Anda di halaman 1dari 18

Kontak dengan bahan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun sampai dapat merubah jaringan

displasia menjadi tumor ganas.


1. Fase insitu: 5 – 10 tahun
Terjadi perubahan jaringan menjadi lesi “pre concerous” yang bisa ditemukan di serviks uteri, rongga
mulut, paru, saluran cerna, kulit dn akhirnya juga di

payudara.
2. Fase invasi: 1 – 5 tahun
Sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi melalui membran sel ke jaringan sekitarnya dan ke
pembuluh darah sera limfa
3. Fase desiminasi: 1 - 5 tahun Terjadi
penyebaran ke tempat lain
PATHWAY

Perubahan genetik dalam sel

Sel menjadi abnormal

Poliferasi sel-sel maligna dalam payudara

tumor Payudara

Cemas

hormonal Radiasi Mastektomi

Kurang Informasi

Luka Operasi
(trauma jaringan)
Kurang
Pengetahuan

Nyeri Tidak adekuat


Kerusakan
pertahanan sistem imun
integritas kulit

Resti infeksi
Emosional distress Kelemahan
(ketidakmampuan mengontrol nyeri) Perubahan penampilan

Gangguan konsep diri


Kehilangan selera makan

Nutrisi kurang dari


kebutuhan
TANDA DAN GEJALA
Penemuan dini kanker payudara masih sulit ditemukan, kebanyakan
ditemukan jika sudah teraba oleh pasien.
Tanda – tandanya:

1. Terdapat massa utuh kenyal, biasa di kwadran atas bagian dalam, dibawah ketiak bentuknya tak
beraturan dan terfiksasi
2. Nyeri di daerah massa
3. Adanya lekukan ke dalam, tarikan dan refraksi pada area mammae
4. Edema dengan “peant d’ orange (keriput seperti kulit jeruk)
5. Pengelupasan papilla mammae
6. Adanya kerusakan dan retraksi pada area puting, keluar cairan spontan, kadang disertai darah
7. Ditemukan lessi pada pemeriksaan mamografi

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Mamografi: memperlihatkan struktur internal payudara, dapat mendeteksi kanker yang tak teraba atau
tomur yang terjadi pada tahap awal.
2. Galaktografi: mamogram dengan kontras dilakukan dengan menginjeksikan zat kontras kedalam aliran
duktus.
3. Ultrasound: dapat membantu dalam membedakan antara massa padat dan kista dan pada wanita yang
jaringan payudaranya keras;hasil komplement dari mamografi.

4. Xeroradiografi: menyatakan peningkatan sirkulasi sekitar sisi tumor.


5. Termografi: mengidentifikasikan pertubuhan cepat tumor sebagai “titik panas”
karena peningkatan suplai darah dan penyesuaian suhu kulit yang lebih tinggi.
6. Diafanografi (transimulasi): mengidentifikasi tumor atau massa dengan membedakan bahwa jaringan
mentransmisikan dan menyebarkan sinar. Prosedur masih diteliti dan dipertimbangkan kurang akurat
daripada mamografi.
7. CT-scan dan MRI: teknik scan yang dapat mendeteksi penyakit payudara, khususnya massa yang lebih
besar, atau tumor kecil, payudara mengeras yang sulit diperiksa dengan mamografi. Teknik ini tidak
bisa untuk pemeriksaan rutin

dan tidak untuk mamografi.


8. Biopsi payudara(jarum atau eksisi): memberikan diagnosa definitive terhadap massa dan berguna untuk
klasifikasi histology pentahapan, dan seleksi terapi yang tepat
9. Asai hormon reseptor: menyatakan apakah sel tumor atau spesimen biopsi mengandung reseptor
hormon (estrogen dan progesteron). Pada sel malignan,

reseptor kompleks estrogen-plus merangsang pertumbuhan dan pembagian sel. Kurang lebih dua
pertiga semua wanita dengan kanker payudara reseptor
estrogennya positif dan cenderung berespon baik terhadap terapi hormon menyertai terapi primer
untuk memperluas periode bebas penyakit dan kehidupan.
10. Foto dada, pemeriksaan fungsi hati, hitung sel darah, dan scan tulang: dilakukan untuk mengkaji
adanya metastase.

KOMPLIKASI

Metastase ke jaringan sekitar mellui saluran limfe (limfogen) ke paru, pleura, tulang dan hati.

