Anda di halaman 1dari 18

TUGAS BESAR REKAYASA IRIGASI

Disusun oleh:

Akhmad Alfian

Ahmad Yahya

Andre Ika Pasya

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS SAINT DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR

BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebutuhan pangan semakin meningkat seiring dengan semakin bertambahnya jumlah


penduduk mengingat pangan termasuk kedalam kebutuhan pokok yang harus dipenuhi
manusia agar dapat bertahan hidup sektor pertanian menjadi sangat penting jumlah persediaan
beras dan kebutuhan pangan lainnya harus dapat tercukupi bagi seluruh penduduk dalam
jangka waktu yang relatif lama Kebutuhan tersebut dapat terpenuhi hanya jika lahan pertanian
maupun persawahan dapat selalu produktif selama masa tanam yang diperlukan Pertanian
merupakan bidang yang sangat krusial dalam pemenuhan kebutuhan pangan penduduk yang
semakin bertambah dari tahun ke tahun.

Perkiraan kasar terjadi pengurangan lahan sawah yang berubah menjadi pemukiman
dan perindustrian sekitar 200.000 Ha setiap tahun. Akibat langsung pemerintah terpaksa
melalkukan impor beras. Kondisi ini tentunya tidak dapat dibiarkan terjadi terus menerus. Usaha
yang dapat dilakukan disamping intensifikasi pertanian juga ektensifikasi. Untuk itu dilakukan
studi studi terhadap beberapa daerah yang kemungkinan layak dikembangkan/dibuka untuk
lahan pertanian baru.

Provinsi DIY diantara termasuk kawasan yanag akan dikembangkan untuk percetakan
sawah baru. Lokasi ini tepatnya berada di kawasan kabupaten Bantul. Di kawasan ini
berdasarkan hasil studi pendahuluan mempunyai potensi irigasi seluas lebih kurang 2000 Ha,
dan terdapat sungai Garang dengan debit minimum sungai sebasar 12 m3/detik. Kemiringan
dasar sungai pada lokasi bendung 0,08.

Lokasi

Lokasi peroyek pembangunan yang direncanakan adalah terletak di Provinsi DIY


(Daerah Istimewa Yogyakarta) yang tepatnya berada di kawasan Kabupaten Bantul.

Pemilihan Lokasi

Berdasarkan fungsinya, berfungsi untuk menaikan elevasi muka air pada sungai agar
dapat dialirkan ke jaringan pemanfaatan air sepeti untuk pemanfaatan irigasi, air baku, dan lain-
lain. Secara gravitasi sehingga dimensi dan pengaturan tataletak bending sangat dipengaruhi
oleh elevasi muka air dari target layanan yang direncanakan (untuk irigasi harus
dipertimbangkan elevsi di sawah tertinggi dan atau air terjauh yang direncanakan).

Pengertian irigasi

Irigasi adalah pemberian air pada tanaman untuk memenuhi kebutuhan air bagi
pertumbuhannya. (Basri, 1987).
Irigasi merupakan kegiatan penyediaan dan pengaturan air untuk memenuhi
kepentingan pertanian dengan memanfaatkan air yang berasal dari air permukaan dan tanah.
(Karta Saputro, 1994)

Irigasi adalah sejumlah air yang pada umumnya diambil dari sungai atau bendung yang
dialirkan melalui system jaringan irigasi untuk menjaga keseimbangan jumlah air didalam tanah.
(Suharjono, 1994)

Iri asi adalah suatu teknik atau usaha penyediaan,pengaturan,dan penyaluran suatu
sumber air permukaan (sungai,danau,waduk) ke suatu lahan pertanian atau lahan budidaya
lainnya sesuai kebutuhan tanaman (tepat guna) secara teratur dan tepat waktu. Tujuan utama
irigasi adalah mengendalikan sistem pemberian air dan pembuangan air dari sungai dari petak
petak sawah.

Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 23/1982 Ps. 1, pengertian irigasi, bangunan
irigasi, dan petak irigasi telah dibakukan yaitu sebagai berikut :

1. Irigasi adalah usaha penyediaan dan penyediaan dan pengaturan airuntuk menunjang
pertanian.
2. Jaringan irigasi adalah saluran dan bangunan yang merupakan satu kesatuan dan
diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian
pemberian dan penggunaannya.
3. Daerah irigasi adalah kesatuan wilayah yang mendapat air dari satu jaringan irigasi.
4. Petak irigasi adalah petak tanah yang memperoleh air irigasi.
BAB 2

Tinjauan Pustaka

Sistem Irigasi

Irigasi merupakan suatu uasaha teknis untuk mengontrol kandungan air pada tanah di
dalam zona akar dengan maksud agar tanaman dapat tumbuh secara baik. Dimana usaha
teknis yang dimaksud adalah penyediaan sarana dan prasana irgasi untuk membawa, membagi
air secara teratur dengan jumlah yang cukup, waktu yang tepat ke petak irigasi untuk
selanjutnya diberikan dan dipergunakan oleh tanaman.

Jenis-jenis irigasi yaitu:

a) Irigasi Gravitasi
b) Irigasi Siraman
c) Irigasi Bawah Permukaan
d) Irigasi Tetesan

Maksud dan Tujuan Irigasi

Maksud irigasi adalah suatu sistem pemberian air ketanah-tanah pertanian guna mencukupi
kebutuhan tanaman agar tanaman tersebut tumbuh dengan baik.

Adapun tujuan dari irigasi antara lain:

a) Membasahi tanaman

Membasahi tanah dengan menggunakan air irigasi bertujuan memenuhi kekurangan air
didaerah pertanian pada saat air hujan kurang atau tidak ada. Hal ini penting sekali karena
kekuranggan air yang di perlukan untuk tumbuh dapat mempengaruhi hasil panen tanaman
tersebut.

b) Merabuk

Merabuk adalah pemberian air yang tujuannya selain membasahi juga member zat-zat
yang berguna bagi tanaman itu sendiri

c) Mengatur suhu

Tanaman dapat tumbuh dengan baik pada suhu yang tidak terlalu tinggi daan tidak
terlalu rendah, sesuai dengan jenis tanamannya.

d) Membersihkan tanah / memberantas hama

Makhsud irigasi juga pertujuan untuk membasmi hama-hama yang berada dan
bersarang dalam tanah dan membahayakan bagi tanaman sehingga pada musim kemarau
sebaiknya sawah diberikan air agar sifat garamnya hilang.
e) Kolmatase

Kolmotase adalah pengairan dengan maksud memperbaiki / meninggikan permukaan


tanah

f) Menambah persediasan air tanah

Tujuan bermaksud menambah persediaan air tanah untuk keperluan sehari-hari.


Biasanya dilakukan dengan cara menahan air disuatu tempat, sehingga memberikan
kesempatan pada air tersebut untuk meresap kedalam tanah yang pada akhirnya
dimanfaatkan oleh yang memerlukan

Klasifikasi jaringan irigasi

Berdasarkan cara pengaturan pengukuran aliran air dan lengkapnya fasilitas, jaringan
irigasi dapat dibedakan ke dalam tiga tingkatan yakni:

1. Jaringan irigasi sederhana

Di dalam irigasi sederhana, pembagian air tidak diukur atau diatur, air lebih akan
mengalir ke saluran pembuang. Para petani pemakai air itu tergabung dalam satu kelompok
jaringan irigasi yang sama, sehingga tidak memerlukan keterlibatan pemerintah di dalam
organisasi jaringan irigasi semacam ini. Persediaan air biasanya berlimpah dengan kemiringan
berkisar antara sedang sampai curam. Oleh karena itu hampir-hampir tidak diperlukan teknik
yang sulit untuk sistem pembagian airnya.

2. Jaringan irigasi semi teknis

Dalam banyak hal, perbedaan satu-satunya antara jaringan irigasi sederhana dan
jaringan semi teknis adalah bahwa jaringan semi teknis ini bendungnya terletak di sungai
lengkap dengan bangunan pengambilan dan bangunan pengukur di bagian hilirnya. Mungkin
juga dibangun beberapa bangunan permanen di jaringan saluran. Sistem pembagian air
biasanya serupa dengan jaringan sederhana. Adalah mungkin bahwa pengambilan dipakai
untuk melayani/mengairi daerah yang lebih luas dari daerah layanan pada jaringan sederhana.
Oleh karena itu biayanya ditanggung oleh lebih banyak daerah layanan. Organisasinya akan
lebih rumit jika bangunan tetapnya berupa bangunan pengambilan dari sungai, karena
diperlukan lebih banyak keterlibatan dari pemerintah.

