A. Definisi rahn
Rahn menurut istilah syariat adalah menjadikan benda yang memiliki nilai menurut
syaruat sebagai jaminan utang, sehingga seseorang boleh mengambil utang atau mengambil
sebagian manfaat barang tersebut.
Pemilik barang jaminan yang berutang disebut rahin, si pemberi pinjaman yang
memegang dan menahan barang jaminan utang disebut murtahin, dan barang yang menjadi
jaminan disebut rahn.
Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak
memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh
yang berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka
hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia
bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) Menyembunyikan
persaksian.dan Barangsiapa yang menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang
yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Baqarah:
283)
ِ ِ ِ ِ ِِ
يل
َ الر ْه َن َوالْ َقب
َّ يم
َ ال تَ َذا َك ْرنَا عْن َد إ ْبَراه َ َش ق ُ َّد َح َّدثَنَا َعْب ُد الْ َواحد َح َّدثَنَا اأْل َْع َم
ٌ َح َّدثَنَا ُم َسد
َّ َس َو ُد َع ْن َعائِ َشةَ َر ِضي اللَّهُ َعْن َها أ ِ ال إِبر ِ َّ يِف
ُصلَّى اللَّهَ َّ َن النَّيِب َ ْ أْلا اَن ث
َ َّ
د ح
َ يم
ُ اه َ ْ َ السلَف َف َق
ِ ِ ِ علَي ِه وسلَّم ا ْشترى ِمن يه
َُج ٍل َو َر َهنَهُ د ْر َعه
َ ي طَ َع ًاما إىَل أ ٍّ ود ُ َ ْ ََ َ َ َ ْ َ
Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan kepada kami 'Abdul
Wahid telah menceritakan kepada kami Al A'masy berkata; kami menceritakan di hadapan
Ibrahim tentang masalah gadai dan pembayaran tunda dalam jual beli. Maka Ibrahim
berkata; telah menceritakan kepada kami Al Aswad dari 'Aisyah radliallahu 'anha bahwa
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah membeli makanan dari orang Yahudi dengan
pembayaran tunda sampai waktu yang ditentukan, yang Beliau menggadaikan
(menjaminkan) baju besi Beliau."
Ulama telah sepakat atas hal itu dan tidak ada perbedaan pendapat diantara mereka
mengenai kebolehan rahn. Hanya saja, mereka berbeda pendapat tentang pemberlakuan rahn
bagi orang yang tidak bepergian.
Jumhur ulama berpendapat bahwa gadai gadai disyariatkan bagi orang yang tidak
bepergian. Hal ini berdasarkan perbuatan Rasulullah SAW terhadap orang yahudi tersebut
saat berada di Madinah. Adapun pembatasan rahn bagi orang yang bepergian dalam ayat Al-
Qur’an adalah pada umumnya seperti itu, karena biasanya gadai (rahn) terjadi pada saat
bepergian.
Mujahid, Dhahhak, dan Ahli Zhahir berpendapat bahwa gadai hanya disyariatkan saat
bepergian berdasarkan ayat diatas. Namun, hadits Rasulullah SAW diatas menentang
pendapat mereka.
1. Berakal
2. Baligh
3. Barang yang digadaikan ada pada saat akad meski tidak lengkap.
Menggadaikan harta milik bersama yang tidak dapat dibagi secara mutlak
hukumnya boleh, baik berupa sesuatu yang dapat dibagi, seperti kebun-kebun,
maupun berupa sesuatu yang tidak dapat dibagi, seperti budak. Hanafi berpendapat:
tidak sah menggadaikan harta milik bersama yang tidak dapat dibagi-bagi.