PENATALAKSANAAN MEDIS
Ada 2 macam yaitu kuratif (pembedahan) dan poliatif (non pembedahan). Penanganan kuratif
dengan pembedahan yang dilakukan secara mastektomi parsial, mastektomi total, mastektomi radikal,
tergantung dari luas, besar dan penyebaran knker. Penanganan non pembedahan dengan penyinaran,
kemoterapi dan terapi hormonal.

1. Terapi kuratif :
a. Untuk kanker mamma stadium 0,I,II dan III

- Terapi utama adalah mastektomi radikal modifikasi, alternative


tomoorektomi + diseksi aksila
- Terapi ajuvan, :

➢ Radioterapi paska bedah 4000-6000 rads

➢ Kemoterapi untuk pra menopause dengan CMF


(Cyclophosphamide 100 mg/m2 dd po hari ke 1-14, methotrexate
40 mg/m2 IV hari ke -1 siklus diulangi tiap 4 minggu dan flouroracil

600 mg/m2 IV hari ke-1 atau CAP (Cyclophosphamide


500 mg/m2 hari ke 1, adriamycin 50 mg/m2 hari ke-1 dan flouroracil 500
mg/m2 IV hari ke-1 dan 8 untuk 6 siklus.
➢ Hormon terapi untuk pasca menopause dengan tamoksifen untuk 1- 2 tahun
- Terapi bantuan, roboransia,

- Terapi sekunder bila perlu


- Terapi komplikasi pasca bedah misalnya gangguan gerak lengan
(fisioterapi)
2. Terapi paliatif
Untuk kanker mamae stadium III B dan IV :
a. Terapi utama
- pramenopause, bilateral ovariedektomi

- pasca menopause ; 1) hormone resptor positif (takmosifen) dan 2)


hormone resptor negative (kemoterapu dengan CMF atau CAF)

b. Terapi ajuvan
- operable (mastektomi simple)

- inoperable (radioterapi) kanker


mamae inoperative :
➢ tumor melekat pada dinding thoraks

➢ odema lengan

➢ nodul satelit yang luas

➢ mastitis karsionamtosa
c. Terapi bantuan ; roboransia
d. Terapi komplikasi , bila ada :
- patah, reposisi-fiksasi-imobilisasi dan radioterapi pada tempat patah

- odema lengan : 1) deuretik, 2) pneumatic sleeve, 3) operasi tranposisi omentum atau


kondoleon,
- Efusion pleura, 1) aspirasi cairan atau drainase bullae, 2) bleomisin 30 mg dan teramisin
1000 mg, intra pleura
- Hiperkalsemia : 1) deuretika dan rehidrasi, 2) kortikosteroid, 3) mitramisin
¼-1/2 mg/kg BB IV
- NYeri, terapi nyeri sesuai WHO

- Borok,perawatan borok
e. Terapi sekunder, bila ada

PROGNOSIS
Tujuan akhir dari suatu program ini bukan saja memperbaiki ketahanan hidup , tetapi juga perbaikan
penyembuhan sebab kanker yang diobatik pada stasium dini

dengan sendirinya menaikkan angka survival biarpun penyembuhannya belum tentu tercapai.

PROSES KEPERAWATAN PASIEN TUMOR MAMMAE


1. PENGKAJIAN
a. Identitas, (lihat factor-faktor predisposisi)
b. Keluhan utama ada benjolan pada payu dara dan lain-lain keluahan serta sejak kapan, riwayat
penyakit (perjalanan penyakit, pengobatan yang telah diberikan), faktro etiologi/resiko.

c. Konsep diri mengalmi perubahan pada sebagian besar klien dengan kanker mamma.
d. Pemeriksaan klinis ;
Mencari benjolan Karena organ payudara dipengaruhi oleh faktor hormone antara lain estrogen dan
progesterone, makas ebaiknya pemeriksaan ini dilakukan saat pengaruh hormonal ini seminimal
mungkin/setelah menstruasi
+ 1 minggi dari hari akhir menstruasi. Klien duduk dengan tangan jatuh ke samping dan pemeriksa
berdiri didepan dalam posisi yag lebih kurang sama tinggi.