3. Jaringan irigasi teknis

Salah satu prinsip dalam perencanaan jaringan teknis adalah pemisahan antara jaringan
irigasi dan jaringan pembuang/pematus. Hal ini berarti bahwa baik saluran irigasi maupun
pembuang tetap bekerja sesuai dengan fungsinya masingmasing, dari pangkal hingga ujung.
Saluran irigasi mengalirkan air irigasi ke sawahsawah dan saluran pembuang mengalirkan air
lebih dari sawah-sawah ke saluran pembuang alamiah yang kemudian akan diteruskan ke laut
BAB 3

METODOLOGI

Tinjauan Umum

Dalam suatu perencanaan, terlebih dahulu harus dilakukan survei dan investigasi dari
daerah atau lokasi yang bersangkutan guna memperoleh data yang berhubungan dengan
perencanaan yang lengkap dan teliti. Untuk mengatur pelaksanaan perencanaan perlu adanya
metodologi yang baik dan benar, karena metodologi merupakan acuan untuk menentukan
langkah-langkah kegiatan yang perlu d.ambil dalam perencanaan. Dalam perencanaan
janringan irigasi ini kami membuat metodologi penyusunan sebagai berikut:

 Identifikasi masalah dan kriteria perencanaan


 Pengumpulan data primer dan sekunder
 Perencanaan lay-out saluran
 Analisis data hidrologi dan data pasang surut
 Perhitungan ketinggian air menggunakan software HEC-RAS
 Perencanaan kebutuhan air dalam tambak
 Penentuan lay-out jaringan irigasi, petak tambak, kapasitas saluran dan keseimbangan
air
 Perencanaan konstruksi
 Gambar Desain Konstruksi
 Rencana Kerja dan Syarat-syarat
 Rencana Anggaran Biaya

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan didaerah irigasi kabupaten bantul yang berada di tengah tengah
provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Indonesia

Tahap Persiapan

Tahap persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum memulai tahapan


pengumpulan data dan pengolahannya. Dalam tahap awal ini disusun hal-hal penting yang
harus dilakukan dengan tujuan supaya kegiatan terstruktur, terkordinasi dan mendapatkan hasil
seperti yang direncanakan.

Adapun yang termasuk dalam tahap persiapan ini meliputi :

1. Studi pustaka mengenai masalah yang berhubungan irigasi serta perencanaan


bangunan suplesi.
2. Menentukan kebutuhan data.
3. Mendata instansi yang akan dijadikan narasumber
4. Survei ke lokasi untuk mendapatkan gambaran umum kondisi di lapangan

BAB IV

JARINGAN IRIGASI

Perhitungan NFR
Pola
Re P Eto Kebutuhan Air Tanaman
Tanam
Etc
Bulan
(mm/hari (mm/hari (mm/hari WLR c rata- atau
c1 c2 c3 NFR
) ) ) (mm) rata IR
(Lp)
1 2 3 4 5 6. FAO UNGGUL 7 8 9
9.806
1   LP LP LP LP 7.0068
8
Nov 2 2 2.11
9.806
2   1.1 LP LP LP 7.0068
8
9.806
1   1.1 1.1 LP LP 7.0068
8
Des 3.6 2 4.3
1.0 1.083 4.658
2 1.8 1.1 1.1 4.8583
5 3 3

PADI
1.0 1.066 4.800
1 1.8 1.05 1.1 4.8000
5 7 0
Jan 3.8 2 4.5
0.9 1.0 1.016 4.575
2 1.8 1.05 4.5750
5 5 7 0
1.0 0.666 2.733
1 1.8 0 0.95 2.4333
5 7 3
Feb 4.1 2 4.1
0.9 0.475 1.947 -
2     0
5 0 5 0.1525
-
1       0 0 0
3.0000
Mar 5 2 4.8
9.968
2   LP LP LP LP 4.5687
7
9.968
1   1.1 LP LP LP 4.5687
7
Apr 5.8 2 4.8
9.968
2   1.1 1.1 LP LP 4.5687
7
1.0 1.083 4.116
1 1.8 1.1 1.1 2.8167
5 3 7
May 5.1 2 3.8
PADI
1.0 1.066 4.053
2 1.8 1.05 1.1 2.7533
5 7 3
0.9 1.0 1.016 3.151
1 1.8 1.05 2.8517
5 5 7 7
Jun 4.1 2 3.1
1.0 0.666 2.066
2 1.8 0 0.95 1.7667
5 7 7
0.9 0.475 1.900
1     0 1.0000
5 0 0
Jul 2.9 2 4
-
2       0 0 0
0.9000
1              
PALAWIJO

