 0.666 2.066
2 1.8 0 0.95 1.7667
5 7 7
0.9 0.475 1.900
1 0 1.0000
5 0 0
Jul 2.9 2 4
-
2 0 0 0
0.9000
1
PALAWIJO
T 45 hari
S 300 mm
mm/har
P 2
i
Eo = 1,1 x Eto rata- mm/har
3.5255
rata i
mm/har
M = Eo + P 5.5255
i
0.82882
K = MT/S
5
9.80675
IR = Me^k/(e^k-1)
7
T 45 hari
S 250 mm
mm/har
P 2
i
Eo = 1,1 x Eto rata- mm/har
5.28
rata i
mm/har
M = Eo + P 7.28
i
K = MT/S 1.3104
IR = Me^k/(e^k-1) 9.9687
NOMENKLATUR
1. Perencanaan Saluran
Di dalam perencanaan saluran-saluran irigasi, akan dijumpai perhitungan
dimensi dan kemiringan dasar saluran dengan cara pendekatan-pendekatan.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan bentuk saluran yang stabil, murah dan
memenuhi persyaratan hidrolis. Rumus- rumus pendekatan didasarkan atas
percobaan ataupun penelitian dalam jangka waktu yang lama. Sebagai contoh,
salah satu penelitian untuk mendapatkan kecepatan aliran yang optimum, telah
dilakukan oleh Steevensz dengan rumus V = 0,45 Q 0,225, dimana Q = debit
aliran dalam m3/detik (Chouw, 1992). Fortier dan Scobey juga membuat daftar
kecepatan maksimal untuk berbagai jenis tanah atau lahan dengan debit yang
direncanakan.
Ada lagi pendekatan lain, dengan membatasi kecepatan aliran tidak lebih dari
0,75 m/detik agar rumput-rumput tidak tumbuh, atau kecepatan aliran tidak lebih
dari 0,40 m/detik agar nyamuk-nyamuk tidak berkembang (Robert Ch., 1992). Di
Indonesia pendekatan- pendekatan telah dibuat sebagai standar perencanaan
yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pengairan, Kementerian Pekerjaan
Umum dalam buku Pedoman Kriteria Perencanaan Teknis Irigasi, 1980
3. Standar Perencanaan
Standar perencanaan yang digunakan dalam merencanakan saluran irigasi adalah
standar irigasi yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Pengairan Kementerian Pekerjaan
Umum, dalam buku Pedoman Kriteria Perencanaan Teknis Irigasi, edisi Agustus 1980.
Selain dari pada itu juga digunakan kriteria dari sumber-sumber lain yang terdapat dalam
literaturliteratur. Berikut ini kriteria perencanaan untuk saluran primer, skunder, tersier dan
kuarter berdasarkan buku standar diatas
a. Saluran Primer dan Sekunder
a) Bentuk Penampang Pada prinsipnya bentuk penampang saluran
direncanakan sebagai saluran terbuka (open channel) yang berbentuk
trapesium, tanpa lapisan pelindung. Bentuk penampang melintang
saluran dipilih sebagai berikut.
• Untuk daerah timbunan
Keterangan:
B = lebar dasar saluran,
m. h = tinggi air, m.
fb = tinggi jagaan (freeboard),
m. H = tinggi total saluran, m.
m = perbandingan sudut dalam
saluran Ne = perbandingan sudut
sebelah luar Nc = perbandingan
sudut sebelah dalam Wr = lebar
jalan inspeksi, m
W = lebar atas tanggul, m.
4. Perencanaan Saluran Pembawa
a) Elevasi Muka Air Rencana
Elevasi muka air yang diinginkan dalam jaringan irigasi utama didasarkan pada elevasi
muka air yang dibutuhkan pada sawah yang diairi. Prosedurnya adalah pertama-tama
menghitung tinggi muka air yang diperlukan dibangunan sadap tersier, kemudian seluruh
kehilangan di saluran kwarter dan tesier serta bangunan dijumlahkan menjadi tinggi muka air
di sawah yang diperlukan dalam petak tersier.
Elevasi tersebut perlu ditambah lagi dengan kehilangan tinggi energi di bangunan sadap
tersier dan persediaan untuk variasi muka air akibat eksploitasi jaringan utama pada
muka air parsial.
5. Bangunan pengukur debit
Yang lazim disebut alat ukur debit merupakan suatu alat yang berfungsi untuk
mengukur debit yang masuk ke saluran. Terdapat dua macam alat ukur debit, pertama alat
ukur untuk mengukur aliran bebas, dan kedua adalah alat ukur untuk mengukur aliran tertekan.
Cipoletty, suatu alat ukur yang mempunyai ambang tajam, yang berbentuk trapezium,
berambang tajam.
Pada laporan ini debit banjir rencana dihitung menggunakan data harian maksimum tahunan
yang dianalisis menggunakan analisis frekuensi. Perhitungan frekuensi debit banjir dapat
dilihat pada tabel berikut :
n = 20
1. Debit Maksimum (Qmaks) diambil dari debit tertinggi tiap tahun
2. Debit Rata – Rata (Q rata-rata)
3. Standar Deviasi
6. Kurtosis (Ck)
Analisis perhitungan sebaran normal menggunakan Tabel 8 Perhitungan Debit Banjir dengan
perhitungan frekuensi debit banjir dibawah ini :
Dari tabel diatas, maka
didapatkan : Qt2 =
Qrerata + Kt
= 145.6 + 0.00 (76.7057)
= 145.6 m3/s
Qt10 = Qrerata + Kt
= 145.6 + 1.28 (76.7057)
= 243.78 m3/s
Qt25 = Qrerata + Kt
= 145.6 + 1.75 (76.7057)
= 279.83 m3/s
Qt50 = Qrerata + Kt
= 145.6 + 2.06 (76.7057)
= 303.61 m3/s
Qt100 = Qrerata + Kt
= 145.6 + 2.33 (76.7057)
= 324.32 m3/s
BAB 7
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil perencanaan irigasi daerah kabupaten Bantul Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta dapat di simpulkan sebagai berikut:
o Semakin meningkatnya jumlah penduduk yang ada di kabupaten bantul, maka
kebutuhan pangan pun semakin meningkat
o agar penduduk dapat bertahan hidup sektor pertanian menjadi sangat penting untuk
jumlah persediaan beras dan kebutuhan pangan lainnya
o irigasi juga berperan penting untuk meningkatkan produksi padi sawah yaitu
memudahkan dalam pengolahan tanah, sebagai penyedia air bagi tanaman,
memudahkan penggunaan pupuk dan obat-obatan, serta menekan perkembangan
hama penyakit dan gulma.
Saran
Untuk mendapatkan hasil yang baik dalam masalah pertanian, maka perencanaan
irigasi haruslah memenuhi syarat teknis untuk perencanaan irigasi.