1) Inspeksi
– Simetri mamma kiri-kanan
– Kelainan papilla. Letak dan bentuk, adakah putting susu, kelainan kulit,
tanda radang, peaue d’ orange, dimpling, ulserasi dan lain-lain. Inspeksi ini juga
dilakukan dalam keadaan kedua lengan diangkat ke atas untuk melihat apakah ada
bayangan tumor di bawah kulit yang ikut bergerak atau adakah bagian yang tertinggal,
dimpling dan lain-lain.
2) Palpasi

– Kien berbaring dan diusahakan agar payudara tersebar rata


atas lapangan dada, jika perlu punggung diganjal bantal kecil.
– Konsistensi, banyak, lokasi, infiltasi, besar, batas dan
operabilitas.
– Pemebesaran kelenjar gerah bening (kelenjar aksila)
– Dakah metastase Nudus (regional) atau organ jauh)

– Stadium kanker (system TNM UICC, 1987)


e. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan penunjang klinis
a) Pemeriksaan radiologist
- Mammografi/USG Mamma

- X-foto thoraks

- Kalau perlu

❖ Galktografi

❖ Tulang-tulang

❖ USG abdomen

❖ Bone scan

❖ CT scan
b) Pemeriksaan laboratorium
- rutin, darah lengkap, urine

- duyla darah puasa dan 2 jpp

- enxym alkali sposphate, LDH

- CEA, MCA, AFP

- Hormon reseptor ER, PR

- Aktivitas estrogen/vaginal smear


c) Pemeriksaan sitologis
- FNA dari tumor

- Cairan kista dan pleura effusion


- Secret putting susu
2) Pemeriksaan sitologis/patologis
a) Durante oprasi Vries coupe
b) Pasca operasi dari specimen operasi
Dignosa Keperawatan

PRA OPERASI
f. Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan, sosio
ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan

kematian, pemisahan dengan keluarga ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan,


mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan tergantung, tidak
adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik.
g. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan
kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan sering bertanya,
menyatakan masalahnya, pernyataan miskonsepsi, tidak akurat dalam mengikiuti
intruksi/pencegahan komplikasi.

POST OPERASI

h. Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan, trauma jaringan, interupsi saraf, diseksi
otot.
i. Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri b.d perubahan dalam penampilan sekunder
terhadap pemberian sitostatika.
j. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan hipermetabolik yang
berhubungan dengan kanker, konsekwensi khemotherapi, radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi
lambung, kurangnya rasa kecap, nausea), emotional distress, fatigue, ketidakmampuan mengontrol
nyeri ditandai dengan klien mengatakan intake tidak adekuat, hilangnya rasa kecap,

kehilangan selera, berat badan turun sampai 20% atau lebih dibawah ideal, penurunan massa otot
dan lemak subkutan, konstipasi, abdominal cramping.
k. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh sekunder dan
sistem imun (efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur invasive pembedahan
l. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pembedahan, efek radiasi dan
kemotherapi, deficit imunologik, penurunan intake nutrisi dan anemia.
m. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, gangguan neuromuscular, nyeri.
2. Perencanaan
PRE OPERASI
a. Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan, sosio
ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan dengan keluarga
ditandai dengan peningkatan tegangan,

kelelahan, mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan tergantung, tidak adekuat kemampuan


menolong diri, stimulasi simpatetik.
Tujuan :

- Klien dapat mengurangi rasa cemasnya

- Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif.

- Menunjukkan koping yang efektif serta mampu berpartisipasi dalam


pengobatan.
INTERVENSI RASIONAL
a. Tentukan pengalaman klien a. Data-data mengenai pengalaman

sebelumnya terhadap penyakit yang klien sebelumnya akan memberikan


dideritanya. dasar untuk penyuluhan dan
menghindari adanya duplikasi.

b. Berikan informasi tentang prognosis


b. Pemberian informasi dapat membantu klien
secara akurat.
dalam memahami proses penyakitnya.

c. Beri kesempatan pada klien untuk c. Dapat menurunkan kecemasan klien.

mengekspresikan rasa

marah, takut, konfrontasi. Beri informasi


dengan emosi wajar
dan ekspresi yang sesuai.
d. Membantu klien dalam memahami kebutuhan
d. Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek
untuk pengobatan dan efek sampingnya.
samping. Bantu klien mempersiapkan diri
dalam pengobatan. e. Mengetahui dan menggali pola
e. Catat koping yang tidak efektif seperti
koping klien serta
kurang interaksi sosial, mengatasinya/memberikan solusi dalam

ketidak berdayaan dll.