Aug 2.8 2 2.11


2              
1              
Sep 1 2 1.11
2              
Oct 1 2.8 2 1.11              
2              

T 45 hari
S 300 mm
mm/har
P 2
i
     
Eo = 1,1 x Eto rata- mm/har
3.5255
rata i
mm/har
M = Eo + P 5.5255
i
0.82882
K = MT/S  
5
9.80675
IR = Me^k/(e^k-1)  
7
T 45 hari
S 250 mm
mm/har
P 2
i
     
Eo = 1,1 x Eto rata- mm/har
5.28
rata i
mm/har
M = Eo + P 7.28
i
K = MT/S 1.3104  
IR = Me^k/(e^k-1) 9.9687  

Eto rata-rata (Nov-


Des) 3.205
Re rata-rata (Nov-
Des) 2.8

Eto rata-rata (Mar-


Apr) 4.8
Re rata-rata (Mar-
Apr) 5.4

NOMENKLATUR

Tersier Sekunder Primer


NO Luas Q Nam
Nama Nama Luas (Ha) Q (m3/dt) Luas (Ha) Q (m3/dt)
(Ha) (m3/dt) a
  BKA 1 ka 92 0.095 RKA 1 1800 1.8490      
  BKA 1 ki 83 0.085      
  BKA 2 89 0.091 RKA 2 172 0.1767      
  BKA 3 93 0.096 RKA 3 182 0.1870      
  BKA 4 79 0.081 RKA 4 172 0.1767      
  BKA 5 Ka 93 0.096      
RKA 5 0.1880
  BKA 5 ki 88 0.090 183      
  BKA 6 Ka 95 0.098      
RKA 6 0.1808
  BKA 6 ki 94 0.097 176      
  BKA 7 Ka 82 0.084 SKA1 1800 2.2756
RKA 7 0.1921
  BKA 7 ki 92 0.095 187      
  BKA 8 ka 95 0.098      
RKA 8 0.1715
  BKA 8 ki 86 0.088 167      
  BKA 9 Ki a 81 0.083      
RKA 9 0.1633
  BKA 9 ki b 90 0.092 159      
BKA 10 ki
69 0.071      
  a
RKA 10 0.1489
BKA 10 ki
76 0.078      
  b 145
  BKA 11 ki 79 0.081      
BKA 11 RKA 11 0.1674
84 0.086
  ka 163      
  BKA 12 KI 76 0.078      
RKA 12 0.1644
  BKA 12 Ka 84 0.086 160      
    1800 1.849            
                   
                   
BAB 5
DESAIN DIMENSI SALUARAN IRIGASI

1. Perencanaan Saluran
Di dalam perencanaan saluran-saluran irigasi, akan dijumpai perhitungan
dimensi dan kemiringan dasar saluran dengan cara pendekatan-pendekatan.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan bentuk saluran yang stabil, murah dan
memenuhi persyaratan hidrolis. Rumus- rumus pendekatan didasarkan atas
percobaan ataupun penelitian dalam jangka waktu yang lama. Sebagai contoh,
salah satu penelitian untuk mendapatkan kecepatan aliran yang optimum, telah
dilakukan oleh Steevensz dengan rumus V = 0,45 Q 0,225, dimana Q = debit
aliran dalam m3/detik (Chouw, 1992). Fortier dan Scobey juga membuat daftar
kecepatan maksimal untuk berbagai jenis tanah atau lahan dengan debit yang
direncanakan.
Ada lagi pendekatan lain, dengan membatasi kecepatan aliran tidak lebih dari
0,75 m/detik agar rumput-rumput tidak tumbuh, atau kecepatan aliran tidak lebih
dari 0,40 m/detik agar nyamuk-nyamuk tidak berkembang (Robert Ch., 1992). Di
Indonesia pendekatan- pendekatan telah dibuat sebagai standar perencanaan
yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pengairan, Kementerian Pekerjaan
Umum dalam buku Pedoman Kriteria Perencanaan Teknis Irigasi, 1980

2. Perencanaan Saluran Hidrolisis


Data yang diperlukan pada perencanaan saluran hidrolisis adalah :
a) Elevasi sawah tertinggi Elevasi sawah tertinggi dicari untuk mendapatkan elevasi muka
banjir.
b) Panjang saluran yang akan dicari Panjang saluran digunakan untuk mendapat
beda ketinggian antara bangunan di hulu dan di hilir.

3. Standar Perencanaan
Standar perencanaan yang digunakan dalam merencanakan saluran irigasi adalah
standar irigasi yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Pengairan Kementerian Pekerjaan
Umum, dalam buku Pedoman Kriteria Perencanaan Teknis Irigasi, edisi Agustus 1980.
Selain dari pada itu juga digunakan kriteria dari sumber-sumber lain yang terdapat dalam
literaturliteratur. Berikut ini kriteria perencanaan untuk saluran primer, skunder, tersier dan
kuarter berdasarkan buku standar diatas
a. Saluran Primer dan Sekunder
a) Bentuk Penampang Pada prinsipnya bentuk penampang saluran
direncanakan sebagai saluran terbuka (open channel) yang berbentuk
trapesium, tanpa lapisan pelindung. Bentuk penampang melintang
saluran dipilih sebagai berikut.
• Untuk daerah timbunan

Bentuk penampang saluran di daerah timbunan

• Untuk daerah galian

Bentuk penampang saluran di daerah galian

Keterangan:
B = lebar dasar saluran,
m. h = tinggi air, m.
fb = tinggi jagaan (freeboard),
m. H = tinggi total saluran, m.
m = perbandingan sudut dalam
saluran Ne = perbandingan sudut
sebelah luar Nc = perbandingan
sudut sebelah dalam Wr = lebar
jalan inspeksi, m
W = lebar atas tanggul, m.
4. Perencanaan Saluran Pembawa
a) Elevasi Muka Air Rencana
Elevasi muka air yang diinginkan dalam jaringan irigasi utama didasarkan pada elevasi
muka air yang dibutuhkan pada sawah yang diairi. Prosedurnya adalah pertama-tama
menghitung tinggi muka air yang diperlukan dibangunan sadap tersier, kemudian seluruh
kehilangan di saluran kwarter dan tesier serta bangunan dijumlahkan menjadi tinggi muka air
di sawah yang diperlukan dalam petak tersier.
Elevasi tersebut perlu ditambah lagi dengan kehilangan tinggi energi di bangunan sadap
tersier dan persediaan untuk variasi muka air akibat eksploitasi jaringan utama pada
muka air parsial.
5. Bangunan pengukur debit
Yang lazim disebut alat ukur debit merupakan suatu alat yang berfungsi untuk
mengukur debit yang masuk ke saluran. Terdapat dua macam alat ukur debit, pertama alat
ukur untuk mengukur aliran bebas, dan kedua adalah alat ukur untuk mengukur aliran tertekan.
Cipoletty, suatu alat ukur yang mempunyai ambang tajam, yang berbentuk trapezium,
berambang tajam.