f. Anjurkan untuk upaya meningkatkan kekuatan dalam mengatasi
mengembangkan interaksi kecemasan.
dengan support system. f. Agar klien memperoleh dukungan dari
g. Berikan lingkungan yang tenang dan orang yang terdekat/keluarga.
nyaman. g. Memberikan kesempatan pada klien

h. Pertahankan kontak dengan klien, untuk berpikir/merenung/istirahat.


bicara dan sentuhlah h. Klien mendapatkan kepercayaan diri dan
dengan wajar. keyakinan bahwa dia benar-benar ditolong.

b. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya
informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan sering bertanya, menyatakan
masalahnya, pernyataan miskonsepsi, tidak
akurat dalam mengikiuti intruksi/pencegahan komplikasi.
Tujuan :
- Klien dapat mengatakan secara akurat tentang diagnosis dan
pengobatan pada tingkatan siap.
- Mengikuti prosedur dengan baik dan menjelaskan tentang alasan mengikuti
prosedur tersebut.
- Mempunyai inisiatif dalam perubahan gaya hidup dan
berpartisipasi dalam pengo- batan.
- Bekerjasama dengan pemberi informasi.

INTERVENSI RASIONAL
a. Review pengertian klien dan keluarga a. Menghindari adanya duplikasi dan
tentang diagnosa, pengobatan dan pengulangan terhadap pengetahuan klien.
akibatnya. b. Memungkinkan dilakukan
b. Tentukan persepsi pembenaran terhadap kesalahan persepsi dan
klien tentang kanker dan konsepsi serta kesalahan pengertian.
pengobatannya, ceritakan pada klien
tentang pengalaman klien lain yang
menderita kanker. c. Membantu klien dalam memahami proses
c. Beri informasi yang akurat dan faktual. penyakit.
Jawab pertanyaan secara spesifik,
hindarkan informasi
yang tidak diperlukan.
d. Berikan bimbingan kepada
klien/keluarga sebelum mengikuti d. Membantu klien dan keluarga dalam
prosedur pengobatan, therapy yang lama, membuat keputusan pengobatan.
komplikasi. Jujurlah

pada klien.
e. Anjurkan klien untuk memberikan
umpan balik verbal dan mengkoreksi e. Mengetahui sampai sejauhmana pemahaman

miskonsepsi tentang penyakitnya. klien dan keluarga mengenai penyakit klien.

f. Review klien /keluarga tentang


f. Meningkatkan pengetahuan klien dan
pentingnya status nutrisi yang optimal.
keluarga mengenai nutrisi yang adekuat.
g. Anjurkan klien untuk mengkaji
g. Mengkaji perkembangan proses- proses
membran mukosa mulutnya penyembuhan dan tanda-tanda
secara rutin, perhatikan adanya
infeksi serta masalah dengan kesehatan mulut
eritema, ulcerasi.
yang dapat mempengaruhi intake makanan dan
minuman.
h. Anjurkan klien memelihara kebersihan
h. Meningkatkan integritas kulit dan kepala.
kulit dan rambut.

POST OPERASI
c. Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan, trauma jaringan, interupsi saraf, diseksi otot.
Tujuan :

- Tampak rileks

- Mampu tidur atau istirahat dengan tepat


- Mengekspresikan penurunan nyeri
INTERVENSI
Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, lamanya, dan intensitas (skala 0-10)
Diskusikan sensasi masih adanya payudara normal
Bantu pasien menemukan posisi nyaman
Berikan tindakan kenyamanan dasar tehnik relaksasi
Sokong dada saat latihan nafas dalam
Berikan obatnyeri yang tepat pada jadwal teratur sebelum nyeri berat dan sebelum aktivitas dijadwalkan
Berikan analgetik sesuai dengan indikasi

d. Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri b.d perubahan dalam penampilan sekunder terhadap
pemberian sitostatika.
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan perawatan, konsep diri dan persepsi klien menjadi stabil
Kriteria hasil :

- Klien mampu untuk mengeskpresikan perasaan tentang kondisinya


- Klien mampu membagi perasaan dengan perawat, keluarga

dan orang dekat.


- Klien mengkomunikasikan perasaan tentang perubahan
dirinya secara konstruktif.
- Klien mampu berpartisipasi dalam perawatan diri.

INTERVENSI RASIONAL
a.Kontakdengankliena. Perasaanempatik

seringdanperlakukanklien danperhatian untuk siap membantu


dengan hangat dan sikap positif. klien dalam mengatasi permasalahan

b.Berikan
klien dorongan pada untukmengekpresikan
yang ada.
b. Perasaan yang
perasaan dan pikiran tentang kondisi, diungkapakan pada orang yang dipercaya akan
kemajuan, prognose, sisem pendukung dan membuat perasaan lega dan tidak tekanan batin.
pengobatan.
c. Berikan informasi yang dapat
dipercaya dan klarifikasi c. Informasi yang
akurat memberikan masukan dan instropeksi diri
setiap mispersepsi tentang penyakitnya.
dalam menerima dirinya.
d. Bantu klien
d. Ektulisasi diri
mengidentifikasi potensial
dibutuhkan bagi klien dengan kaneker.
kesempatan untuk hidup mandiri melewati
hidup dengan kanker, meliputi hubungan
interpersonal, peningkatan pengetahuan,
kekuatan pribadi dan pengertian

serta perkembangan spiritual dan moral.


e. Kaji respon negatif terhadap
perubahan penampilan (menyangkal e. Respon klien yang
perubahan, penurunan negatfi diperlukan bantuan baik fisik mapun
kemampuan merawat diri, isolasi sosial, psikis-moral untuk memenuhi kebutuhan sejhri-
penolakan untuk mendiskusikan masa depan. sehari.
f. Bantu dalam

penatalaksanaan alopesia sesuai dengan


kebutuhan. f. Dampak dari pada
g. Kolaborasi dengan tim chemoterapi perlu adanya penjelasan dan
kesehatan lain yang terkait untuk tindakan perawatan rambut.
konseling secara profesional. g. Konseling
kesehatan secara bersama akan lebih lebih efektif.

e. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan hipermetabolik yang
berhubungan dengan kanker, konsekwensi khemotherapi, radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi
lambung, kurangnya rasa kecap, nausea),
emotional distress, fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri ditandai dengan
klien mengatakan intake tidak adekuat, hilangnya rasa kecap, kehilangan selera, berat badan turun
sampai 20% atau lebih dibawah ideal, penurunan massa otot dan lemak subkutan, konstipasi, abdominal
cramping.
Tujuan :

- Klien menunjukkan berat badan yang stabil, hasil lab normal dan

tidak ada tanda malnutrisi


- Menyatakan pengertiannya terhadap perlunya intake yang adekuat

- Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang berhubungan


dengan penyakitnya
INTERVENSI RASIONAL
a. Monitor intake makanan setiap hari, berlebihan, dispepsia yang
apakah klien makan sesuai dengan menyebabkan penurunan nafsu makan serta
kebutuhannya. mengurangi stimulus berbahaya yang dapat
b. Timbang dan ukur berat badan, meningkatkan ansietas.

ukuran triceps serta amati penurunan berat f. Agar klien merasa seperti berada dirumah
badan. sendiri.
c. Kaji pucat, penyembuhan luka yang
lambat dan pembesaran kelenjar parotis.
g. Untuk menimbulkan perasaan ingin
d. Anjurkan klien untuk makan/membangkitkan selera makan.
mengkonsumsi makanan tinggi kalori
dengan intake cairan yang adekuat.
Anjurkan pula makanan

kecil untuk klien.


e. Kontrol faktor lingkungan
seperti bau busuk atau bising. Hindarkan
makanan yang terlalu manis, berlemak dan
pedas.

f. Ciptakan suasana makan yang


menyenangkan misalnya makan bersama
teman atau keluarga.

g. Anjurkan tehnik relaksasi, visualisasi,


latihan moderate
a. memberikan informasi tentang status
gizi klien.

b. Memberikan informasi tentang

penambahan dan penurunan berat


badan klien.
c. Menunjukkan keadaan gizi klien
sangat buruk.

d. Kalori merupakan sumber energi.