Berdasarkan data yang telah didapatkan sebelumnya, maka dilakukan perhitungan


untuk mendapatkan data teknis saluran sebagai berikut :
Debit Elevasi (m) ∆h ∆h
Panjan i
No Nama Saluran Ruas (m3/d (m)
g (l) (m) Hulu Hilir    l
t)
Sekunder 1.849 164.9
1 162.753 -2.152 -0.0041
Karanganyar RKA 1 0 529.79 05
Sekunder 0.176 157.6
2 161.478 3.872 0.0006
Karanganyar RKA 2 7 7023.29 06
Sekunder 0.187 153.8
3 157.194 3.334 0.0005
Karanganyar RKA 3 0 6444.73 60
Sekunder 0.176 150.5
4 155.829 5.260 0.0008
Karanganyar RKA 4 7 6443.93 69
Sekunder 0.188 150.4
5 149.050 -1.352 -0.0002
Karanganyar RKA 5 0 5500.69 02
Sekunder 0.180 157.8
6 161.507 3.688 0.0006
Karanganyar RKA 6 8 6608.65 19
Sekunder 0.192 157.7
7 161.094 3.389
Karanganyar RKA 7 1 9281.84 05 0.0004
Sekunder 0.171 156.8
8 157.618 0.774 0.0001
Karanganyar RKA 8 5 6730.43 44
Berdasarkan data debit rencana, dari Tabel A.21 (Form Lampiran – KP 03) dan Tabel 4.4
(Nilai Tinggi Jagaan – KP 03) dapat ditentukan nilai perbandingan Kemiringan Talut (m),
Perbandingan b/h (n) dan Tinggi Jagaan (F) atau (W) sebagai berikut :
Tinggi
Q
No Nama Saluran Ruas Kemiringan Perbanding jagaan i ks
(m3/det)
Talut 1:m an b/h (n) (F)
0.006
1 Sal. Karanganyar 1.8490 1.50 2.50 0.60 70
RKA 1 5
0.012
2 Sal. Karanganyar 0.1767 1.00 1.20 0.50 70
RKA 2 1
0.001
3 Sal. Karanganyar 0.1870 1.00 1.10 0.40 70
RKA 3 0
0.003
4 Sal. Karanganyar 0.1767 1.50 2.50 0.60 70
RKA 4 7
0.019
5 Sal. Ke gedangsari 0.1880 1.50 2.50 0.60 70
RKA 5 1
0.014
6 Sal. Ke gedangsari 0.1808 1.50 2.50 0.60 70
RKA 6 3
0.027
7 Sal. Ke gedangsari 0.1921 1.50 2.50 0.60 70
RKA 7 3
0.007
8 Sal. Ke gedangsari 0.1715 1.50 2.50 0.60 70
RKA 8 9

Perhitungan Dimensi Saluran


BAB 6
BANJIR RECANA

I. Perencanaan Banjir Rancangan


Untuk menghitung debit rencana diperlukan data debit banjir tahunan. Dalam hal ini perhitungan
dilakukan selama 20 tahun, yakni dari tahun 1997-2016 seperti yang tertera pada tabel dibawah ini :

II. Analisis Frekuensi Debit Banjir

Pada laporan ini debit banjir rencana dihitung menggunakan data harian maksimum tahunan
yang dianalisis menggunakan analisis frekuensi. Perhitungan frekuensi debit banjir dapat
dilihat pada tabel berikut :
n = 20
1. Debit Maksimum (Qmaks) diambil dari debit tertinggi tiap tahun
2. Debit Rata – Rata (Q rata-rata)

3. Standar Deviasi

4. Koefisien Variasi (Cv)

5. Koefisien Kemencengan (Cs)

6. Kurtosis (Ck)

Analisis perhitungan sebaran normal menggunakan Tabel 8 Perhitungan Debit Banjir dengan
perhitungan frekuensi debit banjir dibawah ini :
Dari tabel diatas, maka
didapatkan : Qt2 =
Qrerata + Kt
= 145.6 + 0.00 (76.7057)
= 145.6 m3/s

Qt10 = Qrerata + Kt
= 145.6 + 1.28 (76.7057)
= 243.78 m3/s

Qt25 = Qrerata + Kt
= 145.6 + 1.75 (76.7057)
= 279.83 m3/s
Qt50 = Qrerata + Kt
= 145.6 + 2.06 (76.7057)
= 303.61 m3/s

Qt100 = Qrerata + Kt
= 145.6 + 2.33 (76.7057)
= 324.32 m3/s

BAB 7

PENUTUP

Kesimpulan

Dari hasil perencanaan irigasi daerah kabupaten Bantul Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta dapat di simpulkan sebagai berikut:
o Semakin meningkatnya jumlah penduduk yang ada di kabupaten bantul, maka
kebutuhan pangan pun semakin meningkat
o agar penduduk dapat bertahan hidup sektor pertanian menjadi sangat penting untuk
jumlah persediaan beras dan kebutuhan pangan lainnya
o irigasi juga berperan penting untuk meningkatkan produksi padi sawah yaitu
memudahkan dalam pengolahan tanah, sebagai penyedia air bagi tanaman,
memudahkan penggunaan pupuk dan obat-obatan, serta menekan perkembangan
hama penyakit dan gulma.

Saran

Untuk mendapatkan hasil yang baik dalam masalah pertanian, maka perencanaan
irigasi haruslah memenuhi syarat teknis untuk perencanaan irigasi.

Anda mungkin juga menyukai