e. Mencegah mual muntah, distensi


sebelum makan.
h. Anjurkan komunikasi terbuka tentang
h. Agar dapat diatasi secara bersama- sama
problem anoreksia yang dialami klien.
(dengan ahli gizi, perawat dan klien).
Kolaboratif

i. Amati studi laboraturium seperti


i. Untuk mengetahui/menegakkan terjadinya
total limposit, serum
gangguan nutrisi sebagi
transferin dan albumin
akibat perjalanan penyakit, pengobatan dan
perawatan terhadap klien.
j. Berikan pengobatan sesuai j. Membantu menghilangkan gejala penyakit,
indikasi efek samping dan meningkatkan status kesehatan
Phenotiazine, antidopaminergic, klien.
corticosteroids, vitamins khususnya A,D,E
dan B6,

antacida
k. Pasang pipa nasogastrik untuk k. Mempermudah intake makanan dan minuman
memberikan makanan secara enteral, dengan hasil yang maksimal dan tepat sesuai
imbangi dengan infus. kebutuhan.

f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh sekunder dan sistem imun
(efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur invasive pembedahan.
Tujuan :
Hasil yang diharapkan : Pertahankan lingkungan akseptik yang aman,
mengidentifikasi faktor-faktor resiko individu dan intervensi untuk
mengurangi potensial infeksi.

INTERVENSI
Kaji balutan / luka untuk karakteristik drain
Awasi vital sign
Perhatikan prinsip septik, antiseptik setiap tindakan.
Ganti balutan / rawat luka tiap hari

Kaji dolor, color, rubor (tanda-tanda infeksi)


Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak denan pasien
Kolaborasi, pemberian antibiotik

h. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pembedahan, efek radiasi dan
kemotherapi, deficit imunologik, penurunan intake nutrisi dan anemia.
Tujuan :

- Klien dapat mengidentifikasi intervensi yang berhubungan dengan kondisi spesifik


- Berpartisipasi dalam pencegahan komplikasi dan percepatan
penyembuhan
INTERVENSI RASIONAL
a. Kaji integritas kulit untuk melihat a. Memberikan informasi untuk perencanaan
adanya efek samping therapi asuhan dan mengembangkan
kanker, amati penyembuhan identifikasi awal terhadap perubahan integritas
luka. kulit.
b. Menghindari perlukaan yang dapat
b. Anjurkan klien untuk tidak menggaruk
menimbulkan infeksi.
bagian yang gatal.
c. Menghindari penekanan yang terus menerus
c. Ubah posisi klien secara teratur.
pada suatu daerah tertentu.
d. Mencegah trauma berlanjut pada kulit dan
d. Berikan advise pada klien untuk
produk yang kontra indikatif
menghindari pemakaian cream kulit,
minyak, bedak tanpa rekomendasi
dokter.

i. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, gangguan


neuromuscular, nyeri.
Tujuan : klien dapat melakukan aktivitas ringan atau total. Kriteria hasil :
- Perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.
- Pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa dibantu.
- Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.

INTERVENSI RASIONAL
a. Rencanakan periode istirahat yang cukup a. mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan,
dan energi terkumpul dapat digunakan untuk
aktivitas seperlunya secar optimal.
b. Berikan latihan aktivitas secara b. tahapan-tahapan yang diberikan membantu
bertahap. proses aktivitas secara perlahan dengan
menghemat tenaga namun tujuan yang tepat,
mobilisasi dini.
c. mengurangi pemakaian energi sampai
c. Bantu pasien dalam kekuatan pasien pulih kembali.
memenuhi kebutuhan sesuai
kebutuhan. d. menjaga kemungkinan adanya respons
abnormal dari tubuh sebagai akibat dari latihan.
d. Setelah latihan dan aktivitas kaji
respons pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo Agung., Yasmin

Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa. EGC : Jakarta.

Barbara, CL. 1996. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses keperawatan).
Bandung.

Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, alih bahasa: Tim PSIK UNPAD
Edisi-6. EGC : Jakarta

Doenges,M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., 1993, Rencana Asuhan Keperawatan

untuk perencanaan dan pendukomentasian perawatan Pasien, Edisi-3, Alih


bahasa; Kariasa,I.M., Sumarwati,N.M., EGC, Jakarta

dr. Budi Harapan Siregar,Sp.B. Catatan Kuliah Bedah Jilid 2. Makassar. Bursa Aesculapius.

Junaedi, Iskandar dr., (2007) Kanker. Jakarta : PT. Buana Ilmu Populer

Price, Sylvia Anderson, (1995) Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Prses Penyakit Edisi 4 buku 2 :
Jakarta EGC

Anda mungkin juga menyukai